Anda di halaman 1dari 12

Pada artikel sebelumnya telah diuraikan tentang jalinan lahirnya elektrokimia modern (lihat

disini). Berikut ini akan diuraikan perkembangan dan penemu elektrokimia modern pada
seperempat pertama abad ke-19.

Seperti telah diuraikan sebelumnya, kredit untuk peletakan tonggak elektrokimia modern
diberikan kepada Alessandro Giuseppe Anastasio Volta (1745-1827). Ia adalah profesor
filosofi alam pada Universitas Pavia. Pada tahun 1800an ia menunjukkan bahwa jaringan hewan
tidak diperlukan untuk menghasilkan arus listrik. Ia beralasan bahwa kaki katak yang digunakan
dalam percobaan Galvani hanya bertindak sebagai elektroskop dan mengusulkan bahwa sumber
stimulasi yang sebenarnya adalah kontak antara logam tak sejenis. Ia menyebut listrik yang
dihasilkan listrik logam. Ia menunjukkan, melalui tumpukan volta yang terdiri atas piringan
logam tak sejenis yang dipasang selang seling, baterai elektrokimia pertama. Penemuan penting
periode ini membentuk basis baterai modern dan asal muasal fenomena galvani lain yang
meliputi korosi dan anoda dikorbankan. Ini juga menandai kali pertama dihasilkannya arus listrik
kontinyu. Volta, yang kajiannya menolak secara efektif teori listrik hewan Galvani, memberi
nama galvanisme. Napoleon Bonaparte menganugerahi Volta dengan gelar “Count of
Lombardy”. Volta juga dicatat sebagai penemu dan isolasi metana. Alessandro
Volta diabadikan dengan nama satuan listrik “volt”, sebuah nomenklatur yang mulai digunakan
tahun 1881.

Volta menguraikan temuannya dalam surat tertanggal 20 Maret 1800 kepada Sir Joseph


Banks (1743-1820), yang kemudian menjadi Presiden the Royal Society. Judul suratnya adalah
“On the Electricity Excited by the Mere Contact of Conducting Substances of Different
Kinds”. Banks menunjukkan surat tersebut kepada Anthony Carlisle (1768-1842), seorang ahli
bedah London. Bersama dengan William Nicholson (1753-1815), seorang ahli kimia-insinyur,
kawannya, Carlisle merangkai tumpukan volta. Dalam usahanya untuk menentukan muatan
listrik pada pelat atas dan bawah dengan bantuan elektroskop, mereka meneteskan air pada
piringan paling atas (untuk kontak yang lebih baik!), dan yang mengejutkan mereka, terbentuk
gelembung gas yang dilbebaskan. Segera mereka menemukan bahwa terminal baterai yang
dicelupkan dalam air menghasilkan hidrogen dan oksigen. Mereka telah menemukan elektrolisa
atau reaksi kimia yang didorong oleh arus listrik.
Beberapa bulan kemudian, Juhann Wilhelm Ritter (1776-1810) memperbaiki
percobaan Carlisle dan Nicholson dan menciptakan peralatan untuk mengumpulkan hidrogen
dan oksigen secara terpisah. Berikutnya, ia juga menemukan proses elektroplating.
Temuan Ritter mungkin lebih awal daripada Carlisle dan Nicholson namun tidak
memungkinkan baginya untuk mempublikasikan hasilnya karena tugasnya sebagai apoteker.
Pengamatan Ritter tentang potensial thermoelektrik (potensial listrik pada sambungan dua
logam tak sejenis yang dijaga pada suhu yang berbeda) pada tahun 1801 juga mengantisipasi
temuan thermoelektrik tahun 1821 oleh ahlli fisika Estonian-Jerman Thomas Johann
Seebeck (1770-1831). Namun, Seebeck gagal mengenali bahwa arus listrik dihasilkan ketika
sambungan dua logam dipanaskan. Ia menggunakan istilah arus thermomagnetik untuk
menggambarkan temuannya. Efek Sebeck membentuk basis thermocouple, yang merupakan alat
paling akurat untuk mengukur suhu. Fenomena yang berlawanan, efek Peltier, yang
menghasilkan beda suhu ketika arus listrik dialirkan pada logam tak sejenis, diamati satu dekade
kemudian. Percobaan Ritter tentang eksitasi listrik otot memasukkan dirinya sebagai subyek
tegangan tinggi yang mungkin menuju pada kematiannya sendiri.

