Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

MINI RISET

DISUSUN OLEH :

Nama : 1. Luthfiya Nibroos Angkat (1173311070)


2. Maisyaroh (1173311081)
3. Mukti Kanaya Sidiq (1173311086)
4. Sella Widya Utami (1173311119)

Dosen : Drs. Robenhart Tamba M.Pd.


Mata Kuliah : Manajemen Berbasis Sekolah

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah
Mini Riset Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah, dengan isi yang sangat
sederhana ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


makalah yang penulis kerjakan ini. Oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun  demi kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih, dan semoga makalah ini
memberikan banyak manfaat untuk kita semua.

Medan, Mei 2020

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah utama dalam upaya mengelola kelas adalah siswa itu sendiri. Artinya
pengelolaan kelas dilakukan tidak lain adalah untuk meningkatkan dan
mempertahankan gairah siswa dalam belajar baik secara kelompok maupun
individual.

Guru sebagai manajer utama di kelas harus memahami bagaimana mengelola


kelas yang baik dan efektif. Peran seorang guru dalam pengelolaan kelas sangat
penting, khususnya dalam menciptakan suasana pembelajaran yang menarik.

Dalam lingkungan pendidikan, biasanya dikatakan bahwa tidak seorang pun


yang memerhatikan manajemen kelas (classroom) yang baik kecuali kelas menjadi
ruwet. Ketika kelas dikelola secara efektif, kelas akan berjalan lancar dan murid akan
aktif dalam pembelajaran. Ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi
kacau dan tidak menarik sebagai tempat belajar.

1.2 Rumusan masalah

a. Bagaimana profil atau gambaran umum SD Negeri 067690 ?


b. Bagaimana proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri 067690 ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui profil atau gambaran umum SD Negeri 067690.


b. Untuk mengetahui bagaimana proses manajemen kelas yang ada di SD Negeri
067690.
c. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan.

3
1.4 Manfaat

Manfaat bagi penulis yang di dapat dari penulisan ini adalah :

a. Menambah wawasan mengenai manajemen kelas.


b. Memberikan pengalaman tersendiri setelah melakukan observasi di SD Negeri
067690.
Manfaat bagi orang lain adalah:
a. Menambah wawasan bagi pembaca lain.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 IDENTITAS SEKOLAH

Nama Sekolah : SD Negeri 067690

NPSN : 10209935

Alamat : Jalan Karya Jaya No. 56 Kel. Pangkalan Mansyur, Medan

Akreditasi :A

Uang Sekolah : Dana Boss

Konsep E-learning : Power Point

2.2 LANDASAN TEORI

2.2.1 Pengertian Manajemen Sekolah

Menurut Ahmad Sulaiman (1995), manajemen sekolah adalah segala usaha


yang diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar mengajar yang efektif dan
menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai
kemampuan.

Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (1988) dalam buku Pengelolaan


Kelas dan Siswa, menyebutkan bahwa manajemen kelas adalah usaha yang dilakukan
guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.

2.2.2 Tujuan Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah yang efektif mempunyai dua tujuan, yakni :

5
· Membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan
mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan. Carol Weinstein
(1997) mendeskripsikan jumlah waktu yang tersedia untuk berbagai aktivitas kelas di
sekolah menengah biasanya rata-rata 42 menit, waktu belajar tahunan biasanya
sekitar 62 jam, yang kira-kira hanya setengah dari waktu yang diwajibkan. Meskipun
angka ini hanya perkiraan, angka tersebut menunjukkan bahwa jam yang tersedia
untuk pembelajaran kurang dari yang seharusnya. Manajemen kelas yang efektif akan
membantu untuk memaksimalkan waktu pengajaran dan belajar.

· Mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional. Kelas yang


dikelola dengan baik akan membuat murid sibuk dengan tugas yang menantang dan
memberikan aktivitas dimana murid menjadi kerap terserap kedalamnya dan
termotivasi untuk belajar serta memahami aturan dan regulasi yang seharusnya
dipatuhi. Dalam kelas seperti itu, kemungkinan murid mengalami masalah emosional
dan akademik kecil.

2.2.3 Mendesain Lingkungan Fisik Sekolah

2.2.3.1 Prinsip penataan sekolah

a. Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang


b. Pastikan bahwa anda dapat dengan mudah melihat semua murid
c. Materi pelajaran dan perlengkapan murid harus mudah di akses
d. Pastikan murid dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas

2.2.3.2 Gaya penataan

 Penataan sekolah standar

a. Gaya auditorium, semua murid duduk menghadap guru. Penataan ini


membatasi murid tatap muka dan guru bebas bergerak ke mana saja. Gaya
auditorium sering kali dipakai ketika guru mengajar atau seseorang
memberi presentasi di kelas.

6
b. Gaya tatap muka (face to face), murid saling mengahadap. Gangguan dari
murid-murid akan lebih besar pada susunan ini ketimbang pada susunan
auditorial.
c. Gaya off-set, sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk
berhadapan langsung satu sama lain. gangguan dalam gaya ini lebih
sedikit ketimbang gaya tatap muka dan efektif untuk kegiatan
pembelajaran kooperatif.
d. Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk disusunan
berbentuk lingkaran, atau persegi, atau bentuk U. Ini terutama efektif
ketika anda ingin agar murid berbicara dengan anda atau bercakap-cakap
dengan anda.
e. Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (biasanya 4 sampai 8 anak) bekerja
dalam kelompok kecil. Susunan ini terutama efektif untuk aktivita
pembelajaran kolaboratif.

 Personalisasi kelas

Menurut pakar kelas Carol Weinstein dan Andrew Mignano (1997), kelas
sering kali mirip dengan kamar hotel, nyaman tetapi impersonal, tidak mengukapkan
apapun tentang orang yang menggunakan ruang itu. Untuk mempersonalisasikan
kelas, pasang foto murid, karya seni, tugas, diagram tanggal lahir murid (untuk murid
SD), dan ekspresi murid yang positif.

2.2.4 Menciptakan Lingkungan Yang Positif Untuk Pembelajaran

2.2.4.1 Gaya manjemen sekolah

a. Gaya manajemen kelas otoritatif, berasal dari gaya parenting menurut Diana
Baumrind (1971, 1996). Guru yang otoritatif akan mempunyai murid yang
cenderung mandiri, tidak cepat puas, mau bekerjasama dengan teman dan
menunjukkan perhargaan diri yang tinggi. Strategi manajemen kelas otoritatif
akan mendorong murid untuk menjadi pemikir dan pelaku yang independen.

7
Guru yang otoritatif melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan
menunjukkan sikap perhatian kepada mereka.
b. Gaya manajemen kelas otoritarian, gaya yang restriktif dan punitif. Fokus
utamanya adalah menjaga ketertiban di kelas, bukan pada pengajaran dan
pembelajaran. Guru otoriter sangat mengekang dan mengontrol murid dan
tidak banyak melakukan percakapan dengan mereka. Murid dikelas yang
otoritarian ini cenderung pasif, tidak mau membuat inisiatif kreativitas,
mengekspresikan kekhawatiran tentang perbandingan sosial, dan memiliki
keterampilan komunikasi yang buruk.
c. Gaya manajemen kelas permisif, memberi banyak otonomi pada murid tapi
tidak memberi banyak dukungan untuk pengembangan keahlian pembelajaran
atau pengelolaan perilkau mereka. Murid di kelas permisif cenderung punya
keahlian akademik yang tidak memadai dan kontrol diri yang rendah.

2.2.4.2 Mengelola aktivitas sekolah secara efektif

Manajer sekolah yang efektif :

a. Menunjukkan seberapa jauh murid “mengikuti”.


b. Atasi situasi tumpang-tindih secara efektif.
c. Menjaga kelancaran dan kontinuitas pelajaran.
d. Libatkan murid dalam berbagai aktivitas yang menantang.

