Anda di halaman 1dari 5

TUGAS MATA KULIAH SOSIOLOGI

DOSEN

INDRASWARI, M.A., Ph.D.

ZAHRA QATRUNNADA AUDRIA PUTRI

6081901155

KELAS : SOSIOLOGI A

PROGRAM STUDI S1 ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG

2019
Teori Evolusi (Evolutionary Theory)

Teori ini melihat perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada pengoranisasian
masyarakat, khususnya dalam hal pembagian kerja. Teori ini berangkat dari pemikiran
Herbert Spencer, Emile Durkheim, dan Ferdinand Tonnies. Menurut teori ini, perubahan
sosial terjadi lambat dan berlangsung dalam waktu yang lama. Jika mengambil pemikiran
Durkheim, maka dasar perubah sosial ini adalah perubahan masyarakat dari solidaritas
mekanik menuju solidaritas organik, yang ditandai dengan adanya pembagian kerja.

Solidaritas mekanik ditandai dengan kondisi masyarakat yang masih sederhana, pembagian
kerja sederhana, dan masih bersifat kekeluargaan. Solidaritas organik ditandai dengan
masyarakat yang lebih modern, lebih cenderung bersifat individualis, dan pembagian kerja
lebih banyak dan kompleks.

Jika mengambil ide Ferdinand Tonnies, maka perubahan sosial merupakan perubahan dari
gemeinschaft menuju gesselschaft. Gemeinschaft memiliki ciri yang serupa dengan
masyarakat solidaritas mekanik Durkheim, di mana masyarakat masih tradisional, dan
gesselschaft serupa dengan masyarakat solidaritas organik yang lebih modern.

Berikut adalah beberapa penggolongan teori evolusi:

 Unlinear theories of evolution

Teori ini menganggap masyarakat berkembang dari masyarakat sederhana menuju


masyarakat yang kompleks. Bentuk teori ini adalah teori siklus yang berpendapat bahwa
tahap-tahap perkembangan menyerupai lingkaran, di mana tahapan tersebut dapat dilalui
berulang kali.

Contoh masyarakat yang pada mulanya primitif di Eropa berubah menjadi masyarakat
Industri yang modern.

 Universal theories of evolution

Teori ini mengemukakan bahwa perubahn merupakan hal yang linear, atau sudah memiliki
garisnya sendiri, sehingga perubahan akan melaju ke depan dan tidak akan berulang seperti
pada pandangan teori siklus.
Contohnya masyarakat agricultural yang berubah menjadi masyarakat merkantilisme.

Multilinear

 Multilinear theories of evolution

Teori ini menekankan pada peelitian tahap-tahap perkembangan evolusi masyarakat,


misalnya perubahan sistem pencaharian dari berburu ke pertanian, atau dari pertanian menuju
industri.

Contoh teori ini adalah misalnya penelitian terhadap perubahan sistem mata pencaharian
yang ada pada masyarakat, yang awalnya hanya sistem berburu menju ke sistem pertanian.

Teori Siklis (Cyclical Theory)

Teori ini mempunyai perspektif (sudut pandang) yang menarik dalam melihat perubahan
sosial karena beranggapan bahwa perubahan sosial tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh
siapapun, bahkan orang-orang ahli sekalipun. Dalam setiap masyarakat terdapat siklus yang
harus diikutinya. Kebangkitan dan kemunduran suatu peradaban (budaya) tidak dapat
dielakkan, dan tidak selamanya perubahan sosial membawa kebaikan.

Oswald Spengler mengemukakan teorinya bahwa setiap masyarakat berkembang melalui


empat tahap perkembangan seperti pertumbuhan manusia, yaitu masa kanak-kanak, remaja,
dewasa, dan tua. la merasa bahwa masyarakat barat telah mencapai masa kejayaannya pada
masa dewasa, yaitu selama zaman pencerahan (renaissance) abad ke-18.

Sejak saat itu, tidak terelakkan lagi peradaban barat mulai mengalami kemunduran menuju ke
masa tua. Tidak ada yang dapat menghentikan proses ini, seperti yang terjadi pada peradaban
Babilonia, Mesir, Yunani, dan Romawi yang terus mengalami kemunduran hingga akhirnya
runtuh.

Ralf Dahrendolf menyebutkan bahwa perubahan sosial tidak hanya datang dari dalam, tetapi
dapat juga dari luar masyarakat. Perubahan dari dalam masyarakat tidak selalu disebabkan
konflik sosial dan bahwa selain konflik kelas terdapat pula konflik sosial yang berbentuk lain.
Contoh pertumbuhan dan perkembangan zaman : Yakni masa dimana saat ini manusia masih
menggunakan alat-alat tradisional. Namun seiring perkembangan zaman manusia mulai
menciptakan teknologi yang memudahkan pekerjaan manusia.

Teori Konflik (Conflict Theory)

Menurut teori ini, konflik berasal dari pertentangan kelas antara kelompok tertindas dan
kelompok penguasa sehingga akan mengarah pada perubahan sosial. Teori ini berpedoman
pada pemikiran Karl Marx yang menyebutkan bahwa konflik kelas sosial merupakan sumber
yang paling penting dan berpengaruh dalam semua perubahan sosial.

Ralf Dahrendorf berpendapat bahwa semua perubahan sosial merupakan hasil dari konflik
kelas di masyarakat. la yakin bahwa konflik dan pertentangan selalu ada dalam setiap bagian
masyarakat. Menurut pandangannya, prinsip dasar teori konflik yaitu konflik sosial dan
perubahan sosial selalu melekat dalam struktur masyarakat.

Contoh bentrok pengemudi ojek online dengan ojek pangkalan penyebab konflik sosial
tersebut adalah adanya perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud bisa digambarkan
sebagai cara orang mencari ojek. Teknologi digital kini bisa menjadi sarana penumpang cari
ojek. Ojek pangkalan yang biasanya menunggu penumpang tentu terancam eksistensinya.
Perubahan sosial yang terjadi di era digital itu merupakan contoh faktor penyebab konflik
sosial.

Teori Fungsional (Functional Theory)

Teori fungsionalis berusaha melacak penyebab perubahan sosial sampai ketidakpuasan


masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi memengaruhi mereka. Teori ini
berhasil menjelaskan perubahan sosial yang tingkatnya moderat. Konsep kejutan budaya
menurut William Ogburn berusaha menjelaskan perubahan sosial dalam kerangka
fungsionalis ini.

Menurutnya, meskipun unsur-unsur masyarakat saling berhubungan satu sama lain, beberapa
unsurnya bisa saja berubah dengan sangat cepat sementara unsur lainnya tidak secepat itu
sehingga “tertinggal di belakang.” Ketertinggalan itu menjadikan kesenjangan sosial dan
budaya antara unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan unsur yang berubah lambat.
Kesenjangan ini akan menyebabkan adanya kejutan sosial dan budaya pada masyarakat.
Ogburn menyebutkan perubahan teknologi biasanya lebih cepat daripada perubahan budaya
nonmaterial seperti kepercayaan, norma, dan nilai-nilai yang mengatur masyarakat sehari-
hari. Oleh karena itu, dia berpendapat bahwa perubahan teknologi seringkali menghasilkan
kejutan budaya yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku yang baru
meskipun terjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional.

Contoh ketika alat-alat kontrasepsi pertama kali diluncurkan untuk mengendalikan jumlah
penduduk dalam program keluarga berencana (KB), banyak pihak menentang program itu
karena bertentangan dengan nilai-nilai agama serta norma yang berlaku di masyarakat pada
waktu itu. Namun, lambat laun masyarakat mulai menerima dan menerapkan kehadiran
teknologi baru tersebut karena bermanfaat untuk mencegah pertumbuhan penduduk yang
tidak terkendali.

Anda mungkin juga menyukai