Anda di halaman 1dari 16

(MAKALAH FIQIH IBADAH)

SHALAT JENAZAH

Dosen Pengampu: Dr. Kutbuddin Aibak,S.Ag.M.HI.

Nama Kelompok 7 :

Setiajeng Putriani Veronica (12101193090)

Rani Rohmatul Layli (12101193117)

Isna Mufidatus Zahrok (12101193087)

Abstrak: Sebagai mahkluk sosial kita harus saling membantu saudara kita yang
membutuhan. Karena kita tidak bisa hidup sendiri. Jika ada saudara kita yang sakit maka
hendaknya kita harus menjenguknya sebagai rasa sosial kita. Adapun jika ada saudara
kita yang meninggal kita berkewajiban untuk memandikan,mengkafani, menshalatkan,
dan menguburkan. Semua itu hukumnya fardhu kifayah yang mana jika salah satu
diantara mereka sudah ada yang melakukan maka kewajiban yang lain gugur.

Kata kunci:Sosial, kewajiban, hukum


PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan ditengah-tengah


masyarakat adalah kajian  masalah shalat jenazah, kita memandang dari aspek teori shalat
jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan
bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita melihat dari aspek praktek
masih banyak kesalahan- kesalahan yang dilakukan dimasyarakat dalam masalah
pengurusan jenazah. Karena teori dengan praktek dilapangan sangatlah berbeda, apalagi
saat menjalani pratek kita harus mempersiapkan segala macam, dari segi peralatan dan
mental kita. Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan
dengan menyolatkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya
menyolatkan jenazah dengan baik dan benar. Kemudian dalam makalah ini juga
membahas bagaimanaapa pengertian shalat jenazah itu sendiri, keutamaan-keutamaan
dalam shalat jenazah, hukum sholat jenazah berdasarkan menurut hadist, syarat-syarat
menyolatkan jenazah, rukun-rukun yang benar dalam melaksanakan sholat jenazah, dan
yang terakhir ialah bagaimana hukumnya menyolatkan orang yang matinya syahid
diperbolehkan ataukah tidak. Tujuan penyusunan makalah tersebut adalah untuk
memberikan wawasan kepada masyarakat khususnya bagi mahasiswa  tentunya dalam 
masalah cara menyolatkan jenazah , sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan ketidak
tahuan dalam masalah menyolatkan jenazah.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hukum menjenguk orang sakit?

2. Apa saja hal-hal yang perlu dilakukan kepada orang sakit?

3. Apa saja kewajiban terhadap jenazah?

4. Bagaimana hukum ziarah kubur?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui hukum menjenguk orang sakit

2. Untuk mengetahui hal-hal yang perlu dilakukan kepada orang sakit

3. Untuk mengetahui kewajiban terhadap jenazah

4. Untuk mengetahui hukum ziarah kubur


PEMBAHASAN

A. Hukum Menjenguk Orang Sakit


Menjenguk orang sakit adalah sunah, guna menghibur
kesedihannya, karena kegembiraan orang sakit itu dapat juga menjadi
obat.
Sabda Rasulullah:

‫ع ْال َجنَائِ ِز َوإِ َجابَةُ ال َّد ْع َو ِة‬ ِ ‫ق ْال ُم ْسلِ ِم َعلَى ْال ُم ْسلِ ِم َخ ْمسٌ َر ُّد ال َّساَل ِم َو ِعيَا َدةُ ْال َم ِر‬
Oُ ‫يض َواتِّبَا‬ ُّ ‫َح‬
‫س‬ ِ ‫يت ْال َع‬
ِ ‫اط‬ ُ ‫َوتَ ْش ِم‬
Artinya: Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada lima:
Menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantar jenazah,
memenuhi undangan, dan mendoakan yang bersin. (HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)1
B. Hal-Hal yang Harus Dilakukan Terhadap Orang Sakit Parah
1. Orang yang sakitnya parah sehingga hampir menghembuskan
napas penghabisan hendaklah dihadapkan ke arah kiblat.

