STRABISMUS
Disusun Oleh:
Preseptor :
Makalah CRS ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas, RSUP Dr. M. Djamil Padang.
1.1. Latarbelakang
Strabismus adalah masalah visual di mana mata tidak selaras dengan benar
dan menunjuk ke arah yang berbeda. Satu mata mungkin melihat lurus ke depan,
sementara mata lainnya berputar ke dalam, ke luar, ke atas, atau ke bawah.
Penglihatan binocular adalah keadaan visual yang simultan, dimana terjadi
penggunaan terkoordinasi dari kedua mata sehingga bayangan yang berbeda dan
terpisah dari masing-masing mata dianggap sebagai bayangan yang tunggal
dengan proses fusi.1 Pada kondisi penglihatan binokular normal, bayangan suatu
benda jatuh secara bersamaan di masing-masing mata dan posisi kedua meridian
vertikal retina tegak lurus. Salah satu mata bisa tidak sejajar dengan mata yang
lain sehingga pada suatu waktu hanya satu mata yang melihat objek yang
dipandang. Setiap penyimpangan dari penjajaran okuler yang sempurna ini
disebut strabismus. Ketidaksejajaran tersebut dapat terjadi di segala arah, ke
dalam, keluar, atas, bawah, atau torsional. Besar penyimpagan adalah besar sudut
mata yang menyimpang dari penjajaran. Strabismus yang terjadi pada kondisi
penglihatan binokular disebut strabismusmanifest, heterotropia, atau tropia.
Sedangkan jika ada deviasi yang hanya muncul setelah penglihatan binokular
terganggu disebut strabismus laten, heteroforia, atau foria.1
Strabismus dijumpai pada sekitar 4 % anak, terapi harus dimulai sesegera
mungkin setelah diagnosis ditegakkan agar dapat menjamin ketajaman
penglihatan dan fungsi penglihatan binokuler sebaik mungkin. Prevalensi
kejadian strabismus pada saat ini terdapat 2-5% penduduk dunia mengalami
strabismus. Berdasarkan data yang didapatkan di Amerika Serikat dari survey
kesehatan nasional, menunjukan prevalensi eksotropia yang lebih tinggi (2,1%)
dari esotropia (1,2%) pada populasi. Perbedaannya mungkin terkait dengan fakta
bahwa prevalensi strabismus usia 55−75 tahun (di mana eksotropia lebih umum)
adalah 6.1 persen, angka ini jauh jauh lebih besar daripada anak-anak yang
berusia 1− 3 tahun.1,2Terdapat dua jenis strabismus berdasarkan menurut arah
deviasinya ada 2 yaitu Strabismus horizontal terdiri dari (Esotropia : mata
bergulir ke arah dalam dan Eksotropia : mata bergulir ke arah luar), Strabismus
vertikal yang terdiri dari (Hipertropia : mata bergulir ke arah atas dan Hipotropia :
mata bergulir ke arah bawah). Pada casereportsession ini akan membahas
mengenaiexotropia.
1.2. Batasan Masalah
Casereportsession ini membahas mengenai anatomi dan fisiologi
otot mata, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, klasifikasi, stadium, tanda
dan gejala, manajemen dan komplikasi strabismus.
1.3. Tujuanpenulisan
Tujuan penulisan Casereportsession ini adalah untuk menambah
pengetahuan mengenai anatomi dan fisiologi otot mata, epidemiologi,
etiologi, patofisiologi, klasifikasi, stadium, tanda dan gejala, manajemen
dan komplikasi strabismus.
1.4. Metodepenulisan
Penulisan ini disusun berdasarkan tinjauan kepustakaan dengan
merujuk kepada beberapa literature berupa buku teks, jurnal dan makalah
ilmiah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Nama : CNQ
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 5 tahun
No RM : 00.98.16.32
Masuk RS : 06 Januari 2020
3.2 Anamnesis
Keluhan utama :
Seorang perempuan berumur 5 tahun datang ke RSUP Dr.M. Djamil Padang
dengan keluhan mata kiri juling sejak usia 2 tahun.
.3 Status optalmikus
Status Oftalmikus OD OS
Visus tanpa koreksi 20/30 20/20
Visus dengan koreksi C -0.50 (180) 20/20 C -1.00 (180) 20/20
Refleks fundus (+) (+)
Silia/supersilia Trikiasis (-) Madarosis (-) Trikiasis (-) Madarosis (-)
Palpebra superior Edema (-) Hiperemis (-) Edema (-) Hiperemis (-)
Palpebra inferior Edema (-) Hiperemis (-) Edema (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva forniks Hiperemis (-) Sekret (-) Hiperemis (-) Sekret (-)
Papil (-) Folikel (-) Sikatrik (-) Papil (-) Folikel (-) Sikatrik (-)
Konjungtiva bulbi Injeksi konjungtiva (-) Injeksi konjungtiva (-)
Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
Sklera Putih Putih
0 0 0 0
000 0 0 0
.4 Pemeriksaan Penunjang:
Cover test : Cover OD – OS diam dinasal
Cover OS – OD diam ditemporal
Uncover Test : Uncover TestOD, OD diam ditemporal
Uncover TestOS, OS bergerak kedalam
Prisma Krimsky Test : 35 ∆ BI
PACT : kedua mata diam
ACT : kedua mata bergulir kedalam bergantian
TNO : lebih dari 2000 sec of arc
WFDT : n fusi (+) supresi (+) diplopia(+)
d fusi (+) supresi (+) diplopia (+)
dekat : 2 merah , 3 hijau
jauh : 2 merah , 3 hjau
.5 DiagnosaKlinis
Exotropia intermiten dengan divergen excess
.6 Penatalaksanaan
Terapi oklusi 2 jam beragntian
.7 Prognosis
Quo et Sanam : Bonam
Gangguan gerakan bola mata terjadi bila terdapat satu atau lebih otot mata
yang tidak dapat mengimbangi gerakan otot mata lainnya. Hal ini menyebabkan
terjadinya gangguan keseimbangan gerakan mata dan persilangan sumbu penglihatan
sehingga mata menjadi strabismus.
Strabismus adalah suatu penyimpangan posisi bola mata yang terjadi karena
syarat-syarat penglihatan binokuler tidak terpenuhi. Syarat penglihatan binokuler
yang normal adalah Faal masing-masing mata harus baik, sehingga benda yang
menjadi perhatian bisa difiksir pada kedua fovea dan sebanding. Posisi kedua mata
sedemikian rupa sehingga pada setiap arah penglihatan bayangan benda yang menjadi
perhatian selalu jatuh tepat pada kedua fovea. Hal ini karena kerjasama yang baik dari
seluruh otot-otot ekstraokuler kedua mata.
Lalu, adanya kemampuan susunan syaraf pusat untuk mensintesa kedua
bayangan yang diterima kedua mata menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal.
Hal ini disebut fusi. Sehingga nama lain untuk strabismus disebut “Visual Sensori
Motor Anomali”.
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva PR, John PW. Palpebra, ApparatusLakrimalis, dan Air Mata. Vaughan dan
Asbury: OftalmologiUmum. Edisi ke-17. Jakarta : Penerbit EGC; 2010.P.234-
238.
2. Rutstein, RP, etal.OptometricClinicalPracticeGuidelineCareOf The
PatientWithStrabismus: EsotropiaAndExotropia. American
OptometricAssociation;2011.
3. Han KE. Prevalenceandriskfactorsofstrabismus in childrenandadolescen in
southkorea: PLoS Satu . 2018; 13 (2): e0191857.
4. Ilyas, Sidarta dan Yulianti, Sri R. Ilmu Penyakit Mata edisi keempat. Jakarta: FK
UI;2012.
5. Snell, Richarcd. Anatomi Klinik Edisi Keenam. Jakarta : EGC;2006.
6. American AcademyofOphthalmology. PediatricOphtalmologyandStrabismus.
2014-2015. Section 7. Singapore: AAO Publishers.P.74-90.
7. Housten A Charlotte,Clearly M. Clinicalcharacteristicofmicrotropia-
ismicrotropia a fixedphenomenon? 2008;82:pp.219-224. Availablefrom
http://www.bjo.bmj.com) dan (Siatkowski M. The
DecompasatedMonofixationSyndrome. An American
OphthalmologicalSocietyThesis; 2011
8. Khurana A K. ComprehensiveOphthamology. New Delhi: New Age
International;2007.
9. America AcademyofOphthalmology, Anatomy. Orbit andOcularAdnexa , In :
FundamentalsandPrinciplesofOphthalmology. BCSC 2003-2004. Ch : 1 :1-16.
10. America AcademyofOphthalmology,
AnatomyoftheExtraocularMusclesandTheirFascia. In :
PediatricOphthalmologyandStrabismus. BCSC 2003- 2004. Ch : 1 : 13-28.
11. America AcademyofOphthalmology, Diagnosis
TechniquesforStrabismusandAmblyopia. In :
PediatricOphthalmologyandStrabismus. BCSC 2003- 2004. Ch : VI :71-88.
12. James B, Chew C, Bron A, Pergerakan Mata. In : Lecture Notes Oftalmologi.
Erlangga. 2006. Ch :15 :158-166.
ed
13. Kansky JJ, Strabismus, ClinicalEvaluation. In : ClinivalOphthalmology. 5 .
ButterworthHeinemann, 2003. Ch :16 :526-530.
14. Duke S, Elder, Wybar K, The PhysiologyoftheOcularMuscles, The
TypesofOcularMovement. In : OcularMotilityandStrabismus, System
ofOphthalmology), Hendry Kimpton London, 1976. Ch : II : 31-46, Ch : V : 129-
135.
15. Hilhorst, John. ApproachtoStrabismus. United States: Harvard University
16. Julita. Pemeriksaan tajam penglihatan pada anak dan refraksi siklopegik : apa,
kenapa, siapa?. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7:51-4.