Anda di halaman 1dari 53

ANALISIS PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL INDEX DAN ISLAMICITY

PERFORMANCE INDEX TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN


SYARIAH DI INDONESIA

METOPEN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Akuntansi

HERMAN FELANI
1602030111

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2020

i
1

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dari tahun ke tahun selalu
menunjukkan peningkatan, hal ini seiring dengan perkembangan pelaku dunia
bisnis syariah. Hal ini juga menunjukkan bahwa perkembangan ekonomi
Islam di Indonesia semakin baik, sebagai salah satu kegiatan kemasyarakatan
telah menunjukkan keberhasilan dibidang ekonomi. Perkembangan ekonomi
Islam yang ada di Indonesia identik dengan berkembangnya lembaga
keuangan syariah. Bank syariah sebagai motor utama lembaga keuangan telah
menjadi lokomotif bagi berkembangnya teori dan praktik ekonomi Islam
secara mendalam, Karim (2004). Dilihat dari sisi jumlah pelaku usaha,
komposisi jumlah pelaku usaha perbankan syariah tercatat 13 (tiga belas) unit
Bank Umum Syariah, 21 (dua puluh satu) Unit Usaha Syariah dan 167
(seratus enam puluh tujuh) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (OJK, 2017).
Grafik 1.1
Jumlah kantor tahun 2013-2017

JUMLAH KANTOR
BUS UUS BPRS
2151
1998

1990

1869

1825
590

453
446

441
439
402

344
332
320

311

2013 2014 2015 2016 2017

(OJK, 2017)
Dari data diatas, secara umum tercatat penambahan dan pengurangan
jaringan kantor masing-masing sejumlah 151 (seratus lima puluh satu) dan 42
(empat puluh dua) jaringan kantor. Secara rinci, jumlah kantor perbankan
syariah menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan peningkatan kantor
cabang baru sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) kantor dan jumlah bank yang
mengalami peningkatan jumlah kantor cabang sejumlah 12 (dua belas) bank.
2

Sementara itu jumlah jaringan kantor BUS sebanyak 1.825 (seribu delapan
ratus dua puluh lima), UUS sebanyak 344 (tiga ratus empat puluh empat) dan
BPRS sebanyak 441 (empat ratus empat puluh satu) (OJK, 2017).
Perkembangan bank syariah baik dalam bentuk Bank Umum Syariah
(BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan rakyat Syariah
(BPRS) meskipun sedikit mengalami perlambatan dibandingkan tahun 2016,
pertumbuhan aset, pembiayaan yang disalurkan (PYD), dan dana pihak ketiga
(DPK) masih terjaga angka yang cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar
adalah 18,97%, 15,24% dan 19,83%. Perkembangan bank syariah harus
diimbangi dengan sebuah kinerja dari bank tersebut agar dapat mewujudkan
kepercayaan dari stakeholder atau pihak yang berkepentingan terhadap
keberlangsungan kegiatan yang mereka laksanakan. Perwujudan kepercayaan
tersebut harus dilakukan melalui pengukuran kinerja bank syariah terhadap
laporan keuangannya yang dibangun atas dasar nilai Islam (OJK, 2017).
Perkembangan aset Bank Umum Syariah dari tahun 2013 sampai dengan
tahun 2017 mengalami perkembangan yang cukup signifikan, seperti data
yang diambil dari Otoritas Jasa Keuangan yang disajikan sebagai berikut:
Grafik 1.2
Total Aset BUS Tahun 2013-2017
(Dalam Miliar Rupiah)

Total Aset Bus


424,181

356,504

296,262
272,343
242,276

2013 2014 2015 2016 2017

Total Aset Bus

(OJK,2017).
3

Perkembangan dan peningkatan total aset juga mengharuskan bank syariah


untuk mengelola aset secara efisien sehingga dapat memperoleh keuntungan
yang maksimal. Pencapaian keuntungan menjadi tantangan tersendiri bagi
bank syariah. Karena perkembangan perusahaan dapat dilihat dari kemampuan
manajemen untuk mengelola sumber daya perusahaan dalam menciptakan
nilai perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba sering disebut dengan istilah
profitabilitas. Laba mengindikasikan bagaimana suatu perusahaan dalam
memenuhi kewajiban kepada kreditur dan investor sehingga akan
mempengaruhi keputusan pihak tersebut. Demi meraih laba yang diharapkan,
efisiensi haruslah dilakukan oleh setiap perusahaan dalam rangka menjaga
kelangsungan usaha atupun meningkatkan daya saing (Widiatmoko, 2015).
Perusahaan dapat menghasilkan keunggulan yang kompetitif dengan
mengelola aset tak berwujudnya untuk meningkatkan kinerja keuangan dan
memperoleh keuntungan dari aset yang dikelolanya.
Seiring dengan adanya peningkatan aset, terdapat banyak tantangan yang
perlu dihadapi perbankan syariah seiring dengan berkembangnya teknologi
dan ilmu pengetahuan. Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat
mempengaruhi berbagai lingkungan, terutama dalam lingkungan bisnis
perbankan syariah. Dengan adanya perkembanga tersebut, persaingan bisnis
menjadi semakin ketat. Hal ini mengharuskan perbankan syariah untuk terus
melakukan inovasi untuk meningkatkan kinerja agar mampu bersaing dengan
perbankan lain.
Walaupun dilihat dari segi aset yang dimiliki perbankan syariah
mengalami peningkatan pada setiap tahun, namun perbankan syariah belum
dikatakan cukup pesat perkembangannya di Indonesia (OJK, 2017), kendala
utama yang menjadi faktor penghambat perkembangannya yaitu tingkat
pemahaman masyrakat terhadap produk-produk perbankan syariah yang masih
rendah, dan kesulitan mendapatkan sumber daya manusia yang kompeten.
Perbankan syariah memerlukan sumberdaya insansi dengan memiliki
pengetahuan dalam ekonomi syariah dan mampu menerapkannya dalam bisnis
perbankan syariah.
4

Dalam Prakteknya selama ini, pengukuran atas kinerja bank syariah hanya
mampu mempresentasikan atas kinerja keuangannya saja yang salah satunya
menggunakan metode CAMEL (Capital, Asset, Management, Earnings,
Liquidity). Bank syariah sebagai bank yang menjalankan kegiatannya
berdasarkan prinsip syariah selama ini belum dinilai dari index kinerja Islam.
Perkembangan berbagai perusahaan yang dikendalikan oleh informasi dan
pengetahuan, membawa sebuah peningkatan perhatian pada modal intelektual
atau intellectual capital (IC). Modal intelektual merupakan salah satu
pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuran aset tak
berwujud yang telah menjadi fokus perhatian dalam berbagai bidang, baik
manajemen, teknologi informasi, sosiologi, maupun akuntansi, Ulum dkk
(2008). Pada perusahaan yang sudah menerapkan manajemen berdasarkan
pengetahuan, modal seperti sumber daya alam, sumber daya keuangan dan
aktiva fisik lainnya menjadi kurang penting dibandingkan dengan modal yang
berdasarkan pengetahuan dan inovasi teknologi. Ini disebabkan dengan
menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kita dapat menggunakan modal
lainnya secara efisien dan ekonomis yang pada nantinya akan meningkatkan
kinerja keuangan perusahaan.
Menurut Abidin (2000), Intellectual capital masih belum dikenal secara
luas di Indonesia. Ini disebabkan, perusahaan-perusahaan di Indonesia lebih
memilih menggunakan modal konvensional dalam membangun bisnisnya
sehingga produk yang dihasilkannya masih miskin kandungan teknologi. Di
Indonesia sendiri jika diamati banyak merek terkenal yang tidak memproduksi
sendiri produk yang dijualnya. Perusahaan-perusahaan tersebut pada dasarnya
menjual merek, ini disebabkan karena masih sedikitnya perhatian perusahaan
terhadap Intellectual capital dengan ketiga komponennya yaitu human
capital, struktural capital, dan custormer capital.
Pengukuran intellectual capital memang belum ditetapkan secara pasti.
Akan tetapi, dalam forum Organisation For Economic Cooperation and
Development (OECD) pada bulan Juni 1999 disebutkan bahwa intellectual
capital merupakan aset yang penting bagi perusahaan dalam menciptakan nilai
dan memenangkan nilai. Di Indonesia, intellectual capital diatur dalam PSAK
5

No. 19 (revisi tahun 2000) tentang Aktiva Tak Berwujud. Walaupun begitu,
intellectual capital masih belum disebutkan secara jelas. Oleh karena itu,
masih banyak perbankan syariah yang belum memberikan perhatian terhadap
pengukuran intellectual capital.
Salah satu penelitian yang menguji hubungan IC dengan kinerja
perusahaan dilakukan oleh Firer dan Williams pada tahun 2003. Mereka
menguji hubungan VAIC (Value Added Intellectual Coefficient) dengan
kinerja perusahaan di Afrika Selatan. Hasilnya mengindikasikan bahwa
hubungan antara efisiensi dari VAIC dan tiga dasar ukuran kinerja perusahaan
(profitabilitas, produktivitas, dan market valuation) secara umum adalah
terbatas dan mixed. VAIC merupakan pengukuran secara tidak langsung
dengan suatu ukuran untuk menilai efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil
dari kemampuan intelektual perusahaan. Komponen dalam VAIC yaitu
Physical capital (VACA), Human Capital (VAHU), dan Structural Capital
(STVA).
Intellectual capital dapat dipandang sebagai pengetahuan dalam
pembentukan kekayaan intelektual dan pengalaman yang dapat digunakan
untuk menciptakan kekayaan (Stewart, 1997). Semakin tinggi nilai
intellectual capital yang dimiliki oleh perusahaan maka semakin tinggi pula
kemampuan perusahaan untuk mencapai profitabilitas (Maheran dan Amin,
2009).
Selain menggunakan indikator kinerja konvensional, kinerja keuangan
syariah juga harus diukur dari segi tujuan syariah. Dengan demikian dapat
diketahui apakah kinerja atau aktivitas yang dijalankan sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah. Lembaga keuangan syariah tidak hanya memperhatikan
kebutuhan finansial berbagai macam stakeholder, tetapi yang terpenting
adalah bagaimana suatu lembaga menjalankan bisnisnya dan mengukur
seluruh aktivitas mereka tetap dalam koridor syariah (Hameed et al, 2004).
Menurut Suyanto (2006) pelaksanaan prinsip-prinsip syariah dalam kegiatan
usaha perbankan syariah memberikan pengaruh positif terhadap kinerja
perbankan syariah dan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Falikhatun dan
Assegaf (2012) menyatakan bahwa implementasi prinsip-prinsip syariah pada
6