2. Orang yang sakit parah hendaklah diajarkan membaca kalimat


tauhid.
Bedasarkan sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

‫ هللا‬O‫ ال إله إال‬O‫ كم‬O‫لقنوا موتا‬

Artinya: “Tuntunlah seseorang yang akan meninggal dunia


untuk mengucapkan kalimat: ‘Laa ilaaha illa Allah’”

3. Orang yang sakit parah hendaklah dibacakan Yasin. Sabda


Rasulullah:

‫م‬Oْ ‫ « ا ْق َر ُءوا (يس) َعلَى َموْ تَا ُك‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫ار قَا َل قَا َل النَّبِ ُّى‬
ٍ ‫ع َْن َم ْعقِ ِل ْب ِن يَ َس‬
Artinya: Dari Ma’qil bin Yasar ra, Nabi Saw.bersabda,
“Bacakanlah surat Yasin pada orang yang hampir mati di antara
kalian.” (HR. Abu Daud, no. 3121; Ibnu Majah, no. 1448; An-Nasa’i

1
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2016),160
dalam ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah, no. 1074. Kata Ibnu Hajar dalam
Bulugh Al-Maram, no. 538, hadits ini dianggap shahih
olehIbnuHibban)2

C. Kewajiban Terhadap Jenazah


Jenazah berasal dari bahasa arab, jenazah dan jinazah yang
berarti mayat dan dapat pula berarti usungan beserta
mayatnya.Seoramg muslim yang telah meninggal dunia harus segera
diselesaikan pengurusannya, tidak boleh ditunda-tunda kecuali
terdapat hal-hal yang memaksa seperti menunggu visum dokter,
menunggu keluarga dekatnya dan sebagainya. Rasulullah Saw
bersabda:

َ َ
‫ت‬
ْ َ ‫جد‬
َ َ‫م إِذ َا و‬
ُ ِّ ‫ وَاألي‬، ‫ت‬
ْ ‫ض َر‬
َ ‫ح‬ َ ْ ‫ َوال‬، ‫ت‬
َ ‫جنَا َزةُ إِذ َا‬ ْ َ ‫صالةُ إِذ َا أت‬ َّ ُ‫ي ال َ تُؤَخ ِّْره‬
َّ ‫ ال‬: ‫ن‬ ٌ َ ‫ثَالث‬
ُّ ِ ‫ة يَا عَل‬
‫كُفُؤًا‬
Artinya: Tiga perkara wahai Ali bin Abi Thalib tidak boleh ditunda-tunda
yaitu shalat bila telah masuk waktunya, jenazah bila jelas matinya dan
janda bila telah menemukan jodohnya (HR. Ahmad)
Mengurus jenazah hukumnya fardlu kifayah, artinya jika dalam
suatu daerah terdapat rang yang meninggal dunia maka seluruh orang
islam di daerah tersebut wajib mengurus jenazahnya. Akan tetapi jika
sebagian telah melaksanakannay maka kewajiabn tersebut telah tunai
namun jika tidak seorang pun yang melaksanakannya semua orang
islam di daerah tersebut berdosa. Kewajiabn kaum muslim kepada
orang islam yang meningal adalag memandikan, mengkafankan,
menshalatkan dan menguburkannya.3
1. Memandikan Jenazah
Memandikan jenazah adalah memebersihkan dan mensucikan
tubuh mayat dari kotoran dan n4ajis yang melekat padanya. Muslim
yang meninggal dunia wajib dimandikan. Kecuali yang mati syahid
tidak wajib dimandikan dan dishalatkan.. Jenazah laki-laki
dimandikan oleh laki-laki dan jenazah perempuan dimandikan oleh
perempuan kecuali suami istri atau muhrimnya. Apabila
dilingkungan itu si mayat satu-satunya laki-laki atau perempuan
maka jenazah tidak dimandikan tetapi ditayamumkan. Begitu pula
jika di daerah tersebut tidak ada air.
2
Ibid, 161
3
Tim Guru PAI, Fiqih, (Bandung: Akik Pusaka,2015 ),22
Cara memandikan jenazah hendaklah diperhatikan beberapa hal
antara lain:

a. Air yang digunakan sebaiknya air dingin, kecuali keadaan


menghendaki menggunaka air panas, seperti karena udara dingin
atau susah membuang kotoran yang menempel pada tubuh
jenazah.
b. Disunahkan dalam setiap penyiraman sebanyak tiga kali atau lima
kali.
c. Disunahkan menggunakan air yang dicampur wangi-wangian atau
kapur barus sebagai basuh terakhir. Sabda Rasulullah:

