Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ACQUIRED IMMUNE DEFICIENCY SYNDROME (AIDS) PADA ANAK

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Anak II

Disusun Oleh :
1. Dwi Hidayanti (A11701536)
2. Ema Tri Indah Sari (A11701537)
3. Endah Puji Rahayu (A11701538)
4. Fahrunnisa Al Azizah (A11701541)
5. Faif Khafidoh (A11701542)
6. Fairuz Herdian (A11701543)
7. Familan Riyo P (A11701544)
8. Fatimah Afriliyanti (A11701545)

3A
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
GOMBONG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
”Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) Pada Anak” tepat pada
waktunya. Tak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita berada di
zaman terang benderang ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, tetapi kami
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah berikutnya. Tak lupa, kami
mengucapkan terimakasih kepada rekan kelompok kami yang telah bekerjasama
dalam mengerjakan makalah ini, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Gombong, 28 April 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Cover.............................................................................................................

Kata Pengantar............................................................................................i

Daftar isi.......................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN MEDIS.......................................................................3

2.1 Definisi...................................................................................................3

2.2 Etiologi...................................................................................................3
2.3 Klasifikasi..............................................................................................4
2.4 Pathways................................................................................................6

2.5 Manifestasi Klinis..................................................................................8

2.6 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................9

BAB III TINJAUAN KEPERAWATAN...................................................11


3.1 Pengkajian fokus...................................................................................11
3.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................13
3.3 Intervensi...............................................................................................13
BAB IV PENUTUP......................................................................................16

4.1 Kesimpulan............................................................................................16
4.2 Saran.......................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................17

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, pola penularan HIV
pada pasangan seksual berubah pada saat ditemukan kasus seorang ibu yang
sedang hamil diketahui telah terinfeksi HIV. Bayi yang dilahirkan ternyata
juga positif terinfeksi HIV. Ini menjadi awal dari penambahan pola penularan
HIV/AIDS dari ibu ke bayi yang dikandungnya. Hal serupa digambarkan dari
hasil survey pada tahun 2000 dikalangan ibu hamil di Provinsi Riau dan
Papua yang memperoleh angka kejadian infeksi HIV 0,35% dan 0,25%.
Sedangkan hasil tes suka rela pada ibu hamil diDKI Jakarta ditemukan infeksi
HIV sebesar 2,86%. Berbagai data tersebut membuktikan bahwa epidemi
AIDS telah masuk kedalam keluarga yang selama ini dianggap tidak mungkn
tertular infeksi. Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada
38.500 anak yang dilahirkan dari ibu yang terinfeksi HIV. Sampai tahun
2006, diprediksi 4.360 anak terkena HIV dan separuh diantaranya meninggal
dunia. Saat ini diperkirakan 2320 anak yang terinfeksi HIV. Anak yang
didiagnosis HIV juga akan menyebabkan terjadinya trauma emosi yang
mendalam bagi keluarganya. Orang tua harus menghadapi masalah berat
dalam perawatan anak, pemberian kasih sayang,dan sebagainya dapat
mempengaruhi pertumbuhan mental anak. Hal tersebut menyebabkan beban
Negara bertambah dikarenakan orang yangterinfeksi HIV telah masuk
kedalam tahap AIDS, yang ditularkan akibat hubungan Heteroseksual sebesar
36,23%. Permasalahan bukan hanya sekedar pada pemberian terapi anti
retroviral (ART), tetapi juga harus memperhatikan permasalahn pencegahan
penularan walaupun sudah mendapat ART.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari AIDS?
2. Bagaimana etiologi dari AIDS?
3. Bagaimana klasifikasi AIDS pada Anak?
4. Bagaimana pathway keperawatan AIDS pada anak?
5. Bagaimana manifestasi klinis AIDS pada anak?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang pada AIDS?
7. Apa saja fokus pengkajian AIDS pada anak?
8. Apa saja diagnosa keperawatan yang sering mucul pada kasus AIDS pada
anak?
9. Apa saja intervensi dari kasus AIDS pada anak?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi AIDS.
2. Untuk mengetahui etiologi AIDS.
3. Untuk mengetahui klasifikasi AIDS pada Anak.
4. Untuk mengetahui pathway keperawatan AIDS pada anak.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis AIDS pada anak.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada AIDS.
7. Untuk mengetahui fokus pengkajian AIDS pada anak.
8. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus
AIDS pada anak.
9. Untuk mengetahui intervensi AIDS pada anak.

2
BAB II
TINJAUAN MEDIS

2.1 Definisi

AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala


penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh secara bertahap yang
disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV).
AIDS adalah sindrom akibat defisiensi imunitas seluler tanpa penyebab
lain yang diketahui dan ditandai dengan infeksi oportunistik keganasan yang
berakibat fatal. Munculnya sindrom ini erat hubungannya dengan
berkurangnya zat kekebalan tubuh yang prosesnya tidaklah terjadi seketika
melainkan sekitar 5 – 10 tahun setelah seseorang terinfeksi oleh HIV.
(Rampengan, 2007)

3.1 Etiologi
Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh
virus immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV) tipe
1 (HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang juga
ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan makrofag.
HIV-I merupakan retrovirus yang termasuk pada subfamili Lentivirus. Juga
sangat dekat dengan HIV-II, yang menyebabkan penyakit yang sama. HIV
adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra sel .Dalam bentuknya
yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau
melukai sampai ia masuk ke sel host ( sel target ).
Penularan HIV ke Bayi dan Anak, bisa dari ibu ke anak, penularan melalui
darah, penularan melalui hubungan seksual (pelecehan seksual pada anak).
Penularan dari ibu ke anak terjadi karena wanita yang menderita HIV/AIDS
sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun), sehingga terdapat risiko
penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in uteri). Berdasarkan
laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah

3
0,01% sampai 0,7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada gejala
AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%, sedangkan
jika sudah ada gejala pada ibu kemungkinan mencapai 50%.penularan juga
terjadi selama proses persalinan melalui transfusi fetomaternal atau kontak
antara kulit atau membran mucosa bayi dengan darah atau sekresi maternal
saat melahirkan . semakin lama proses kelahiran, semakin besar pula risiko
penularan, sehingga lama persalinanbisa dicegah dengan operasi sectio
caecaria. Transmisi lain juga terjadi selama periode postpartum melalui ASI,
risiko bayi tertular melaui ASI dari ibu yang positif sekitar 10%.
Faktor risiko tertular HIV pada bayi dan anak :
1. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan biseksual
2. Bayi yang lahir dari ibu dengan pasangan berganti
3. Bayi yang lahir dari ibu atau pasangan penyalahguna obat suntikan
4. Bayi atau anak yang mendapat komponen darah
5. Bayi atau anak yang terpapar dengan alat suntik yang tidak steril
6. Anak remaja dengan hubungan seksual berganti-ganti pasangan

3.2 Klasifikasi
a. Fase 1
Umur infeksi 1 - 6 bulan (sejak terinfeksi HIV) individu sudah terpapar
dan terinfeksi. Tetapi ciri - ciri terinfeksi belum terlihat meskipun ia
melakukan tes darah. Pada fase ini antibody terhadap HIV belum
terbentuk. Bisa saja terlihat/mengalami gejala - gejala ringan, seperti flu
(biasanya 2 - 3 hari dan sembuh sendiri).
b. Fase 2
Umur infeksi: 2 - 10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada fase kedua ini
individu sudah positif HIV dan belum menampakkan gejala sakit. Sudah
dapat menularkan pada orang lain. Bisa saja terlihat/mengalami gejala
-gejala ringan, seperti flu (biasanya 2 - 3 hari dan sembuh sendiri).
c. Fase 3
Mulai muncul gejala - gejala awal penyakit. Belum disebut gejala AIDS.

4
Gejala – gejala yang berkaitan antara lain keringat yang berlebihan pada
waktu malam, diare terus menerus, pembengkakan kelenjar getah bening,
flu yang tidak sembuh - sembuh, nafsu makan berkurang dan badan
menjadi lemah, serta berat badan terus berkurang. Pada fase ketiga ini
sistem kekebalan tubuh mulai berkurang.
d. Fase 4
Sudah masuk fase AIDS. AIDS baru dapat terdiagnosa setelah kekebalan
tubuh sangat berkurang dilihat dari jumlah sel T nya. Timbul penyakit
tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik yaitu TBC, infeksi paru -
paru yang menyebabkan radang paru - paru dan kesulitan bernafas, kanker,
khususnya sariawan, kanker kulit atau sarcoma kaposi, infeksi usus yang
menyebabkan diare parah berminggu - minggu, dan infeksi otak yang
menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala (Hasdianah & Dewi,
2014)

5
3.3 Pathways

Penularan secara vertical Penularan secara parenteral Penularan melalui


dari ibu dengan HIV-AIDS melalui tusukan jarum. darah (tranfusi)

Pasien Anak yang terinfeksi HIV-AIDS

Virus berdar dalam darah atau jaringan mukosa

Virus menginfeksi sel yang mempunyai molekul CD4


(Limfosit T4, Monosit, Sel Dendrit, Sel Langerhans)

Masuk kedalam sel target & mereplikasi diri

Sel yang terinfeksi mengalami apoptosis/mati

Imunitas tubuh menurun

Tubuh rentan terhadap infeksi

Infeksi pada sistem pernafasan Infeksi pada sistem pencernaan

Peradangan saluran
pernafasan dan jaringan Infeksi jamur Infeksi bakteri
paru.

Lanjutan Pathway

Adanya sekresi dijalan Peradangan mulut Diare


nafas.

Sulit menelan Diare Kronis


Tidak dapat
6
mengeluarkan secret.
Ketidakseimbangan Output cairan
Nutrisi kurang dari meningkat
Ketidakefektifan Kebutuhan Tubuh
2.5 Manifestasi Klinis

7
Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis sampai terjadi
penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare, gagal tumbuh, atau
kandidiasis oral memberi kesan imunodefisiensi yang mendasari.
Kebanyakan anak dengan infeksi HIV-1 terdiagnosis antara umur 2 bulan dan
3 tahun.
Tanda-tanda klinis akut yang disebabkan oleh organisme virulen pada
penderita limfopeni CD4+ yang terinfeksi HIV-1 disebut infeksi oportunistik
"penentu-AIDS". Infeksi oportunistik yang paling sering dan sangat
mematikan adalah pneumonia P. carinii (PPC). Tanda klinis PPC pada bayi
terinfeksi HIV-1 merupakan distress pernapasan berat dengan batuk,
takipnea, dispnea dan hipoksemia dengan gas darah menunjuk ke arah
blokade kapiler alveolar (mis ; proses radang interstisial). Roentgenogram
dada menunjukkan pneumonitis difus bilateral dengan diafragma datar.
Diagnosis biasanya diperkuat oleh bronkoskopi fleksibel dan cuci
bronkoalveolar dengan pewarnaan yang tepat untuk kista maupun tropozoit.
Kadar laktat dehidroginase biasanya juga naik. Diagnosa banding pada bayi
termasuk herpes virus ( sitomegalovirus, virus Epstein-Barr, virus herpes
simpleks ), virus sinsitial respiratori, dan infeksi pernafasan terkait mengi.
Pengobatan infeksi PPC harus dimulai seawal mungkin, tetapi prognosis jelek
dan tidak secara langsung dikorelasikan dengan jumlah limfosit CD4+..
Reaktivasi PPC tampak semakin bertambah pada anak yang lebih tua yang
mempunyai perjalanan klinis infeksi HIV-1 yang lebih kronis. Profilaksis
PPC (trimetropim-sulfametoksasol tiga kali seminggu ) dianjurkan pada
penderita pediatri dengan angka limfosit-T CD4+ rendah (<25% angka
absolut ).
Infeksi oportunistik penentu AIDS yang relatif sering kedua adalah
esofagitis akibat Candida albicans. Esofagitis Candida nampak sebagai
anoreksia atau disfagia, dikomplikasi oleh kehilangan berat badan, dan
diobati dengan amfoterisin B dan ketokonazol.
Infeksi oportunistik penting lain melibatkan ssstem saraf sentral, sepertii
Toxoplasma gondii. Infeksi Mycobacterium avium complex biasanya

8
menimbulkan gejala saluran cerna, dan herpes virus menimbulkan komplikasi
retina, paru, hati, dan neurologist. M. tuberculosis dan malaria yang tersebar
di seluruh dunia adalah patogen oportunistik pada penderita AIDS.
Neoplasma relatif tidak sering pada penderita terinfeksi HIV-1 pediatri.
(Behrman,dkk,2002: 1129 )
Manifestasi klinisnya antara lain :
a. Berat badan lahir rendah
b. Gagal tumbuh
c. Limfadenopati umum
d. Hepatosplenomegali
e. Sinusitis
f. Infeksi saluran pernafasan atas berulang
g. Parotitis
h. Diare kronik atau kambuhan
i. Infeksi bakteri dan virus kambuhan
j. Infeksi virus Epstein-Barr persisten
k. Sariawan Orofaring
l. Trombositopenia
m. Infeksi bakteri seperti meningitis
n. Pneumonia Interstisial kronik
Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena sarafnya yang
memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati progresif, perkembangan yang
terhambat, atau hilangnya perkembangan motoris.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Hidayat (2008) diagnosis HIV dapat tegakkan dengan menguji


HIV. Tes ini meliputi tes Elisa, latex agglutination dan western blot. Penilaian
Elisa dan latex agglutination dilakukan untuk mengidentifikasi adanya infeksi
HIV atau tidak, bila dikatakan positif HIV harus dipastikan dengan tes
western blot. Tes lain adalah dengan cara menguji antigen HIV, yaitu tes

9
antigen P 24 (polymerase chain reaction) atau PCR. Bila pemeriksaan pada
kulit, maka dideteksi dengan tes antibodi (biasanya digunakan pada bayi lahir
dengan ibu HIV.
a. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
1. ELISA (positif; hasil tes yang positif dipastikan dengan western blot)
2. Western blot (positif)
3. P24 antigen test (positif untuk protein virus yang bebas)
4. Kultur HIV(positif; kalau dua kali uji-kadar secara berturut-turut
mendeteksi enzim reverse transcriptase atau antigen p24 dengan kadar
yang meningkat)
b. Tes untuk deteksi gangguan system imun
1. LED (normal namun perlahan-lahan akan mengalami penurunan)
2. CD4 limfosit (menurun; mengalami penurunan kemampuan untuk
bereaksi terhadap antigen)
3. Rasio CD4/CD8 limfosit (menurun)
4. Serum mikroglobulin B2 (meningkat bersamaan dengan berlanjutnya
penyakit).
5. Kadar immunoglobulin (meningkat)

BAB III
TINJAUAN KEPERAWATAN

10
3.1 Pengkajian fokus
a. Pengkajian
1. Riwayat penyakit sekarang
2. Riwayat penyakit dahulu
Adanya orang tua yang terinfeksi HIV/AIDS atau penyalahgunaan
obat. Adanya riwayat ibu saat hamil terinfeksi HIV/AIDS, adanya
penulaaran melalui proses melahirkan, adanya penularan dari ASI.
3. Riwayat kehamilan dan persalinan
4. Riwayat perkembangan dan pertumbuhan
5. Riwayat nutrisi
6. Riwayat imunisasi
UMUR VAKSIN

2 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

4 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

6 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

12 bulan Tes Tuberculin

15 bulan MMR, Hepatitis

18 bulan DPT, Polio, MMR

24 bulan Vaksin Pnemokokkus

4 – 6 tahun DPT, Polio, MMR

14 – 16 Tahun DT, Campak

b. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Mata
Adanya cotton wool spot (bercak katun woll) pada retina, retinitis
sitomegalovirus, infeksi pada petik kelopak mata, mata merah, perih,

11
gatal, berair, lesi pada retina dengan gambaran bercak atau eksudat
kekuningan.
2. Pemeriksaan Mulut
Adanya stomatitis gangrenosa, peridontitis, sarkoma kaposi pada mulut
dimulai sebagai bercak merah datar kemudian menjadi biru dan sering
pada palatum.
3. Pemeriksaan telinga
Adanya otitis media, adanya nyeri, kehilangan pendengaran.
4. Sistem pernapasan
Adanya batuk yang lama dengan tanpa sputum, sesak napas, hipoksia,
nyeri dada, gagal napas, napas pendek waktu istirahat
5. Sistem pencernaaan
BB menurun, anoreksia, nyeri menelan, bercak putih kekuningan pada
mukosa mulut, hepatomegali, mual dan muntah, pembesaran limpa.
6. Sistem kardiovaskular
Suhu tubuh menngkat, nadi cepat, TD meningkat, gejala gagal jantung
kongestif sekunder akibat kardiomiopati karena HIV
7. Sistem Integumen
Adanya varicella (lesi yang sangat luas vesikel yang besar)
Haemorargie, herpes zoster, nyeri panas serta malaise.
8. Sistem perkemihan
Urin yang berkurang, adanya pembesaran kelenjar parotis, proteinuria,
limfanedopati.
9. Sistem neurologi
Sakit kepala, sukar berkonsentrasi, nyeri otot, kejang-kejang, penurunan
kesadaran, perubahan prilaku, gangguan psikomotor, delirium,
meningitis, keterlambatan perkembangan.
10. Sistem muskuloskeletal
Nyeri persendian, letih, gangguan gerak
c. Pemeriksaan laboratorium

