JURUSAN FARMASI
PERCOBAAN IV
SPEKTROFOTOMETRI UV – VISIBLE”
DISUSUN OLEH :
HARI/ TANGGAL :
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Dua buah atom bila saling berikatan dan membentuk molekul maka akan terjadi
tumpang tindih dua orbital dari kedua atom yang masing-masing mengandung
satu elektron dan kemudian terbentuk orbital molekul. Hukum kuantitatif terkait
dikenal dengan hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert-Beer menjelaskan
hubungan pelemahan dari intensitas cahaya terhadap sifat-sifat material yang
dilewati oleh berkas cahaya. Bila suatu sumber cahaya monokromatik melewati
medium transparan, maka intensitas cahaya yang diteruskan berkurang dengan
bertambahnya ketebalan medium yang mengabsorpsi. Selain itu, intensitas
cahaya yang diteruskan berkurang secara eksponensial dengan bertambahnya
konsentrasi spesimen yang menyerap cahaya tersebut (Faisal dkk., 2016).
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmsis dapat menganalisis dan
menentukan kadar komponen aktif berbagai sediaan obat menggunakan
instrument spektrofotometri UV –Vis. Hal inilah yang melatarbelakangi
percobaan ini dilakukan.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaaan
I.2.1 Maksud percobaan
Memahami cara menganalisis dan menentukan kadar komponen aktif
berbagai sediaan obat menggunakan instrumen spektrofotometri UV-
Vis.
I.2.2 Tujuan percobaan
Mengetahui cara menganalisis dan menentukan kadar komponen aktif
berbagai sediaan obat menggunakan instrumen spektrofotometri UV –
Vis.
TINJAUAN PUSTAKA
Spektroskopi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari interaksi berbagai tipe
radiasi elektromagnetik dengan bahan kimia. Interaksi ini memungkinkan para
ilmuan untuk mengidentifikasi , mengkarakterisasi dan mengelusidasi struktur
senyawa bahkan untuk identifikasi unsure-unsur kimia.setiap spectra memiliki
kelebihan dan fitur tersendiri. Dalam spektroskopi emisi misalnya, molekul
mengalami transisi menuju energy yang lebih rendah dan memancarkan emisi
dalam bentuk foton. Sedangkan pada spektroskopi adsobsi terjadi sebaliknya
dimana adsorbsi foton mengakibatkan terjadinya eksitasi electron atau terjadi
vibrasi dan atau rotasi di tingkat molekul. Baik spektroskopi adsorbs maupun
emisi memberikan informasi yang sama tentang pemisahan tingkat energy, tapi
secara paktik tergantung teknik yang diacu. Pembahasan difokuskan pada
spektroskopi adsorbsi yang sangat luas pemakaianya baik dalam studi transisi
elekton, rotasi molekul dan vibrasi molekul (Nazar, 2018).
Metode spektrofotometri UV-Visible merupakan gabungan antara metode
spektrofotometri UV dan Visible. Sistem ini menggunakan dua buah sumber
cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya tampak (visible). Metode
ini berdasarkan penyerapan sinar ultraviolet maupun sinar tampak yang
menyebabkan terjadinya transisi elektron (perpindahan elektron dari tingkat
energi yang rendah ke tingkat energi yang lebih tinggi) (Octaviani dkk., 2015).
Gugus Kromofor : -
3. Natrium Hidroksida (FI Edisi III, 1979 : 412)
Gugus Kromofor : -
4. Asam Salisilat (FI Edisi III, 1979 : 36)
II.3.3 Parasetamol
1. Mixagrip (ISO, 2017)
Nama sediaan : Mixagrip
Komposisi : Parasetamol 500 mg, phenylephrine
HCL 15 mg, chlorpheniramin
maleate 2 mg
Kontraindikasi : Hipersensitivitas, hipertensi berat,
penderita diabetes mellitus,
penyakit jantung, penyakit arteri
coroner, hipertiroid dan glaucoma.
Indikasi : Menyembuhkan gejala flu seperti
bersin-bersin, hidung berair,
demam, sakit kepala dan nyeri otot
Efek samping : Reaksi alergi, gangguan saluran
cerna, tekanan darah rendah, sedasi
dan gangguan darah.
Interaksi obat : -
Dosis : Dewasa 1-2 kaplet 3-4 kali sehari ,
anak-anak 1/2 – 1 kaplet 3-4 kali
sehari
Golongan : Obat bebas terbatas
obat
Diproduksi : PT Kalbe Farma
oleh
No batch :
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.2.2 Paracetamol
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg
3. Ditambahkan 50 ml NaOH 0,1 N
4. Diencerkan dengan 100 ml air, kocok selama 15 menit
5. Ditambahkan air secukupnya hingga 20,0 ml dicampur dandisaring
6. Diencerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya hingga 100,0 ml
7. Ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan air secukupnya
hingga 100,0 ml
8. Diukur serapan larutan pada panjang gelombang maksimum lebih
kurang 257 nm. E(1%, 1cm) pada maksimum lebih kurang 257 nm
adalah 715.
