Anda di halaman 1dari 5

Tugas (PR)

Nama : Ulfah Arfi


Bp : 1840312429
Preseptor: Dr. dr. Qaira Anum, Sp.KK(K) FINSDV, FAADV

1. Jelaskan faktor predisposisi yang dapat menyebabkan terjadinya Pitiriasis Versikolor

Pitiriasis versikolor banyak ditemukan pada penderita dengan social ekonomi


rendah dan berbuhungan dengan buruknya hygiene perorangan. Pitiriasis
versikolor ini disebabkan oleh organisme berupa jamu Malasezzia furfur sebagai
organisme komensal yang menjadi pathogen karena adanya faktor predisposisi
baik eksogen maupun endogen.
Faktor presdisposisi eksogen yang menyebabkan Pitiriasis Versikolor :
1. Suhu tinggi, pada daerah tropical endemik pitiriasis versikolor, suhu akan
mengakibatkan peningkatan sekresi keringat yang mempengaruhi
komposisi lapisan lemak kulit dan berhubungan dengan inisiasi pitiriasis
versikolor.
2. Kelembaban udara, dalam kondisi lembab jamur akan mudah berkembang
biak. Jamur dapat tumbuh dengan baik pada suhu kamar 25-30oC dengan
kelembaban 60%.
3. Kepadatan hunian atau pemukiman dan kebersihan (higienitas) yang
kurang. Kepadatan hunian atau pemukiman dan kebersihan (higienitas)
yang kurang akan mempermudah penyebaran, baik secara kontak langsung
dengan penderita atau secara tidak langsung.
Faktor predisposisi endogen yang menyebabkan Pitiriasis Versikolor :
1. Genetik/ riwayat keluarga yang positif menderita penyakit yang sama
dapat meningkatkan faktor predisposisi, hal ini juga berkaitan dengan
faktor seperti higienitas perorangan.
2. Higienitas seseorang seperti seseorang yang jarang mandi, atau mandi
tidak menggunakan sabun/ tidak bersih.
3. Kebiasaan seseorang seperti biasa mengguanakan pakaian berlapis-lapis
atau menggunakan pakaian yang kurang menyerap keringat atau
penggunaan handuk berama-ramai.
4. Hiperhidrosis, keadaan basah atau berkeringat banyak dan berlebihan
dapat menjadi tempat yang baik untuk media berkembangbiaknya jamur.
5. Imunodefisiensi mempengaruhi kerentanan seseorang untuk terinfeksi
akibat pertahanan tubuh yang kurang
6. Malnutrisi
7. Sindrom Cushing, pada keadaan ini terjadi peningkatan kortisol sehingga
meningkatkan trigliserida yang disukai oleh Malasezzia yang bersifat
lifofilik
8. Pemakaian steroid jangka panjang
9. Kehamilan dan penyakit-penyakit berat seperti kanker, HIV/AIDS yang
mempengaruhi imunitas.

2. Jelaskan mengenai Lampu Wood (jenis lampu yang digunakan, panjang gelombang),
Bagaimana interpretasinya?, Apa saja yang dapat sebabkan hasil negatif palsu dan positif
palsu pada pemeriksan Lampu Wood?
 Pemeriksaan fisik yang sederhana dan cepat dengan lampu Wood dapat dilakukan
pada pasien yang diduga terinfeksi jamur pada kulit superfisialis sebelum
dialakukannya pemeriksaan penunjang lain.
 Pemeriksaan kulit normal tidak memberikan fluoresensi. Pemeriksaan ini
dilakukan diruangan gelap dan minim pencahayaan.

 Lampu Wood menghasilkan sinar yang memancarkan sinar ultraviolet (UV)


dengan panjang gelombang 360 nm.
 Lampu Wood diletakkan 10-15 cm dari permukaan kulit yang memiliki lesi.
 Jika sinar mengenai kulit yang mengalami kelainan maka akan tampat
fluoresces.
 Sinar lampu Wood dihasilkan dari merkuri bertekanan tinggi melalui
"Wood’s filter" yang terbuat dari silikat dengan nikel oksida, dan hanya
dapat menyerap cahaya dengan panjang gelombang antara 320 nm hingga
400 nm [ultraviolet A (UVA)], dengan puncak emisi pada 365 nm.
 Berdasarkan perbedaan berat molekul metabolit organisme penyebab
sehingga menimbulkan indeks bias berbeda yang dapat menghasilkan
pendaran warna tertentu.
 Lesi dengan peningkatan kadar melanin epidermis tampak lebih gelap
dibandingkan kulit normal sekitar dan lebih kontras daripada biasanya dilihat
dengan pemeriksaan menggunakan visible light.
 Seperti pada infeksi jamur oleh Malasezzia fluorosen kuning keemasan
Fluoresen: Kuning
Keemasan

Pemeriksaan lampu Wood memberikan hasil negatif palsu saat:


 Orang yang terinfeksi organisme seperti Malasezia tapi saat pemeriksaan
tidak tampak fluoresen kuning keemasan akibat penggunaan bahan yang
mengandung Asam Salisilat.
 Tetrasiklin hidroklorida memperlihatkan fluoresensi merah coral yang
berubah menjadi kuning setelah beberapa menit diperiksa dibawah lampu
Wood.
 Membersihkan daerah yang akan diperiksa dengan kandungan alcohol
karena dapat menimbulkan negatif palsu akibat dilusi pigmen.

Pemeriksaan lampu Wood memberikan hasil positif palsu saat:


 Obat topikal atau residu sabun menimbulkan hasil positif palsu pada saat
pemeriksaan
 Bahan eksudat, bahan kosmetik pada bagian yang di periksa juga dapat
menimbulkan hasil positif palsu
 Kandungan lemak seperti pada orang gemuk atau obesitas dapat
menimbulkan hasil positif palsu pada saat pemeriksaan.

3. Jelaskan kapan sebagiknya mengkonsumsi obat Keteconazol dan jelaskan mengenai


farmakokinetiknya?

 Farmakologi ketoconazole sebagai obat golongan azol yang bekerja


melemahkan struktur dan fungsi membran sel fungi melalui mekanisme
blokade sintesis ergosterol melalui inhibisi sitokrom P-450.
 Farmakodinamik : Ketoconazole adalah obat azole oral pertama yang
digunakan oleh klinisi untuk mengobati infeksi fungal. Ketoconazole bekerja
dengan memblok sintesis dari ergosterol (salah satu komponen dari
membrane sel fungal) melalui inhibisi pada sitokrom P-450 pada enzim
lanosterol 14α – demetilase. Karena enzim tersebut diinhibisi, maka
lanosterol tidak dapat melakukan konversi menjadi ergosterol pada sel
membran fungal. Ergosterol yang tidak dapat terbentuk dan semakin tipis
pada dinding membran sel akan menyebabkan struktur dan fungsi pada
membran sel menjadi lemah.
 Farmakokinetik ketoconazole berupa aspek absorbsi, distribusi, metabolisme,
dan eliminasinya.
1. Absorbsi : Ketoconazole memiliki kemampuan rendah untuk larut
dalam air. Penyerapan ke dalam darah sangat bervariasi bergantung
pada kadar keasaman (semakin asam semakin baik penyerapannya
dalam darah) sehingga penyerapan akan lebih baik bersamaan dengan
makan. Rata-rata konsentrasi ketoconazole dalam darah 3.5 ug/mL
dalam waktu 1 hingga 2 jam. Rasio konsentrasi antara CSF (Cerebro
Spinal Fluid) dibanding serum kurang dari 0,1
2. Distribusi: Ketoconazole dapat didistribusikan ke seluruh jaringan
tubuh melalui ikatan albumin, namun rendah dalam CSF. Setelah
diabsorsi, ketoconazole tablet dikonversi menjadi metabolit inaktif.
3. Metabolisme: Metabolisme ketoconazole terjadi di liver menjadi
bentuk metabolit inaktifnya. Beberapa penelitian mengemukakan
adanya keterlibatan pada sitokrom isoenzim P450 dan beberapa
transporter seperti CYP3A4, CYP2C9, CYP2C19, P-gp, UGT1A1,
dan UGT2B7. Ketoconazole adalah salah satu zat yang menghambat
kerja CYP3A4.
4. Eliminasi: Ketoconazole dieliminasi di hepar dengan melakukan
oksidasi, dealkilasi dan hidroksilasi aromatik pada cincin imidazole
dan piperazine dengan menggunakan enzim microsomal dari hepar.
Ketoconazole memiliki waktu paruh (t ½) 7 hingga 10 jam. Secara
oral, ketoconazole akan mencapai dosisi maksimum di serum sekitar
4.2- 6.2 µg/mL pada dewasa dalam keadaan sehat. Secara topikal,
ketoconazole akan mencapai kadar sekitar 0 – 20.7 ng/mL.
 Ketconazole sabaiknya diminum sebelum atau sesudah makan.
Meminumnya setelah makan bisa membantu terhindar dari sakit perut.
Jika seseorang sedang minum obat antasida, gunakan Ketoconazole
minimal 2 jam sebelum atau 1 jam setelah menggunakan antasida.
 Sebaiknya diminum pagi hari sebelum makan (perut dalam keadaan
kosong) dan jadwal jam meminum obat sebaiknya sama setiap hari, hal ini
berhubungan dengan waktu kerja obat dalam tubuh.
 Jika lupa mengonsumsi ketoconazole tablet, segeralah mengonsumsinya
jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika
sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis.

Anda mungkin juga menyukai