2.2.4.3 Mengajak murid bekerjasama

Ada tiga strategi untuk mengajak murid bekerjasama dengan guru.

a. Menjalin hubungan positif dengan murid.


b. Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab.
c. Beri hadiah terhadap perilaku yang tepat.
1) Memilih penguatan yang efektif.

8
2) Gunakan prompts dan shaping secara efektif.
3) Gunakan hadiah untuk memberi informasi tentang penguasaan, bukan
untuk mengontrol perilaku murid.

2.3 ALAT dan BAHAN OBSERVASI

a. Kamera Hp
b. Notes
c. Pulpen
d. Permen (3 bungkus)

2.4 METODE OBSERVASI

Metode yang digunakan dalam observasi ini adalah:

a. Wawancara

Kami melakukan wawancara dengan guru dalam masing-masing kelas.


Pertanyaan yang kami lontarkan adalah mengenai jumlah murid dalam satu kelas, apa
saja yang diajarkan guru serta kemampuan kognitif para murid.

b. Pengamatan

Pengamatan berlangsung di dalam kelas selama satu jam setengah. Kelas yang
diobservasi ialah kelas II-A dan kelas II-B. Dalam pengamatan ini, kami mengamati
bagaimana penataan kelas, gaya manajemen kelas, aktivitas kelas secara efektif, dan
bagaimana guru dan murid berinteraksi.

2.5 SUBJEK PENELITIAN

29 orang murid kelas kelas II-A, 32 orang murid kelas kelas II-B.

2.6 JADWAL PELAKSANAAN OBSERVASI

Berikut merupakan susunan pelaksanaan kegiatan observasi.

9
HASIL OBSERVASI

2.7.1 Hasil Wawancara

Hasil penelitian yang kami dapat dari wawancara dengan guru kelas, bahwa
kemampuan yang dimiliki anak sd kelas II masih berada di tahap belajar membaca,
menulis dan melakukan perhitungan yang sederhana. Hampir seluruh murid di kelas
II ini masih mengeja dan tulisan mereka pun belum begitu rapi. Ibu guru juga
mengatakan bahwa dari total keseluruhan murid kelas II-A yaitu 29 orang, empat
orang diantara mereka merupakan calon yang tidak akan naik ke kelas selanjutnya.
Sedangkan guru pada kelas II-B mengatakan bahwa hanya ada satu orang murid yang
terancam tidak naik kelas. Menurut guru-guru tersebut, kelima murid tersebut tidak
memiliki kriteria untuk naik kelas. Kriteria murid yang dimaksud ialah minimal dapat
membaca dan menulis, namun kelima anak tersebut kurang dalam hal membaca dan
menulis sehingga terancam tidak naik kelas. Orang tua dari kelima murid tersebut
akan diminta datang dan diberi tahu mengenai anaknya masing-masing sebelum
ditentukan naik atau tidak ke tingkat yang lebih tinggi.

2.7.2 Hasil Pengamatan

Pada satu ruang kelas digunakan untuk dua tingkat kelas SD yaitu kelas II dan
kelas III. Kelas yang kami amati ialah kelas II-A dan II-B. Kami mengamati gaya
penataan kelas, kedua kelas yang diamati menggunakan gaya klaster (cluster). Murid
belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 6 anak. Dimana tidak ada perbedaan
yang diberikan, maksudnya ialah didalam satu kelompok belajar terdiri dari murid
perempuan dan laki-laki. Untuk personalisasi kelas, dinding ruang kelas sudah
dipenuhi dengan gambar-gambar seperti hewan, tumbuhan, foto presiden dan mantan
presiden, sayuran, media elektronik yang memberikan pengetahuan baru bagi para
murid. Dalam kedua kelas tersebut tidak ada perbedaan dalam penataan kelas.
Susunan gaya klaster (cluster) efektif untuk aktivitas pembelajaran kolaboratif.

10
Dalam gaya manajemen kelas, guru yang mengajar di kelas II-A ini lebih
mengarah ke gaya manajemen kelas otoritarian. Gaya manajemen kelas otoritarian
adalah gaya yang restriktif dan punitif. Fokus utamanya adalah cenderung menjaga
ketertiban di kelas. Gaya manajemen kelas otoritarian ini tidak dilaksanakan setiap
waktu, terkadang beliau juga melibatkan murid dalam kerjasama give-and-take dan
menunjukkan perhatian kepada mereka. Bentuk perhatiannya seperti, beliau
memanggil murid nya satu persatu untuk diajari membaca dan juga mengajukan
pertanyaan dari yang dibaca murid. Sedangkan guru yang mengajar di kelas II-B
mengarah ke gaya manajemen kelas otoritatif. Gaya manajemen kelas otoritatif tidak
berfokus menjaga ketertiban kelas tetapi pengajaran dan pembelajaran. Sama halnya
dengan guru yang otoritarian, guru otoritatif juga melibatkan murid dalam kerjasama
give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Gaya otoritatif akan
lebih bermanfaat bagi murid daripada gaya otoriter atau permisif. Gaya yang otoritatif
akan membantu murid menjadi pembelajar yang aktif dan mampu mengendalikan
diri.

2.8 EVALUASI

Berdasarkan dari hasil observasi diatas, sekitar lima murid terancam tidak
naik kelas karena belum mampu membaca dan menulis. Ruang kelas yang digunakan
bersama secara bergantian oleh kelas II dan III menyebabkan penataan kelas yang
sesuai sulit dilakukan.

Guru yang mengajar di kelas II-A ini mengarah ke gaya manajemen kelas
otoritarian membuat murid dikelas II-A ini cenderung pasif dan hanya belajar
menurut tuntunan guru. Mereka juga sering kali ragu untuk berdiskusi dengan teman
sebelahnya. Kelebihannya ialah suasana di kelas ini tidak begitu ribut dan cukup
disiplin.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan dan uraian yang telah disajikan, maka berikut


dikemukakan kesimpulan observasi bahwa proses pembelajaran di Kelas II-A dan II-
B SD NEGERI 067690 berjalan dengan efektif dan kondusif. Hal ini dikarenakan
guru selalu mempertimbangkan metode, model atau strategi yang tepat digunakan
untuk suatu materi pelajaran didalam proses belajar mengajar di kelas. Sehingga
peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran. Manajemen kelas
juga sudah tersusun dengan baik, baik dalam tempat duduk maupun hubungan antara
siswa/i yang duduk berkelompok dalam proses belajar mengajar.

3.2 SARAN

Dari analisis observasi, kami kelompok 7 mempunyai beberapa saran untuk


SD Negeri 067690 Medan Johor khusus nya yang kami lakukan di kelas II-A dan II-
B. Semoga saran ini dapat bermanfaat bagi kelangsungan belajar mengajar di SD
Negeri 067690 :

1) Sebaiknya SD lebih menciptakan lingkungan yang kondusif sehingga murid-


murid nyaman dan senang dalam belajar.
2) Adanya hubungan baik antara guru dan wali murid.
3) Lebih bisa disiplin waktu dan bisa mengatur waktu yang efektif sehingga
pembelajaran berjalan baik.
4) Pengelolaan yang baik perlu di tingkatkan agar tetap terjaga kualitas dan
kuantitasnya.
5) Lebih melengkapi fasilitas dan sarana prasarana pembelajaran sehingga bisa
memperlancar proses pembelajaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

http://rocketmanajemen.com/manajemen-kelas/
Santrock. John W. 2007. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Prenada Media
Group.

13

Anda mungkin juga menyukai