perbankan syariah dapat meningkatkan kesehatan finansial dan tidak


menyebabkan sistem keuangan mengkhawatirkan atau bahkan bangkrut.
Pengukuran kinerja telah banyak dilakukan antara lain oleh, Hameed, et
al. (2004) menyajikan alternatif pengukuran kinerja untuk perbankan syariah,
yaitu dengan menggunakan Islamicity performance index. Indeks ini bertujuan
untuk mengetahui apakah kinerja keuangan perbankan syariah telah dijalankan
sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Penelitian yang dilakukan Yuliani (2012) dengan menggunakan metode
ROA, dibuktikan bahwa variabel independen berpengaruh. Hubungan negatif
antara ROA menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia belum
memprioritaskan kinerja sosialnya. Kinerja keuangan merupakan salah satu
aspek yang fundamental mengenai kondisi keuangan perusahaan, untuk
perbankan syariah dapat dianalisis dengan rasio profitabilitas menggunakan
ukuran Return on Osset (ROA). ROA digunakan dalam pengukuran kinerja
keuangan karena ROA mampu mengukur efektifitas manajemen secara
keseluruhan dalam pencapaian pendapatan dengan mengukur besarnya
keuntungan yang diperoleh perbankan (Khasanah, 2016).
Melihat adanya masalah ketidaksesuaian pelaksanaan dengan prinsip
syariah, maka dari itu perbankan syariah perlu diukur dari segi tujuan syariah.
Hameed et al., (2004) menyajikan sebuah alternatif pengukuran kinerja yaitu
Islamicity performance index. Islamicity performance index berkaitan dengan
kinerja organisasi. Dengan begitu, dapat diketahui apakah kinerja perbankan
yang telah dijalankan sesuai dengan prinsip syariah akan mempengaruhi
kinerja keuangan perbankan syariah. Komponen Islamicity performance index
meliputi profit sharing ratio, zakat performing ratio, equitable distribution
ratio, director employees welfare ratio, Islamic investmen vc non-Islamic
investmen, Islamic income vs non-Islamic income,dan AAOIFI. Semakin
tinggi Islamicity performance index suatu bank maka semakin tinggi
profitabilitas yang akan didapatkan oleh bank.
Dari ketujuh rasio diatas pada islamicity performance index,tidak semua
digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur kinerja keuangan. Pada
penelitian ini hanya menggunakan rasio profit sharing ratio, zakat
7

performance ratio, equitable distribution ratio, directors-employees welfare


ratio, islamic investment vs non islamic investment ratio dan islamic income
vs non islamic income ratio. Sedangkan rasio AAOIFI index tidak digunakan
dalam penelitian ini karena rasio tersebut tidak berpengaruh pada pengukuran
kinerja secara agregat dan rasio tersebut merupakan pertimbangan bersifat
kualitatif (Khasanah, 2016).
Profit sharing ratio menunjukkan informasi mengenai bagi hasil yang
diperoleh bank. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan jumlah perolehan
bagi hasil terhadap total pembiayaan yang diberikan bank syariah. Bagi hasil
merupakan ciri khas perbankan syariah yang membedakannya dari perbankan
dari perbankan konvensional. Apabila bank umum syariah dengan profit
sharing ratio yang tinggi maka nilai pengembalian aset juga akan bertambah.
Hal ini disebabkan pembiayaan yang dilakukan menggunakan akad
mudharabah dan musyarakah cukup menyumbang pendapatan bagi hasil yang
mampu mengoptimalkan kemampuan bank umum syariah dalam
menghasilkan laba (Khasanah, 2016). Hasil penelitian Dewanata et. al. (2016)
menunjukkan bahwa profit sharing ratio berpengaruh positif terhadap return
on asset (ROA). Sejalan dengan penelitian Khasanah (2016) yang
menunjukkan bahwa profit sharing ratio memiliki pengaruh signifikan
terhadap return on asset (ROA). Hal ini bertentangan dengan Rahman dan
Rochmanika (2012) yang menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil tidak
berpengaruh terhadap return on asset (ROA).
Zakat performance ratio merupakan perbandingan antara zakat yang
dibayarkan oleh bank syariah dengan laba sebelum pajak. Dalam UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Bab II Pasal 4 ayat (2) disebutkan
bahwa Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk
lembaga baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak,
sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada
organisasi pengelola zakat. Selain itu, penyaluran zakat bersamaan dengan
kegiatan CSR bank syariah dapat dikatakan sebagai strategi marketing yang
efektif guna menjaring investor dalam menginvestasikan dananya di bank
syariah (Amirah dan Raharjo, 2014). Menurut hasil penelitian yang dilakukan
8

oleh Dewanata (2016) , zakat performance ratio berpengaruh positif dan


signifikan terhadap kinerja keuangan yang diproksikan dengan ROA. Hal ini
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh khasanah (2016) yang
menyatakan bahwa zakat performance ratio tidak berpengaruh terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah.
Equitable distribution ratio merupakan indikator pelaksanaan prinsip
syariah, dimana menekankan adanya keadilan dengan pemerataan pendapatan.
Dari rasio ini dapat diketahui besar rata-rata distribusi pendapatan ke sejumlah
stakeholder. Rasio ini pada dasarnya mencoba untuk menemukan bagaimana
pendapatan yang diperoleh oleh bank-bank syariah didistribusikan di antara
berbagai pihak pemangku kepentingan. Rasio ini direpresentasikan oleh
jumlah yang dikeluarkan untuk qard dan dana kebijakan, upah karyawan dan
lain-lain (Hameed et al, 2004). Hasil penelitian Dewanata et al (2016)
menyebutkan bahwa equitable distribution ratio berpengaruh positif terhadap
return on asset. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebtianita dan
Khasanah (2015) menyebutkan bahwa equitable distribution ratio dari rata-
rata prosentase rasio ini dapat dilihat bahwa pada dana bantuan dan qard
mempunyai nilai tertinggi atau baik dalam pendanaannya. Bertentangan
dengan hasil penelitian Khasanah (2016) bahwa equitable distribution ratio
tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Directors-employees welfare ratio mengindikasikan jumlah uang yang
digunakan untuk direktur dan jumlah uang untuk kesejahteraan pegawai. Hal
ini dikarenakan adanya isu-isu renumerasi direktur. Banyak yang
mengungkapkan bahwa direktur digaji lebih dibanding perkerjaan yang dia
lakukan (Khasanah, 2016). Dengan demikian apabila pengalokasian manfaat
kepada direksi dan pegawai secara adil dan konsisten dapat dilakukan dengan
baik akan mempengaruhi kinerja keuangan yang baik (Puspitosari, 2016).
Hasil penelitian Aisjah dan Hadianto (2013) menyebutkan bahwa directors-
employees welfare ratio pada bank umum syariah tahun 2009-2010 umumnya
memiliki tingkat penilaian yang tinggi, hal ini mengindikasikan bahwa rasio
tersebut berdampak positif terhadap ROA. Berbeda dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Meilani, Andreany dkk (2015) menyebutkan bahwa
9

directors-employees welfare ratio memiliki predikat kurang memuaskan


dalam penelitiannya.
Islamic investment vs non islamic investment ratio mengukur dan
mengidentifikasi sejauh mana perbankan syariah melakukan transaksi yang
halal dibandingkan dengan transaksi non halalnya yaitu transaksi yang
mengandung riba, gharar dan judi. Apabila bank syariah memiliki rasio
investasi halal yang tinggi maka menunjukkan adanya kinerja yang baik pada
bank syariah (Aisjah dan Hadianto, 2013).
Islamic income vs non islamic income ratio bertujuan untuk mengukur
pendapatan yang bersumber dari pendapatan yang halal. Prinsip Islam
melarang adanya transaksi riba, gharar, dan maysir dan mewajibkan
perdagangan yang halal. Hasil penelitian Falikhatun dan Assegaf (2012)
menyebutkan bahwa islamic income vs non islamic income ratio berpengaruh
positif terhadap kesehatan finansial. Berbeda dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Khasanah (2016) yang menyatakan bahwa islamic income vs
non islamic income ratio tidak terdapat pengaruh terhadap kinerja keuangan.
Dari uraian diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian terkait
pengaruh dari modal intelektual dan islamicity performance index terhadap
kinerja keuangan bank umum syariah. Sehingga peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH
INTELLECTUAL CAPITAL INDEX DAN ISLAMICITY PERFORMANCE
INDEX TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH DI
INDONESIA”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah
sebagai berikut:
1. Apakah Intellectual capital berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan (ROA) bank umum syariah periode 2013-2018?
2. Apakah profit sharing ratio berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan (ROA) bank umum syariah periode 2013-2018?
10

3. Apakah zakat performance ratio berpengaruh positif terhadap kinerja


keuangan (ROA) bank umum syariah periode 2013-2018?
4. Apakah equitable distribution ratio berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan (ROA) bank umum syariah periode 2013-2018?
5. Apakah directors-employees welfare ratio berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan (ROA) bank umum syariah periode 2013-2018?
6. Apakah islamic investment vs non islamic investment ratio berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum syariah periode
2013-2018?
7. Apakah islamic income vs non islamic income berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA) bank umum syariah periode 2013-
2018?

C. Batasan Masalah
Guna memperjelas ruang lingkup yang akan dibahas dan agar penelitian
dilaksanakan secara fokus maka perlu adanya batasan masalah dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini dilakukan berkaitan dengan aset bank syariah yang mana
semakin meningkat secara signifikan pada setiap tahunnya. Di suatu
perusahaan terdapat dua sumber aset yaitu aset berwujud (tangible asset)
dan aset tak berwujud (intangible asset). Dalam hal ini peneliti fokus
dalam penelitian aset tak berwujud pada bank umum syariah. Sebagian
peneliti menyebut bahwa intellectual capital aset tak berwujud adalah
sama dan seringkali saling menggantikan (Ulum, 2009).
2. Selain itu peneliti juga terfokuskan untuk melakukan penelitian terhadap
keenam rasio dalam islamicity performance index diantaranya profit
sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio,
directors-employees welfare ratio, islamic investment vs non islamic
investmen ratio dan islamic income vs non islamic income ratio.
3. Kinerja keuangan atau profitabilitas perusahaan sebagai variabel Y
(dependen) dalam penelitian ini di ukur melalui indikator Return On
Asset (ROA).
11

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1. Tujuan Penelitian
a. untuk menemukan bukti empiris bahwa intellectual capital index
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah
periode 2013-2018.
b. Untuk menemukan bukti empiris bahwa profit sharing ratio
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah
periode 2013-2018.
c. Untuk menemukan bukti empiris bahwa zakat performance ratio
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah
periode 2013-2018.
d. Untuk menemukan bukti empiris bahwa equitable distribution ratio
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum syariah
periode 2013-2018.
e. Untuk menemukan bukti empiris bahwa directors-employees welfare
ratio berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan bank umum
syariah periode 2013-2018.
f. Untuk menemukan bukti empiris bahwa islamic investment vs non
islamic investment ratio berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan bank umum syariah periode 2013-2018.
g. Untuk menemukan bukti empiris bahwa islamic income vs non
islamic income ratio berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
bank umum syariah periode 2013-2018.
2. Manfaat
a. Manfaat Teoritis
Dalam tulisan ini manfaat teoritisnya adalah agar dapat manjadi
tembahan literatur atau referensi dan menambah ilmu pengetahuan
penulis serta pembaca mengenai ilmu-ilmu perbankan syariah.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi akademisi, untuk menambah pengetahuan akuntansi
manajemen terkait pengaruh modal intelektual dan islamicity
performance index terhadap perofitabilitas bank umum syariah.
12