Pada periode waktu yang sama, ahli fisika dan kimia Inggris Henry Cavendish (1731-1810)
melakukan percobaan kuantitatif yang terkenal pada komposisi air dan juga menghasilkan versi
hukum Ohm untuk larutan elektrolit. Ia juga dikenal untuk percobaan Cavendish yang terkenal,
pengukuran densitas bumi. Tidak nyaman dengan publisitas, Cavendish kurang dikenal sebagai
orang yang berkaliber ilmiah. Beberapa temuannya tidak dipublikasi. Sebagai contoh, ia
mengenali bahwa gaya antara pasangan muatan listrik berbanding terbalik dengan jarak, kredit
yang diberikan kepada ahli fisika Perancis Coulomb. Paling tidak ada dua bangunan yang
mengingatkan generasi sekarang akan Cavendish: lapangan di London, yang diberi nama dengan
namanya dan Cavendish Royal Laboratory di Universitas Cambridge.

Teknik elektroplating diungkapkan oleh ahli kimia Italia Luigi Brunatelli(1759-1828) pada


tahun 1805. Percobaannya pada pelapisan emas dilakukan dengan tumpukan volta sebagai
sumber daya. Karena ditolak oleh Napoleon Bonaparte, Brugnatelli dipaksa untuk menjaga
hasilnya dalam profil rendah. Sementara itu, William Hyde Wollaston (1766-1828) dan Smith
Tennant(1761-1815), dalam usahanya menggunakan elektrokimia untuk memurnikan platina,
berakhir dengan penemuan unsur lain: palladium dan rhodium (Wollaston) dan iridium dan
omium (Tennant). Terinspirasi oleh kerja Ritter, Carlisle dan Nicholson, Sir Humphrey
Davey (1778-1829) menggunakan elektrolisa untuk mengisolasi logam seperti sodium,
potasium, kalum, magnesium dan lithium. Ia menyimpulkan bahwa listrik menyebabkan aksi
kimia dan bahwa kombinasi kimia terjadi antar senyawa yang muatan listriknya berlawanan.

Rival Davey saat itu, Jon Jakob Berzelius (1779-1848) juga membuat kontribusi penting
terhadap elektrokimia. Berzelius menemukan bahwa elektrolisa menghasilkan pembentukan
unsur pada kutub sel, yang mengarahkan ia untuk mengusulkan bahwa atom adalah bermuatan
listrik dan senyawa terbentuk oleh netralisasi muatan listrik. Ini adalah teori dualismenya, yang
tidak berlaku untuk senyawa organik. Berzelius juga memantapkan hukum proporsi tertentu. Ia
juga diberi kredit untuk penemuan beberapa unsur penting yang meliputi cerium, selenium dan
thorium. Dialah yang menciptakan sistem logis simbol untuk unsur (H, C, Ca, Cl, O, dll.)
Dengan kajian Davy dan Berzelius, kimia tidak pernah sama lagi.

Penemuan penting dilakukan secara bersamaan pada tahun 1820 oleh filosof alam
Denmark Hans Christian Orsted (1777-1851). Ia mengamati pengaruh magnet terhadap arus
listrik. Terinspirasi oleh Orsted, Andre-Marie Ampere (1775-1836) melakukan percobaan dan
merumuskan temuan Orsted secara matematika. Kemudian muncul rumus yang menghubungkan
tegangan, arus dan hambatan melalui hukum Ohm yang dirumuskan oleh Georg Ohm (1787-
1854) pada tahun 1827. Awalnya temuan Ohm ditertawakan oleh koleganya. Namun, sebelum
tahun 1833 pentingnya hukum dasar Ohm dalam analisa sirkuit listrik dikenali.

