NIM : 12401193189
Jawab :
Harta dalam pandangan Islam menempati kedudukan yang sangat
penting. Islam menempatkan harta sebagai salah satu dari lima kebutuhan pokok
dalam kehidupan manusia yang harus dipelihara (al-d}aruriyah al-khamsah).
Ald}aruriyat al-khamsah secara berurutan meliputi memelihara agama, jiwa,
keturunan, akal, dan harta. Meskipun harta menempati urutan kelima dari semua
aspek al-d}aruriyah al-khamsah ini, ia adalah sesuatu yang sangat urgen dalam
pemeliharaan keempat aspek lainnya.
Menurut Islam status harta yang dimiliki manusia dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang, antara lain:
a. Harta sebagai amanah (titipan) dari Allah SWT.
Manusia hanyalah pemegang amanah karena memang tidak mampu
mengadakan benda dari tiada menjadi ada. Mengutip pendapat
Einstein, manusia tidak mampu menciptakan energi; yang mampu
manusia lakukan adalah mengubah dari satu bentuk energi ke bentuk
energi lain. Pencipta awal segala energi adalah Allah SWT.
b. Harta sebagai perhiasan hidup.
Hal ini memungkinkan manusia untuk menikmatinya dengan baik
dan tidak berlebih-lebihan. Manusia memiliki kecenderungan yang
kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati harta. Sebagaimana
firman-Nya yang artinya: “Dijadikan indah pada (pandangan)
manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-
wanita, anak-anak, harta dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup
di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran: 14). Kemudian dalam ayat lain disebutkan
“Sebagaimana perhiasan hidup, harta sering menyebabkan
keangkuhan, kesombongan, serta kebanggaan diri.” (QS. al-‘Alaq: 6–
7).
c. Harta sebagai ujian keimanan.
Hal ini berkaitan dengan cara mendapatkan dan memanfaatkannya,
apakah sesuai dengan ajaran Islam ataukah tidak. Allah SWT
berfirman: “Dan Ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu
hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala
yang besar.” (QS. al-Anfaal: 28).
d. Harta sebagai bekal ibadah.
Harta digunakan untuk melaksanakan perintah-Nya dan muamalah
di antara sesama manusia, melalui zakat, infak dan sedekah. Allah
SWT berfirman: “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa
ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu
di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika
kamu Mengetahui.” (QS. At-Taubah:41). Dan dalam ayat lain Allah
SWT mengatakan: “Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka
yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS. at-Taubah: 60). Serta “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan
dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi
yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-
orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan
(kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.” (QS. Ali Imran: 133–134).
Jawab :
ب َعلَى َ فَيَحْ ِط، «أَل َ ْن يَ ْغد َُو أَ َح ُد ُك ْم:ُ يَقُول،صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ُِول هللا
َ ْت َرس ُ َس ِمع: قَا َل،َع َْن أَبِي هُ َر ْي َرة
فَإ ِ َّن ْاليَ َد،َ أَ ْعطَاهُ أَوْ َمنَ َعهُ َذلِك، َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أَ ْن يَسْأ َ َل َر ُجاًل،اس ِ َّق بِ ِه َويَ ْستَ ْغنِ َي بِ ِه ِمنَ الن َ َ فَيَت،ظَه ِْر ِه
َ ص َّد
ْ ْ ْ
) َوا ْبدَأ بِ َم ْن تَعُولُ»( َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم،ض ُل ِمنَ اليَ ِد ال ُّسفلَى َ ْالع ُْليَا أَ ْف
4. Distribusi merupakan kegiatan ekonomi yang juga di atur dalam islam, maka
jelaskan tentang prinsip-prinsipnya juga sertakan ayat dan hadits
pendukungnya !
Jawab:
Prinsip utama dalam konserp distribusi menurut pandangan Islam ialah
peninggkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat
ditingkatkan, sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan
tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja. Selain itu, ada pula
pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas ekonomi
suatu pemerintahan amatlah penting, hal ini dikarenakan distribusi itu sendiri
menjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu pemerintahan (selain fungsi
alokasi).
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasa ndan
keadilan kepemilikan.
1. Prinsip Kebebasan
Kebebasan dalam distribusi adalah senentiasa selalu berdasarkan kepada
keimanan. Dasar iman yang paling penting adalah kepercayaan bahwa
manusia diciptakan oleh Allah, karena itu hanya boleh bersikap
menghambakan diri hanya kepada Allah SWT saja. Seperti firman Allah
dalam al-Qur’an surat ar-Rad ayat 36:
ُ ْر++ْضهُ ۚ قُلْ ِإنَّ َما أُ ِم
َد+ ُت أَ ْن أَ ْعب َ َاب يَ ْف َرحُونَ بِ َما أُ ْن ِز َل ِإلَ ْي
ِ ك ۖ َو ِمنَ اأْل َحْ َزا
َ ب َم ْن يُ ْن ِك ُر بَع َ َوالَّ ِذينَ آتَ ْينَاهُ ُم ْال ِكت
ِ هَّللا َ َواَل أُ ْش ِركَ بِ ِه ۚ إِلَ ْي ِه أَ ْدعُو َوإِلَ ْي ِه َمآ
ب
"Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira
dengan kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-
golongan (Yahudi dan Nasrani) yang bersekutu, ada yang mengingkari
sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk
menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia.
Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku
kembali".
Islam memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk memiliki,
memproduksi, mengkonsumsi, bebas untuk berjual beli dan menentukan
upah atau harga dengan berbagai macam nilai nominal, bebas untuk
memindahkan harta yang ada di bawah kepemilikannya kepada orang yang
dikehendakinya semasa ia hidup dengan cara hibah atau hadiah, bebas
mengembangkan harta dengan cara yang baik, akan tetapi dengan syarat–
syarat yang harus dipenuhi dari kebebasan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Memperhatikan halal dan haram dalam ketentuan hukum Islam, selain itu
kualitas dan kuantitas suatu barang yang disalurkan atau dijual juga perlu
dijaga dan diperhatikan.
b. Komitmen terhadap kewajiban-kewajiban yang telah ditentukan syariat
Islam.
c. Tidak menyerahkan pengelolaan harta kepada orang-orang yang bodoh,
gila dan lemah.
d. Hak untuk bersyarikat (saling memiliki) dengan tetangga atau mitra
kerja.
e. Tidak dibenarkan mengelola harta pribadi yang merusak kepentingan
orang banyak.
Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang dibingkai oleh
nilai-nilai agama dan keadilan, tidak seperti pemahaman kaum kapitalis
yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia yang
dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara
suatu masyarakat lainnya.
2. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan ini, al-Qur’an menegaskan pada saat yang sama kelompok
lain semakin di miskinkan. Dengan demikian jelas bahwa
ketidakadilandalam distribusi merupakan suatu tindakan yang bertentangan
dengan sistem ekonomi Islam yang merupakan salah satu cabang aturan
yang terdapat dalam Islam.Dalam Islam keadilan distribusi sudah diatur
secara baik dalam alQur’an dan al-Hadits, semua itu demi kepentingan dan
kemaslahatan umat.19 Islam mengurus keadilan secara mutlak dalam al-
Qur’an surat alNa’am ayat 152 yang berbunyi:
وا ْٱل َك ْي َل َو ْٱل ِمي َزانَ بِ ْٱلقِ ْس ِط ۖ اَل نُ َكلِّفُ نَ ْفسًا ۟ ُُوا ما َل ْٱليَتِ ِيم إاَّل بٱلَّتِى ِهى أَحْ َسنُ َحتَّ ٰى يَ ْبلُ َغ أَ ُش َّدهۥُ ۖ َوأَوْ ف ۟
َ ِ ِ َ تَ ْق َرب َواَل
َّ وا ۚ ٰ َذلِ ُك ْم َو+
َ َذ َّكرُون+ َ ٰى ُكم بِ ِهۦ لَ َعلَّ ُك ْم ت+ ص ۟ +ُ ِد ٱهَّلل ِ أَوْ ف+ رْ بَ ٰى ۖ َوب َع ْه++ُانَ َذا ق++وْ َك++َوا َول
ِ
۟ ُ ِدل+ َعهَا ۖ َوإ َذا قُ ْلتُ ْم فَٱ ْع+ ُو ْس
ِ إِاَّل
Dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. Dan sempurnakanlah takaran
dan timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang
melainkan sekedar kesanggupannya. Dan apabila kamu berkata, maka
hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar
kamu ingat.
Melakukan ketidakadilan berarti melakukan penindasan dan kejahatan
pada orang lain.Orang yang melakukan penindasan (ketidakadilan) berarti
memutuskan ikatan perjanjian dengan Allah Swt. Berbuat adil, di samping
memenuhi dan menjalankan syari’at Islam dan bertindak sesuai dengan
prinsip-prinsip al-Qur’an dan Sunnah, juga melepaskan manusia dari
ketertindasan dan kezaliman dalam bidang kehidupan individu, sosial, dan
khususnya dalam bidang ekonomi.
Jadi, Islam menekankan distribusi yang adil, hingga setiap individu
memperoleh jaminan serta tingkat hidup yang manusiawi dan terhormat
sesuai dengan harkat manusia dalam ajaran-ajaran Islam yaitu sebagai
khalifah (wakil) allah di muka bumi. Allah berfirman dalam surat alBaqarah
ayat 30 yang berbunyi :
sebagian yang lain. Firman Allah swt. dalam surat al-BaQarah ayat 30:
ُ ِف+ا َويَ ْس++َ ُد فِيه+ا َم ْن يُ ْف ِس++َ ُل فِيه+الُوا أَتَجْ َع++َةً ۖ ق+َض خَ لِيف
ِّد َما َء+ك ال ِ ْك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع ٌل فِي اأْل َر
َ َُّوإِ ْذ قَا َل َرب
َك َونُقَدِّسُ لَكَ ۖ قَا َل إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما اَل تَ ْعلَ ُمون َ َونَحْ نُ نُ َسبِّ ُح بِ َح ْم ِد