2) Bagi pemegang saham dan calon investor, penelitian ini dapat


dijadikan referensi untuk menilai kinerja modal intelektual dan
kinerja keuangan syariah pada perbankan syariah di Indoensia
sehingga investor dapat menggunakannya sebagai indikasi
perusahaan tersebut memiliki competitive advantage yang lebih
dan juga untuk pertimbangan bagi investor dalam mengambil
keputusan.
3) Bagi Manajer, dapat dijadikan acuan bagi seorang manajer
dalam mengelola modal intelektual dan kinerja keuangan
syariah yang dimiliki sehingga dapat menciptakan nilai tambah
bagi perusahaan.
13

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Landasan Teori
1. Stakeholder Theory
Teori yang mendukung atas penelitian ini adalah stakeholder theory.
Stakeholder adalah kelompok-kelompok yang terlibat langsung dengan
suatu perusahaan seperti karyawan, pelanggan, pemasok, kreditur,
pemilik, dan pihak-pihak lain yang terlibat langsung (Gitman dan Zutter,
2011). Pada pertengahan tahun 1980-an muncul pendekatan stakeholder.
Menurut (Hermawan dan Rochman, 2015) keinginan untuk membangun
kerangka kerja yang cepat dalam menanggapi setiap masalah yang
dihadapi menjadi latar belakang munculnya pendekatan ini.
Stakeholder theory menyatakan bahwa seluruh stakeholder
memiliki hak untuk disediakan informasi tentang aktivitas perusahaan
yang dapat mempengaruhi keputusan para stakeholder bahkan ketika
para stakeholder tersebut memilih untuk tidak menggunakan informasi
yang tersedia atau ketika para stakeholder secara langsung dapat
berperan dalam kelangsungan hidup perusahaan, Ulum (2009).
2. Kinerja Keuangan
Menurut Anggarini (2012) kinerja keuangan adalah hasil dari kegiatan
operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan
yang dapat dibandingkan dengan hasil keuangan periode sebelumnya
ataupun hasil hasil dari perusahaan lain yang sejenis. Kinerja keuangan
merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-
aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar (Fahmi, 2017).
Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik efektifitas
operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya (Mulyadi, 2001). Hasil kegiatan operasi perusahaan
merupakan transaksi keuangan yang dinyatakan dalam nilai uang,
sehingga dapat digunakan sebagai bahan dalam melakukan analisis
perbandingan. Analisis dilakukan untuk menilai hasil kegiatan operasi,
14

apakah meningkat ataukah menurun, dengan adanya analisis hasil


kegiatan operasi perusahaan, manajemen dapat mengambil tindakan yang
dibutuhkan dengan kondisi tersebut.
Kinerja keuangan perusahaan juga dapat diukur menggunakan
analisis laporan keuangan atau analisis rasio. Pengukuran kinerja yang
dilakukan setiap periode waktu tertentu sangat bermanfaat untuk menilai
kemajuan yang telah dicapai perusahaan dan menghasilkan informasi
yang sangat bermanfaat untuk pengambilan keputusan serta mampu
menciptakan nilai perusahaan itu sendiri.
Menurut Juningan (2006) kinerja keuangan merupakan gambaran
kondisi keuangan yang menyangkut penghimpunan dana dan penyaluran
dana pada suatu periode tertentu. Biasanya kondisi keuangan tersebut
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.
Kecukupan modal dinilai terkait dengan kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana. Penilaian kondisi likuiditas dilakukan untuk
mengetahui kemampuan dalam memenuhi kewajiban kepada para
deposan, sedangkan untuk mengetahui kemampuan dalam menghasilkan
keuntungan dilakukan penilaian terhadap aspek profitabilitas.
Menurut Brigham dan Houston (2001) aspek profitabilitas adalah
sekelompok rasio yang memperlihatkan pengaruh gabungan dari
likuiditas, manajemen aktiva, dan hutang terhadap hasil operasi.
Profitabilitas juga digunakan untuk mengukur perusahaan dalam
menghasilkan laba, sehingga investor dapat menjadikan profitabilitas
sebagai tolak ukur dalam melakukan investasi, Siswanti et.al (2017).
Menurut Henry Simamora kinerja keuangan dapat diukur dengan
menggunakan return on asset (ROA), karena return on asset (ROA)
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari rata-rata total aset bank
yang bersangkutan. Return on asset (ROA) merupakan suatu ukuran
keseluruhan profitabilitas perusahaan (Simamora, 2006). ROA dapat
diukur dengan rumus:
15

ROA = laba sebelum pajak x 100%


Total Aset
3. Intellectual Capital
a. Definsi intellectual capital
Untuk dapat bersaingan dalam dunia bisnis perusahaan harus memiliki
kekayaan intellektual yang merupakan salah satu nilai tambah bagi
perusahaan. Kekayaan ini bukan kapital seperti modal, aset, bahan dan
lahan. Menurut sangkala (2006) intellectual capital merupakan materi
intelektual yang terdapat dalam diri karyawan seperti pendidikan dan
pengalaman, dan juga aset perusahaan yang berbasis pengetahuan atau
hasil dari proses transformasi pengetahuan pengetahuan yang dapat
berwujud aset intelektual perusahaan. Intellectual capital dipercaya telah
menjadi sumber daya yang penting dalam menciptakan keunggulan
kompetitif dan meningkatkan kinerja bisnis.
Brooking (1996) mendefinisikan secara lebih komprehensif bahwa
IC diberikan untuk kombinasi intangible assets yang dapat membuat
perusahaan untuk dapat berfungsi. Edvinsson dan Malone (1997)
mengidentifikasi IC sebagai nilai yang tersembunyi dari bisnis.
Sedangkan menurut Bontis (2000) IC mencakup semua pengetahuan
karyawan, organisasi dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai
tambah dan menyebabkan keunggulan kompetitif berkelanjutan.
Intellectual capital didefinisikan sebagai seperangkan tak berwujud
(sumber daya, kemampuan, dan kompetensi) yang menggerakan kinerja
organisasi dan penciptaan nilai. IC didefinisikan sebagai sumber daya
pengetahuan dalam bentuk karyawan, pelanggan, proses atau teknologi
yang perusahaan gunakan dalam proses penciptaan nilai bagi perusahaan,
Ulum (2009).
Intellectual capital dapat dibentuk melalui tiga kategori yaitu
pengetahuan yang berhubungan dengan karyawan yang disebut human
capital, pengetahuan yang berhubungan dengan pelanggan yang disebut
customer atau relation capital, dan pengetahuan yang berhubungan
16

dengan perusahaan yang disebut structural atau organizational capital,


Ulum (2009).
Pulic (1998) mengajukan sebuah model pengukuran IC yang dia
namakan Value Added Intellectual Capital (VAICTM). Dimana model ini
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan
efisiensi dari value added (VA) pada aset berwujud dan aset tak
berwujud yang dimiliki perusahaan sebagai hsail dari kemampuan
intelektualnya. Sebagai indikator yang dianggap paling objektif dalam
menilai keberhasilan bisnis serta dapat menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam pencipta nilai (value creation). Value added dapat
dipengaruhi oleh efisiensi dari human capital, structural capital, dan
capital employed.
b. Komponen intellectual capital
Bontis et al. (2000) menyatakan bahwa secara umum, para peneliti
mengidentifikasi tiga komponen utama dalam intellectual capital, yaitu:
human capital (HC), structural capital (SC), dan customer capital (CC).
Secara sederhana HC mempresentasikan individual knowledge stock
suatu organisasi yang dipresentasikan oleh karyawan. HC merupakan
kombinasi dari genetic inheritance; education; experience, and attitude
tentang kehidupan dan bisnis, Bontis (2000).
Menurut Sawarjuwono dan Kadir (2003) menyatakan bahwa IC
terdiri dari tiga elemen utama, yaitu:
Value Added Human Capital (VAHU)
Salah satu lifeblood dalam intellectual capital adalah human capital. Di
sinilah sumber innovation dan improvement, tetapi merupakan komponen
yang sulit untuk diukur. Human capital sebagai kombinasi pengetahuan,
keahlian, inovasi dan kemampuan pekerja perusahaan secara individual
untuk menyelesaikan tugasnya. Human capital menunjukkan
kemampuan yang dimiliki karyawan dalam memberikan solusi, inovasi,
dan melakukan perubahan positif didalam persaingan lingkungan kerja,
Cahyani dkk (2015).
17

Human capital merupakan salah satu pengukuran dari intellectual


capital yang dapat menunjukkan seberapa banyak value added dapat
dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Human
capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuan yang dimiliki oelh karyawannya. Hubungan antara value
added dan human capital mengindikasikan kemampuan dari HC dalam
menciptakan nilai di dalam perusahaan, dengan kata lain rasio ini
menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan dalam HC terhadap VA perusahaan, Ulum (2009).
Value Added Capital Employee (VACA)
Firer dan William (2003) menjelaskan bahwa capital employed atau
physical capital adalah suatu indikator value added yang tercipta atas
modal yang diusahakan dalam perusahaan secara efisien. Bagaimana
suatu perusahaan mengelola modal fisik dan keuanga secara efisien
dapay dinilai berdasarkan capital employed perusahaan tersebut. VACA
merupakan kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber daya
berupa capital asset yang apabila dikelola dengan baik akan
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan, Kartika dan Hatane (2013).
Structural Capital Value Added (STVA)
Structural Capital Value Added (STVA) merupakan suatu pengukuran
dari efisiensi SC (structural capital). STVA (Structural Capital Value
Added) mengukur jumlah structural capital yang dibutuhkan dalam
menghasilkan satu rupiah dari value added dan merupakan indikasi atas
keberhasilan SC dalam penciptaan nilai atau value creation (Ulum,
2009). Structural Capital merupakan kemampuan organisasi atau
perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya
yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual
yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Structural Capital
meliputi sistem operasional perusahaan, proses manufacturing, budaya
organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property
yang dimiliki perusahaan.
18

