Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

PASANG – LEPAS IUD


IMPLAN
KONSELING KB

OLEH:

THETA KUSUMA
201710330311059

SKILL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jumlah penduduk Indonesia dari tahun ke tahun berikutnya terus mengalami kenaikan.
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkontrol dapat menyebabkan banyak dampak negatif
bagi suatu negara, seperti lapangan kerja yang terbatas, tempat tinggal terbatas, pasokan
makanan yang terbatas. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia melalui Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kembali menggaungkan program Keluarga
Berencana (KB). Hal ini untuk mencapai Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul bagi
Indonesia.
Menurut World Health Organisation (WHO), keluarga berencana adalah suatu tindakan
yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol
waktu saat kelahiran dalam hubungan suami istri serta menentukan jumlah anak dan keluarga.
Untuk tercapainya program KB, pemerintah menganjurkan memakai alat kontrasepsi untuk
meningkatkan kualitas manusia.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa pada wanita 15
sampai 49 tahun dengan status kawin sebesar 59,3%, menggunakan metode KB modern
[implant, metode operatif wanita.(MOW), metode operatif pria(MOP), IUD, kondom,
suntikan, pil]xx , 0,4% menggunakan metode tradisional, 24,7% pernah melakukan
KB dan 15,5% tidak pernah menggunakan KB.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk mencegah pertemuan dari sperma dan sel
telur sehingga tidak terjadi kehamilan. Kontrasepsi pada umumnya dibagi menjadi dua macam,
yaitu Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (NMKJP) dan Metode Kontrasepsi Jangka
Panjang (MKJP). Untuk alat kontrasepsi NMKJP meliputi kondom, pil KB, suntik. Sedangkan
untuk MKJP sendiri yaitu implan, intra uterine devices (IUD), vasektomi, tubektomi.

IUD adalah kontrasepsi yang terbuat dari plastik halus berbentuk spiral (Lippes Loop)
atau berbentuk lain (Copper T Cu 200, Copper T 220 atau ML Cu 250) yang dipasang di
dalam Rahim dengan memakai alat khusus oleh dokter atau bidan paramedik lain yang sudah
dilatih.
Menurut sumber yang lain pula,IUD adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau
tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. Pemasangan ini dapat untuk 3-5 tahun
dan bisa dilepaskan setiap saat bila klien berkeinginan untuk mempunyai anak. Alat ini kecil
berbentuk-T terbuat dari plastik dengan bagian bawahnya terdapat tali halus yang juga
terbuat dari plastik. Sesuai dengan namanya IUD dimasukkan ke dalam rahim untuk
mencegah kehamilan. Pemasangan bisa dengan rawat jalan dan biasanya akan tetap terus
berada dalam rahim sampai dikeluarkan lagi. IUD mencegah sperma tidak bertemu dengan
sel telur dengan cara merubah lapisan dalam rahim menjadi sulit ditempuh oleh sperma.

IUD adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang terbuat dari bahan
polietilen dengan atau tanpa metal steroid. IUD sangat efektif dibandingkan dengan metode
kontrasepsi jangka panjang lainnya seperti implan, vasektomi, tubektomi. Oleh karena itu, IUD
paling banyak digunakan pada program KB di Indonesia. Disamping efektifnya IUD, terdapat
juga beberapa kerugian yaitu perdarahan antar kehamilan, nyeri haid yang berlebihan, periode
haid lebih lama, dan perdarahan berat pada waktu haid. Akibat dari kehilangan darah yang
banyak dapat menyebabkan anemia[ CITATION Put16 \l 1033 ].
IUD terbuat dari plastik elastis yang dililit tembaga atau campuran tembaga dengan
perak. Lilitan logam menyebabkan reaksi anti fertilitas dengan jangka waktu penggunaan antara
dua hingga sepuluh tahun dengan metode kerjanya mencegah masuknya spermatozoa ke dalam
saluran tuba. IUD dibedakan menjadi empat jenis yaitu Copper-T, Copper-7, Multi Load, Lippes
Loop.

a. Lippes Loop

IUD Lippes Loop terbuat dari bahan polietilen, berbentuk spiral, pada

bagian tubuhnya mengandung barium sulfat yang menjadikannya radio

opaque pada pemeriksaan dengan sinar-X.