َ َ‫ ْإذ َوقَ َع عن راحلتِ ِه فَ َوق‬، َ‫واقف مع النب ِّي صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم ب َع َرفَة‬
‫ أو قال‬، ُ‫ص ْته‬ ٌ ‫بينَا رج ٌل‬
َ ‫ أو‬، ‫ و َكفِّنُوهُ في ثَوْ بَي ِْن‬، ‫ر‬Oٍ ‫ ا ْغ ِسلوهُ بما ٍء و ِس ْد‬: ‫النبي صلَّى هللاُ علي ِه وسلَّ َم‬
: ‫قال‬ ُّ َ ، ُ‫ص ْته‬
‫فقال‬ َ ‫فأ َ ْق َع‬
َّ ، ُ‫ وال تُ َخ ِّمروا رأ َسه‬، ُ‫ وال تُ َحنِّطُوه‬، ‫ثَوْ بَ ْي ِه‬
‫فإن هللاَ ي ْب َعثُهُ يو َم القيام ِة يُلَبِّي‬
Artinya: Ada seorang lelaki yang sedang wukuf di Arafah bersama
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Tiba-tiba ia terjatuh dari hewan
tunggangannya lalu meninggal. Maka Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda: mandikanlah ia dengan air dan daun bidara.
Dan kafanilah dia dengan dua lapis kain, jangan beri minyak
wangi dan jangan tutup kepalanya. Karena Allah akan
membangkitkannya di hari Kiamat dalam keadaan bertalbiyah

d. Disunahkan dimulai dengan bagian kanan terlebih dahulu.


e. Ambil kain penutup dan gantikann dengan kain basahan sehingga
aurat utamanya tidak terlihat.
f. Mandikan jenazah pada tempat tertutup.
g. Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala
kotoran.
h. Ganti sarung tangan yang baru, lau bersihkan seluruh badannya
dan tekan perutnya perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
i. Tinggikan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
j. Masukkan jai tangan yang telah dibalut dengan kain basah
kemulut jenazah, gosok giginya, dan bersihkan hidungya.
Kemudian wudhukan seperti wudhu untuk sholat.
k. Siramkan air pada tubuh sebelah kanan dahulu. Kemudian ke
sebelah kirinya.
l. Perlakukan jenazah dengan lebut ketika mebalik dan menggosok
anggota tubuhnya.
m. Memandikan jenazah satu kali jika membasuh ke seluruh
tubuhnya,itulah wajib. Sunnah mengulanginya dalam beberapa
kali dalam bilangan ganjil.
n. Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari
badannya, wajib dibuang dan dimandikan kembali. Jika keluar
najis setelah di atas kafan , tidak perlu diulang mandinya, tetapi
cukup membuang najisnya saja.
o. Keringkan tubuh jenazah setelah dimandikan dengan kain atau
handuk sehingga tidak membasahi kain kafannya.
p. Setelah mandi,sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak
mengandung alkohol. Pemberian wewangian umtuk jenazah
sebaiknya menggunakan kapur barus.4
2. Mengafani Jenazah
a. Ketentuan Umum
a) Kain kafan hendaklah baik,bersih dan berwarna putih. Sabda
Rasulullah:

ِ‫من خير‬
ِ ‫ض وكفِّنوا فيها موتاكم فإنَّها‬
َ ‫من ثيابِكم البيا‬
ِ ‫البَسوا‬
‫ثيابِكم‬
Artinya: Pakailah pakaian yang berwarna putih dan kafanilah
mayit dengan kain warna putih. Karena itu adalah sebaik-baik
pakaian kalian (HR. Abu Daud)

b) Jumlah kain kafan bagi laki-laki tiga lapis, sedangakn perempuan


lima lapis.
c) Sebelum digunakan unuk membungkus, kain kafan hendaknya
diberi wangi-wangian.
d) Kain kafan dihamparkan di atas tikar yang bersih lalu jenazah
diletakkan di atasnya.
e) Kedua tangan jenazah diletakkan di atas dada, dengan tangan
kanan di atas tangan kiri.
f) Sebelum kain penutup dilepaskan, bagian-bagian tubuh seperti
kemaluan , dubur, mulut, hidung, mata dan telinga ditutup
dengan kain kapas dan seluruhtubuh jenazah ditaburi wangi-
wangian, kemudian kain kafan sehelai demi sehelai
dihubungkan dengan mendahulukansebelah kiri baru kemudian
sebelah kanan.

4
Ibid, 23
g) Setelah terbungkus, diikat dengan sehelai kain tali dari
potongan kain kafan pada ujung kepala, dada, perut, lutut dan di
bawah ujung kaki.
b.Beberapa Sunah dalam Mengkafani Jenazah
a) Kain kafan adalah kain yang baik, bersih dan berwarna putih.
Sabda
b) Mengasapi kain kafan dengan dahan kayu yang wangi tiga kali.
Sabda Rasulullah saw :
Artinya: Bila kamu mengasapi mayat asapilah tiga kali (HR.
Ahmad dan Hakim)
c) Kain kafan tidak menggunakan bahan yang terlalu mahal. Sabda
Rasulullah saw:
Artinya: Janganlah kamu berlebih-lebihan memilih kain kafan,
karena kain kafan itu akan hancur segera (HR. Abu Daud)
d) Mengkafani jenazah, tiga helai untuk jenazah laki-laki dan lima
helai untuk jenazah perempuan.

c. Cara Mengkafani Jenazah Laki-Laki

1. Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan
luas. Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur
2. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
3. Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan
4. Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar
sebelah kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang
5. Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau
lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang
6. Jika kain kafan tidak cukup menutupi seluruh badan jenazah, tutupkanlah bagian
auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun
kayu atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk
menutup auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah
dan kain kafannya sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain
kafan. Kemudian, kuburkan dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan
terhadap syuhada’ dalam perang

d.Cara Mengkafani Jenazah Perempuan


Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih,
yaitu:
a) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh
badannya yang lebih besar.
b) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
c) Lembar ketiga untuk baju kurung.
d) Lembar keempat untuk menutupi pinggang hingga kaki.
e) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.

Mengkafani jenazah perempuan sebagi berikut:

a) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-


masing bagian dengan tertib. Kemudian angkatlah jenazah
dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan
kapur barus.
b) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan
kotoran dengan kapas.
c) Tutuplah kain pembungkus pada kedua pahanya.
d) Pakaikan sarung (cukup disobek saja, tidak dijahit)
e) Pakaikan baju kurungnya ( cukup disobek saja, tidak dijahit )
f) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan ke belakang.
g) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )

Membungkusnya dengan lembar kain terakhir demgan cara


menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulungke
dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang
setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau
lima ikatan, dan dilepaskan ikatannya setelah diletakkan di dalam
liang lahat. Setelah itu, siap dishalatkan.5

3. Menshalatkan Jenazah
Menyolatkan jenazah adalah mendo’akan, memintakan ampun
dan rahmat bagi jenazah tersebut. Dalam shalat jenazah
diperintahkan agar orang yang mengerjakannya mengikhlaskan do’a
dan memohonkan syafa’at bagi jenazah. Permohonan syafa’at dari
orang yang menyolatkan akan diterima Allah SWT.Rasulullah saw
bersabda:

5
Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam, (Bandung, Sinar Baru Algensindo, 2016),167
ُ
ْ ُ‫ة كُلُّه‬
َ ‫م يَشْ فَعُو‬
‫ن‬ ً َ ‫مائ‬ َ ‫ين يَبْلُغُو‬
ِ ‫ن‬ َ ‫م‬ِ ِ ‫سل‬ ُ ْ ‫ن ال‬
ْ ‫م‬ َ ‫م‬
ِ ‫ة‬ َّ ‫صلِّى عَلَيْهِ أ‬
ٌ ‫م‬ َ ُ‫ت ي‬
ٍ ِّ ‫مي‬
َ ‫ن‬
ْ ‫م‬ ِ ‫ما‬ َ
ُ َ‫ل‬
ِ‫ه إِال َّ شُ فِّعُوا فِيه‬
Artinya: Setiap jenazah yang dishalatkan oleh seratus orang islam
yang semuannya memohon syafa’at baginya pasti deterima Allah
SWT
(HR. Ahmad Muslim dan Tirmidzi)
Dasar hukum shalat jenazah :
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata:

ِ ‫ل المي‬Oِ ‫ بالرج‬O‫م كان يُؤتى‬Oَ َّ‫ل هللا ِ صلَّى هللا ُ عليه وسل‬Oَ ‫أن رسو‬
‫ لدَينه من‬O‫ ( هل ترك‬O‫ فيسأل‬. ‫ عليه الدين‬، ‫ت‬ َّ
ُّ َّ
)‫ على صاحبِكم‬O‫ قال ( صلوا‬O‫ وإال‬. ‫ عليه‬O‫ء صلى‬Oً ‫ وفا‬O‫ أنه ترك‬O‫ء ؟ ) فإن حدث‬Oٍ ‫قضا‬

` Artinya: Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam pernah


didatangkan kepada beliau jenazah seorang lelaki. Lelaki
tersebut masih memiliki hutang. Maka beliau bertanya: “Apakah
ia memiliki harta peninggalan untuk melunasi hutangnya?”. Jika
ada yang menyampaikan bahwa orang tersebut memilikiharta
peninggalan untuk melunasi hutangnya, maka Nabi pun
menyalatkannya. Jika tidak ada, maka beliau bersabda:
“Shalatkanlah saudara kalian” (HR Muslim no. 1619).

Semua syarat wajib dan syarat sah shalat fardhu menjadi syarat
dalam shalat jenazah kecuali waktu shalat. Pelaksanaan shalat
jenazah adalah sebagai berikut:

1. Membaca niat sholat jenazah.


2. Melakukan takbir pertama diikuti dengan membaca surat Al-
Fatihah.
3. Melakukan takbir kedua, diikuti dengan membaca sholawat Nabi.
4. Melakukan takbir ketiga diikuti dengan membaca doa.
5. Melakukan takbir keempat diikuti dengan membaca doa.
6. Mengucap salam.
sebelum shalat jenazah laki-laki, orang yang menyolatkkan berdiri
pada searah dengan kepala jenazah jika jenazahnya perempuan
berdiri pada posisi searah pinggang. Jika dilakukan dengan
berjama’ah cukup imamnya yang berdiri pada posisi tersebut.

Amalan sunah dalam shalat jenazah:


a) Mengangkat kedua belah tangan dalam setiap takbir. Dalam
sebuah hadits disebutkan:

َّ ‫سلَّ َم َكانَ يَ ْرفَ ُع يَ َد ْي ِه َح ْذ َو َم ْن ِكبَ ْي ِه إِ َذا ا ْفتَت ََح ال‬


‫ َوإِ َذا َكبَّر‬،َ‫صالَة‬ َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫أَنَّ َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬

ً ‫ َرفَ َع ُه َما َك َذلِ َك أَ ْي‬،‫وع‬


َ :‫ َوقَا َل‬،‫ضا‬
َ ُ‫س ِم َع هَّللا ُ لِ َمنْ َح ِم َده‬ ِ ‫الر ُك‬ َ ‫ َوإِ َذا َرفَ َع َر ْأ‬،‫وع‬
ُّ َ‫سهُ ِمن‬ ِ ‫لر ُك‬
ُّ ِ‫ل‬،

ُّ ‫ َو َكانَ الَ يَ ْف َع ُل َذلِكَ فِي ال‬،ُ‫الح ْمد‬


‫س ُجود‬ َ ‫َربَّنَا َولَ َك‬

Artinya: Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam


dahulu mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua
bahunya apabila memulai shalat dan ketika bertakbir untuk ruku’
dan ketika mengangkat kepala dari ruku’ Beliau juga
mengangkat keduanya dan mengucapkan, “Sami’allâhu liman
hamidah rabbanâ wa lakal hamdu” dan Beliau tidak melakukan
hal itu dalamsujudnya.[HR.Al-Bukhâri]

b) Membaca setiap bacaan dengan siir(suara rendah)


c) Membaca ta’awwudz sebelum membaca surat Al-Fatihah
d) Dilaksanakan secara berjama’ah
e) Makmum dalam shalat jenazah dibagi dalam tiga shaf, setiap
shaf sedikitnya dua orang. Rasulullah saw bersabda:

‫مامن مسلم يموت فيصلي عليه ثالثة صفوف من المسلمين إال أوجب‬
( (‫إال غفر له‬:‫وفي لفظ‬

Artinya: Orang mukmin yang meninggal dunia kemudian


dishalatkan oleh sekelompok muslim sampai tiga shaf niscaya
akan diampuni (dosa-dosanya) (HR. Khomsah kecuali Nasai)6
4. Menguburkan Jenazah
Setelah jenazah dishalatkan di bawa ke kubur untuk dimakamkan.
Mengantarkan jenazah ke kubur dilaksanakn dengan cara sebagai
berikut: Jenazah diletakkan di atas usungan atau tandu dan dipikul di
atas bahu. Disunatkan memikul tandu atau usungan itu pada setiap
sisi tandu tersebut.

