Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK 2 PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

KONSTANTA KESETIMBANGAN

Oleh:
Mohammad Afifudin Armadani 18030194020 PKU 2018

Matiatul Qibtiyah 18030194051 PKU 2018

Era Melania 18030194085 PKU 2018

Aulia Pratamadita 18030194101 PKU 2018

UNIVERSITAS NEGRI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
2020
A. Tujuan : Menentukan tetapan kesetimbangan untuk reaksi etanol dengan
asam etanoat
B. Alat :
1. Erlenmeyer dengan sumbat 100 cm3 2 buah
2. Erlenmeyer 250 cm3 2 buah
3. Buret dan corong 50 cm3 1 buah
4. Klem buret dan statis 1 buah
5. Gelas ukur 1 cm3 1 buah
6. Gelas ukur 100 cm3 1 buah
C. Bahan:
1. CH3COOH glasial secukupnya
2. CH3CH2OH (etanol) secukupnya
3. H2O (aquades) secukupnya
4. Larutan HCl 1 mol/dm3 secukupnya
5. NaOH secukupnya
6. Indikatro PP secukupnya

D. Prosedur :
1.
18 cm3 H2O

ditambahkan ke dalam labu kontrol


ditambahkan 2 cm3 HCl
didiamkan selama satu minggu
dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml
ditambahkan 100 cm3 aquades
ditambahkan 2 tetes indikator PP
dilakukan titrasi dengan NaOH

Larutan berwarna pink

diulang percobaan sebanyak 3 kali

Hasil
2.
6 cm3 H2O

dimasukkan ke dalam labu reaksi campuran


ditambahkan 2 cm3 HCl
ditambahkan 6 cm3 etanol
ditambahkan 6 cm3 CH3COOH glasial
didiamkan selama satu minggu
dimasukkan 1 cm3 ke erlenmeyer 250 ml
ditambahkan 100 cm3 H2O (aquades)
ditambahkan 2 tetes indikator PP
dititrasi segera dengan NaOH