Nilai yang terdapat pada structural capital tergantung pada nilai


human capital. Semakin besar nilai human capital, maka semakun kecil
structural capital yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin kecil human
caiptal, maka semakin besar structural capital yang dihasilkan. Hal ini
dikarenakan nilai SC (structural capital) diperoleh dari selisih antara VA
(value added) dan HC (human capital), Cahyani dkk, (2015).
4. Islamicity Performance Index
Hameed et al (2004) melalui jurnalnya telah mengembangkan sebuah
index yang dinamakan Islamiciy performance index yaitu pengukuran
kinerja organisasi untuk mengukur kinerja lembaga keuangan Islam,
dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah berpengaruh
terhadap kesehatan finansial pada perbankan syariah di Indonesia.
Pengukuran kinerja ini berdasarkan informasi yang tersedia di laporan
tahunan Hameed et al (2004), yang terdiri dari:
Profit Sharing Ratio (PSR)
Profit Sharing Ratio (PSR) merupakan salah satu rasio untuk mengukur
aktivitas bank syariah dalam melakukan penyaluran pembiayaan yang
berakad bagi hasil. Salah satu tujuan utama dari Bank Syariah adalah
bagi hasil. Dengan demikian, penting untuk mengidentifikasikan
seberapa jauh bank syariah menggunakan kegiatan pembagian
keuntungan dalam kaitannya dengan total pembiayaan serta untuk
melihat apakah pembagiannya meningkat, menurun atau tetap tidak
berubah (Puspitosari, 2016). Oleh karena itu, sangatlah penting untuk
mengidentifikasi seberapa jauh bank syariah telah berhasil mencapai
tujuan eksistensi mereka atas bagi hasil melalui rasio ini, Hameed et. al,
(2004).
Pendapatan dari bagi hasil diperoleh melalui dua akad, yang pertama
adalah mudharabah yaitu penanaman dana dari pemilik kepada pengelola
dana untuk melakukan kegiatan usaha tertentu dengan pembagian
berdasarkan profit and loss sharing. Akad yang kedua adalah
musyarakah, yaitu perjanjian antara pemilik modal untuk mencampurkan
modal mereka pada suatu usaha tertentu dengan pembagian keuntungan
19

yang telah disepakati sebelumnya, dan kerugian ditanggung semua


pemilik modal berdasarkan bagian modal masing-masing, Khasanah
(2016).
Zakat Performance Ratio (ZPR)
Zakat Performance Ratio (ZPR) merupakan rasio yang mengukur
seberapa besar zakat yang dikeluarkan oleh bank syariah dibandingkan
dengan net asset, Aisjah dan Hadianto (2013). Zakat merupakan salah
satu perintah dalam Islam sehingga harus menjadi salah satu tujuan
akuntansi syariah. Oleh karena itu, kinerja perbankan syariah harus
didasarkan pada zakat yang dibayarkan oleh bank untuk menggantikan
indikator kinerja konvensional yaitu earning per share. Kekayaan bank
harus didasarkan pada aset bersih dari pada laba bersih yang ditekankan
oleh metode konvensional. Sehingga apabila bank memiliki aset bersih
yang tinggi, maka semakin tinggi pula zakat yang harus dibayarkan
(Hameed et. al., 2004).
Equitable Distribution Ratio (EDR)
Equitable Distribution Ratio (EDR) Rasio ini pada dasarnya mencoba
untuk mencari tahu bagaimana pendapatan yang dihasilkan oleh bank
syariah telah didistribusikan di antara pemangku kepentingan yang
diwakili oleh jumlah yang dibelanjakan untuk qardh dan sumbangan,
biaya karyawan dan lain-lain, Hameed et. al, (2004).
Equitable distribution ratio merupakan rasio yang mengukur
berupa presentase pendapatan yang didistribusikan kepada stakeholder
yang terlihat dari jumlah uang yang dihabiskan untuk qard dan donasi,
beban pegawai, dan lain-lain. Untuk setiap item, dihitung dengan menilai
jumlah yang didistribusikan (kepada sosial masyarakat, pegawai, investor
dan perusahaan) dibagi total pendapatan yang telah dikurangi zakat dan
pajak (Meilani dkk, 2016).
Directors Employees Welfare ratio (DEWR)
Banyak klaim yang menyatakan bahwa direktur mendapat upah yang
jauh lebih besar dari kinerja yang mereka lakukan. Rasio ini bertujuan
untuk mengukur apakah direktur mendapatkan gaji yang berlebihan
20

dibandingkan dengan pegawai, karena remunerasi direktur merupakan


isu yang penting. Directors Employees Welfare ratio (DEWR) bertujuan
untuk mengidentifkasi berapa uang yang digunakan untuk gaji direktur
dibandingkan dengan uang yang digunakan untuk kesejahteraan pegawai,
Hameed et. al, (2004).
Islamic Investment Vs Non Islamic Investment (IIR)
Islamic Investment Vs Non Islamic Investment (IIR) Rasio yang
membandingkan antara investasi halal dengan total investasi yang
dilakukan bank secara keseluruhan diungkapkan dalam bentuk rasio
antara investasi syariah dengan jumlah investasi syariah dan non syariah
(Hameed, et.al, 2004).
Islamic Income Vs Non Islamic Income (IsIR)
Islamic Income Vs Non Islamic Income (IsIR) merupakan rasio yang
membandingkan antara pendapatan halal dengan seluruh pendapatan
yang diperoleh bank syariah secara keseluruhan. Bank syariah harus
menerima pendapatan hanya yang berasal dari sumber yang halal. Jika
bank syariah memperoleh pendapatan dari transaksi yang non-halal,
maka bank tersebut harus mengungkapkan informasi seperti jumlah,
sumber, bagaimana penentuannya, dan yang paling penting prosedur apa
saja yang tersedia untuk mencegah masuknya transaksi yang dilarang
oleh syariah. Pendapatan non-halal dalam laporan keuangan dapat dilihat
pada laporan sumber dan penggunaan qardh. Rasio ini bertujuan untuk
mengukur pendapatan yang berasal dari sumber yang halal, Listiani dkk,
(2016).
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Hasil penelitian terdahulu
No Penulis dan Variabel Hasil
Tahun
1) Dewanata dkk Variabel Dependen IC memiliki pengaruh
(2016) ROA positif dan signifikan
Variabel independen terhadap ROA. PSR
Intellectual capital memiliki pengaruh negatif
dan PSR, ZPR, EDR signifikan terhadap ROA.
ZPR memiliki pengaruh
positif signifikan terhadap
21

ROA. EDR memiliki


pengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap ROA.
2) Faza dan Variabel Dependen Terdapat pengaruh positif
Hidayah (2014) ROA, ROE, dan signifikan IC terhadap
Produktivitas, dan ROA dan ROE. Tidak
nilai perusahaan terdapat pengaruh signifikan
Variabel independen IC terhadap produktivitas
IC dan nilai perusahaan.
3) Bustaman dan Variabel dependen IPI secara parsial berpengaruh
Aditia (2016) ROA positif terhadap ROA. IC
Variabel independen secara parsial berpengaruh
IC, islamicity positif terhadap ROA. Biaya
performance index, intermediasi secara parsial
biaya intermediasi berpengaruh terhadap ROA.
Secara simultan seluruh
variabel independen
berpengaruh terhadap ROA.
4) Khasanah Variabel dependen IC secara parsial berpengaruh
(2016) ROA positif signifikan terhadap
Variabel independen ROA. Terdapat pengaruh
IC, PSR, ZPR, EDR signifikan PSR terhadap
dan IsIR. kinerja keuangan, tidak
terdapat pengaruh signifikan
ZPR terhadap kinerja
keuangan, tidak terdapat
pengaruh signifikan EDR
terhadap kinerja keuangan,
tidak terdapat pengaruh
signifikan IsIR, dan terdapat
pengaruh positif signifikan
intellectual capital, PSR, ZPR,
EDR, dan IsIR.
5) Cahyani dkk Variabel dependen intellectual capital (IC)
(2015) ROA berpengaruh terhadap
Variabel independen IC profitabilitas secara
keseluruhan.
6) Falikhatun dan Variabel dependen IIR berpengaruh positif
Assegaf (2018) kesehatan finansial. signifikan terhadap
Variabel independen kesehatan finansial, PSR
investasi islami (IIR), berpengaruh positif
PSR, dan pendapatan signifikan terhadap
islami (IsIR) kesehatan lingkungan, IsIR
berpengaruh positif
signifikan terhadap
kesehatan lingkungan, dan
DEWR berpengaruh positif
signifikan terhadap
kesehatan lingkungan.
7) Listiani dkk Variabel dependen PSR mengalami naik turun
22

(2016) profitabilitas. berarti Bank Jabar Banten


Variabel independen Syariah dalam melaksanakan
PSR, ZPR, EDR, IRR, kegiatan usahanya telah
dan IsIR. terfokus kepada prinsip bank
syariah yaitu prinsip
melaksanakan bagi hasil
walaupun nilainya relatif kecil.
Penyaluran Bank Jabar Banten
Syariah masih rendah
meskipun demikian Bank
Jabar Banten Syariah telah
melaksanakan prinsip
syariahnya yaitu mengeluarkan
zakat yang merupakan wujud
kepedulian entitas syariah
dalam memenuhi kewajiban
sosialnya kepada masyarakat
meskipun belum optimal akan
tetapi kewajibannya sebagai
bank syariah tetap
diperhatikan. Pendistirbusian
pendapatan Bank Jabar Banten
Syariah lebih menekankan
kepada perusahaan itu sendiri
sedangkan kepada masyarakat,
karyawan dan pemegang
saham masih sangat rendah.
Bank Jabar Banten Syariah
mengalokasikan dana yang
dimilikinya 100% pada
investasi halal dan sesuai
dengan prinsip syariah yaitu
terbebas dari unsur maysir,
gharar dan riba. Bank Jabar
Banten Syariah dapat dilihat
bahwa pendapatan yang
diperoleh sepenuhnya halal.
Dari seluruh pendapatan yang
diperoleh terdapat pendapatan
non halal sebesar 0,1%.

C. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini akan dijelaskan pengaruh intellectual capital,, profit
sharing ratio, zakat performance ratio, equitable distribution ratio, directors-
employees welfare ratio, islamic investment vs non-islamic investment ratio,
dan islamic income vs non islamic income ratio terhadap kinerja keuangan
(ROA) bank umum syariah periode 2013-2017.

Intellectual capital H1(+)

Profit sharing ratio H2(+)

Zakat performance ratio H (+)


23

Gambar 2.1 Model Penelitian

D. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan
data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap
rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris dengan data,
Sugiyono (2012).
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Value Added Human Capital terhadap kinerja keuangan
(ROA) bank umu syariah periode 2013-2017.
Praktik akuntansi konservatisme menekankan bahwa investasi
perusahaan dalam intellectual capital yang disajikan dalam laporan
keuangan, dihasilkan dari peningkatan selisih antara nilai pasar dan nilai
buku. Jadi, jika misalnya pasarnya efisien, maka investor akan
memberikan nilai yang tinggi terhadap perusahaan yang memiliki IC
lebih besar (Firer dan Williams, 2003). Selain itu, jika IC merupakan
sumberdaya yang terukur untuk peningkatan competitive advantages,
maka IC akan memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan
perusahaan (Harrison dan Sullivan, 2000; Chen et al., 2005;
Abdolmohammadi, 2005).
Pentingnya pemilik perusahaan menyerahkan pengelolaan
perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang lebih mengerti dalam
menjalankan bisnis sehari-hari. Jika tenaga profesional mengelola
perusahaan secara efektif, maka dapat menciptakan keunggulan
kompetitif dibanding para pesaingnya. Sumber daya manusia yang
memiliki keterampilan dan kompetensi tinggi merupakan keunggulan
kompetitif bagi perusahaan. Jika perusahaan memanfaatkan dan
mengelola potensi yang dimiliki karyawan dengan baik, hal ini akan
24

meningkatkan keuntungan perusahaan dengan biaya seefisien mungkin


dengan dikelolanya oleh tenaga-tenaga profesional perusahaan. Dengan
menggunakan VAICTM yang diformulasikan oleh Pulic (1998) sebagai
ukuran kemampuan intelektual perusahaan diajukan hipotesis sebagai
berikut:
H1: Terdapat pengaruh positif dan signifikan intellectual capital
(VAICTM) terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
2. Pengaruh profit sharing ratio terhadap kinerja keuangan (ROA)
bank umu syariah periode 2013-2017.
Rasio ini menunjukkan eksistensi perbankan syariah dalam menjalankan
kegiatan operasional peusahaan. Rasio ini menunjukkan berapa besarnya
pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank syariah. Meningkatnya jumlah
bagi hasil yang diperoleh perbankan syariah menunjukkan bahwa
perbankan syariah tersebut dapat menunjukkan eksistensinya di
masyarakat. Hal tersebut juga dapat menunjukkan bahwa meningkatnya
bagi hasil, pendapatan perbankan syariah juga meningkat. Meningkatnya
pendapatan mengindikasikan bahwa adanya peningkatan laba, sehingga
profitabilitas bank syariah juga meningkat, Hameed et. al, (2004).
Hasil penelitian Meisaroh (2015) menunjukkan bahwa Profit
Sharing Ratio berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh pembiayaan Profit Sharing relatif kecil dibandingkan
pembiayaan jual beli. Oleh karena itu, sumbangan pendapatan bagi hasil
yang diperoleh dari penyaluran pembiayaan Profit Sharing kurang
mampu mengoptimalkan kemampuan bank syariah dalam menghasilkan
laba. Dalam penelitian Khasanah (2016) mengemukakan bahwa profit
sharing ratio berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan
perbankan syariah.
H2: terdapat pengaruh positif dan signifikan profit sharing ratio
terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
3. Pengaruh zakat performance ratio terhadap kinerja keuangan (ROA)
bank umu syariah periode 2013-2017.
25