Michael Faraday (1791-1867) dipandang sebagai salah seorang ilmuwan terbesar dalam


sejarah. Beberapa menjulukinya sebagai eksperimentalis terbesar yang pernah ada, khususnya
karena percobaannya tentang litrik menemukan persamaan dalam teknologi sehari-hari. “Farad”,
satuan kapasitansi, dan “tetapan Faraday”, dinamai dengan namanya. Ia menemukan dinamo,
awal dari pembangkit listrik sekarang. Konsepnya tentang garis fluks yang muncul dari benda
bermuatan listrik dan magnet membuka jalan untuk menggambarkan medan listrik dan magnet.
Keduanya merupakan hal yang sangat penting untuk keberhasilan pengembangan alat
elektromekanika yang mendominasi teknik dan industri untuk akhir abad ke-19. Ia juga
menemukan “efek Faraday”, fenomena diamagntisme. Dalam penelitiannya tentang listrik statis,
Faraday menunjukkan bahwa muatan listrik tinggal hanya pada bagian luar konduktor yang
bermuatan listrik. Selain itu, muatan listrik bagian luar tidak memengaruhi apapun yang
terkurung dalam konduktor, efek perisai yang sekarang kita gunakan dalam “sangkar Faraday”.
Faraday juga melakukan banyak penelitian dalam kimia. Ia menemukan senyawa seperti
benzena, gas cair seperti khlorin dan mengusulkan sistem bilangan oksidasi. Ia juga menemukan
hukum elektrolisa dan mempopulerkan terminologi anoda, katoda, elektroda dan ion, istilah yang
diciptakan oleh William Whewell (1794-1866). Ia menolak teori fluida tradisional tentang listrik
dan mengusulkan bahwa listrik adalah bentuk gaya yang dialirkan dari partikel ke partikel dalam
bahan.

 Pilar elektrokimia modern: 1/4 kedua abad 19


 Pilar elektrokimia modern: 1/2 akhir abad 19 (Bag 1)
 Pilar elektrokimia modern: 1/2 akhir abad 19 (Bag 2)
 Pilar elektrokimia modern: Paruh pertama abad 20
 Pilar elektrokimia modern: paruh kedua abad 20 dan setelahnya (Bag. 1)
 Pilar elektrokimia modern: paruh kedua abad 20 dan setelahnya (Bag. 2) – selesai

3 Comments
Pilar elektrokimia modern: Jalinan kelahiran
January 14, 2013 Articles elektrokimia, kelahiran, listrik, sejarah

Pilar elektrokimia modern dipandang berasal dari tumpukan kerja percobaan yang dilakukan
oleh Alessandro Volta pada tahun 1800. Meskipun jauh sebelum masa itu, berdasarkan bukti
arkeologi, telah dikenal baterai primitif (disebut baterai Baghdad) yang digunakan untuk
electroplating di Mesopotamia pada tahun 200 SM. Volta terinspirasi oleh percobaan kaki katak
yang dilakukan oleh Galvani, yang meyimpulkan fenomena tersebut hanyalah fenomena biologi.
Perkembangan elektrokimia semakin cepat dengan kontribusi dari John Daniell dan Michael
Faraday. Dari awal yang sederhana, elektrokimia sekarang telah matang menjadi sebuah cabang
ilmu multi disiplin.

