Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEMBUKAAN

1. 1 Latar Belakang
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba
(keuntungan) dalam suatu periode tertentu. Pengertian yang semakna dengan ini
dikemukakan oleh Husnan (2001) bahwa profitabilitas merupakan kemampuan suatu
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aset, dan modal
saham tertentu. Sedangkan Menurut Michelle & Megawati (2005) Profitabilitas adalah
kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) yang akan menjadi dasar pembagian
dividen perusahaan.
Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk menghasilkan laba
dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Pada gilirannya, profitabilitas suatu
perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para investor atas investasi yag dilakukan.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang
rendah akan menyebabkan para investor menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu
sendiri profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan
usaha tersebut.
Menurut Brigham (1993:79) “Profitability is the net result of a large number of
policies and decision. The ratio examined thus far reveals some interesting thing about the
wry the firm operates, but the profitability ratio shows the combined objects of liquidity, asset
management, and debt management on operating assets.”
  Gibson (2001:303), profitability is the ability of a firm to generate earnings. It is
measured relative to a number of bases, such as assets, sales, and investment”. Gibson
mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk meningkatkan laba
perusahaan, prof itabilitas ini diukur dengan membandingkan laba yang diperoleh perusahaan
dengan sejumlah perkiraan yang menjadi tolak ukur keberhasilan perusahaan seperti aktiva
perusahaan, penjualan dan investasi. Sehingga dapat diketahui efektivitas pengelolaan
keuangan dan aktiva oleh perusahaan.
Dalam kegiatan operasional perusahaan, profit merupakan elemen penting dalam
menjamin kelangsungan perusahaan. Dengan adanya kemampuan memperoleh laba dengan
menggunakan semua sumber daya perusahaan maka tujuan-tujuan perusahaan akan dapat
tercapai. Pengguna semua sumber daya tersebut memungkinkan perusahaan untuk
memperoleh laba yang tinggi. Laba merupakan hasil dari pendapatan oleh penjualan yang
dikurangkan dengan beban pokok penjualan dan beban-beban lainnya.
Penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan
bertujuan untuk (1) mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode tertentu, (2) menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang, (3) menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, dan (4) mengukur
produktifitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjaman maupun
modal sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan analisis profitabilitas perusahaan?
2. Bagaimana menganalisis pendapatan dalam perusahaan?
3. Bagaimana menganalisis harga pokok penjualan?
4. Bagaimana menganalisis beban perusahaan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu analisis profitabilitas perusahaan
2. Untuk mengetahui tentang pendapatan dalam perusahaan
3. Untuk menegetahui analisis harga pokok penjualan
4. Untuk mengetahui analisis beban perusahaan
1.4
BAB II
PEMBAHASAN

Analisis Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen secara
keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka
semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan
(Fahmi, 2012).
Samryn (2002) menyatakan bahwa rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis
yang berupa perbandingan data keuangan. Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan
dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di dalam laporan
keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat
dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari
penyebab perubahan tersebut.
Analisis rasio profitabilitas merupakan cara untuk mengukur kemampuan usaha
dalam menghasilkan keuntungan selama periode tertentu melalui penjualan, aktiva, dan
modal. Analisis rasio profitabilitas secara umum dalam perhitungannya menggunakan rasio
Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM),
Total Assets Turnover (TAT), Return on Investment (ROI), dan Return on Equity (ROE).
Masing-masing rasio profitabilitas tersebut dijelaskan berikut ini.

1. Gross Profit Margin (GPM)

GPM merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan dengan penjualan (Syamsuddin,
2009). 

Lyn dan Aileen (2008) menyatakan rasio GPM merupakan margin laba kotor. Margin laba
kotor memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan.

2. Operating Profit Margin (OPM)


OPM merupakan rasio yang menggambarkan pure profit yang diterima atas setiap rupiah dari
penjualan yang dilakukan (Syamsuddin, 2009). 

Pada rasio OPM, angka laba operasi yang digunakan dalam perhitungan berasal dari
kegiatan-kegiatan usaha pokok perusahaan (Prastowo, 2007).