Zakat merupakan salah satu perintah dalam Islam sehingga harus menjadi
salah satu tujuan akuntansi syariah. Oleh karena itu, kinerja perbankan
syariah harus didasarkan pada zakat yang dibayarkan oleh bank untuk
menggantikan indikator kinerja konvensional yaitu earning per share.
Kekayaan bank harus didasarkan pada aset bersih dari pada laba bersih
yang ditekankan oleh metode konvensional. Sehingga apabila bank
memiliki aset bersih yang tinggi, maka semakin tinggi pula zakat yang
harus dibayarkan (Hameed et. al., 2004).
Rasio kinerja zakat digunakan untuk mengukur besarnya kontribusi
zakat perusahaan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah. Zakat tersebut
kemudian akan dapat dinikmati oleh mustahiq zakat, yang merupakan
representasi kelompok yang membutuhkan dalam masyarakat. Zakat
Performance Ratio diperoleh dengan membandingkan zakat yang
dibayarkan Bank Syariah dengan laba sebelum pajak. Oleh karena itu,
jika aset bersih bank semakin tinggi, maka tentunya akan membayar
zakat yang semakin tinggi pula.
Penelitian Amirah dan Raharjo (2014) menyebutkan bahwa alokasi
zakat berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan
syariah. Rhamdhani (2016) menyebutkan juga bahwa Zakat memiliki
pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan. Zakat Performance
Ratio memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, Dewanata
et al.(2016). Hasil tersebut menunjukkan bahwa bank umum syariah
dengan tingkat pembayaran zakat yang tinggi cenderung akan
memperoleh laba yang tinggi pula, sehingga akan meningkatkan kinerja
bank umum syariah.
H3: Terdapat pengaruh positif dan signifikan zakat performance
ratio terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
4. Pengaruh equitable distribution ratio terhadap kinerja keuangan
(ROA) bank umu syariah periode 2013-2017.
Equitable distribution ratio merupakan indikator pelaksanaan prinsip
syariah, dimana menekankan adanya keadilan dengan pemerataan
pendapatan. Rasio ini diketahui besar rata-rata distribusi pendapatan ke
26

sejumlah stakeholder yaitu, pemegang saham, masyarakat, karyawan,


dan perusahaan. Rasio ini dipresentasikan oleh jumlah qard dan dana
kebajikan, upah karyawan, dividen, dan laba bersih. Rata-rata distribusi
kepada setiap pemangku kepentingan kemudian dibandingkan dengan
total pendapatan setelah dikurangi zakat dan pajak (Khasanah, 2016).
Penelitian yang dilakukan oleh Maisaroh (2015) menyebutkan
bahwa equitable distribution ratio secara parsial berpengaruh positif
terhadap ROA. Penelitian ini juga didukung oleh Sebtianita dan
Khasanah (2015) dan Dewanata et. al, (2016) yang menyebutkan bahwa
equitable distribution ratio berpengaruh positif terhadap kinerja
keuangan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Equitable Distribution
Ratio tidak menentukan dalam peningkatan kinerja bank umum syariah.
Ibrahim et. al. (2003) menyatakan bahwa penerapan prinsip-prinsip
syariah akan meningkatkan kinerja keuangan bank syariah. Namun
berdasarkan penelitian Meisaroh (2015) rata-rata perbankan syariah di
Indonesia lebih menekankan pengalokasian pendapatan antara pemangku
kepentingan utama yaitu pada karyawan dan perbankan syariah sendiri.
Distribusi pendapatan untuk pemegang saham dan masyarakat relatif
rendah.
H4: Terdapat pengaruh positif dan signifikan equitable distribution
ratio terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
5. Pengaruh directors-employees welfare ratio terhadap kinerja
keuangan (ROA) bank umu syariah periode 2013-2017.
Director-employees welfare ratio mengindikasi jumlah uang yang
digunakan untuk direktur dan jumlah uang untuk kesejahteraan pegawai.
Hal ini dikarenakan adanya isu-isu renumerasi direktur. Banyak yang
mengungkapkan bahwa direktur digaji lebih dibanding pekerjaan yang
dia lakukan, khasanah (2016). Islam telah mengajarkan bahwa untuk
selalu berlaku adil dalam segala hal, terutama dalam memberi upah. Para
pekerja harus memperoleh upahnya sesuai kontribusi pada produksi,
sedangkan para majikan menerima keuntungan dalam proporsi yang
sesuai dengan modal dan kontribusinya dalam produksi. Oleh karena itu,
27

setiap orang akan memperoleh bagiannya yang sesuai dan tidak ada
seorangpun yang akan dirugikan. Jadi tinggi rendahnya upah seseorang
dalam suatu perkerjaan itu dikembalikan kepada tingkat kesempurnaan
jasa atau kegunaan tenaga yang diberikan.
Directors Employees Welfare Ratio memiliki pengaruh positif
terhadap ROA, Meisaroh (2015). Berdasarkan hasil tersebut rata-rata
perbankan syariah mengalokasikan manfaat kepada direksi dan karyawan
secara adil dan konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Falikhatun dan
Assegaf (2012) mengungkapkan bahwa Directors Employees Welfare
Ratio berpengaruh positif terhadap kesehatan finansial perbankan
syariah.
H5: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Directors Employees
Welfare Ratio terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
6. Pengaruh Islamic Income vs non Islamic Income terhadap kinerja
keuangan (ROA) bank umu syariah periode 2013-2017.
Rasio ini merupakan rasio pendapatan halal terhadap total
pendapatan. Total pendapatan terdiri dari pendapatan halal dan
pendapatan tidak halal. Pendapatan tidak halal diperoleh dari pendapatan
dari kegiatan konvesional. Pendapatan tidak halal juga dapat dilihat pada
laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan yang disediakan oleh
perbankan syariah (Khasanah, 2016).
Bank syariah harus menerima pendapatan hanya dari sumber yang
halal. Jika bank syariah memperoleh pendapatan dari transaksi yang
nonhalal, maka bank harus mengungkapkan informasi jumlah, sumber,
bagaimana penentuannya dan yang terpenting prosedur apa saja yang saja
yang tersedia untuk mencegah masuknya transaksi yang dilarang oleh
syariah. Islamic Income vs Non Islamic Income menunjukkan besarnya
pendapatan halal yang diperoleh perbankan syariah. Dengan tingginya
rasio ini menunjukkan bahwa pendapatan bank syariah yang berasal dari
sumber yang halal juga tinggi. Pendapatan halal yang tinggi
menunjukkan kinerja bank syariah juga akan meningkat.
28

Islamic Income vs non Islamic Income memiliki pengaruh positif


dan tidak signifikan terhadap ROA, Meisaroh (2015). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa setiap kenaikan atau penurunan dari Islamic Income
vs non Islamic Income tidak selalu meningkatkan atau menurunkan
profitabilitas pada bank syariah. Dari hasil penelitian yang dilakukan
Khasanah (2016) diperoleh hasil yang menyatakan bahwa Islamic
income vs non-Islamic income tidak terdapat pengaruh signifikan
terhadap kinerja keuangan perbankan syariah. Penelitian tersebut
didukung oleh penelitian Falikhatun dan Assegaf (2012) menyatakan
bahwa islamic income ratio vs non-islamic ratio berpengaruh positif
signifikan terhadap kesehatan financial pada perbankan syariah.
H6: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Islamic Income vs non
Islamic Income terhadap kinerja keuangan bank umum syariah.
7. Pengaruh Islamic Investment vs non Islamic Investment terhadap
kinerja keuangan (ROA) bank umu syariah periode 2013-2017.
Berbeda dengan penelelitian terdahulu yang telah dilakukan karena
dalam penelitian ini ada variabel baru yang peneliti masukkan sebagai
variabel independen yaitu Islamic Investment vs non Islamic Investment
yang merupakan salah satu rasio dari Islamicity Performance Index.
Islamic investment vs non-Islamic investment mengukur dan
mengidentifikasi sejauh mana perbankan syariah melakukan transaksi
yang halal dibandingkan dengan transaksi yang mengandung riba,
gharar, dan judi. Sejauh ini prinsip-prinsip Islam melarang transaksi
yang mengandung riba’, gharar dan judi, sehingga bank syariah perlu
untuk mengungkapkan investasi mana yang halal dan mana yang
dilarang.
Islam tidak memisahkan ekonomi dengan agama, sehingga
manusia tetap harus merujuk kepada ketentuan syariah dalam beraktivitas
termasuk dalam memperoleh harta kekayaan. Konsekuensinya, manusia
dalam bekerja, berbisnis, ataupun berinvestasi dalam rangka mencari
rezeki harus memilih bidang yang halal walaupun dari sudut pandang
keduniaan memberikan keuntungan yang lebih sedikit dibandingkan
29

dengan bidang yang haram (Nurhayati dan Wasilah, 2008). Listiani dkk
(2016) menyebutkan bahwa Bank Jabar Banten Syariah mengalokasikan
dana yang dimilikinya 100% pada investasi halal dan sesuai dengan
prinsip syariah.
H7: Terdapat pengaruh positif dan signifikan Islamic Investment vs
non Islamic Investment terhadap kinerja keuangan bank umum
syariah.