Keunikan elektrokimia terletak pada fakta bahwa aplikasi potensial atau medan listrik dapat
membantu mengatasi batasan kinetika pada suhu rendah. Selain itu, proses elektrokimia dapat
diatur untuk memperoleh produk tertentu secara kimia. Reaksi elektrokimia juga sensitif
terhadap karakteristik permukaan elektroda dan komposisi elektrolit, yang membuka jalan
beberapa bidang analitis dan karakterisasi. Seperti banyak pemikir maju yang mengabdikan
hidupnya agar hidup manusia lebih nyaman, halaman sejarah dipenuhi dengan nama, beberapa
telah lama terlupakan, yang telah membuat elektrokimia seperti sekarang. Disini dicoba untuk
memberikan sekilas pilar elektrokimia ini melalui kontribusinya. Pada bagian pertama tulisan ini
akan dibahas jalinan kelahiran elektrokimia yang muncul dari temuan berbagai cabang ilmu,
terutama yang berkaitan dengan ditemukannya listrik.

Listrik baru mulai dipahami pada abad ke-16. Ilmuwan Inggris William Gilbert (1544-1603),
yang dikenal sebagai “bapak magnet” untuk penelitiannya pada magnet, adalah salah satu
diantara peneliti pertama yang melakukan percobaan dengan listrik. Ia menemukan metoda untuk
menghasilkan maupun memperkuat magnet. Generator listrik pertama dibangun oleh ahli fisika
Jerman Otto von Guericke (1602-1686) pada tahun 1663. Alat tersebut menghasilkan listrik
statis dengan menggosok bola sulfur besar dengan kain. Sebelum pertengahan tahun 1700, ahli
kimia Perancis Charles Francois de Cisternay du Fay (1698-1739) menemukan dua tipe listrik
statis. Ia menemukan bahwa muatan listrik sejenis saling tolak sedangkan yang tidak sejenis
saling tarik. Selain itu, ia menyarankan bahwa listrik terdiri dari dua fluida: listrik positif dan
listrik negatif. Teori dua fluida ini dibantah oleh Benjamin Franklin (1706-1790) pada akhir
abad ke-16. Franklin mengusulkan teori satu fluida. Pada tahun 1781, Charles-Augustin de
Coulomb (1736-1806) menawarkan hukum tarikan elektrostatis. Coulomb, satuan muatan listrik,
dinamai dengan namanya untuk menghormatinya.

Pada saat itulah, ketika pemahaman tentang fenomena baru listrik tumbuh, elektrokimia
memiliki jalinan kelahiran dengan ahli fisika Italia dan ahli anatomi Luigi Galvani (1737-1798)
yang mengusulkan apa yang ia sebut “listrik hewan”. Galvani, pada tahun 1791, mengusulkan
bahwa jaringan hewan mengandung gaya vital tak dikenal, yang mengaktifkan syaraf dan otot
ketika disentuh dengan logam. Menurut Galvani, listrik hewan adalah bentuk baru listrik selain
listrik alam yang dihasilkan oleh kilat (atau oleh belut listrik dan sinar torpedo) dan listrik statis
buatan yang dihasilkan oleh gesekan. Gagasan fluida listrik hewan ditolak oleh Alessandro
Volta, yang beralasan bahwa kaki katak merespons berbeda ketika disentuh dengan logam yang
jenis dan komposisinya berbeda. Namun, Galvani tetap pada pendiriannya dan bahkan
mendemonstrasikan aksi otot dengan dua potong bahan yang sama.

Yang menarik, percobaan Galvani di Universitas Bologna tentang aksi fisiologi listrik tidak
hanya melibatkan katak hidup tetapi juga kaki katak yang telah dilepaskan dari tubuhnya. Ia
menunjukkan bahwa kontraksi otot pada katak dan hewan lain dapat dipicu oleh aliran listrik.
Kejut kaki kata menandai fenomena percobaan yang kemudian dikenal sebagai
bioelektrogenesis. Pada kenyataannya, percobaan Galvani tidak hanya membantu memantapkan
basis untuk studi neurofisiologi biologi, tetapi juga menuju kepada perubahan konsep dengan
memperkenalkan syaraf sebagai konduktor listrik daripada hanya sekedar pipa air, seperti yang
dianut oleh sekolah Descartes. Nama Galvani kemudian dikaitkan dengan galvanisasi (teknik
memasukkan kejutan listrik, meskipun istilah lain, faradisme, juga digunakan untuk teknik
tersebut). Kata galvanizing sekarang digunakan untuk perlakuan perlindungan baja dengan seng.
Galvani juga diabadikan dalam kata bahasa Inggris “galvanize”, yang berarti mengaduk, aksi
tiba-tiba.
Mengenal Sel Volta Penghasil Energi Listrik
BY SHABRINA ALFARI · DEC 21, 2017