Menurut Proverawati (2010) IUD Lippes Loop bentuknya seperti spiral

atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol dan dipasang benang

pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda ukuran panjang

bagian atasnya. Adapun tipe dari Lippes Loops adalah sebagai berikut:

IUD jenis Lippes Loops mempunyai angka kegagalan yang rendah.

Keuntungan lain dari jenis ini ialah bila terjadi perforasi jarang menyebabkan

luka atau penyumbatan usus, sebab terbuat dari bahan plastik (Proverawati,

2010).

b. Cu T 380 A
IUD Cu – T 380 A terbuat dari bahan polietilen berbentuk huruf T

dengan tambahan bahan Barium Sulfat. Pada bagian tubuh yang tegak, dibalut

tembaga sebanyak 176 mg tembaga dan pada bagian tengahnya masing

masing mengandung 68,7 mg tembaga, dengan luas permukaan 380 ± 23m2.

Ukuran bagian tegak 36 mm dan bagian melintang 32 mm, dengan diameter 3

mm. pada bagian ujung bawah dikaitkan benang monofilamen polietilen

sebagai kontrol dan untuk mengeluarkan IUD.

c. Multiload 375

IUD Multiload 375 (ML 375) terbuat dari polipropilen dan mempunyai luas permukaan 250
mm2 atau panjang 375 mm2 kawat halus tembaga yang

membalut batang vertikalnya untuk menambah efektifitas. Ada tiga jenis

ukuran multi load yaitu standar, small, dan mini. Bagian lengannya didesain

15

sedemikian rupa sehingga lebih fleksibel dan meminimalkan terjadinya

ekspulsi.

d. Nova – T IUD Nova-T mempunyai 200 mm2 kawat halus tembaga dengan bagian

lengan fleksibel dan ujung tumpul sehingga tidak menimbulkan luka pada

jaringan setempat pada saat dipasang.

e. Cooper-7

IUD ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan

pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan


ditambahkan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2
fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis

Copper-T (Proverawati, 2010).

Jenis kontrasepsi IUD pasca salin aman dengan menggunakan IUD Cu T

(copper T), sedangkan jenis non copper memerlukan penundaan sampai 6 minggu
sehingga tidak cocok untuk pasca salin (BkkbN, 2014). Implan adalah alat kontrasepsi yang
diletakkan dibawah kulit, mengandung hormon steroid dan digunakan untuk waktu yang lama,
salah satunya, dan yang paling banyak beredar di Indonesia, adalah implan levonorgestrel.
Implan memiliki tingkat kontinuitas pemakaian yang tinggi, walaupun jumlah penggunanya
rendah. Efek samping pengguanaan imlan yang paling banyak dijumpai adalah gangguan siklus
haid. Penggunaan kontrasepsi implan cenderung berimplikasi terhadap siklus haid akseptornya.
Gangguan yang utama pada pemakaian kontrasepsi yang mengandung hormon progestin adalah
gangguan pada pola perdarahan haid. Sisanya akan mengalami perdarahan yang tidak teratur,
perdarahan bercak dan amenorea[ CITATION Dez12 \l 1033 ].

Konseling KB adalah percakapan tatap muka atau wawancara  antara klien dengan konselor,
yang diselenggarakan dengan sengaja, dengan tujuan membantu klien tersebut membuat
keputusan yang sesuai dengan kondisi dan keinginannya, serta pilihannya berdasarkan informasi
yang lengkap tentang alat kontrasepsi. Pemilihan dan pemakaian alat KB yang didahului dengan
Konseling KB akan membuat peserta KB merasa aman dan nyaman. Rasa aman dan nyaman
dalam memakai alat KB bisa tercapai karena Konseling KB membantu calon peserta KB supaya
bisa memilih dan menggunakan cara KB yang sesuai dengan keadaan diri dan kebutuhannya.