Larutan berwarna pink

diulang percobaan sebanyak 3 kali

Hasil

E. Pembahasan

Pada percobaan yang berjudul “Konstanta Kesetimbangan”. Bertujuan


untuk mengetahui konstanta kesetimbangan suatu reaksi dan memperhatikan
bahwa konstanta kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal reaksi.
Langkah pertama ialah membuat larutan kontrol dengan cara menyiapkan
1 erlenmeyer kemudian diisi dengan 18 cm3 H2O. Selanjutnya ke dalam
erlenmeyer yang sama ditambahkan 2 cm3 HF kemudian larutan tersebut
didiamkan selama satu minggu.
Setelah didiamkan selama satu minggu, larutan tersebut dipindahkan ke
dalam erlenmeyer 250 mL dan ditambahkan 100 cm3 aquades dan ditetesi dengan
indikator fenolftalein sebanyak 2 tetes. Lalu, langkah selanjutnya adalah
mentitrasi larutan tersebut dengan larutan standar NaOH. Titrasi dilakukan hingga
mencapai titik akhir titrasi yang ditandai dengan berubahnya warna dari indikator
fenolftalein dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda. Kemudian dicatat
volume yang dibutuhkan saat titrasi. Titrasi diulangi hingga 3 kali hingga hasilnya
sesuai.
Lalu percobaan yang kedua, langkah pertama yang harus dilakukan ialah
memasukkan 6 cm3 H2O ke dalam erlenmeyer campuran. Lalu ditambahkan 2 cm3
HCl dan ditambahkan 6 cm3 etanol. Lalu langkah selanjutnya ialah ditambahkan
CH3COOH glasial sebanyak 6 cm3 kemudian didiamkan selama satu minggu.
Setelah didiamkan selama satu minggu dimasukkan 1 cm3 ke erlenmeyer 250 ml
dan ditambahkan 100 cm3 H2O (aquades). Lalu ditambahkan 2 tetes indikator
fenolftalein dan dititrasi segera dengan NaOH standar.
Pada tabung campuran, terjadi reaksi esterifikasi karena adanya reaksi
antara asam asetat dan etanol yang akan membentuk ester (etilasetat) yang
sempurna, akan mencapai keadaan setimbang setelah reaksi berlangsung disimpan
selama ± 1 minggu pada suhu kamar atau diletakkan di ruang yang variasi
temperaturnya kecil.
Pada dasarnya dalam praktikum konstanta kesetimbangan ini,
terjadi proses esterifikasi. Seperti yang telah diketahui bahwa reaksi esterifikasi
berjalan sangatlah lama, oleh karena itu dalam percobaan ini proses reaksi antara
etanol dan asam asetat harus disimpan dahulu selama satu minggu, untuk
memastikan etanol dan asam asetat benar –benar  sudah bereaksi menjadi senyawa
ester.
Untuk mengidentifikasi terbentuknya senyawa ester pada erlenmeyer,
digunakan metode analisis yaitu titrasi. Sebelum dilakukan titrasi, terlebih dahulu
larutan ditetesi dengan indikator phenolptalein sebagai indikator yang
menunjukkan saat kapan titrasi harus dihentikan dengan adanya perubahan warna
dari tidak berwarna menjadi berwarna merah muda dan timbul panas karena
adanya reaksi eksoterm. Penggunaan indikator PP ini dikarenakan range pH
indikator ini 8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan, maka
dengan indikator ini dapat menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk dan
ditunjukan dengan perubahan warna. Lalu, penambahan HCl yang berfungsi
sebagai katalis agar reaksi dapat berlangsung secara cepat. Akan tetapi HCl tidak
mempengaruhi produk akhir dan hanya meningkatkan energi aktivasi sehingga
reaksi yang terjadi berlangsung cepat. Reaksi yang terjadi ialah:
CH3COOH(aq) + C2H5OH(aq) ⇄ CH3COOC2H5(aq) + H2O(aq)
Penggunaan larutan NaOH berfungsi untuk membentuk kembali etanol,
ketika senyawa ester yang terbentuk bereaksi dengan NaOH. Reaksi yang terjadi
adalah:
CH3COOC2H5 (aq) + NaOH (aq) ⇄ C2H5OH (aq) + CH3COONa (aq)
Reaksi esterifikasi yang terjadi dengan adanya proses titrasi pada senyawa
ester yang terbentuk, maka kesetimbangan yang terjadi adalah antara analit awal
H+ dan titran berupa OH- sehingga dapat diketahui besarnya mol H+ awal yang
akan dikurangkan dengan mol larutan yang ada pada erlenmeyer kontrol untuk
menghitung nilai Kc. Untuk mencari harga Kc dapat menggunakan rumus:
[CH 2 COOC 2 H 5]
Kc =
[ CH 3COOH ] [C 2 H 5 OH ]

F. Kesimpulan
1. Tetapan kesetimbangan berdasarkan konsentrasi (Kc) adalah hasil
perkalian konsentrasi produk dibagi perkalian konsentrasi reaktan yang
masing-masing dipangkatkan dengan koefisiennya
2. Reaksi kesetimbangan esterifikasi membutuhkan waktu beberapa hari
untuk mencapai kesetimbangan (dalam hal ini satu minggu)
3. Tetapan kesetimbangan tidak bergantung pada konsentrasi awal, tetapi
bergantung pada konsentrasi saat setimbang.
G. Saran Perbaikan Pada Video Praktikum Penentuan Konstanta
Kesetimbangan
1. Penggoyangan Erlenmeyer Saat Melakukan Titrasi
Penggoyangan erlenmeyer saat melakukan titrasi dilakukan dengan
menggoyangan erlenmeyer dengan konsisten berlawanan dengan arah
jarum jam (atau searah jarum jam bila praktikan adalah kidal) dan
dilakukan secara hati-hati. Di dalam video praktikum, praktikan
menggoyangkan erlenmeyer secara tidak konsisten dalam arah
penggoyangannya dan terlalu cepat sehingga larutan yang ada dalam
erlenmeyer berguncang secara vertikal (ke atas dan ke bawah yang
berisiko larutan akan terciprat keluar dari erlenmeyer. Dampak dari
tercipratnya larutan ke luar erlenmeyer antara lain membahayakan tangan
praktikan dan membuat pergitungan dalam praktikum ini menjadi tidak
akurat karena berkurangnya volume analit dalam erlenmeyer.
2. Penentuan Titik Akhir Titrasi
Titrasi yang dilakukan dalam praktikum penentuan konstanta
kesetimbangan adalah titrasi asam-basa. Indikator yang digunakan dalam
penentuan titik akhir titrasi adalah indikator PP. Titik akhir titrasi ditandai
dengan perubahan warna indikator PP dari tidak berwarna menjadi
berwarna “soft-pink” sebagai akibat dari reaksi indikator PP dengan titran
yang berlebih. Titik akhir titrasi harus sedekat mungkin dengan titik
ekivalen. Dalam video, praktikan menghentikan titrasi saat larutan dalam
erlenmeyer telah berubah warna menjadi ungu. Artinya, dalam video
tersebut titik akhir titrasi telah jauh dari titik ekivalen. Perubahan warna
larutan yang terjadi pertama kali (larutan menjadi soft-pink) itulah yang
menjadi titik akhir titrasi. Perubahan warna tersebut terajadi karena mol
asam analit sama dengan mol titran, dan ketika titran ditambahahkan
kembali, maka titran tersebut akan bereaksi dengan indikator pp yang
ditandai dengan perubahan warna. Namun, apabila titrasi terus dilakukan
sampai warna larutan menjadi lebih pekat (dalam hal ini ungu), maka
volume dari titran yang digunakan akan berlebih, sehingga hasil
perhitungan titrasi menjadi tidak akurat yang mengakibatkan perhitungan
konstanta kesetimbangan menjadi tidak tepat.
H. Perbandingan Langkah Percobaan Video dan Prosedur

Bahan yang digunakan pada video maupun prosedur yang selama ini
digunakan sama, hanya berbeda konsentrasinya seperti konsentrasi HCl pada
video 1 M sedangkan pada prosedur digunakan HCl 2 N. Begitupun dengan
konsentrasi NaOH, di video tidak disebutkan konsentrasi NaOH namun di
prosedur digunakan NaOH 2 N. Untuk langkah percobaan baik di video maupun
di prosedur sama, dengan menyiapkan larutan reaksi yang didiamkan selama 1
minggu kemudian dititrasi dengan larutan standar NaOH. Namun larutan reaksi
yang digunakan berbeda antara video dan prosedur. Pada video disiapkan 1
erlenmeyer yang berisi larutan kontrol dan 1 erlenmeyer berisi larutan reaksi dari
yang mana kedua erlenmeyer itu didiamkan selama 1 minggu dan dititrasi dengan
larutan standar NaOH, erlenmeyer berisi:
Erlenyemer Air HCl 1 M CH3COOH Etanol
Kontrol 18 mL 2 mL 0 mL 0 mL
Reaksi 6 mL 2 mL 6 mL 6 mL

Sedangkan pada prosedur disiapkan 4 larutan reaksi dalam erlenmeyer yang


didiamkan selama 1 minggu kemudian dititrasi dengan larutan NaOH 2 N,
erlenmeyer berisi:
Erlenmeyer ke- HCl 2 N Etanol CH3COOH
1 5 mL 1 mL 4 mL
2 5 mL 2 mL 3 mL
3 5 mL 3 mL 2 mL
4 5 mL 4 mL 1 mL

Baik pada video maupun prosedur, HCl merupakan variabel kontrol


namun jumlah yang digunakan berbeda, pada video digunakan sebanyak 2 mL
sedangkan di prosedur sebanyak 5 mL. Lalu di video, HCl yang akan dititrasi
dengan NaOH ditambahkan air dan didiamkan selama 1 minggu (sebagai larutan
kontrol) namun di prosedur, HCl yang akan dititrasi dengan NaOH tidak perlu
ddiamkan selama 1 minggu melainkan langsung dititrasi dan tidak ditambahkan
dengan air. Baik dalam video maupun prosdedur digunakan PP sebagai indikator,
dan perubahan warna yang terjadi dari tidak berwarna menjadi merah muda
(pink).

Anda mungkin juga menyukai