BAB 3 METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah kausal komparatif. Penelitian ini bersifat sebab
akibat, yaitu analisis terhadap hubungan-hubungan antara satu variabel
dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi
variabel lainnya (Umar, 2011). Jenis pendekatan penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang
secara tidak langsung mengambil data-data melalui media perantara.
Penelitian ini menekankan dengan angka dan menggunakan analisis data
dengan prosedur statistik yang betujuan untuk menguji hipotesis kemudian
mengambil keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana
pengaruh variabel bebas atau independen yaitu komponen Intellectual
Capital dan islamicity performance index terhadap variabel terikat atau
dependen yaitu kinerja keuangan (ROA) bank umum syariah.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Nur (2002) mendefinisikan populasi sebagai suatu kelompok
orang, kejadian, atau segala sesuatu yang memiliki karakteristik tertentu.
Berdasar penjelasan tersebut, populasi yang dipilih peneliti dalam
penelitian ini adalah bank umum syariah di Indonesia yang terdaftar di
30

Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan memiliki
laporan keuangan lengkap selama tahun 2013 – 2017.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian seperti yang dijelaskan oleh Sugiyono (2009)
menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik
yang dimiliki oleh populasi, karena bila jumlah populasinya besar peneliti
tidak dapat mempelajari semua yang ada pada populasi. Dapat
disimpulkan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah maupun
karakteristik yang dimiliki oleh populasi dan dipilih secara hati-hati dari
populasi yang telah ditentukan. Sampel tersebut sudah bisa mewakili
adanya populasi.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
syariah yang terdaftar di BI dan OJK tahun 2013-2017. Teknik
pengambilan sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive
sampling. Sampel yang dipilih dengan kriteria sebagai berikut:
1. Bank umum syariah yang terdaftar di BI dan OJK dari tahun 2013 –
2017.
2. Bank umum syariah yang secara rutin mempublikasikan laporan
keuangan selama periode pengamatan yaitu tahun 2013 sampai dengan
tahun 2017.
3. Bank umum syariah yang menyajikan laporan keuangan berupa laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan
arus kas, laporan sumber dan penyaluran dana zakat, laporan sumber
dan penggunaan dana kebajikan, dan catatan atas laporan keuangan.
C. Jenis, Sumber data, dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan dilakukan melalui pengumpulan data sekunder yang
diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan dan perusahaan sampel dalam bentuk
kuantitatif yang dinyatakan dengan angka. Data perusahaan laporan keuangan
diperoleh dari laporan keuangan yang dipublikasikan oleh situs resmi bank
umum syariah yang bersangkutan dan melalui website resmi OJK
(www.ojk.go.id). Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
31

menggunakan metode dokumentasi sedangkan studi pustaka diperoleh dari


penelitian terdahulu serta ditunjang oleh literatur lain.
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari satu variable dependen dan
enam variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
Profitabilitas, sedangkan variable independennya adalah intellectual capital
dan Islamicity performance index meliputi profit sharing ratio, zakat
performing ratio, equitable distribution ratio, director employees welfare
ratio, Islamic investmen vc non-Islamic investmen, Islamic income vs non-
Islamic income.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulan. Penelitian ini menggunakan dua tipe
variabel yaitu variabel terikat atau dependen dan variabel independen atau
bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas
perusahaan, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah
intellectual capital dan Islamicity performance index meliputi profit sharing
ratio, zakat performing ratio, equitable distribution ratio, director employees
welfare ratio, Islamic investmen vc non-Islamic investmen, Islamic income vs
non-Islamic income. Berikut ini penjelasan masing-masing variabel dalam
penelitian ini:
1. Variabel Dependen atau Terikat (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau adanya
keterkaitan oleh variabel lain. Dalam penelitian ini, variabel dependen
yang digunakan adalah kinerja keuangan dalam bentuk profitabilitas.
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba dari
proses kegiatan bisnis perusahaan melalui berbagai keputusan dan
kebijakan manajemen. Indikator Profitabilitas perusahaan dalam penelitian
ini adalah Return on Asset. Return on Asset (ROA) merupakan
32

perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap total aktiva perusahaan


dalam kegiatannya menghasilkan laba yang dinyatakan dalam persentase
sebagai salah satu ukuran profitabilitas perusahaan. Untuk mengetahui
besar pengembalian aset digunakan laba sebelum pajak agar diketahui total
bersih keuntungan dari penggunaan aset perusahaan (Khasanah, 2016).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 12/11/DPNP,
tanggal 31 Maret 2010 Return On Asset dirumuskan sebagai berikut:

ROA = Laba Sebelum Pajak x 100%


Total Aset

2. Variabel Independen atau Bebas (X)


Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi
sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau terikat (Sugiyono,
2009). Variabel independen dalam penelitian ini adalah IC dan islamicity
performance index meliputi profit sharing ratio, zakat performing ratio,
equitable distribution ratio, director employees welfare ratio, Islamic
investmen vc non-Islamic investmen, Islamic income vs non-Islamic
income.
a. Intellectual Capital
Variabel independen yang pertama dalam penelitian ini adalah IC yang
diukur berdasarkan value added yang diciptakan oleh Value Added
Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU),
Structural Capital Value Added (STVA). Kombinasi dari ketiga value
added tersebut disimbolkan dengan nama VAIC.
Tahapan perhitungan VAIC adalah sebagai berikut (Ulum, 2009):
Tahap Pertama : Menghitung Value Added (VA)
VA = OUT – IN
Keterangan:
VA = Value Added
33

OUT = Output (total penjualan dan pendapatan lain)


IN = Input (beban penjualan dan biaya-biaya lain selain beban
karyawan)
Penjualan adalah kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
perusahaan sebagai usaha pokoknya, dimana penjualan menawarkan
suatu produk dengan harapan terjadi penyerahan sejumlah uang sebagai
alat ukur harga oleh konsumen. Beban penjualan adalah biaya-biaya
yang diperlukan dalam rangka kegiatan penjualan oleh perusahaan.
Pendapatan adalah aliran penerimaan kas atau harta lain yang
diterima dari konsumen sebagai hasil penjualan barang atau pemberian
jasa. Pendapatan lain adalah pendapatan non operasi yang diterima
perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha pokok yang
dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatannya. Biayabiaya lain adalah
biaya yang tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan pokok yang
dilakukan oleh perusahaan.
Tahap Kedua : Menghitung Value Added Human Capital (VAHU)
VAHU menunjukkan berapa banyak VA yang dapat dihasilkan dengan
dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Rasio ini menunjukkan
kontribusi yang dibuat oleh setiap setiap rupiah yang diinvestasikan
dalam HC terhadap value added organisasi (Ulum, 2009).
VAHU = VA/HC
Keterangan:
VAHU = Value added Human Capital (rasio dari VA terhadap HC)
VA = Value added
HC = Human Capital ( jumlah gaji karyawan)
Beban karyawan adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan
tenaga kerja manusia tersebut. Dalam penelitian ini beban karyawan
termasuk gaji, bonus, pelatihan, dan biaya-biaya lain yang bersangkutan
dengan tenaga kerja.
Tahap Ketiga : Menghitung Value Added Capital Employed (VACA)
34

VACA adalah indikator VA yang diciptakan oleh dari satu unit dari
physical capital. Rasio ini menunjukkan kontribusi yang dibuat oleh
setiap unit dari CE terhadap value added organisasi (Ulum, 2009).
VACA = VA/CE
Keterangan:
VACA = Value Added Capital Employed (rasio dari VA terhadap CE)
VA = Value Added
CE = Capital Employed (ekuitas dan laba bersih)
Ekuitas adalah hak milik sisa (residual interest) dalam aktiva
dalam suatu badan usaha yang tersisa setelah dikurangi utang. Dalam
suatu badan usaha, ekuitas adalah hak dari pemilik (Baridwan, 2005).
Tahap Keempat : Menghitung Structural Capital Value Added
(STVA)
Rasio ini mengukur jumlah SC (Structural Capital) yang dibutuhkan
untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi
bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai (Ulum, 2009).
STVA = SC/VA
Keterangan:
STVA = Struktural Capital Value Added (rasio dari SC terhadap VA)
SC = Structural Capital (VA – HC)
VA = Value added
Tahap Kelima : Menghitung Value Added Intellectual Coefficient
(VAIC)
Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) mengindikasikan
kemampuan intelektual organisasi. VAIC dapat juga dianggap sebagai
BPI (Business Performance Indicator). VAIC merupakan penjumlahan
dari tiga komponen sebelumnya, yaitu: VACA, VAHU, dan STVA
(Ulum, 2009)
VAIC = VACA + VAHU + STVA
b. Islamicity Performance Index
Mengevaluasi kinerja dari institusi keuangan Syariah pentingnya
dengan mengukur pencapaian individu. Hal ini jelas bahwa peran dan
35

tanggung jawab lembaga-lembaga keuangan Islam tidak hanya terbatas


pada kebutuhan keuangan dari berbagai pihak, tetapi yang paling
penting adalah bagaimana mereka menjalankan bisnis mereka dan
tindakan yang digunakan untuk memastikan bahwa semua kegiatan
sesuai syariah. Salah satu cara untuk mengukur kinerja lembaga
keuangan syariah adalah melalui indeks yang dikemukakan oleh
Hameed et al yaitu Islamicity Index, sehingga kinerja dari lembaga
keuangan Syariah dapat benar-benar diukur. Index ini terdiri dari tujuh
rasio yang merupakan cerminan dari kinerja bank syariah, yaitu :
Profit sharing ratio (PSR)
Profit Sharing Ratio adalah rasio pembiayaan mudharabah dan
musyarakah terhadap total pembiayaan. Rasio ini mengukur banyaknya
bagi hasil yang dicapai oleh perbankan syariah, yang diperoleh dengan
pembiayaan mudharabah dan pembiayaan musyarakah. Profit sharing
(bagi hasil) merupakan salah satu tujuan utama dari perbankan syariah.

PSR = Mudaharabah + Musyarakah


Total Pembiayaan

Oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh


perbankan syariah telah berhasil mencapai eksistensi mereka atas bagi
hasil melalui profit sharing ratio (Hameed et. al., 2004).
Zakat performance ratio (ZPR)
Zakat harus menjadi salah satu tujuan akuntansi syariah, terlebih zakat
merupakan salah satu perintah dalam Islam. Oleh karna itu kinerja bank
syariah harus didasarkan pada zakat yang dibayarkan oleh Bank untuk
menggantikan indikator kinerja konvensional yaitu rasio laba per saham
(earning per share). Kekayaan bank harus didasarkan pada aktiva
bersih (net asset) dari pada laba bersih (net profit) yang ditekankan oleh
metode konvensional. Oleh karena itu, jika aktiva bersih bank semakin
tinggi, maka tentunya akan membayar zakat yang
tinggi pula.
36

Berikut rumus untuk menghitung Zakat Performance Ratio, Hameed et.


al, (2004) :

ZPR = Zakat
Net Asset

Equitable distribution ratio (EDR)


Equitable distribution ratio merupakan rasio untuk mencari tahu
bagaimana pendapatan yang didapatkan oleh bank syariah telah
didistribusikan kepada para stakeholder yang dilihat dari jumlah yang
dibelanjakan untuk qard dan donasi, biaya karyawan, dan lain-lain.
Untuk setiap item, akan dihitung jumlah yang didistribusikan dari total
pendapatan setelah dikurangi zakat dan pajak (Hameed et.al, 2004).
Rasio ini dapat diukur dengan:

EDR = Qard dan Donasi + Employee expense + Shareholder + Net profit


Pendapatan-(zakat+pajak)

Directors employees welfare ratio (DEWR)


Remunerasi bagi direktur menjadi isu penting, banyak yang
menganggap bahwa direktur dibayar lebih besar dibandingkan dengan
pekerjaan yang telah mereka lakukan. Karena itu penting untuk
mengukur seberapa banyak uang yang dikeluarkan untuk membayar
remunerasi direktur dibandingkan dengan uang yang dikeluarkan untuk
kesejahteraan karyawan. Kesejahteraan karyawan yang dimaksud
adalah gaji, pelatihan dan lainnya (Hameed et.al, 2004). Directors-
employees welfare ratio merupakan rasio yang mengindikasikan jumlah
uang yang digunakan untuk direktur dan jumlah uang untuk
kesejahteraan pegawai (Khasanah, 2016).

DEWR = Rata-rata gaji direksi


Rata-rata gaji karyawan
37

Islamic income vs non islamic income (IsIR)


Suatu keprihatinan dalam praktik peekonomian saat ini adalah Islam
telah secara tegas melarang transaksi yang melibatkan riba, gharar,dan
judi. Akan tetapi, saat ini masih banyak dijumpai praktik perdagangan
yang tidak sejalan dengan ajaran Islam. Oleh karena itu, sangatlah
penting bagi bank-bank syariah untuk mengungkapkan dengan jujur
setiap pendapatan mana yang dianggap halal dan mana yang dilarang
dalam Islam. Bank syariah harus menerima pendapatan hanya dari
sumber yang halal. Jika bank syariah memperoleh pendapatan dari
transaksi yang non-halal, maka bank harus mengungkapkan informasi
jumlah, sumber, bagaimana penentuannya dan yang terpenting prosedur
apa saja yang saja yang tersedia untuk mencegah masuknya transaksi
yang dilarang oleh syariah. Dalam laporan keuangan bank syariah
jumlah pendapatan non-halal dapat dilihat dalam laporan sumber dan
penggunaan qardh. Rasio ini bertujuan untuk mengukur pendapatan
yang berasal dari sumber yang halal, Hameed, et. al, (2004).

IsIR = Islamic income

Islamic income + non Islamic income

Islamic Investment Vs Non Islamic Investment (IRR)


Islamic investment vs non-islamic investment merupakan rasio
pengungkapan atas investasi yang halal dan yang dilarang dalam
transaksi yang dilakukan bank syariah diungkapkan dalam bentuk rasio
antara investasi syariah dengan jumlah investasi syariah dan non
syariah. Rasio ini menunjukan seberapa besar investasi halal yang
dilakukan oleh bank syariah atas seluruh investasi yang dilakukannya
(Hameed, et.al, 2004). Rasio ini dapat diukur dengan:

IRR = Islamic investment

Islamic investment + non Islamic investment


38

F. Metode Analisis Data


Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi
berganda, yaitu studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen
(terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas), yang bertujuan
untuk memprediksi rata – rata populasi atau nilai rata – rata variabel
dependen didasarkan nilai variabel independen yang diketahui, Rosadi
(2012). Sebelum melakukan analisis ini, untuk mendapatkan nilai yang baik,
maka penulis perlu melakukan sebuah pengujian pada instrument
pengumpulan data yang digunakan. Metode pengujian analisis dalam hal ini
adalah Uji Asumsi Klasik, sedangkan alat batu analisis yang digunakan yaitu
dengan menggunakan program SPSS.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum
mengenai responden dalam penelitian ini, yang dilihat dari nilai
minimum, maksimum, jumlah keseluruhan, rata-rata, dan standar deviasi
(Ghozali, 2013). Hal ini perlu dilakukan supaya dapat melihat gambaran
keseluruhan sampel yang dikumpulkan serta memenuhi syarat yang
dijadikan sampel penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik


Uji asumsi klasik merupakan persyaratan yang harus dipenuhi pada
analisis regresi linear berganda. Dalam pengujian ini untuk memperoleh
hasil analisis yang memenuhi syarat pengujian diperlukan beberapa
pengujian asumsi klasik yaitu sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan pengujian terhadap hipotesis yang telah diajukan
maka perlu dilakukan normalitas data. Uji normalitas data dilakukan
untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berdistribusi normal
atau tidak, Supranto (2004) karena data-data pada perusahaan
perbankan selalu berubah dan diduga tidak berdistribusi normal
maka perlu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov
39

Smirnov (uji K-S) dengan bantuan program SPSS. Adapun


langkah-langkah yang digunakan dalm uji normalitas data adalah
sebagai berikut, Ghozali (2013):
Merumuskan formula hipotesis
Ho : βi = 0 berarti data berdistribusi normal.
Ha : βi ≠ 0 berarti data tidak berdistribusi normal.
Menentukan level of significant (α)
Tingkat signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar 5%.
Menentukan kriteria pengujian
Angka signifikansi (Sig) > 0,05 maka data tersebut berdistribusi
normal.
Angka signifikansi (Sig) < 0,05 maka data tersebut tidak
berdistribusi normal.
Menarik kesimpulan
Menyimpulkan apakah Ho diterima atau ditolak (menerima Ha),
dengan kriteria sebagai berikut:
Ho diterima apabila angka signifikansi (Sig) > 0,05
Ho ditolak apabila angka signifikansi (Sig) < 0,05
Apabila data berdistribusi normal, maka dapat dilakukan
pengujian selanjutnya. Namun, apabila data tidak berdistribusi
normal maka dapat dilakukan langkah sebagai berikut:
1) Menambah ukuran sampel n dari data, hal ini didasarkan pada
Teorema Imit Pusat, semakin banyak data makan akan semakin
mendekati distribusi normal.
2) Mengurangi jumlah data, yaitu data-data yang dinilai ekstrim
(outlier).
3) Melakukan transformasi data kedalam bentuk: Logaritma, Ln,
Akar kuadrat.
4) Menggunakan alteratif lainnya yaitu metode statistic
nonparametric yang memerlukan asumsi normal data seperti Uji
Wilcoxon.
b. Uji Multikolinieritas
40

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi


ditemukan adanya hubungan yang kuat diantara variabel
independen.Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen.Apabila terjadi
multikolinieritas maka nilai estimasi parameter menjadi bias.
Sehingga akan memberikan hasil verifikasi (pengujian hipotesis)
yang tidak berguna bagi pengambilan keputusan, Wibowo (2000).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
multikolinieritas adalah dengan melihat besarnya nilai Varian
Infltion Factor (VIF). Apabila nilai VIF < 10 atau nilai
tolerance > 0,10 maka dalam model regresi tidak terjadi
multikolinieritas, Santoso (2002). Apabila dalam persamaan terjadi
multikolinieritas, maka langkah yang harus dilakukan untuk
mengatasi
multikolinieritas yaitu:
1) Menghapus salah satu variabel yang kolinier sepanjang tidak
menyebabkan specification error. Langkah-langkah untuk
mengahpus variabel yang berkolinear yaitu dengan
membandingkan nilai R2 dan pilih R2 yang memiliki nilai paling
besar dan indentifikasi variabel independen lainnya untuk
membantu memprediksi, Sarwoko (2005).
2) Melakukan transformasi data ke dalam bentuk: Logaritma, Ln,
Akar kuadrat, inverse atau bentuk yang lain.
3) Penambahan data baru.
c. Uji Autokorelasi
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berturutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lainnya. Model regesi yang baik adalah regresi yang bebas dari
autokorelasi (Ghozali, 2013). Uji Autokorelasi dapat dilakukan
dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana hasil
pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).
41

Pengambilan keputusan ada atau tidaknya autokorelasi, yaitu sebagai


berikut:
Tabel 3.1 Pengambilan keputusan autokorelasi
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif No decision 4 – du ≤ d ≤ 4
– dl
Tidak ada autokorelasi, positif Tidak ditolak du < d < 4 –
maupun negatif du

d. Uji Heterokedastisitas
Pengujian ini bertujuan apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji glejser. Jika
nilai probabilitas signifikan diatas 0,05 maka dapat disimpulkan
tidak terjadi heteroskedastisitas. Sebaliknya, jika dibawah 0,05 maka
terjadi heteroskedastisitas.
3. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan variabel dependen dengan satu atau lebih variabel
independen, dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-
rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai
variabel independen yang diketahui (Ghozali, 2013).
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis regresi
linear berganda (multiple linier regression) yang digunakan untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan dari satu
variabel dependen dan enam variabel independen. Variabel dependen
dalam penelitian ini yaitu kinerja keuangan bank umum syariah yang
42

diukur menggunakan ROA. Sedangkan variabel independen penelitian


ini yaitu intellectual capital, profit sharing ratio, zakat performance
ratio, equitable distribution ratio, directors-employees welfare ratio,
islamic investment vs non-islamic investment ratio dan islamic income
vs non-islamic income ratio. Persamaan analisis regresi linear
sederhana adalah sebagai berikut:
ROA = α + β1IC + β2PSR + β3ZPR + β4EDR + β5DEWR+ β6IRR+
β7IsIR + e
Keterangan:
ROA = Return On Asset
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
α = Konstanta
IC = Intellectual Capital
PSR = Profit Sharing Ratio
ZPR = Zakat Performance Ratio
EDR = Equitable Distribution Ratio
DEWR = Directors-Employees Welfare Ratio
IRR = Islamic Investment Vs Non Islamic Investment Ratio
IsIR = Islamic Income Vs Non Islamic Income Ratio
b. Koefisien Determinasi (adjust R2)
Pengujian adjusted R2 adalah pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui berapa besar variabel independen mempengaruhi variabel
dependen. Nilai dari adjusted R2 yaitu antara nol dan satu, sehingga
apabila nilai R2 yang kecil berarti bahwa kemampuan variabel-variabel
independen dalam menjelaskan variasi dependen amat terbatas. Jika
nilai yang mendekati satu berarti bahwa variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen.
c. Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Uji F digunakan untuk menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau
43

terikat. Uji F dapat dilakukan dengan menguji kelayakan model


regresi dalam memprediksi variabel independen (Ghozali, 2013).
Hasil uji F dalam penelitian ini didapatkan berdasarkan kriteria
sebagai berikut :
1) Jika tingkat signifikan F yang diperoleh dari hasil pengolahan
nilainya lebih kecil dari nilai signifikan yang digunakan yaitu 5%
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat memprediksi
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
2) Jika tingkat signifikan F yang diperoleh dari hasil pengeloaan
nilainya lebih besar dari nilai signifikan yaitu yang digunakan
sebesar 5% maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak
dapat meprediksi hubungan antara variabel independen dengan
model dependen.

d. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji t)


Uji t adalah pengujian koefisien regresi masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh variabel independen atau variabel penjelas secara
individual terhadap variabel dependen. Pengujian hipotesis ini
dilakukan dengan cara membandingkan antara nilai probabilitas (sig).
Apabila terlihat nilai signifikan lebih kecil dari 0,05 dengan koefisien
regresi adalah signifikan pada tingkat 5% maka berarti H0 ditolak dan
Ha diterima. Hal ini berarti variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap dependen (Ghozali, 2013).
1) Pengujian Hipotesis Pertama
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : β1 ≤ 0 : Intellectual capital tidak berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
Ha : β1 > 0 : Intellectual capital berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
b) Kriteria Pengujian
44

Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima


Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
c) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
d) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
2) Pengujian Hipotesis Kedua
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : β2 ≤ 0 : Profit sharing ratio tidak berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
Ha : β2 > 0 : Profit sharing ratio berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
b) Kriteria Pengujian
Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
c) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
d) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
3) Pengujian Hipotesis Ketiga
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : β3 ≤ 0 : zakat performance ratio tidak berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
Ha : β3 > 0 : zakat performance ratio berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
b) Kriteria Pengujian
45

Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima


Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
c) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
d) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
4) Pengujian Hipotesis Keempat
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : β4 ≤ 0 : Equitable Distribution Ratio tidak berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
Ha : β4 > 0 : Equitable Distribution Ratio berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
b) Kriteria Pengujian
Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
c) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
d) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
5) Pengujian Hipotesis Kelima
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : β5 ≤ 0 : Directors-Employees Welfare Ratio tidak
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank
Umum Syariah.
Ha : β5 > 0 : Directors-Employees Welfare Ratio berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank Umum Syariah.
46

b) Kriteria Pengujian
Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
c) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
d) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
6) Pengujian Hipotesis Keenam
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
H0 : β6 ≤ 0 : Islamic Income Vs Non Islamic Income Ratio tidak
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank
Umum Syariah.
Ha : β6 > 0 : Islamic Income Vs Non Islamic Income Ratio
berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA) Bank
Umum Syariah.
b) Kriteria Pengujian
Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
c) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
d) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.
7) Pengujian Hipotesis Ketujuh
e) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha)
47

H0 : β7 ≤ 0 : Islamic Investment Vs Non Islamic Investment


Ratio tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
(ROA) Bank Umum Syariah.
Ha : β7 > 0 : Islamic Investment Vs Non Islamic Investment
Ratio berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan (ROA)
Bank Umum Syariah.
f) Kriteria Pengujian
Jika thitung <ttabel, maka Ha ditolak dan H0 diterima
Jika thitung ≥ ttabel, maka Ha diterima dan H0 ditolak
g) Kriteria signifikan sebagai berikut :
Tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini
ditentukan sebesar 0,05 dan tingkat keyakinan atau
kepercayaan 95%. Dikatakan signifikan apabila α ≤ 0,05.
h) Dasar Pengambilan Keputusan
Jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak dan Ha diterima
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima dan Ha ditolak.

DAFTAR PUSTAKA
A. C. Murti, Analisa Pengaruh Modal Intelektual Terhadap Kinerja Perusahaan
(Studi Pada Perusahaan yang Terdaftar di BEI).
Abidin (2000), Pelaporan MI:“Upaya Mengembangkan Ukuran-ukuran Baru”,
Media Akuntansi, Edisi 7, Thn. VIII, pp. 46-47
Aisjah, S., & Hadianto, A. E. 2013. Performance Based Islamic Performance
Index (Study on the Bank Muamalat Indonesia and Bank Syariah
Mandiri). Asia-Pacific Management and Business Application, 2(2), 98-
110.
Amirah dan raharjo, teguh budi. 2014. Pengaruh alokasi dana zakat terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah.Seminar nasional dan call for paper
program studi akuntansi-FEB UMS, 25 Juni 2014.
Bontis, N W.C.C. Keow, S. Richardson. 2000. “Intellectual capital and business
performance in Malaysian industries”. Journal of Intellectual Capital.
48

Vol. 1 No. 1. pp. 85-100. available online: www.citeseerx.ist.psu.edu


(accessed January 2009)
Brigham, E.F. dan Houtson, J.F. (2001). Manajemen Keuangan. (Dodo Suharno
dan Hermawan Wibowo. Terjemahan). Jakarta: Erlangga
Brooking, A. (1996). Intellectual Capital: Core Assets for the Thirtd Mil-
Lennium, Enterprises Thomson Business Press, London, United
Kingdom.
Cahyani, R.I, S. Widiarti, Tara, Ferdiana, J.L. 2015. Pengaruh intellectua capital
terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Jurnal riset akuntansi dan perpajakan. Vol. 2, No.
1. Hal 1-18.
Dewanata, P., Hamidah, Ahmadm GN. 2016. The Effect Of Intellectual Capital
and Islamicity Performance Index to the Performance of Islamic Bank in
Indonesia 2010-2014 Periods. JRMSI. Vol.7.
Edvinsson, L. And Malone, M. (1997). Intellectual Capital: Realizing Your
Company’s True Value by Finding Its Hidden Brainpower.
HarperCollins. New York.
Fahmi, Irham. 2017. Analisis Kinerja Keuangan. Cetakan keempat. Bandung:
ALFABETA, CV
Falikhatun dan Assegaf. 2012. Bank Syariah di Indonesia: Ketaatan pada Prinsip-
prinsip Syariah dan Kesehatan Finansial. Accounting and Management
(CBAM). Vol. 1 No. 1.
Firer, S., and Williams. Intellectual Capital and Traditional Measures of
Corporate Performance. Jurnal of Intellectual Capital. Vol.4 No.3. pp,
2003, h. 348
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program IBM SPSS
19. Semarang. Badan penerbit UNDIP.
Gitman, L. J., dan C. J. Zutter. Principles of Managerial Finance 13th Global
Edition. US: Pearson. 2011.
Hameed, S., Ade, W., Bakhtiar, A., Nazli, dan Sigit, P. 2004. Alternative
Disclosure dan Performance for Islamic Bank’s. Saudi Arabia. Dahran.
49

Hermawan, Hery, dan Fatchur Rochman. Aplikasi Teori Stakeholder:


Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Risiko Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akademika. 2015, Vol. 18,
No. 1, hh. 71-80.
Ibrahim et al., (2003). “Alternative Disclosure and Performance Measures for
Islamic Bank”. American Journal of Public Health Vol 93, No. 10.
Jumingan (2006). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Karim, Adiwarman. 2004. Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan. Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Kartika, M., & Hatane, S. E. (2013). Pengaruh Intellectual Capital Terhadap
Profitabilitas Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada Tahun 2007-2011. Business Accounting Review, Vol.1,
No.2, 14-25.
Khasanah, Anita Nur (2016). Pengaruh Intellectual Capital dan Islamicity
Performance Index Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah di
Indonesia. Jurnal Nominal. Universitas Negeri Yogyakarta.
Laporan Perkembangan Keuangan Syariah, Otoritas Jasa Keuangan.2017.
Maheran, Nik dan Amin, Khairu.2009. Intellectual Capital Efficiency and Firm’s
Performance: Study on Malaysian Financial Sectors. International
Journal of Economics and Finance August, Vol. 1, No.2.
Meilani, S. E. R., Andraeny, D., & Rahmayati, A. 2016. Analisis kinerja
perbankan syariah di Indonesia dengan menggunakan pendekatan
islamicity indices.
Meisaroh, Siti. 2015. “Pengaruh Intellectual Capital dan Islamicity Performance
Index terhadap Profitability Perbankan Syariah Indonesia”. Jurnal
Fakultas Ekonomi UIN Malang.
Mulyadi, “Akuntansi Pembiayaan Mudharabah dan Rekayasa:, Edisi ketiga, STIE
YKPN, Yogyakarta, 2001.
Pulic, A. (1998). Measuring the performance of intellectual potential in
knowledge economy. Paper presented at the 2nd McMaster Word
Congress on Measuring and Managing Intellectual Capital by the
Austrian Team for Intellectual Potential.
50

Purnasanti, A. M., et al. 2014. “Analisis Faktor– faktor yang Mempengaruhi


Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)” Simposium Nasional
Akuntansi XVII Lombok.
Puspitosari, I. 2016. Modal Intelektual dan Kinerja Keuangan dengan
Menggunakan Islamicity Performance Index pada Umum Syariah.
HUNAFA: Jurnal Studia Islamika, Vol 13 No 2, 248-270.
Rosadi, Dedi. Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan Eviews,
(Yogyakarta: Andi Offset, 2012), h. 61.
Sangkala. Intellectual Capital Management: Strategi Baru Membangun Daya
Saing Perusahaan. Jakarta: YAPENSI. 2006.
Santoso, Singgih. Buku Latihan SPSS Statistik Multivariat, (Jakarta: Elex Media
Komputindo, 2002), h. 206.
Sarwoko, Dasar-Dasar Ekonometrika, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), h. 123
Sawarjuwono T dan Agustine Prihatin Kadir, Intellectual Capital: Perlakuan,
Pengukuran danPelaporan (Sebuah Library Research), Jurnal Akuntansi
dan Keuangan, Vol 5, No. 1, 2003, h.35-57.
Sebtianita, E. 2015. Analisis kinerja bank umum syariah dengan menggunakan
pendekatan islamicity performance index: Studi pada bank umum
syariah periode tahun 2009-2013 (Doctoral dissertation, Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim).
Simamora, Henry. “Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis”, Jakarta:
Salemba Empat, 2006
Siswanti et al (2017). The Impact of Islamic Corporate Governance, Islamic
Intellectual Capital and Islamic Financial Performance on Sustainable
Business Islamic Bank. International Jurnal of Economic and Financial
Issues.
Stewart, Thomas A. 1997. Intellectual Capital: The New Wealth of Organization,
Doubleday/Currency. New York.
Sugiyono, Metodologi Penulisan Pendidikan (pendekatan kualitatif, kuantitatif,
dan R&D), Alfa Beta, Bandung, 2012, hlm.96.
Supranto, Ekonometri. Buku Kedua, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 189.
51

Ulum, I., & Imam Ghozali dan Anis Chariri. (2008). Intellectual Capital Dan
Kinerja Keuangan; Suatu Analisis Dengan Pendekatan Partial Least
Squares (PLS). Simposium Nasional Akuntansi 11 (SNA 11).
Ulum, Ihyaul. Intellectual Capital Konsep Kajian dan Empiris, Yogyakarta:
Graha Ilmu,2009.
Untari, Lisna. 2010. “Effect On Company Characteristics Corporate Social
Responsibility Disclosure In Corporate Annual Report Of Consumption
Listed In Indonesia Stock Exchange”. Jurnal Universitas Gunadarma.
Wibowo, Rudi. Ekonometrika: Analisa Data Parametrik Buku Tiga, (Jember:
Fakultas Pertanian Universitas Jember, 2000), h. 65.
Widiatmoko, Galih R. 2015. Pengaruh intellectual capital terhadap profitabilitas
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Yuliani, S. 2012. Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Kinerja Sosial
Bank Umum Syariah Di Indonesia Tahun 2006-2010, Jurnal Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, Depok.
Yuniasih, Ni Wayan dan Made Gede Wirakusuma. 2008. “Pengaruh Good
Corporate Governance terhadap Corporate Social Responsibilities (Studi
Empiris perusahaan manufaktur 2005-2006)”. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan. Bali: Universitas Udayana.
10

Anda mungkin juga menyukai