3. Net Profit Margin (NPM)

NPM merupakan rasio antara laba bersih (net profit) yaitu penjualan sesudah dikurangi
dengan seluruh pajak, kemudian dibandingkan dengan penjualan (Sangkala, 2013).

Rasio NPM mengukur rupiah laba yang dihasilkan oleh setiap satu rupiah penjualan. Rasio
ini memberi gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase dari
penjualan (Joel dan Jae, 2007).

4. Total Assets Turnover (TAT)

TAT menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan di dalam


menghasilkanvolume penjualan tertentu (Sennahati, 2012). 

TAT penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan, tetapi lebih penting bagi manajemen
perusahaan karena hal ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva di
dalam perusahaan (Sundjaja dan Barlian, 2003).

5. Return on Investment (ROI)

ROI merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam


menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam
perusahaan. (Syamsuddin, 2009). 
Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan
pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan (Fahmi, 2012).

6. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik
perusahaan atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan (Syamsuddin, 2009).

 
Rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana suatu perusahaan dalam mempergunakan
sumber daya yangdimiliki agar mampu memberikan laba atas ekuitas (Fahmi, 2012).

ANALISIS PENDAPATAN PERUSAHAAN

Analisis pendapatan perusahaan (disebut juga penjualan) berfokus pada beberapa pertanyaan


sebagai berikut :
 Apakah sumber utama pendapatan ?

 Bagaimana daya tahan sumber pendapatan?

 Bagaimana kaitan antara pendapatan, piutang, dan persediaan ?

 Kapan pendapatan dicatat dan bagaimana pendapatan diukur ?

1.1  Sumber Utama Pendapatan


Informasi ini khususnya penting bagi analisis perusahaan yang terdivesifikasi. Dalam
perusahaan yang terdiversifikasi, tiap pasar atau lini produk sering kali memiliki pola
pertumbuhan, profitabilitas, dan potensi masa depan yang berbeda-beda. Common
size  analysis merupakan alat yang sangat baik untuk menganalisis sumber
pendapatan. Common size analysis menyajikan tiap kelompok utama pendapatan sebagai
persentase atas total pendapatan.

 1.1.1          Tantangan Perusahaan yang Terdiversifikasi


Analisis laporan keuangan perusahaan yang terdiversifikasi harus memisahkan dan
menginterpretasikan dampak masing-masing segmen bisnis pada perusahaan secara
keseluruhan. Hal ini menantang untuk dilakukan mengingat segmen atau divisi yang berbeda
memiliki tingkat profitabilitas, risiko, dan pertumbuhan yang bervariasi. Inilah alasan
mengapa analisis memerlukan memerlukan banyak informasi rinci berdasarkan segmen
usaha.

1.1.2          Pelaporan Segmen
Informasi yang dilaporkan dalam hasil operasi dan posisi keuangan berdasarkan segmen
bervariasi. Pengungkapan penuh menyediakan laporan laba, neraca, dan laporan arus kas
rinci untuk setiap segmen yang penting. Namun, pengungkapan penuh berdasarkan segmen
ini jarang dilakukan karena sulitnya memisahkan segmen serta keengganan manajemen untuk
membagi informasi yang dapat membahayakan posisi kompetitifnya.

Sebuah segmen dianggap signifikan bila penjualan, laba (rugi) operasi, atau aktiva yang
dapat diidentifikasi besarnya sama atau lebih dari 10 % dari jumlah gabungan seluruh segmen
operasi perusahaan. Untuk tiap segmen, harus dilaporkan beberapa
informasi keuangan tahunan ( SFAS 131) seperti :
1.       Penjualan – kepada segmen lain maupun kepada pelanggan eksternal
2.       laba operasi – pendapatan dikurangi beban operasi
3.       Aktiva yang dapat diidentifikasi
4.       Beban atau pendapatan bunga dan pajak
5.       Keuntungan dan kerugian dari pos khusus
6.       Beban penyusutan, deplesi, dan amortisasi.

Selain itu, perusahaan harus melaporkan pendapatan sebesar 10% atau lebih yang diperoleh
dari satu pelanggan.