2.2 Tata cara konseling KB dan pemakaian alat kontrasepsi

(a) Konseling awal

 Sapa klien dengan ramah, perkenalkan diri anda dan tanyakan tujuan kedatangannya
 Berikan informasi umum tentang Keluarga Berencana
 Berikan informasi tentang jenis kontrasepsi yang tersedia dan resiko serta keuntungan
dari masing- masing kontrasepsi termasuk perbedaan antara kontap dan metode
reversibel :
o Tunjukkan dimana dan bagaimana alkon tersebut digunakan
o Jelaskan bagaimana cara kerja
o Jelaskan kemungkinan efek samping dan masalah kesehatan lain yang
mungkin akan dialami
 Jelaskn apa yang bisa diperoleh
(b) Konseling metode khusus

 Berikan jaminan akan kerahasian yang diperlukan klien


 Kumpulakan data data pribadi klien ( nama, alamat, dsb )
 Tanyakan tujuan KB yang diinginkan (apakah klien ingin mengatur jarak
kelahiran atau ingin membatasi jumlah anaknya )
 Tanyakan agama/kepercayaan yang dianut klien yang mungkin menentang
penggunaan salah satu metode KB
 Diskusikan kebutuhan, pertimbangan dan kekhawatiran klien dengan sikap yang
simpatik
 Bantulah klien untuk memilih metode yang tepat
 Bila klien memilih AKDR :Jelaskan kemungkinan-kemungkinan efek samping
AKDR Cu T 380 A, sampai benar-benar dimengerti oleh klien

(c) Konseling pra pemasangan dan seleksi klien

 Lakukan seleksi klien (anamnesa) secara cermat untuk memastikan tidak ada masalah
kondisi kesehatan sebagai pemakai AKDR
 Tanyakan Riwayat kesehatan Reproduksi
 Jelaskan bahwa perlu dilakukan pemeriksaan fisik dan panggul dan jelaskan apa yang
akan dilakukan dan persilahkan klien untuk mengajukan pertanyaan
 Pastikan klien sufdah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya
menggunakan sabun
 Cuci tangan dengan air dan sabun keringkan dengan kain bersih
 Tolong klien naik ke meja pemeriksaan
 Palpasi daerah perut dan periksa apakah ada nyeri, benjolan atau kelainan lainnya
didaerah supra pubik

(d) Pemeriksaan panggul

 Kenakan kain penutup pada klien untuk pemeriksaan panggul


 Atur lampu yang terang untuk melihat serviks
 Pakai sarung tangan yang sudah di DTT
 Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT
 Lakukan inspeksi pada Genitalia Eksterna
 Palpasi kelenjar Skene dan Bartolini, amati adanya nyeri atau ”discharge”
 Masukkan Spekulum vagina
 Lakukan pemeriksaan spekulum : Periksa adanya lesi atau keputihan pada vagina,
Inspeksi serviks
 Keluarkan spekulum dengan hati-hati dan letakkan kembali pada tempat semula dengan
tidak menyentuh peralatan lain yang belum digunakan
 Lakukan pemeriksaan bimanual : Pastikan gerakan serviks bebas, Tentukan besar dan
posisi uterus, Pastikan tidak ada kehamilan, Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada
adneksa
 Lakukan pemeriksaan retrovaginal bila ada indikasi : Kesulitan menentukan besar uterus
retroversi, Adanya tumor pada Cavum Douglasi
 Celupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian buka dan rendam dalam
keadaan terbalik

(e) Tindakan pra pemasangan

 Jelaskan proses pemasangan AKDR dan apa yang akan klien rasakan pada saat proses
pemasangan dan setelah pemasangan dan persilahkan klien untuk mengajukan
pertanyaan.
 Masukkan lengan AKDR Cu T380A di dalam kemasan sterilnya :
o Buka sebagian plastik penutupnya dan lipat kebelakang
o Masukkan pendorong kedalam tabung inserter tanpa menyentuh benda tidak steril
o Letakkan kemasan pada tempat yang datar
o Selipkan karton pengukur dibawah lengan AKDR
o Pegang kedua ujung lengan AKDR dan dorong tabung inserter sampai ke pangkal
lengan sehingga lengan akan melipat Setelah lengan melipat sampai menyentuh
tabung inserter, tarik tabung inserter dari bawah lipatan lengan
o Angkat sedikit tabung inserter, dorong dan putar untuk memasukkan lengan
AKDR yang sudah terlipat tersebut ke dalam tabung inserter.
o Pastikan cincin biru sejajar dengan arah lengan AKDR, cocokkan dengan ukuran
kavum uteri
o Pastikan ujung pendorong menyentuh ujung AKDR
o AKDR siap diinsersikan ke kavum uteri

(f) Tindakan pemasangan IUD

IUD dapat dipasang dalam keadaan berikut :

1. Sewaktu haid sedang berlangsung

Dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan IUD pada
waktu ini antara lain ialah :

a) Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek.
b) Rasa nyeri tidak seberapa keras.
c) Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan.
d) Kemungkinan pemasangan IUD pada uterus yang sedang hamil tidak ada.

Kerugian IUD pada waktu haid sedang berlangsung antara lain :

a) Infeksi dan ekspulsi lebih tinggi bila pemasangan dilakukan saat haid.
b) Dilatasi canalis cervikal adalah sama pada saat haid maupun pada saat mid - siklus
(Hartanto, 2008).

2. Sewaktu pasca salin

Bila pemasangan IUD tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah bersalin, menurut
beberapa sarjana, sebaiknya IUD ditangguhkan sampai 6 - 8 minggu postpartum oleh karena
jika pemasangan IUD dilakukan antara minggu kedua dan minggu keenam setelah partus,
bahaya perforasi atau ekspulsi lebih besar.

3. Sewaktu post abortum

Sebaiknya IUD dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan
psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi.
4. Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama
sebelum IUD dipasang. Sebelum pemasangan IUD dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada
akseptor bentuk IUD yang dipasang, dan bagaimana IUD tersebut terletak dalam uterus
setelah terpasang. Dijelaskan bahwa kemungkinan terjadinya efek samping seperti
perdarahan, rasa sakit, IUD keluar sendiri (Sarwono, 2005).

Adapun langkah-langkah pemasangan IUD Copper T 380 A, adalah:

a) Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan mempersilahkan klien mengajukan
pertanyaan. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa sedikit sakit pada beberapa
langkah waktu pemasangan dan nanti akan diberitahu bila sampai pada langkah-langkah
tersebut dan pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya
b) Periksa genitalia eksterna, untuk mengetahui adanya ulkus, pembengkakan pada kelenjar
Bartolin dan kelenjar skene, lalu lakukan pemeriksaan spekulum dan panggul.
c) Lakukan pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi
d) Masukkan lengan IUD Copper T 380A di dalam kemasan sterilnya
e) Masukkan spekulum, dan usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik dan
f) gunakan tenakulum untuk menjepit serviks
g) Masukkan sonde uterus
h) Lakukan pemasangan IUD Copper T 380 A
i) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan dan bersihkan
permukaan yang terkontaminasi
j) Melakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung tangan dengan segera setelah selesai dipakai.
k) Mengajarkan kepada klien bagaimana memeriksa benang IUD (dengan menggunakan model
yang tersedia.
l) Menyarankan klien agar menunggu selama 15-30 menit setelah pemasangan IUD.

(g) Konseling pasca pemasangan


 Ajarkan klien bagaimana cara memeriksa sendiri benang AKDR dan kapan harus
dilakukan
 Jelaskan pada klien apa yang harus dilakukan bila mengalami efek samping
 Beritahu kapan klien harus datang kembali ke klinik untuk kontrol
 Ingatkan kembali masa pemakaian AKDR Cu T 380A adalah 10 tahun
 Yakinkan klien bahwa ia dapat datang ke klinik setiap saat bila memerlukan konsultasi,
pemeriksaan medik atau bila menginginkan AKDR tersebut dicabut.
 Minta klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang telah diberikan
 Lengkapi rekam medik dan kartu AKDR untuk klien

(h) Tindakan pra pencabutan


 Pastikan klien sudah mengosongkan kandung kencingnya dan mencuci kemaluannya
mengguakan sabun.
 Bantu Klien naik ke meja pemeriksaan
 Cuci tangan dengan air sabun , keringkan dengan kain bersih
 Pakai sarung tangan baru yang telah di DTT
 Atur peralatan dan bahan-bahan yang akan dipakai dalam wadah steril atau DTT

(I) Tindakan pra pencabutan


 Lakukan pemeriksaan bimanual :
o Pastikan gerakan serviks bebas
o Tentukan besar dan posisi uterus
o Pastikan tidak ada infeksi atau tumor pada adneksa
 Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks
 Usap vagina dan serviks dengan larutan antiseptik 2 sampai 3 kali
 Jepit benang yang dekat dengan klem.
 Tarik keluar benang dengan mantap tetapi hati-hati untuk mengeluarkan AKDR.
 Tunjukkan AKDR tersebut pada klien, kemudian rendam dalam klorin 0,5 %
 Keluarkan spekulum dengan hati-hati

(J) TINDAKAN PASCA PENCABUTAN


 Rendam semua peralatan yang sudah dipakai dalam larutan klorin 0.5% selama 10
menit untuk dekontaminasi
 Buang bahan-bahan yang sudah tidak dipakai lagi (kas, sarung tangan sekali pakai )
ketempat yang sudah disediakan
 Celupkan kedua tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan 0.5 %,
kemudian lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin tersebut
 Cuci tangan dengan air dan sabun
 Amati selama 5 menit sebelum memperbolehkan klien pulang

(k) pemasangan implant

Persiapan

 Minta klien mencuci lengannya sebersih mungkin dengan sabun dan air, dan
membilasnya sehingga tidak ada sisa sabun.
 Tentukan tempat pemasangan pada bagian dalam lengan atas
 Beri tanda pada tempat pemasangan
 Pastikan bahwa peralatan yang steril atau DTT dan keenam kapsul implant sudah
tersedia

Tindakan pra pemasangan

 Cuci tangan dengan air dan sabun, keringkan dengan kain bersih
 Pakai sarung tangan steril atau DTT
 Usap tempat pemasangan dengan larutan antiseptic
 Pasang duk steril atau DTT disekeliling lengan klien

Pemasangan kapsul implant

 Suntikkan anestesi lokal tepat dibawah kulit (subkutan) sampai kulit sedikit
menggelembung
 Teruskan penusukan jarum kurang lebih 4 cm dan suntikkan masing-masing 1 cc
diantara pola pemasangan nomor 1 dan 2, 3 dan 4, 5 dan 6
 Uji efek anestesinya sebelum melakukan insisi pada kulit
 Buat insisi dangkal selebar 2 mm dengan scalpel (alternatif lain tusukkan trokar
langsung ke lapisan dibawah kulit)
 Sambil mengungkit kulit, masukkan terus trokar dan pendorongnya sampai batas
tanda 1 (pada pangkal trokar) tepat pada luka insisi.
 Keluarkan pendorong dan masukkan kapsul kedalam trokar (dengan tangan atau
pinset)
 Masukkan kembali pendorong dan tekan kapsul kearah ujung dari trokar sampai
terasa adanya tahanan.
 Tahan pendorong ditempatnya dengan satu tangan, dan tarik trokar keluar sampai
mencapai pegangan pendorong.
 Tarik trokar dan pendorongnya secara bersama-sama sampai batas tanda 2 terlihat
pada luka insisi (jangan mengeluarkan trokar dari tempat insisi)
 Tahan kapsul yang telah terpasang dengan satu jari dan masukkan kembali trokar
serta pendorongnya sampai tanda 1.
 Jangan menarik ujung trokar dari tempat insisi sampai seluruh kapsul sudah
terpasang.
 Raba kapsul utnuk memastikan keenam kapsul implant telah terpasang dalam pola
kipas.
 Raba daerah insisi untuk memastikan seluruh kapsul berada jauh dari insisi.

Tindakan pasca pemasangan

 Dekatkan ujung-ujung insisi dan tutup dengan bandaid


 Beri pembalut tekan untuk mencegah pendarahan dan mengurangi memar.
 Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam larutan
klorin untuk dikontaminasi.
 Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas, sarung
tangan / alat suntik sekali pakai)
 Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
 Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih.
(l) Pelepasan implant

Tindakan pra pencabutan

 Cuci tangan dengan sabun dan air, keringkan dengan kain bersih
 Pakai sarung tangan steril atau DTT.
 Desinfeksi tempat pencabutan secara sentrifugal dengan kasa iodine.
 Pasang duksteril pada daerah pencabutan, raba sekali lagi seluruh kapsul untuk
menentukan lokasinya.
 Suntikkan obat anenstesi lokal dengan memasukkan jarum dibawah ujung kapsul
yang paling dekat dengan siku, kemudian masukkan sampai kurang lebih
sepertiga panjang kapsul pertama (1 cm ), trik jarum pelan-pelan sambil
menyuntikkan obat anastesi sebanyak 0,5 ml. Tanpa mencabut jarum geser ujung
jarum ke arah kapsul berikutnya, ulangi proses ini sampai jarum keenam

Tindakan pencabutan dengan teknik “U”

 Tentukan lokasi insisi pada kulit diantara kapsul 3 dan 4 lebih kurang 5 ml di atas
ujung kapsul dekat siku.
 Lakukan pada lokasi yang telah ditentukan, gunakan scalpel untuk membuat insisi
kecil (4 mm) dengan arah memanjang.
 Masukkan ujung klem pemegang susuk secara hati-hati melalui luka insisi.
 Fiksasi kapsul yang letaknya paling dekat luka insisi dengan jari telunjuk sejajar
panjang kapsul.
 Masukkan klem lebih dalam sampai ujungnya menyentuh kapsul, buka klem dan
jepit kapsul denga sudut yang tepat pada sumbu panang kapsul lebih kurang 5 mm
diatas ujung bawah kapsul. Setelah kapsul terjepit, tarik ke arah insisi dan
jatuhkan klem 1800 ke arah bahu klien.untuk memaparkan ujung bawah kapsul.
 Bersihkan kapsul dari jaringan ikat yang mengelilinginya dengan menggunakan
kassa steril untuk memaparkan ujung bawah kapsul sehingga mudah dicabut.Bila
tidak bisa dengan kassa, boleh menggunakan sisi tumpul scalpel.
 Gunakan klem lain untuk menjepit kapsul yang sudah terpapar. Lepaskan klem
pemegang susuk dan cabut kapsul dengan pelan- pelan dan hati- hati. Setelah
kapsul dicabut, letakkan dalam mangkuk kecil berisi larutan klorin 0,5 % untuk
dekontaminasi. Kapsul dapat dihitung dengan mudah dalam mangkuk kecil untuk
memastikan keenam kapsul sudah dicabut.

Tindakan pasca pencabutan

 Bila klien tidak ingin memakai susuk lagi, bersihkan daerah sekitar insisi denga
kasa antiseptik. Gunakan klem mosquito untuk memegang kedua tepi luka insisi
selama lebih kurang 10 – 15 detik untuk mengurangi perdarahan.
 Dekatkan kedua tepi luka insisi kemudian tutup dengan bandaid atau kasa steril
dan plester. Tutup daerah insisi dengan pembalut tekan mengelilingi lengan untuk
homeostasis dan mengurangi perdarahan di bawah kulit.
 Taruh alat suntik ditempat terpisah dan letakkan semua peralatan dalam larutan
klorin untuk dikontaminasi.
 Buang peralatan yang sudah tidak dipakai lagi ke tempatnya (kasa, kapas, sarung
tangan / alat suntik sekali pakai)
 Lepaskan sarung tangan dan rendam dalam klorin .
 Cuci tangan dengan sabun dan air, kemudian keringkan dengan kain bersih.
BAB 3

KESIMPULAN

Dengan ada nya program khusus seperti KB ini dapat mengatur pertumbuhan penduduk
yang berlebihan. Metode yang digunakan salah satunya yaitu alat kontrasepsi seperti IUD,
Implan, dll. Diperlukan konseling KB agar lebih efektif sebelum dilakuakn pemasangan dan
pengambilan kontrasepsi dan dapat meminimalisir efek samping yang di timbulkan akibat alat
kontrasepsi. Dengan lancarnya Program KB dapat menciptakan SDM yang berkualitas
mengurangi pertumbuhan yang berlebih.
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo Sarwono. 2010. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal. Yayasan Bina Pustaka :
Jakarta.hal 24-25

BKKBN. 2003. Kamus Istilah Kependudukan, KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta : BKKBN.

Dezarino, M., Ichsan, T. M. & Prabudi, M. O., 2012. Penggunaan kontrasepsi implan 2 batang selama 1
tahun. Majalah Kedokteran Nusantara, 42(2), pp. 73-74.

Putri, R. P. & Oktaria, D., 2016. Efektivitas Intra Uterine Devices (IUD) Sebagai Alat Kontrasepsi.
MAJORITY, 5(4), pp. 138-139.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN PEMASANGAN DAN PENCABUTAN AKDR FK UNIVERSITAS


HASANUDDIN 2015

Lab Ketrampilan Medik/PPD-UNSOED Jilid 2

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 24


TAHUN 2017 TENTANG PELAYANAN KELUARGA BERENCANA PASCA PERSALINAN DAN PASCA
KEGUGURAN Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Direktorat Kesehatan
Reproduksi. Tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai