Anda di halaman 1dari 7

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DALAM

MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN DITINJAU DARI


PERBEDAAN GENDER

Komponen LBM Deskripsi


Gambaran Umum Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) dinyatakan bahwa mata pelajaran
matematika perlu diberikan kepada semua
peserta didik mulai dari sekolah dasar sampai
menengah untuk membekali peserta didik
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,
kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama (Depdiknas, 2006). Dan salah satu
kompetensi yang diharapkan oleh pemerintah
pada lulusan pendidikan menengah pada
pembelajaran matematika yaitu memecahkan
masalah dan mengkomunikasikan gagasan
melalui simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Berdasarkan kompetensi pada pembelajaran
matematika tersebut maka salah satu
kemampuan yang dapat dikembangkan adalah
kemampuan representasi matematis.
Ideal Sebagaimana dipaparkan oleh NCTM (2000:
280) tujuan dari representasi yaitu untuk
mendapatkan hasil atau merupakan cara untuk
menemukan suatu konsep matematika atau
menghubungkannya dalam bermacam bentuk
(simbol, grafik, dan diagram) dan kepada
bentuk itu sendiri. Verschaffel (2010:1)
menyatakan suatu individu
menginterpretasikan atau menggunakan
berbagai macam representasi eksternal dan
perangkatnya untuk penalaran, pemecahan
masalah, dan pembelajaran guna untuk
individu itu sendiri maupun sebagai alat untuk
komunikasi atas apa yang ia ketahui atau ilmu
yang diterimanya kepada orang lain. Apriani
(2016:2) mengungkapkan bahwa setiap siswa
dapat menunjukkan hasil dari apa yang mereka
pikirkan berupa gagasan atau ide-ide yang
bervariasi serta memperlihatkan beragam
representasi, terutama untuk mengungkapkan
gagasan atau ide matematikanya secara lebih
luas. Begitu pula ketika siswa menggunakan
pengetahuan yang dimilikinya saat
menyelasaikan masalah matematika akan
memuculkan berbagai macam representasi
matematis.
Menurut Polya (1973) kemampuan
Representasi sebagai usaha mencari jalan
keluar dari suatu masalah divergen guna
mencapai suatu tujuan yang tidak dengan
segera dapat dicapai. Fenomena yang tidak
segera dicapai merupakan suatu hal yang
memerlukan langkah atau strategi
pemecahan masalah representasi dengan
melibatkan proses berpikir terutama
bagaimana terjadinya proses-proses
kognisi dalam memahami masalah,
merencanakan pemecahan masalah,
melaksanakan rencana, dan terjadinya
proses-proses kognisi dalam mengecek
kembali hasil pekerjaan/penyelesaian.
Namun karakteristik yang dimiliki setiap
orang dalam berpendapat, berpikir,
mengingat, dan memecahkan masalah
Divergen berbeda-beda. Kebiasaan
seseorang yang melekat dan cenderung
konsisten dalam berpendapat, berpikir,
mengingat, dan memecahkan masalah
merupakan gaya kognitif orang tersebut.
Masalah matematika divergen adalah
pertanyaan/soal matematika yang prosedur
penyelesaiannya tidak dapat langsung
digunakan untuk menemukan jawaban soal
tersebut dan memungkinkan memiliki cara-
cara yang berbeda dalam penyelesaiannya serta
memiliki jawaban yang beragam. Oleh karena
itu, masalah divergen bersifat relatif bagi setiap
individu. Menurut Siswono (2008: 34) ciri
suatu masalah adalah:
a. Individu menyadari/mengenali suatu situasi
(pertanyaan-pertanyaan) yang dihadapi.
Dengan kata lain individu memiliki
pengetahuan prasyarat.
b. Individu menyadari bahwa situasi tersebut
memerlukan tindakan/aksi. Dengan kata lain
menantang untuk diselesaikan.
c. Langkah pemecahan suatu masalah tidak
harus jelas atau mudah ditangkap orang lain.
Dengan kata lain individu tersebut sudah
mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah
itu meskipun belum jelas.
Untuk memecahkan masalah matematis
Divergen, siswa/i tentu perlu kemampuan
matematis salah satu nya kemampuan
representasi. Kemudian di penelitian ini
peneliti ingin melihat apakah perbedaan gender
mempengaruhi kemampuan representasi
siswa/i dalam menyelesaikan masalah divergen