Analisis pada HM Sampoerna
Suatu segmen usaha adalah sekelompok aset dan operasi yang menyediakan barang atau jasa
yang memiliki risiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen usaha lainnya.
Sebuah segmen geografis menyediakan barang maupun jasa di dalam lingkungan ekonomi
tertentu yang memiliki risiko serta tingkat pengembalian yang berbeda dengan segmen
operasi lainnya yang berada dalam lingkungan ekonomi lain.
Grup mensegmentasikan pelaporan keuangan sebagai berikut:
(i) segmen usaha (primer), yang mengklasifikasikan aktivitas bisnis Grup
menjadi industri dan perdagangan rokok; percetakan, pengemasan dan pengangkutan; serta
segmen usaha lainnya.
 (ii) segmen geografis (sekunder), yang terdiri dari kegiatan usaha dalam negeri dan luar
negeri.

1.1.3          Implikasi Analisis atas Laporan Segmen


Laporan segmen harus dianalisis sebagai informasi ‘lunak’, yaitu informasi yang dapat
dimanipulasi dan diatur oleh manajemen. Informasi tersebut harus diperlakukan dengan
ketidakpastian dan kesimpulan yang diambil dari informasi tersebut harus diuji oleh sumber
informasi alternatif. Namun demikian, data segmen yang didukung dengan bukti altenatif
dapat sangat berguna bagi analisis. Data segmen dapat membantu analisis,
khususnya analisis atas :
         Pertumbuhan penjualan
Analisis tren penjualan menurut segmen berguna untuk menilai profitabilitas. Pertumbuhan
penjualan sering kali berasal dari faktor-faktor seperti, perubahan harga, perubahan volume,
akuisisi/divestasi, dan perubahan nilai tukar.

Pada HM Sampoerna, Penjualan bersih konsolidasi sebesar Rp 34,7 triliun untuk tahun 2008,
meningkat sebesar 16,4% dari Rp 29,8 triliun di tahun 2007.

Penjualan bersih dari bisnis rokok domestik meningkat menjadi Rp 33,9 triliun, atau


16,2% lebih tinggi dari Rp 29,2 triliun di tahun 2007. Penjualan dari bisnis rokok domestik
menyumbangkan 97,7% terhadap penjualan bersih konsolidasi Perseroan. Kinerja yang baik
pada bisnis rokok domestik pada tahun 2008 ini didorong oleh kombinasi antara
peningkatan volume penjualan  sebesar 9,6% menjadi 73,3 miliar batang pada tahun 2007
dari 66,8 miliar batang di tahun 2007 dan kenaikan harga jual selama tahun 2008. Perseroan
kembali memimpin pangsa pasar industri rokok pada tahun 2008 dengan pangsa pasar
sebesar 29,5%, meningkat 0,2% dibanding tahun 2007.

Rokok Marlboro menyumbangkan 15,0% dan 12,2% masing-masing terhadap


jumlah volume dan nilai penjualan rokok domestik pada tahun 2008 dibandingkan 14,2% dan
11,4% di tahun 2007. Rokok Marlboro mencapai pangsa pasar sebesar 4,8% di tahun 2008
meningkat dari 4,6% di tahun 2007.

Rokok A Mild masih menjadi penyumbang terbesar terhadap portofolio SKM


Perseroan  dengan mencatat jumlah volume penjualan termasuk Avolution, rokok kretek
ramping (slim) yang diluncurkan pada bulan Pebruari 2008, sebesar 26,6 miliar batang pada
tahun 2008, atau 17,1% lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Dengan pertumbuhan pendapatan
sebesar 25,2%, rokok A Mild menyumbangkan masing-masing 36,3% dan 35,6% dari
jumlah volume dan nilai penjualan domestik pada tahun 2008 dibandingkan 34,0% dan
32,8% di tahun 2007. Secara keseluruhan, nilai penjualan yang disumbangkan rokok SKM
Perseroan meningkat sebesar 25,5% di tahun 2008, menyumbangkan 38,7% dari jumlah nilai
penjualan rokok domestik, sementara volume penjualan pada segmen ini meningkat sebesar
17,7% mencapai 29,4 miliar batang.

Pertumbuhan penjualan agregat sebesar 6,9% dari SKT terutama disebabkan oleh
peningkatan volume penjualan sebesar 1,3% dari 32,8 miliar di tahun 2007 menjadi 33,2
miliar batang pada tahun 2008. Volume penjualan rokok SKT Dji Sam Soe tumbuh 5,1% dan
menyumbangkan masing-masing 26,5% dan 33,2% dari volume dan nilai penjualan domestik
di tahun 2008 dibandingkan 27,6% dan 34,6% di tahun 2007. Volume penjualan Sampoerna
A Hijau menurun 4,7% dari 13,3 miliar batang di tahun 2007 menjadi 12,6 miliar batang di
tahun 2008. Rokok Sampoerna A Hijau menyumbangkan masing-masing 17,2% dan 14,9%
dari volume dan nilai penjualan rokok domestik pada tahun 2008 dibandingkan 19,8% dan
17,5% di tahun 2007.

         Pertumbuhan aktiva
Analisis tren aktiva yang dapat diidentifikasikan menurut segmen relevan
bagi analisis profitabilitas. Membandingkan pengeluaran modal terhadap beban penyusutan
mengungkapkan segmen yang mengalami pertumbuhan ‘sesungguhnya’. Saat menganalisis
laporan segmen geografis, analisis harus mewaspadai perubahan nilai tukar mata uang asing
yang dapat memberi pengaruh signifikan pada nilai yang dilaporkan.

         Profitabilitas
Rasio laba operasi terhadap penjualan dan laba operasi terhadap aktiva yang dapat
diidentifikasi menurut segmen merupakan angka yang berguna dalam analisis profitabilitas.
Karena kelemahan data laba segmen, analisis harus lebih berfokus pada tren daripada
berfokus pada tingkat absolut.
Rasio laba operasi 2008-2004.

1.2  Daya tahan pendapatan


Analisis profitabilitas meningkat bila daya tahan pendapatan per segmen dapat dinilai. Bagian
ini membahas dua alat analisis yang berguna untuk menilai daya tahan pendapatan :

1.2.1          Analisis persentase tren
Analisis persentase tren digunakan untuk menilai daya tahan total pendapatan maupun
pendapatan per segmen. Pendapatan yang diindeks berdasarkan segmen sering dikorelasikan
dan dibandingkan dengan standar industri atau pesaing. Korelasi otomatis di antara
pendapatan antarperiode juga dapat dihitung untuk mengukur daya tahan pendapatan. Hal-hal
yang perlu dipertimbangkan dalam analisis daya tahan pendapatan adalah :
-          Sensitivitas pendapatan terhadap kondisi bisnis.
-          Antisipasi permintaaan atas barang dan jasa baru atau yang diperbaharui.
-          Analisis pelanggan-konsentrasi, ketergantungan, dan stabilitas.
-          Konsentrasi dan ketergantungan pendapatan pada satu segmen.
-          Ketergantungan pendapatan pada staf pejualan.
-          Diversifikasi geografis.

1.2.2          Diskusi dan analisis manajemen (Management’s Discussion and Analysis-MD&A)


MD&A atas kondisi keuangan dan hasil operasi sering kali berguna bagi analisis terhadap
daya tahan pendapatan. SEC mensyaratkan beberapa pengungkapan yang bersifat interpretatif
dan menjelaskan dalam MD&A, diantaranya :
-          Informasi tersebut berguna untuk memahami dan menilai perubahan pos keuangan dari
satu periode ke periode lain, termasuk pendapatan.
-          Manajemen harus melaporkan perubahan komponen pendapatan dan beban yang relevan
untuk memahami aktivitas operasi. Pengungkapan tersebut meliputi peristiwa tidak biasa
yang memengaruhi laba operasi, tren, atau ketidakpastian yang memengaruhi atau mungkin
memengaruhi operasi, perubahan hubungan pendapatan dan beban yang merugikan seperti
kenaikan biaya bahan baku dan tenaga kerja.
-          Manajemen harus melaporkan sumber pertumbuhan pendapatan, apakah karena kenaikan
harga, kenaikan volume, inflasi atau peluncuran produk baru.
-          Manajer disarankan untuk menjelaskan hasil keuangan, melaporkan informasi yang
berpandangan ke depan, membahas tren dan tekanan yang tidak tampak dalam laporan
keuangan.