Hai RG Squad, kalian tahu nggak kalau sel elektrokimia itu terdiri dari sepasang elektroda.
Elektroda itu sebelumnya dicelupkan ke dalam suatu lelehan atau larutan ion, kemudian
dihubungkan dengan penghantar logam pada rangkaian luar. Nah, sel elektrokimia dapat berupa
sel volta atau sel galvani, dan sel elektrolisis. Pada artikel ini kita akan bahas tentang  mengenal
sel volta, kalian sudah tahu belum? Jika belum dan ingin mengetahui seperti apa sel volta itu,
simak baik-baik penjelasannya ya.

Sel volta adalah sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik, hal itu disebabkan oleh
terjadinya reaksi redoks yang spontan. Sel volta sering juga disebut sebagai sel Galvani, kenapa?
Karena Volta dan Galvani adalah ahli yang menemukan fenomena sel elektrokimia. Luigi
Galvani (1737-1798), merupakan ahli fisiologi berkebangsaan Italia yang menyatakan adanya
sifat listrik pada tulang hewan, ia membuktikannya melalui percobaannya pada tulang katak.
Sementara Alessandro Volta (1745-1827), ahli fisika yang juga berkebangsaan Italia,
melakukan percobaan yang sama dan menyatakan bahwa aliran listrik yang terjadi adalah karena
kontak logam yang tidak sama.
Reaksi redoks yang spontan, reaksi logam seng (Zn, Zinc) dengan larutan tembaga (II) sulfat
(sumber ion Cu, atau copper)

Jika RG Squad ingin lebih memahami sel volta, yang harus dipahami terlebih dahulu adalah
reaksi redoks spontan. Salah satu contoh reaksi redoks spontan adalah reaksi logam seng dengan
larutan tembaga (II) sulfat. Jika logam seng yang berwarna abu-abu mengkilat dicelupkan ke
dalam larutan tembaga (II) sulfat yang berwarna biru, lambat laun pada permukaan logam seng
akan menempel logam tembaga yang berwana merah kecoklatan, sementara warna biru dari
larutan akan memudar. Tembaga yang menempel pada logam seng berasal dari larutannya (ion
tembaga (II) yang memberikan warna biru dalam pelarut air). Sementara itu, logam seng
membentuk ionnnya yang larut dalam air, tetapi tidak memberikan warna pada larutannya.
Reaksi tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan:
Dalam persamaan reaksi diatas, kita
bisa lihat bahwa logam seng mengalami oksidasi membentuk ion seng (II). Reaksi ini disertai
dengan pelepasan elektron:

Ion tembaga (II) membentuk logamnya dengan menerima


elektron:

Jika reaksi dilangsungkan dengan cara di atas, elektron


yang dilepaskan dari reaksi oksidasi langsung digunakan untuk reaksi reduksi pada permukaan
logam seng. Elektron tidak berkesempatan untuk menghasilkan arus listrik yang dapat
menghasilkan kerja.

Jadi, sel volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik. Nah, sel volta lahir
atas pemikiran Alessandro Volta setelah ia merespon pemikiran Luigi Galvani, dan menganggap
pemikiran Galvani itu salah. Sel volta juga memiliki rangkaian, kalian bisa membacanya pada
artikel Rangkaian Sel Volta.

Mau belajar materi Kimia lainnya dengan metode seru dan nggak ngebosenin? Yuk, kita belajar
di ruangbelajar.
GALVANI

VOLTA
RITTER

WILLIAM NICHOLSON

DAVY
FARADAY

BARZELIUS

Anda mungkin juga menyukai