12
Didapatkan adanya anemia, leukositopenia, trombositopenia, jumlah sel
T4 menurun bila T4 dibawah 200, fase AIDS normal 1000 – 2000
/mikrositter. Tes antibodi (ELISA) menunjukan positif terinfeksi.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan
secret
2. Hipertermi berhubungan dengan factor biologis
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
menyusu
4. Diare berhubungan dengan infeksi virus

3.3 Intervensi

N
o NOC NIC
dx
1 Setelah dilakukan keperawatan selama Manajemen Jalan Nafas
….x 24jam masalah keperawatan (3140)
ketidakefektifan bersihan jalan nafas - Memotivasi pasien utk
berhubungan dengan penumpukan batuk/menyedot lendir
secret dapat teratasi dengan kriteria - Mengajarkan batuk efektif
hasil : - Melakukan autkultasi suara
Status Pernafasan : Kepatenan nafas,catat area ventilasi yg
Jalan Nafas (0410) menurun atau tidak dan
Kode Indikator adanya suara tambahan
041012 Kemampuan untuk - Berikan asupan cairan
mengeluarkan sekret dengan menawarkan air
041019 Batuk
041020 Akumulasi sputum hangat dari pada dingin
- Memberikan obat yang
dapat meningkakan
efektifnya jalan nafas

13
(broncodilator)
2 Setelah dilakukan tindakan Pengaturan Suhu (3900)
keperawatan selama …x 24jam - Memonitor suhu dan warna
diharapkan masalah Hipertermi kulit paling tidak setiap 2 jam
berhubungan dengan factor biologis sekali
dapat teratasi dengan kriteria hasil : - Menyesuaikan suhu
Termoregulasi (0800) lingkungan pasian
Kode Indikator - Menggunakan pakaian dan
080010 Berkeringat saat panas selimut yang tidak tebal
080015 Melaporkan kenyamanan
- Memberikan kompres
suhu
080001 Peningkatan suhu kulit hangat
080019 Hipertermia - Memberikan obat
080007 Perubahan waarna kulit
080014 Dehidrasi antipiretik, sesuai kebutuhan

3 Setelah dilakukan ttindakan Manajemen Nutrisi (1100)


keperawatn selama …..x24 jam - Mengidetifikasi alergi atau
diharapkan masalah nutrisi kurang dari intoleransi makanan
kebutuhan bd ketidakmampuan - Memberikan makan tinggi
menyusu dapat teratasi dengan kriteria kalori dan protein
hasil : - Memonitor BB
Status nutrisi (1004) - Memotivasi anak untuk
Kode Indikator makan sampai habis
10041 Asupan gizi
100402 Asupan makanan
100408 Asupan cairan
100405 Rasio BB/TB

4 Setelah dilakukan tindakan Manajemen Diare (0460)


keperawatan selama …… x 24 jam - Mengobservasi dan catat
diharapkan masalah Diare berhubungan frekuensi,karakteristik,jumlah
dengan infeksi virus dapat teratasi serta faktor pencetus
dengan kriteria hasil : - Memberikan makanan

14
Eliminasi Usus (0501) dengan porsi kecil dan lebih
Kode Indikator sering serta tingkatkan porsi
050101 Pola eliminasi secara bertahap
050103 Warna feses
050104 Jumlah feses - Menganjurkan pasien
050105 Feses lembut dan menghindari makanan
berbentuk mengandung laktosa
050111 Diare
050128 Nyeri pada saat BAK - Memonitor tanda dan gejala
diare
- Memonitor tugor kulit
secara berkala

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Aids disebabkan oleh infeksi hiv(human immunodeficiency virus ) yang
dapat terinfeksi melalui hubungan seksual,darah atau produk darah yang
terinfeksi, pemakian jarum suntik ,dan dari ibu ke bayinya. Penatalaksanaan
penderita dengan aid meliputi pengobatan suportif, pengobatan infeksi
oportunistik dengan antibiotik, anti jamur, serta pengobatan ARV
(antiretroviral) Diagnosa infeksi aids bisa dilakukan dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

4.2 Saran
Masyarakat membutuhkan edukasi tentang bagaiman bahaya penyakit
hiv/aids sehingga menurunkan angka kepada bayi atau anak tehindar dari
penyakit aids mendapatkan perhatian dan dukungan bukan hanya pada anak
penderita odha tetapi kepada keluarga.

15
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, dkk. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Jakatra : EGC

Betz, Cecily L. 2002. Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Hasdianah & Dewi, Prima. 2014. Virologi Mengenal Virus, Penyakit, dan
Pencegahannya. Yogyakarta: Nuha Medika

Rampengan. 2007. Penyakt Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai