MINI RISET
DISUSUN OLEH :
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
Mini Riset Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah, dengan isi yang sangat
sederhana ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih, dan semoga makalah ini
memberikan banyak manfaat untuk kita semua.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah utama dalam upaya mengelola kelas adalah siswa itu sendiri. Artinya
pengelolaan kelas dilakukan tidak lain adalah untuk meningkatkan dan
mempertahankan gairah siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun
individual.
1.3 Tujuan
3
1.4 Manfaat
4
BAB II
PEMBAHASAN
NPSN : 10209935
Akreditasi :A
5
· Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Carol Weinstein
(1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia untuk berbagai aktivitas kelas di
sekolah menengah biasanya rata-rata 42 menit, waktu belajar tahunan biasanya
sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah dari waktu yang diwajibkan. Meskipun
angka ini hanya perkiraan, angka tersebut menunjukkan bahwa jam yang tersedia
untuk pembelajaran kurang dari yang seharusnya. Manajemen kelas yang efektif akan
membantu untuk memaksimalkan waktu pengajaran dan belajar.
6
b. Gaya tatap muka (face to face), murid saling mengahadap. Gangguan dari
murid-murid akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan
auditorial.
c. Gaya off-set, sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk
berhadapan langsung satu sama lain. gangguan dalam gaya ini lebih
sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan
pembelajaran kooperatif.
d. Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk disusunan
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama efektif
ketika anda ingin agar murid berbicara dengan anda atau bercakap-cakap
dengan anda.
e. Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya 4 sampai 8 anak) bekerja
dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivita
pembelajaran kolaboratif.
Personalisasi kelas
Menurut pakar kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas
sering kali mirip dengan kamar hotel, nyaman tetapi impersonal, tidak mengukapkan
apapun tentang orang yang menggunakan ruang itu. Untuk mempersonalisasikan
kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid
SD), dan ekspresi murid yang positif.
a. Gaya manajemen kelas otoritatif, berasal dari gaya parenting menurut Diana
Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang
cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerjasama dengan teman dan
menunjukkan perhargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif
akan mendorong murid untuk menjadi pemikir dan pelaku yang independen.
7
Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka.
b. Gaya manajemen kelas otoritarian, gaya yang restriktif dan punitif. Fokus
utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan
pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan
tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid dikelas yang
otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif kreativitas,
mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan memiliki
keterampilan komunikasi yang buruk.
c. Gaya manajemen kelas permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi
tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran
atau pengelolaan perilkau mereka. Murid di kelas permisif cenderung punya
keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.
8
2) Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
3) Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan
untuk mengontrol perilaku murid.
a. Kamera Hp
b. Notes
c. Pulpen
d. Permen (3 bungkus)
a. Wawancara
b. Pengamatan
Pengamatan berlangsung di dalam kelas selama satu jam setengah. Kelas yang
diobservasi ialah kelas II-A dan kelas II-B. Dalam pengamatan ini, kami mengamati
bagaimana penataan kelas, gaya manajemen kelas, aktivitas kelas secara efektif, dan
bagaimana guru dan murid berinteraksi.
29 orang murid kelas kelas II-A, 32 orang murid kelas kelas II-B.
9
HASIL OBSERVASI
Hasil penelitian yang kami dapat dari wawancara dengan guru kelas, bahwa
kemampuan yang dimiliki anak sd kelas II masih berada di tahap belajar membaca,
menulis dan melakukan perhitungan yang sederhana. Hampir seluruh murid di kelas
II ini masih mengeja dan tulisan mereka pun belum begitu rapi. Ibu guru juga
mengatakan bahwa dari total keseluruhan murid kelas II-A yaitu 29 orang, empat
orang diantara mereka merupakan calon yang tidak akan naik ke kelas selanjutnya.
Sedangkan guru pada kelas II-B mengatakan bahwa hanya ada satu orang murid yang
terancam tidak naik kelas. Menurut guru-guru tersebut, kelima murid tersebut tidak
memiliki kriteria untuk naik kelas. Kriteria murid yang dimaksud ialah minimal dapat
membaca dan menulis, namun kelima anak tersebut kurang dalam hal membaca dan
menulis sehingga terancam tidak naik kelas. Orang tua dari kelima murid tersebut
akan diminta datang dan diberi tahu mengenai anaknya masing-masing sebelum
ditentukan naik atau tidak ke tingkat yang lebih tinggi.
Pada satu ruang kelas digunakan untuk dua tingkat kelas SD yaitu kelas II dan
kelas III. Kelas yang kami amati ialah kelas II-A dan II-B. Kami mengamati gaya
penataan kelas, kedua kelas yang diamati menggunakan gaya klaster (cluster). Murid
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak. Dimana tidak ada perbedaan
yang diberikan, maksudnya ialah didalam satu kelompok belajar terdiri dari murid
perempuan dan laki-laki. Untuk personalisasi kelas, dinding ruang kelas sudah
dipenuhi dengan gambar-gambar seperti hewan, tumbuhan, foto presiden dan mantan
presiden, sayuran, media elektronik yang memberikan pengetahuan baru bagi para
murid. Dalam kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan dalam penataan kelas.
Susunan gaya klaster (cluster) efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.
10
Dalam gaya manajemen kelas, guru yang mengajar di kelas II-A ini lebih
mengarah ke gaya manajemen kelas otoritarian. Gaya manajemen kelas otoritarian
adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah cenderung menjaga
ketertiban di kelas. Gaya manajemen kelas otoritarian ini tidak dilaksanakan setiap
waktu, terkadang beliau juga melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan
menunjukkan perhatian kepada mereka. Bentuk perhatiannya seperti, beliau
memanggil murid nya satu persatu untuk diajari membaca dan juga mengajukan
pertanyaan dari yang dibaca murid. Sedangkan guru yang mengajar di kelas II-B
mengarah ke gaya manajemen kelas otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif tidak
berfokus menjaga ketertiban kelas tetapi pengajaran dan pembelajaran. Sama halnya
dengan guru yang otoritarian, guru otoritatif juga melibatkan murid dalam kerjasama
give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Gaya otoritatif akan
lebih bermanfaat bagi murid daripada gaya otoriter atau permisif. Gaya yang otoritatif
akan membantu murid menjadi pembelajar yang aktif dan mampu mengendalikan
diri.
2.8 EVALUASI
Berdasarkan dari hasil observasi diatas, sekitar lima murid terancam tidak
naik kelas karena belum mampu membaca dan menulis. Ruang kelas yang digunakan
bersama secara bergantian oleh kelas II dan III menyebabkan penataan kelas yang
sesuai sulit dilakukan.
Guru yang mengajar di kelas II-A ini mengarah ke gaya manajemen kelas
otoritarian membuat murid dikelas II-A ini cenderung pasif dan hanya belajar
menurut tuntunan guru. Mereka juga sering kali ragu untuk berdiskusi dengan teman
sebelahnya. Kelebihannya ialah suasana di kelas ini tidak begitu ribut dan cukup
disiplin.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
http://rocketmanajemen.com/manajemen-kelas/
Santrock. John W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media
Group.
13