SEC menganggap MD&A sebagai sumber informasi yang relevan untuk analisis kondisi
keuangan dan hasil operasi dengan mengevaluasi jumlah dan ketidakpastian arus kas.

1.3  Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan


Hubungan antara Pendapatan, Piutang, dan Persediaan digunakan sebagai :
-          Petunjuk penting bagi evaluasi hasil operasi.
-          Untuk memprediksi kinerja di masa depan.

1.3.1          Pendapatan dan Piutang Usaha


Pemahaman hubungan antara pendapatan dan piutang usaha diperlukan dalam evaluasi
kuaitas laba. Sebagai contoh :
Bila tingkat pertumbuhan piutang usaha melebihi tingkat pertumbuhan pendapatan, perlu
dilakukan analisis untuk menemukan penyebabnya. Penyebabnya mungkin karena
pendapatan didorong oleh insetif yang lebih besar, perpanjangan masa kredit, atau strategi
saat ini sebagai anitisipasi pendapatan di masa depan. Faktor-faktor tersebut berdampak pada
pendapatan di masa depan dan memengaruhi penagihan piutang.

Analisis pada HM Sampoerna :


2008 2007 2006 2005 2004
Pendapatan bersih 3895 3624 3530 2383 1992
Persentase
perubahan 7.47% 2.66% 48.13% 19.63% -
Piutang usaha 132938 510342 324360 429477 271434
Persentase - -
perubahan 73,95% 57,34% 24,48% 58.23% -
Pada tahun 2008 pendapatan bersih naik sebesaar 7.47% sedangkan piutang usaha turun besar
73,95%. Dari tahun 2004-2008 terjadi peningkatan pendapatan, peningkatan terbesar terjadi
pada tahun 2006. Ini terjadi karena HM Sampoerna berusaha secara terus menerus untuk
meningkatkan investasinya, penyebaran pangsa pasar rokok, persaingan produk rokok yang
berhasil di pasarnya. Piutang usaha secara secara fluktuatif bergerak naik turun, pada tahun
2008 terdapat penurunan secara cukup besar ini mengidentifikasikan bahwa piutang usaha
sebagian besar tertagih atau sebagian besar penjualan secara tunai.

1.3.2          Pendapatan dan Persediaan


Analisis komponen persediaan sering memberikan petunjuk penting bagi pendapatan dan
aktivitas opersi di masa depan. Sebagai contoh :
Bila kenaikan barang jadi disertai penurunan bahan baku dan/atau barang dalam proses,
diharapkan terjadi penurunan produksi.

        Analisis pada HM Sampoerna :

2008 2007 2006 2005 2004


Pendapatan bersih 3895 3624 3530 2383 1992
Persediaan :
    Barang Jadi 1320 1198 1155 738 609
    Barang dalam 
proses
    dan bahan baku 4765 6524 5006 4086 3377
Total Persediaan 6085 7722 6161 4824 3986

Persedian barang jadi pada HM Sampoerna mengalami kenaikan dari tahun ketahun
sementara persediaan barang dalam proses dan bahan baku pada tahun 2007 ke 2008
mengalami penurunan, hal ini mengindikasikan bahwa terjadinya penurunan produksi dan
keberhasilan pendapatan untuk mengikuti laju produksi. Sedangkan pada tahun 2004-2007
mengalami kenaikan, hal  ini mengindikasikan bahwa pada terjadinya kenaikan produksi dan
keberhasilan pendapatan untuk mengikuti laju produksi.

