Anda di halaman 1dari 6

Tujuan

1. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian senyawa bahan alam


2. Mahasiswa mampu menyebutkan klasifikasi senyawa organik bahan alam
3. Mahasiswa mampu menjelaskan sifat-sifat senyawa organik bahan alam
4. Mahasiswa mampu menyebutkan kegunaan senyawa organik bahan alam
5. Mahasiswa mampu menjelaskan contoh-contoh senyawa organik bahan alam

Senyawa Organik Bahan Alam

Kimia organik mengalami kemajuan yang sejajar dengan kemajuan cara


pemisahan dan penelitian bahan alam. Karena sangat beranekaragam, molekul
yang berasal dari makhluk hidup mempunyai arti yang sangat penting bagi para
ahli kimia organik, yaitu untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan
tentang reaksi-reaksi organik, dan terutama dapat untuk menguji hipotesis-
hipotesis tertentu, misalnya hipotesis tentang mekanisme reaksi. Pada mulanya,
biogenesis dari produk alami berkaitan dengan kimia organik dan biokimia, tetapi
mempunyai tujuan yang berlainan (Manitto, 1992).

Pengertian Senyawa Organik Bahan Alam

Senyawa bahan alam adalah hasil metabolisme suatu organisme hidup


(tumbuhan, hewan, sel) berupa metabolit primer dan sekunder. Sedangkan kimia
bahan alam adalah salah satu cabang ilmu kimia yang membahas tentang
senyawa-senyawa kimia yang terdapat dalam bahan alam baik dari tanaman atau
hewan. Senyawa kimia yang sering dijumpai seperti karbohidrat, lipid, vitamin
dan asam nukleat termasuk dalam bahan alam, namun ahli kimia memberikan arti
yang lebih sempit tentang istilah bahan alam yakni senyawa kimia yang berkaitan
dengan metabolit sekunder saja seperti alkaloid, terpenoid, golongan fenol,
feromon dan sebagainya.

Klasifikasi Senyawa Organik Bahan Alam

Senyawa organik bahan alam dapat diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifat


kimia yang dimilikinya. Ada empat cara klasifikasi yang diusulkan, yaitu:

1. Klasifikasi Berdasarkan Struktur Kimiawi


Klasifikasi ini berdasarkan pada kerangka molekuler dari senyawa yang
bersangkutan. Menurut sistem ini, ada 4 kelas yaitu:
a. Senyawa alifatik rantai terbuka atau lemak dan minyak
Contoh: asam-asam lemak, gula, dan asam-asam amino pada umumnya.
b. Senyawa alisiklik atau sikloalifatik
Contoh: terpenoida, steroida, dan beberapa alkaloida.
c. Senyawa aromatik atau benzenoid
Contoh: golongan fenolat dan golongan kuinon.
d. Senyawa heterosiklik
Contoh: alkaloida, flavonoida, golongan basa asam inti

Karena klasifikasi ini hanyalah superfisial, maka tidak mengherankan


jika suatu senyawa organik bahan alam tertentu dapat dimasukkan kedua
kelas berlainan. Contohnya: geraniol, farsenol, dan skualen, termasuk kelas
senyawa alifatik rantai terbuka, timol termasuk senyawa aromatik. Namun,
keempat senyawa tersebut merupakan anggota dari kelas terpenoida dan
steroida (Tobing, 1989).

2. Klasifikasi Berdasarkan Sifat Fisiologik


Setelah penelitian yang lebih mendalam dilakukan terhadap morfin
(1806), penisilin (1939) dan prostaglandin (1963), maka perhatian para ahli
sering ditujukan kepada isolasi dan penentuan fungsi fisiologis dari senyawa
organik bahan alam tertentu. Hampir separoh dari obat-obatan yang
digunakan sehari-hari merupakan bahan alam, misalnya alkaloida dan
antibiotik, atau golongan-golongan sintetik. Oleh karena itu, senyawa organik
bahan alam dapat juga diklasifikasikan segi aktivitas fisiologik dari bahan
yang bersangkutan. Misalnya kelas hormon, vitamin, antibiotik dan
mikotoksin.

Meskipun asal usul biogenetik sangat bervariasi, namun ada kalanya


terdapat korelasi yang dekat antara aspek tersebut dengan kegiatannya.
Misalnya, meskipun struktur sangat bervariasi, namun senyawa-senyawa
yang menunjukkan aktivitas kardiotik (kardenolid dan bufadienolid) hanyalah
struktur yang memiliki komposisi sebagai berikut: (a) cincin A/B terpadu
secara cis, (b) memiliki residu berupa gula pada C 3 dan (c) memiliki lakton
suku -5 atau -6 yang terkonjugasi pada C17, lihat struktur (1) dan (2) di bawah
ini.

3. Klasifikasi Berdasarkan Taksonomi


Pengklasifikasian ini didasarkan pada penyelidikan morfologi komparatif
dari tumbuh-tumbuhan yaitu taksonomi tumbuhan. Pada hewan dan sebagian
mikroorganisme, metabolit terakhir bisanya dibuang ke luar tubuh, sedangkan
pada tumbuh-tumbuhan, metabolit tersimpan dalam tumbuhan itu sendiri.
Pada mulanya, beberapa metabolit dianggap hanya berasal dari tumbuh-
tumbuhan tertentu. Kemudian diketahui bahwa beberapa metabolit tersebar
pada berbagai tumbuhan dan ternyata bahwa banyak konstituen tumbuhan
(seperti alkaloida dan terpenoida) yang dapat diisolasi dari spesies, genera,
suku atau family tumbuhan tertentu. Dalam satu spesies tunggal, dapat
ditemukan sejumlah konstituen yang strukturnya berhubungan erat satu sama
lain. Misalnya, “opium” dari Papaver somniferum mengandung dua puluhan
alkaloida, termasuk morfin, tebain, kodein dan narkotin, yang kesemuanya
dibiosintesis dari precursor 1-benzilisokuinolin melalui penggandengan
(coupling) secara oksidasi. Oleh karena itu, alkaloida-alkaloida tersebut yang
strukturnya mirip satu sama lain dan berasal dari genus tumbuhan tertentu,
disebut alkaloida opium (Dewick, 1997).

4. Klasifikasi Berdasarkan Biogenesis


Semua konstituen tumbuhan dan binatang dibiosintesis dalam organisme
melalui reaksi-reaksi yang dibantu oleh enzim tertentu. (istilah “biosintesis”
dan “biogenesis” mempunyai arti yang sama: pembentukan bahan alam oleh
organisme hidup. “Biosintesis” mengacu kepada perolehan data
eksperimental dalam membuktikan jalur sintesis yang berlangsung,
sedangkan “biogenesis” masih bersifat hipotetik dan lebih menekankan aspek
spekulatif dari fakta). Setelah pengetahuan tentang kimia organik bahan
alam semakin berkembang sejak tahun 1930-an, beberapa ahli mulai
menyusun teori langkah-langkah biogenetik dari senyawa organik bahan alam
yang berlangsung dalam organisme hidup. “Aturan isopren” yang diusulkan
oleh Ruzicka menyatakan bahwa semua senyawa terpenoida terbentuk dari
“unit isopren” C5.
“Teori poliketometilen” diusulkan oleh Robinson menyatakan bahwa
senyawa golongan fenolat terbentuk melalui biosintesis asetogenin
(poliketida).

Teori lain dengan nama “jalur asam sikimat” diusulkan oleh Davis, yang
menyatakan bahwa biosintesis dari asam-asam amino aromatik dan senyawa
aromatik yang bertalian. Robinson juga menemukan hubungan di antara
alkaloida dengan asam amino prekursornya (Tobing, 1989).

Dari semua teori biogenesis itu dapat disimpulkan adanya 4 kelas


senyawa organik bahan alam, yakni:

a. Poliketida (asetogenin)
b. Fenolat (fenilpropanoida)
c. Isoprenoida
d. Alkaloida

Daftar Pustaka
Dewick, P.M. 1997. Medicinal Natural Products. England: John Wiley &
Sons.

Manitto, Paolo. 1992. Buiosintesiss Produk Alami. Semarang: IKIP


Semarang Press.

Tobing, Rangke L. 1989. Kimia Organik Fisik. Jakarta: Proyek


Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Anda mungkin juga menyukai