Kenyataan Tsui (2007) meneliti tentang

perbedaan kemampuan representasi

matematis siswa di sekolah

menengah atas dengan menemukan

hasil yaitu di Cina maupun di

Amerika tidak terdapat perbedaan

gender terhadap hasil tes

representasi matematika siswa di

kelas 8, dan di China tidak ada

perbedaan gender terhadap skor

ujian masuk perguruan tinggi di

kalangan siswa SMA, sedangkan di

Amerika rata-rata nilai SAT-Math

siswa laki-laki konsisten lebih tinggi


daripada siswa perempuan.

Penelitian Fredman dan Carlsmith (1985)

menemukan bahwa laki-laki tampak lebik

baik daripada perempuan dalam

kemampuan kuantitatif dan kemampuan

pemahaman ruang. Perbedaan tersebut

tampak pada sekitar masa pubertas dan

benar-benar dapat diterapkan sesudah

masa remaja. Perbedaan ini terlihat pada

tes keterampilan kuantitatif seperti

aljabar, geometri, dan penalaran

matematika. Good, Rattan dan Dweck

(2012) mengemukakan students’

perceptions of two factors in their math

environment—the message that math

ability is a fixed trait and the stereotype

that women have less of this ability than

men. Ini menunjukkan adanya stereotype

kemampuan representasi matematika

perempuan lebih rendah daripada laki-laki


Urgensi (kenapa penelitian diperlukan)
Solusi Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
yang dilakukan dapat dilihat bahwa dalam
proses pembelajaran tersebut terdapat masalah
dalam aktivitas dan hasil belajar maka
dibutuhkan suatu model pembelajaran dan
bantuan media pembelajaran yang mampu
menarik perhatian siswa sehingga dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Model pembelajaran Picture and

Picture adalah salah satu model pembelajaran

yang menggunakan gambar dan dapat menarik

perhatian siswa. Model pembelajaran Picture

and Picture merupakan model pembelajaran

yang kooperatif atau mengutamakan adanya

kelompok-kelompok dengan menggunakan

media gambar yang dipasangkan atau

diurutkan menjadi urutan logis.1

Penelitian yang relevan Berdasarkan penelitian Gede Risa

Pebriana, dkk (2017: 9), “Penerapan model

pembelajaran Picture and Picture dalam

pembelajaran IPA dapat meningkatkan

aktivitas belajar siswa kelas V semester ganjil

SD N 1 Tegallinggah, Kecamatan Sukasada,

Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran

2016/2017”.2 Selanjutnya menurut Dwi

1
Kurniasih dan Sani, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru. (Jakarta: Kata Pena, 2015), h.44.
Handayani, dkk (2013: 321) “Penerapan model

pembelajaran Picture and Picture berbantuan

spesimen pada materi Invertebrata dapat

meningkatkan aktivitas siswa secara klasikal

sebesar 87% dan hasil belajar siswa secara

klasikal sebesar 86,33% di SMA Teuku Umar

Semarang”.3

2
Gede Risa Pebriana, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture……,
h. 9. Diakses pada Tanggal 12 Oktober 2017.

3
Dwi Handayani, dkk., “Penerapan Model Pembelajaran Picture and Picture
Berbantuan Spesimen pada Materi Invertebrata”, Journal of Biology Education, Vol. 2, No. 3,
ISSN 2252-6579, (2013), h. 321. Diakses pada Tanggal 12 Oktober 2017.

Anda mungkin juga menyukai