6
Ibid, 171
a) Orang yang berjalan berada di sekitar jenazah dan orang
yang berkendaraan berada di belakang orang yang berjalan.
b) Orang yang mengantarkan disunatkan diam dan khusu’ tidak
membicarakan keduniaan dan hendaknya lebik banyak
mengingat Allah.
c) Membawa jenazah ke kubur hendaknya dilakukan dengan
segera.
d) Setelah dekat kubur sebaiknya membaca bacaan yang baik
(doa-doa) guan menghindari pembicaraan yang tidak baik.

Adapun peragaan cara mengubur jenazah dengan mengikuti petunjuk


berikut:

1) Turunlah tiga orang ke liang lahat guna menerima jenazah. Ada


yang meneima jenazah bagian kepala, bagian tengah dan bagian
kaki.
2) Angkatlah jenazah pelan-pelan. Orang yang berada di atas liang
lahat bertugas mengangkat jenazah. Ada yang memegangi bagian
kepala, perut dan kaki. Ketika menurunkan jenazah disunahkan
membaca:
3) Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping kubur
(mana yang mudah).
4) Taruhkan jenazah di liang lahat dan menghadap kiblat.
5) Berilah penyangga dengan tanah secukupnya agar jenazah tetap
miring. Penyangga diletakkan pada bagian kepala dan punggung
serta paha.
6) Kenakkan pipi kanan jenazah dengan tanah. Oleh karena itu,
lepaskan tali pocong, kain kafan dilonggarkan dibagian kepala agar
mudah ditarik untuk pipu mengenai tanah.
7) Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang lain. Hal itu
dimaksudkan agar apabila ditimbun, badan jenazah tidak terhimpit
dengan timbunan.
8) Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai. Maksutnya, agar
penutup liang lahat tidak patah. Timbunan ditinggikan dari tanah
sekitarnya agar tidak tergenang air apabila tergenang hujan.
9) Berilah tanda dari kayu atau batu.
10) Doakan si mayit dan keluarga yang ditinggalkannya. Sabda Rasul
saw:
،‫ أِل َ ِخي ُك ْم‬O‫ «ا ْستَ ْغفِرُوا‬:‫ال‬ ِ ِّ‫ إِ َذا فَ َر َغ ِم ْن َد ْف ِن ْال َمي‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ َ‫ فَق‬،‫ت َوقَفَ َعلَ ْي ِه‬ َ ‫َكانَ النَّبِ ُّي‬
‫ فَإِنَّهُ اآْل نَ يُسْأ َ ُل‬،‫ت‬ ِ ‫َو َسلُوا لَهُ بِالتَّ ْثبِي‬
Artinya: Tatkala setelah selesai mengkuburkan jenazah, Nabi saw
berdiri di depan dan bersabda: Mohonkalah ampun agar dikuatkan
hatinya karena ia sekarang sedang ditanya (HR. Abu Daud)
D. Ziarah Kubur
Ziarah kubur adalah mendatangi kubur seseorang dengan
maksud mendo’akan orang yang telah meninggal. Ulama’ sepakat
bahwa ziarah kubur bagi laki-laki hukumnya sunah. Rasulullah Saw
bersabda :

،َ‫ر اآْل ِخ َرة‬Oُ ‫ َوتُ َذ ِّك‬، َ‫ َوتُ ْد ِم ُع ْال َع ْين‬،‫ب‬


َ ‫ق ْالقَ ْل‬
ُّ ‫ فَإِنَّهُ ي ُِر‬،‫ُور أَاَل فَ ُزورُوهَا‬
ِ ‫ت نَهَ ْيتُ ُك ْم ع َْن ِزيَا َر ِة ْالقُب‬
ُ ‫ُك ْن‬
‫َواَل تَقُولُوا هُجْ ًر‬
Artinya: Dahulu saya melarang kalian berziarah kubur, tapi (sekarang)
berziarahlah kalian, sesungguhnya ziarah kubur dapat melunakkan
hati, menitikkan (air) mata, mengingatkan pada akhirat, dan janganlah
kalian berkata buruk (pada saat ziarah),” (HR.Hakim).

Tentang ziarah kubur bagi wanita ulama berpendapat hukumnya


sunah. Pada zaman Nabi pernah ada seorang wanita mendatangi
kubur anaknya tetapi Nabi tidak melarangnya.Sebagian ulama
berependapat bahwa ziarah kubur bagi wanita hukumya makruh
karena dikawatirkan terjadi fitnah berupa kesedihan yang berlebihan
mengingat umunya wanita mudah tersentuh hatinya jika menghadapi
suasana yang mudah membangkitkan perasaan. Tindakan ini
selanjutnya dikhawatirkna lupa kepada Allah SWT yang menghidupkan
dan mematikan manusia. Pendapat ini didasarkan pada hadits:

Oِ ‫ت ْالقُب‬
‫ُور‬ Oِ ‫ َز َّوا َرا‬O‫ هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّم‬O‫صلَّى‬
َ ِ ‫ل هللا‬Oُ ْ‫لَ َعنَ َرسُو‬
Artinya: Dari Abu Hurairah ra sesungguhnya Rasulullah saw mengutuk
wanita-wanita yang menziarahi kubur (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan
Tirmidzi)
Berkenaan dengan hadits diatas, Imam Qurtubi mengomentari
bahwa kutukan seperti dalam hadits itu hanya ditujukan kepada wanita
yang terlalu sering berziarah karena dapat menyia-nyiakan suami atau
dapat mengarah kepada pamer diri dan juga karena besar
kemungkinan menagis atau meratap dan lain sebagainya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika ziarah kubur
1) Datang ke kubur dengan mengucapkan salam seperti
diajarkan Rasulullah:

ْ ‫م ُم ْؤ ِمنينَ َوأتا ُك ْم ما تُو َع ُدونَ غَداً ُمؤَ َّجلُونَ َوإنَّا‬Oٍ ْ‫السَّال ُم َعلَ ْي ُك ْم دَا َر قَو‬
‫إن شا َء‬
َ‫هَّللا ُ بِ ُك ْم الحقُون‬
Artinya: Assalamu’alaikum hai orang-orang mukmin dan
orang-orang muslim yang berada di sini. Dan jika Allah
mengehendaki kami akan menyusul kmau. Kami memohon
kepada Allah agar kami dan kamu mendapar
kesejahteraan (HR. Muslim dan Ahmad)
2) Berdo’a bagi keselamatan dan kesejahteraan ahli kubur
dan memohonkan ampunan.
3) Berada disekitar kuburan dalam keadaan sopan seperti
layaknya berhadapan dengan orang yang masih hidup.
4) Selama berada di kuburan dianjurkan banyak mengingat
Allah SWT serta meningkatkan kesadaran bahwa manusia
pada saatnya akan menemui ajalnya.
5) Terlarang duduk-duduk serta membuang kotoran di atas
kuburan dan melakukan perbuatan maksiat. Rasululah Saw
bersabda:

َ ِ‫ص إِلَى ِج ْل ِد ِه َخ ْي ٌر لَهُ ِم ْن أَ ْن يَجْ ل‬


‫س‬ Oَ ‫س أَ َح ُد ُك ْم َعلَى َج ْم َر ٍة فَتُحْ ِر‬
َ ُ‫ق ثِيَابَهُ فَت َْخل‬ َ ِ‫أَل َ ْن يَجْ ل‬
‫َعلَى قَبْر‬
Artinya: Sesunguhnya sseseorang diantar kamu duduk
duduk di atas bara api samapi api itu membakar
pakaiannya sampai tembus ke kulit,masih lebih baik
daripada duduk di atas kubur.
6) Berkaitannya dengan kuburannya itu pula dilarang
meninggikan kubur melebihi satu jengkal, menembok
kubur dan mendirikan bangunan di atas kubur. Dalam
sebuah hadits disebutkan :

‫َّص ْالقَ ْب ُر َوأَ ْن يُ ْق َع َد َعلَ ْي ِه َوأَ ْن يُ ْبنَى َعلَ ْي ِه‬


َ ‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أَ ْن يُ َجص‬ َ ِ‫ل هللا‬Oُ ‫نَهَى َرسُو‬
َّ ‫صل‬
Artinya: Dari Jabir, Rasulullah Saw telah melarang
menembok kubur, duduk diatasnya dan mendirikan
bangunan diatasnya (HR. Ahmad dan Muslim)

PENUTUP
A. Kesimpulan

Adapun hukum menjenguk orang sakit ialah sunah guna


menghibur orang yang sakit karna dapat juga menjadi obat.Sedangkan
hukm mengurus jenazah adalah fardhu kifayah,artinya jika dalam
suatu daerah terdapat orang yang meninggal maka seluruh orang
islam di daerah tersebut wajib mengurus jenazahnya . Adapun
kewajiban orang muslim terhadap orang islam yang meninggal yaitu :
1. Memandikan jenazah , adapun caranya sebagai berikut , Air yang
digunakan sebaiknya air dingin,disunahkan dalam setiap
penyiraman sebanyak 3 kali atau 5 kali,disunahkan menggunakan
air yang dicampur wangi-wangian atau kapur barus,disunahkan
dimulai dari bagian kanan terlebih dahulu,ambil kain penutup dan
gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
terlihat,mandikan jenazah pada tempat tertutup,pakailah sarung
tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran,masukkan jari
tangan yang telah dibalut dengan kain basah kemulut
jenazah,gosok giginya dan bersihkan hidungnya kemudian
wudhukan,siramkan air pada tubuh sebelah kanan dahulu kemudian
kirinya ,perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan
menggosok anggota tubuhnya,memandikan jenazah satu kali jika
membasuh ke seluruh tubuhnya itulah wajib,jika keluar najis dari
jenazah itu setelah dimandikan dari badannya wajib dibuang dan
dimandikan lagi,keringkan tubuh jenazah setelah
dimandikan,setelah mandi sebelum dikafani berilah wangi-wangian
yang tidak mengandung alcohol.
2. Mengkafani jenazah , Kain kafan hendaklah baik,bersih dan
berwarna putih, Jumlah kain kafan bagi laki-laki tiga lapis
sedangkan perempuan lima lapis,sebelum digunakan untuk
membungkus kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian,kain
kafan dihamparkan di atas tikar yang bersih lalu jenazah diletakkan
diatasnya,Kedua tangan jenazah diletakkan di atas dada dengan
tangan kanan di atas tangan kiri,sebelum kain penutup dilepaskan
bagian-bagian tubuh seperti kemaluan,dubur,mulut dsb ditutupi
dengan kain kapas dan seluruh tubuh jenazah ditaburi wangi-
wangian,kemudian kain sehelai demi sehelai dihubungkan dengan
mendahulukan sebelah kiri baru kemudian kanan,setelah
terbungkus diikat dengan sehelai kain tali dari potongan kain kafan
pada ujung kepala,dada,perut,lutut di bawah ujung kaki.
3. Menshalatkan jenazah, membaca niat,melakukan takbir pertama
diikuti dengan membaca Al fatihah,melakukan takbir kedua diikuti
dengan membaca sholawat nabi,melakukan takbir ketiga dengan
membaca doa,melakukan takbir keempat diikuti dengan membaca
doa,dan terakhir mengucap salam.
4. Menguburkan jenazah , Turunlah tiga orang ke liang lahat guna
menerima jenazah. Ada yang meneima jenazah bagian kepala,
bagian tengah dan bagian kaki,Angkatlah jenazah pelan-pelan.
Orang yang berada di atas liang lahat bertugas mengangkat
jenazah,Masukkan jenazah dari arah kaki kubur atau dari samping
kubur (mana yang mudah),Taruhkan jenazah di liang lahat dan
menghadap kiblat,Berilah penyangga dengan tanah secukupnya
agar jenazah tetap miring. Penyangga diletakkan pada bagian
kepala dan punggung serta paha,Kenakkan pipi kanan jenazah
dengan tanah,Tutuplah liang lahat dengan papan kayu atau yang
lain,.Timbunlah pelan-pelan liang lahat sampai selesai,Berilah tanda
dari kayu atau batu,Doakan si mayit dan keluarga yang
ditinggalkannya.
Ziarah kubur adalah mendatangi kubur seseorang dengan
maksud mendo’akan orang yang telah meninggal.Hukum melakukan
ziarah kubur adalah sunnah.
DAFTAR PUSTAKA

Rasjid, Sulaiman. 2016. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.


Tim Guru PAI. 2015. Fiqih. Bandung: Akik Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai