LANDASAN TEORITIS
Matematika berasal dari bahasa latin manthancin atau athema yang berarti
belajar atau hal yang dipelajari. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran
yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan mulai dari SD/sederajat,
SMP/sederajat, SMA/sederajat dan bahkan Perguruan Tinggi. Matematika
mempunyai fungsi dan tujuan tertentu di dalam kehidupan. Banyak pendapat ahli
psikologi yang memberi berbagai definisi tentang belajar diantaranya Hudojo
menyatakan bahwa: “Belajar adalah usaha seseorang dalam memperoleh
pengalaman/pengetahuan baru sehingga menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku.1
Belajar adalah kegiatan mental yang dapat diamati dari luar. Hasil belajar
hanya bisa diamati jika seseorang menampakkan kemampuan yang telah diperoleh
1
Hudojo, Herman, PengalamanKurikulumMatematikadanPelaksanaannnyadi DepanKelas,
(Surabaya: Usaha Nasional, 1979), h.1.
2
SuryonodanHariyanto, BelajardanPembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,2012), h.9
3
Ahmad Sudrajat, HakikatdanPengertian, Januari2008, Diaksespadatanggal: 19 Maret 2016
darisitus: http://ahmadsudrajat.wordpress.com
4
melalui belajar.4 Belajar matematika sangat penting bagi siswa, guru bertanggung
jawab untuk mengajarkan matematika kepada siswa. Pembelajaran matematika
bukan hanya sebatas berhitung, namun membentuk logika berpikir. Berhitung
dapat dilakukan dengan alat bantu atau media belajar, seperti kalkulator atau
komputer, namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis. Oleh
karena itu, siswa yang belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar
dan lengkap, sesuai dengan tahapannya, melaluicara yang menyenangkan.5
4
Khalida, penerapan pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) pada materi
perbandingan di kelas VII MTsS Babun Najah Banda Aceh, skripsi, (Banda Aceh: UIN Ar-Raniry,
2015), h.9.
5
Mastur Faizi, Ragam Metode Mengajarkan Eksakta pada Murid, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013),
h. 70-71
6
AgusSuprijono, Cooperative Learning TeoridanAplikasiPaikem., ( Jakarta : PustakaPelajar, 2010),
h.46
7
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), h. 228
8
YatimRiyanto, ParadigmaBaruPembelajaran, (Jakarta: KencanaPredana Group, 2012), h. 284
5
Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
bagi peserta didik untuk belajar tentang caraberpikir kreatif dan keterampilan
pemecahan masalah.9
12
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2009), h. 98.
13
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2013), h. 220
6
f. Bagus dalam kerja kelompok;
g. Mengembangkan strategi belajar;
h. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi.
Sedangkan kelemahan model Problem Based Learning antara lain:
a. Kapasitas siswa yang terlalu banyak menyebabkan guru kesulitan dalam
melaksanakan model Problem Based Learning
b. Waktu yang kurang efektif atau tidak efesien
c. Tidak semua siswa dapat menganalisis permasalahan yang disajikan
Berpikir kritis telah menjadi suatu istilah yang sangat popular dalam dunia
pendidikan pada beberapa tahun terakhir. Para pendidik menjadi lebih tertarik
untuk mengajarkan keterampilan berpikir dengan berbagai corak. Berpikir kritis
memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran di tengah banjir kejadian dan
informasi yang mengelilingi.
Berpikir kritis adalah salah satu sisi menjadi orang kritis yang mana pikiran
harus terbuka, jelas, dan berdasarkan fakta. Seorang pemikir harus mampu
memberi alasan atas pilihan keputusan yang diambilnya dan harus terbuka
terhadap perbedaan keputusan dan pendapat orang lain serta sanggup menyimak
7
alasan-alasan mengapa orang lain memiliki pendapat/keputusan yang berbeda
(Harsanto, 2005: 37).