- Ditimbang
20 tablet
+ Add 500,0 ml
- Disaring
NaOH 0,1 N
- Diencerkan dengan NaOH hingga
500 ml
5 ml furosemide
Dokumentasi
III.3.2 Parasetamol
10 ml NaOH 0,1 N
- diencerkan dengan air ad 100,0 ml
- dipipet
-
4 mL larutan
- labu ukur 100 mL
- diencerkan
Dokumentasi
III.3.3.2 Larutan Baku (B)
- dipipet
-
4 mL larutan
- labu ukur 100 mL
- diencerkan
2. Perhitungan sampel
2
Dik : Ke = 2 % x 60 g=1,2 g
100
Au = 0,301
Ab = 0,041
BTS (Berat Total sampel) = 60 g
Bs (Berat Sampel) = 50 mg =
Bu = 60 g
Dit : a. Berat sampel yang ditimbang
b. Faktor pengencer larutan uji
c. Faktor pengencer larutan baku
d. Jumlah asam salisilat/gram
e. Penetapan kadar asam salisilat
Penye :
a. Berat sampel yang ditimbang (Bb)
Bs
Bb = x BTS
Ke
0,05 g
= x 60 g
1,2 g
3g
=
1,2 g
= 2,5 g = 2500 mg
Tujuan dari percobaan ini yaitu kita dapat memahami dan mengetahui cara
menganalisis dan menentukan kadar komponen aktif berbagai sediaan obat
menggunakan instrument spektrofotometri UV –Vis.
Prinsip kerja pada percobaan kali ini yaitu menganalisis dan menentukan kadar
komponen aktif berbagai sediaan obat menggunakan instrumen
spektrofotometri UV-Vis. Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis adalah
interaksi yang terjadi antara energi yang berupa sinar monokromatis dari
sumber sinar dengan materi yang berupa molekul. Besar energi yang diserap
tertentu dan menyebabkan elektron tereksitasi dari keadaan dasar ke keadaan
tereksitasi yang memiliki energi lebih tinggi. Serapan tidak terjadi seketika pada
daerah ultraviolet-visible untuk semua struktur elektronik, tetapi hanya pada
sistem-sistem terkonjugasi, struktur elektronik dengan adanya ikatan π dan non
bonding elektron.
Cara kerja pada percobaan ini yaitu dengan melakukan analisis pada obat
furosemid, paracetamol dan asam salisilat. Pertama, Furosemide dengan
menyiapkan alat dan bahan, lalu timbang dan serbukkan 20 tablet. Kemudian,
kocok dengan 300 ml NaOH 0,1 N selama 10 menit ditambahkan NaOH 0,1 N
secukupnya hingga 500,0 ml disaring. Lalu, diencerkan 5,0 ml dengan NaOH
0,1 N secukupnya hingga 500,0 ml dan diukur serapan larutan pada panjang
gelombang maksimum lebih kurang 271 nm. Kemudian, Dihitung jumlah
furosemid pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 271 nm adalah
595. lalu didokumentasikan. Kedua paracetamol, dengan menyiapkan alat dan
bahan lalu ditimbang seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 150 mg dan
ditambahkan 50 ml NaOH 0,1 N lalu diencerkan dengan 100 ml air, kocok
selama 15 menit. Kemudian, ditambahkan air secukupnya hingga 20,0 ml
dicampur dan disaring. Lalu, diencerkan 10,0 ml filtrat dengan air secukupnya
hingga 100,0 ml dan ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, encerkan dengan air
secukupnya hingga 100,0 ml. Lalu, Diukur serapan larutan pada panjang
gelombang maksimum lebih kurang 257 nm. E(1%, 1cm) pada maksimum lebih
kurang 257 nm adalah 715. kemudian, didokumentasikan. Kemudian asam
salisilat, pertama menganalisis larutan uji (A) dengan menyiapkan alat dan
bahan lalu ditimbang seksama 50 mg asam salisilat. Masukkan ke dalam labu
ukur 100 mL, ditambahkan 50 mL asam sulfat 0,1 N, kocok dan diamkan
selama 15 menit. Lalu, encerkan dengan asam sulfat 0,1 N sampai batas tanda
kemudian disaring. Kemudian, pipet 4 mL larutan ini ke dalam labu tentukur
100 mL dan diencerkan dengan asam sulfat 0,1 N sampai batas tanda. Kedua,
larutan baku (B) dengan menyiapkan alat dan bahan lalu timbang seksama 25
mg baku pembanding asam salisilat. Masukkan ke dalam labu tentukur 50 mL
lalu larutkan dengan asam sulfat 0,1 N, dikocok dan didiamkan selama 15
menit. Kemudian, encerkan dengan asam sulfat 0,1 N sampai batas tanda lalu
pipet 4 mL larutan ke dalam labu tentukur 100 mL dan diencerkan dengan asam
sulfat 0,1 N sampai batas tanda dan tetapkan Serapan larutan A dan B. Terakhir,
hitung panjang gelombang lalu didokumentasikan hasilnya.
Alasan perlakuan pada percoban ini yaitu, pertama alasan dikocok selama 10-15
menit ialah agar larutan baku yang digunakan bercampur merata (homogen)
dengan pelarutnya ataupun dengan larutan lain. Alasan menggunakan panjang
gelombang maksimal karena memiliki kepekaan maksimal dimana terjadi
perubahan absorbansi yang paling besar dan bentuk kurvanya memenuhi hukum
Lambert-Beer.Alasan diukur panjang gelombang yaitu agar dapat mengukur
nilai absorbansinya. Alasan penggunaan lumpang dan alu yaitu untuk
menggerus atau menghaluskan sediaan obat agar terbentuk partikel-partikel
yang lebih kecil dan halus. Alasan digunakannya gelas ukur yaitu untuk
mengukur larutan kimia dalam jumlah tertentu dan agar jelas ukuran suatu
larutan yang akan digunakan, alasan penggunaan pipet volume yaitu untuk
mengambil cairan deangan volume tertentu dengan ketelitian yang lebih tinggi.
Alasan digunakannya beaker gelas yaitu untuk mencampur larutan kimia.Alasan
digunakannya labu takar yaitu untuk mengencerkan suatu larutan.Alasan
digunakannya neraca analitik yaitu untuk menimbang bahan kimia hingga
ukuran milligram.Alasan dilakukan pengenceran yaitu untuk menurunkan atau
memperkecil konsentrasi larutan atau menambah zat pelarut ke dalam larutan
sehingga volume larutan menjadi berubah. Alasan menggunakan panjang
gelombang 210 nm – 700 nm pada percobaan kali ini adalah karena menurut
teori serapan maksimu paracetamol adalah 244 nm.
Dari percobaan yang kami lakukan diperoleh hasil yang didapatkan faktor
pengencer larutan uji yaitu 25 kali, faktor pengencer larutan baku yaitu 25 kali,
jumlah asam salisilat/gram atau W adalah 18,35 g dan penetapan kadar asam
salisilat yaitu 24,9 %.
Menurut Ade Maria (2016) hasil dari penetapan kadar asam salisilat
menunjukkan sampel A mendapat kadar rata-rata 4,689% dan sampel B
mendapat kadar rata-rata 4,651%. Dari keseluruhan sampel, kadar asam salisilat
dalam sampel A sesuai dengan kadar yang tertera di etiket yaitu 4% serta
memenuhi kadar optimal asam salisilat sebagai zat keratolitik yaitu 3-10%.
Sampel B tidak sesuai dengan kadar yang tertera di etiket yaitu 10% namun
masih memenuhi kadar optimal asam salisilat sebagai zat keratolitik yaitu 3-
10%. Berdarkan hasil yang kami dapatkan yaitu faktor pengencer larutan uji
yaitu 25 kali, faktor pengencer larutan baku yaitu 25 kali, jumlah asam
salisilat/gram atau W adalah 18,35 g dan penetapan kadar asam salisilat yaitu
24,9 %.
Aplikasi dalam bidang farmasi yaitu seorang farmasis dapat menentukan dan
menganalisis kadar komponen aktif dalam sediaan obat menggunakan metode
spektrofotometri UV serta mampu mengidentifikasi obat-obatan yang beredar
dikalangan masyakarat mengenai kualitas dari bahan-bahan farmasi.
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, M., Harmadi, Dwi P., 2016, Perancangan Sistem Monitoring Tingkat
Kekeruhan Air secara Realtime Menggunakan Sensor TSD-10, Jurnal Ilmu
Fisika, Vol. 8 (1).
Ikatan Apoteker Indonesia. (2019). Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta : Isfi
Penerbitan.
Nazar, M., Hasan, M. (2018). Spektroskopi Molekul. Banda Aceh : Syiah Kuala
University Press.
Rohman, A (2018). Validasi dan penjaminan mutu metode analisis kimia: UGM
Press.
Octaviani, dkk., (2015). Penetapan Kadar β- Karoten pada Beberapa Jenis Cabe
(Genus Capsicum) dengan Metode Spektrofotometri Tampak. Pharmaciana.
Vol. 4 (2).
Sumantri. (2014). Perbandingan metode penetapan kadar simetidin menggunakan
spektrofotometri uv dan kromatografi cair kinerja tinggi. Universitas Wahid
Hasyim.
Sudjadi dan Rohman, A. (2018). Analisis Kuantitatif Obat. Yogyakarta: UGM Press.
Tim Dosen. (2020). Penuntun Praktikum Kimia Analisis Farmasi II. Palu
Universitas Tadulako