1.4  Pengakuan dan pengukuran pendapatan


Beberapa metode pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih konservatif daripada metode
lainnya. Analisis harus mempertimbangkan metode pengakuan pendapatan yang digunakan
oleh perusahaan yang berbeda dalam analisis komparatif. Saat meramalkan pendapatan, perlu
dipertimbangkan apakah metode pengakuan pendapatan yang digunakan merupakan ukuran
yang paling relevan bagi tujuan analisis atas kinerja dan aktivitas operasi.
MENGANALISIS HARGA POKOK PENJUALAN

Harga Pokok Penjualan merupakan komponen beban yang terdapat dalam

1. Mengukur Laba (Margin) Kotor


Gross Margin atau Gross Profit Margin adalah rasio antara laba kotor dengan
penjualan. Laba Kotor ini merupakan indicator awal perusahaan dalam pencapaian
laba pérusahaan. Jika perusahaan memiliki laba kotor yang negatif maka akan kecil
kemungkinan bagi perusahan untuk mendapatkan laba usaha.
Jadi dengan mengetahui rasio ini, analist dapat mengetahui bahwa untuk setiap satu
barang yang terjual, perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x Rupiah
Rumus yang dapat digunakan untuk menghitung Gross Profit Margin adalah:

GPM = (penjualan bersih-harga pokok penjualan)/penjualan bersih

Rasio laba kotor hanya dapat ditemui pada pérusahaan yang menjual produk atau
perusahaan dagang atau manufaktur. Laba kotor merupakan selisih antara penjualan
dengan harga pokok penjualan. Untuk perusahaan jasa tidak memiliki laba kotor
karena sulit untuk meminta harga pokok penjualannya. Pada pasar dengan persaingan
yang sangat ketat, margin keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan
dengan pasar yang menentang monopolistis.
2. Analisis ini dilakukan secara internal karena memerlukan data yang tidak
dipublikasikan kepada umum termasuk jumlah unit penjualan, harga jual per unit, dan
biaya per unit.
Cara untuk menganalisis perubahan laba kotor di foukuskan terlebih dahulu kepada
perubahan penjualan dan kemudian kepada perubahan harga pokok penjualan.
Langkah- langkah yang mendasari analisis:
 Pusatkan perhatian pada perubahan volume dengan mengasumsikan harga jual
per unit tidak berubah sama dengan tahun 1. Perubahan volume kemudian
dikalikan dengan harga jual per unit konstan menghasilkan perubahan positif
pada penjualan
 Kemudian pusatkan perhatian pada perubahan harga jual dengan
mengasumsikan volume adalah konstan. Penurunan atau kenaikan pada harga
jual dikalikan dengan volume konstan menghasilkan penurunan atau kenaikan
penjualan,
 Volume konstan sementara harga jual berubah dan sebaliknya merupakan
penyederhanaan. Asumsi tersebut mengabaikan perubahan bersama dalam
volume dan harga jual. Perubahan volume positif yang disertai penurunan
harga jual menghasilkan penurunan penjualan,
 Tiga langkah diatas menjelaskan kénaikan penjualan. Komponen penyebab
kenaikan penjualan adalah perubahan volume, perubahan harga, dan gabungan
perubahan volume dan harga jual.
3. Menginterpretasikan Perubahan Laba Kotor
Jenis perubahan umumnya terdiri dari salah satu atau kombinasi dari faktor- faktor
seperti:
 Kenaikan/ Penurunan volume penjualan
 Kenaikan/ Penurunan harga jual per unit
 Kenaikan/ Penurunan biaya per unit.

Interpretasi hasil analisis perubahan laba kotor memerlukan identifikasi faktor utama
yang menyebabkan perubahan tersebut. Menganalisis perubahan harga pokok
penjualan dapat dilakukan dengan analisis komparatif dengan berfokus pada metode
akuntansi.

MENGANALISIS BEBAN PERUSAHAAN

                Sebagian besar beban memiliki kaitan yang dapat diidentifikasi dan diukur terhadap
pendapatan. Hal ini disebabkan karena pendapatan merupakan ukuran utama atas aktivitas
operasi perusahaan. Tiga analisis yang sebagian didasarkan pada hubungan antara pendapatan
beban adalah:
·         Analisis ukuran sama (common size analysis). Laporan laba rugi common size
menyatakan beban sebagai persentase pendapatan. Hubungan antara beban dengan penjualan
kemudian ditelusuri selama beberapa periode atau diperbandingkan dengan pesaing.

·         Analisis angka indeks (index number analysis). Analisis angka indeks atas laporan laba
rugi menyatakan laba dan komponen-komponenya dalam angka indeks yang terkait dengan
tahun dasar. Analisis ini menunjukan perubahan relative pos-pos tersebut lintas tahun,
sehingga dapat ditelusuri dan dinilai materialitasnya. Perubahan beban dapat dibandingkan
dengan perubahan pendapatan maupun beban yang terkait. Dengan menerapkan analisis
angka indeks pada neraca common size, persentase perubahan beban dapat dikaitkan dengan
perubahan aktiva dan kewajiban.

·         Analisis rasio operasi (operating ratio analysis). Rasio operasi mengukur hubungan
antara beban operasi (atau komponen-komponen) dengan pendapatan. Rasio ini dapat
dihitung sebagai berikut;

Bunga dan pajak biasanya tidak disertakan dari perhitungan ini karena fokusnya pada
efesiensi operasi (pengendalian beban), bukan pengelolaan pendanaan dan pajak. Untuk
menginterprestasikan ukuran ini dengan tepat, diperlukan analisis atas alasan variasi dalam
komponen-komponenya, termasuk margin laba kotor, beban penjualan, pemasaran, umum,
dan administrasi.

Beban Penjualan

                Analisis beban penjualan berfokus pada setidaknya tiga area utama, yaitu ;

1.       Evaluasi hubungan antara pendapatan dengan beban utama

2.       Penilaian beban piutang tak tertagih

3.       Evaluasi trend an produktivitas beban pemasaran yang mengarah ke masa depan

Hubungan antara Beban Penjualan dan Pendapatan


                Pentingnya hubungan antara beban penjualan dengan pendapatan bervariasi antara
industry dan antar perusahaan. Bagi perusahaan tertentu, beban penjualan utam adalah komisi
yang sangat variable, sedangkan bagi perusahaan lainnya beban penjualan sebagian besar
tetap. Komponen variable dan komponen tetap tersebut harus dibedakan agar dapat dianalisis
relative terhadap pendapatan. Semakin rinci komponen beban dilaporkan, semakin bermakna
analisis yang dihasilkan.

                Jika persentase beban penjualan terhadap pendapatan meningkat, perhatian harus
diarahkan pada kenaikan beban penjualan yang menyebabkan kenaikan pendapatan
bersangkutan. Setelah tingkat beban penjualan tertentu, kenaikan penjulan marginal menjadi
lebih kecil. Hal tersebut biasa disebabkan oleh kejenuhan pasar, keloyalan pada merek, atau
beban yang meningkat di wilayah baru. Persentase beban penjualan terhadap pendapatan bagi
pelanggan baru harus dibedakan dari persentase bagi pelanggan kini. Hal tersebut
berimplikasi pada ramalan atas profitabilitas. Jika perusahaan harus menanggung beban
penjualan yang jauh lebih besar untuk meningkatkan penjualan, maka profitabilitas
perusahaan menjadi terbatas atau dapat menurun.

Beban Piutang Tak Tertagih

                Beban piutang tak tertagih biasanya diperlakukan sebagai beban pemasaran. Karena
besaran beban piutang tak tertagih terkait dengan besaran penyisihan piutang tak
tertagih,analisis yang dilakukan dengan mempelajari hubungan antara penyisihan dengan
piutang uaha kotor.

Beban Pemasaran untuk Masa Depan

                Beban promosi penjualan tertentu, terutama iklan, menghasilkan manfaat kini dan
masa depan. Mengukur manfaat masa depan beban-beban tersebut sangatlah sulit.
Pengeluaran untuk aktivitas pemasaran yang megarah ke masa depan tersebut sangat
subjektif dan harus mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut sangat subjektif dan harus
mempertimbangkan tren pengeluaran tersebut dari tahun ke tahun. Selain pengeluaran tesebut
mampu mempengaruhi penjualan di masa depan pengeluaran tersebut memberikan
pandangan atas kecenderungan manajemen untuk “mengatur” laba.
Beban penyusutan

                Beban sering kali besar jumlahnya, khususnya bagi perusahaan manufaktur dan
jasa. Penyusutan umumnya dianggap sebagai biaya tetap karena dihitung berdasarkan
berlalunya waktu. Bila perhitungannya menggunakan aktivitas operasi, maka penyusutan
menjadi biaya variable berbeda dengan sebagian besar biaya lainnya, hubungan antara
penyusutan dengan aktiva tetap kotor sering memiliki makna. Hubungan tersebut diukur
dengan rasio penyusutan terhadap aktiva yang dapat disusutkan;

Tujuan rasio ini adalah mendeteksi perubahan tarif penyusutan gabungan. Rasio ini berguna
untuk mengevaluasi tingkat pnyusutan dan untuk deteksi penyesuaian (perataan) laba.
Perhitungan ini dapat dilakukan berdasarkan katagori aktiva.

Beban pemeliharaan dan Perbaikan

                Beban pemeliharaan dan perbaikan ini berdampak pada harga poko penjualaan dan
beban lainnya. Pemeliharaan dan perbaikan terdiri atas beban variable dan beban tetap,
sehingga tidak terkait langsung dengan penjualan, jadi harus diinterprestasikan berdasarkan
analisis yang memisahkan antara porsi beban variable dengan porsi beban tetap dalam
pemeliharaan dan perbaikan, hubungannya dengan penjualan dapat diinterpretasikan. Beban
pemeliharaan dan perbaikan bersifat fleksibel dapat diatur,dengan tujuan untuk tidak
mengurangi laba pada periode tertentu atau dengan tujuan untuk menyimpan sumber yang
likuid, namun ada juga yang tidak dapat ditunda  tanpa mengorbankan produktivitas.

Beban Umum dan Administrasi

                Sebagian besar beban umum dan adiministrasi adalah beban tetap, terutama karena
beban  tersebut meliputi beban gaji dan sewa. Biaya ini cenderung naik, khususnya pada
masa-masa makmur. Saat menganalisis beban tersebut, perhatian harus diarahkan pada tren
persentasenya terhdap pendapatan
Beban Pendanaan

                Beban pendanaan sebagian besar tetap. Sebagian besar pendanaan kreditor pada
akhirnyan didanai ulang dan tidak dipindahkan, kecuali digantikan dengan pendanaan
ekuitas. Beban bunga sering mencakup amortisasi premium atau diskon utang dan amortisasi
biaya penerbitan utang. Alat analisis untuk biaya pinjaman adalah tingkat bunga efektif rata-
rata yang dihitung sebagai berikut :

                Sensitivitas perusahaan terhadap perubahan tingkat bunga juga dapat diukur dengan
mencari porsi utang yang dikaitkan dengan tingkat pasar seperti tingkat bunga utama

 Beban Pajak

                Pajak penghasilan pada dasarnya mencerminkan distribusi laba antara perusahaan
dan pemerintah.

                Hubungan antara pajak akrual dengan laba sebelum pajak, disebut sebagai tarif
pajak efektif (effective tax rate) atau rasio pajak (tax ratio), dipengaruhi oleh perbedaan
antara pajak permanen. Tarif pajak efektif dihitung sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP

Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis, yaitu rasio yang menunjukkan profitabilitas
dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam
kaitannya dengan investasi. Profitabilitas dalam hubungannya dengan penjualan terdiri atas
margin laba kotor (gross profit margin) dan margin laba bersih (net profit margin).
Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi terdiri atas tingkat pengembalian atas
aktiva (return on total assets) dan tingkat pengembalian atas ekuitas (return on equity).

Tujuan penggunaan profitabilitas bagi perusahaan maupun bagi pihak luar perusahaan
adalah untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode
tertentu, untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang,
untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu, untuk mengukur produktifitas dari
seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri, untuk mengukur produktivitas
seluruh dana perusahaan yang digunakan,baik modal pinaman maupun modal sendiri, serta
untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan.

Analisis rasio profitabilitas secara umum dalam perhitungannya menggunakan rasio


Gross Profit Margin (GPM), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin (NPM),
Total Assets Turnover (TAT), Return on Investment (ROI), dan Return on Equity (ROE).
https://etalasepustaka.blogspot.com/2016/08/pengertian-dan-analisis-rasio-profitabilitas.html

http://irmajhe.blogspot.com/2016/11/analisis-harga-pokok-penjualan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai