Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN DAN KLASIFIKASI MEDIA PEMBELAJARAN

1.1 Metode Silent Way

Metode Silent Way merupakan sebuah metode pembelajaran diam,

kognitif, agen wali atau perantara aktif yang dapat membangun sendiri. Metode

cara diam ini didasarkan bahwa pelajar dapat memahami pembelajarannya sendiri.

Pada proses pembelajarannya guru hanya menunjuk, siswa melafalkan secara

benar. Hal ini dilakukan untuk dapat merespon siswa. Metode ini dirasakan

kurang efektif ketika siswa hanya dihadapkan pada situasi dan lingkungan yang

digunakan untuk mendorong siswa agar bisa mencoba-coba dan memfasilitasi

pembelajaran. Terlebih ketika penjelasan, koreksi dan pemberian model sangat

minim dalam metode ini.

Ketidak efektifan akan lebih terasa ketika diterapkan pada siswa kelas

dasar. Teori metode ini merujuk pada ide dasar bahwa belajar sangat bergantung

pada diri (self) seseorang. Diri tersebut mulai berfungsi pada waktu manusia

diciptakan dalam kandungan, dimana sumber awal tenaganya adalah DNA. Diri

menerima masukan-masukan dari luar dan megolahnya sehingga menjadi bagian

dari diri itu sendiri. (Taufik, 2016: 18). Konsep teori dasar metode ini

mengembangkan siswa untuk belajar mandiri tapi tetap tidak terlepas dari

menerima masukan-masukan dari luar, konsep dasar ini seakan kontradiktif

dengan diterapkannya peran guru yang lebih banyak diam dan hanya minimalis

dalam memfasilitasi proses pembelajaran.

1
2

Paradigma metode pembelajaran sillent way ini terletak pada

perkembangan kognifit siswa yang mengacu kepada teori Piaget (1963) yang

mana berfokus pada bagaimana perkembangan bahasa berpengaruh terhadap

proses berpikir. Konsep berpikir teori piaget ini didasarkan pada perkembangan

kognitif berdasarkan tahapan usia. Maka dari itu meskipun dalam ruang kelas

pembelajaran pada umumnya siswa berada dalam rentang usia yang sama, namun

tidak bisa menyamaratakan kemampuan para siswa dalam menyerap suatu materi

pembelajaran. Hal tersebut juga didukung oleh pandangan Piaget sendiri bahwa

seorang anak akan mencari keseimbangan antara struktur pengetahuan yang sudah

dimilikinya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya melalui asimilasi dan

akomodasi (Huda, 2014: 43).

Berdasarkan pemahaman materi terkat metode sillent way yang saya

rangkum selama proses perkuliahan bahwa metode ini bisa lebih efektif berjalan

untuk diterapkan pada proses pembelajaran selama didalamnya dilakukan juga

pendekatan struktural dan leksikal. Pentingnya pendekatan struktural dalam

penerapan metode sillent way ini, karena proses banyak diamnya guru dalam

metode ini membutuhkan peran aktif siswa yang lebih dominan sehingga perlu

kemampuan siswa untuk aktif menganalisis setiap objek materi ajar yang

dipelajar. Hal ini sejalan dengan pandangan metode struktural menurut Riswandi

dan Kusmini (2018: 94) bahwa salah satu konsepsi dan kriteria pendekatan

struktural yaitu adanya analisis yang objektif sehingga perlu pengkajiaan atau

penelitian di setiap unsur yang dikaji selama proses pembelajaran. Pendekatan

strutkrual pun akan terasa lebih efektif diterapkan dalam metode Sillent Way
3

terlebih ketika materi ajarnya berupa materi bahasa atau linguistik yang

memerlukan kajian lebih mendalam terkait pemahaman kaidah bahasa atau karya

sastra yang dipelajarinya.

Sementara untuk kecocokan penambahan pendekatan klasikal dalam

metode sillent way ini yaitu untuk mendukung bahwa penerapan metode sillent

way yang dominan aktif siswa sehingga lebih diutamakan konsep belajar berada

di dalam kelas jangan diluar kelas yang sulit untuk dikontrol oleh sepasang mata

guru dalam proses penerapan metode ini. Selain itu juga penerapan pendekatan

klasikal ini juga menerapkan adanya pengelolaan kelas dan pengelolaan

pembelajaran (Dimyati dan Mudjiono, 2016: 69). Sehingga meskipun peran guru

dalam metode sillent way ini relatif lebih banyak diam, namun guru tetap harus

bisa mengelola ruang belajar baik secara fisikal (tata ruang dan letak) maupun

secara suasana belajarnya yang tentunya diterapkan dalam pengelolaan

pembelajaran. Jadi meskipun dalam pemberian materi lebih minimalis namun

tetap dengan menjaga kesiapan dan kenyaman suasana belajar sehingga lebih

mendorong peran aktif siswa untuk lebih dominan dalam mengembangkan daya

pikir mereka.

1.2 Metode Suggestopedia

Sugetopedia merupakan metode yang didasarkan pada tiga asumsi.

Pertama, belajar itu melibatkan fungsi otak manusia, baik secara sadar ataupun
4

dibawah sadar. Kedua, pembelajar mampu belajar lebih cepat dari metode-metode

lain. Ketiga, Kegiatan belajar mengajar dapat terhambat oleh beberapa faktor,

yakni (1) norma-norma umum yang berlaku di tengah masyarakat, (2) suasana

yang terlalu kaku, kurang santai, dan (3) potensi pembelajar yang kurang

diberdayakan oleh guru (Taufik, 2016: 19).

Metode ini dicetuskan oleh seorang psikiatri Bulgaria yang bernama

George Lozanov. George Losanov percaya bahwa dalam proses pembelajaran ada

kendala psikologi. Suggestopedia merupakan aplikasi sugesti dalam pedagogi

dimana perasaan pebelajar mengalami kegagalan dapat dihilangkan. Menurut saya

metode ini melibatkan kendala psikologi para siswa, jadi bagaimana peran guru

dalam mengontrol psikologi siswa sangat diperlukan dalam penerapan metode ini.

Peran guru dalam menata kelas dan suasana yang nyaman agar konsep

ketenangan psikologi siswa benar terwujud perlu disiasati dengan lebih cermat

seperti contohnya dengan mengaplikasikan pemutaran musik klasik yang

kemudian mengarahkan pebelajar untuk rileks dengan cara menarik nafas

panjang. Selanjutnya guru mengajak pebelajar berimajinasi tentang materi yang

sedang dipelajari.

Namun perlu di pahami juga kalau terkati psikologi anak alangkah lebih

baiknya kalau sebelum penerapan metode sugestopedia ini, guru lebih mengenal

kejiwaan siswanya sendiri karena dikhawatirkan dari diri siswa ada bekas

traumatis yang terpendam sehingga khawatir akan muncul kembali ketika

diterapkan dengan pendekatan yang kurang tepat dalam aplikasi metode ini.
5

Metode Sugestopedia mempunyai tujuan agar peserta didik mampu

bercakap-cakap tingkat tinggi. Tujuan utama bukan sekedar penghafalan dan

pemerolehan kebiasaan, tetapi tindakan komunikasi. Karena kegiatan belajar

meliputi peniruan, tanya jawab, dan bermain peran, maka peserta didik diharapkan

bisa metoleransi dan menerima perlakuan seperti kanak-kanak (infantilization).

Keragaman aktivitas siswa dalam konsep metode pembelajaran ini tentunya

melibatkan unsur psikomotorik para siswa sehingga guru juga harus

mempertimbangkan teknik apa yang pas untuk dipadukan dalam metode

suggestopedia ini agar selain materi yang di dapat dalam unsur kognitif siswa juga

aspek psikomotorik siswa pun diperoleh selama pelaksanaan pembelajaran.

Keterlibatan aspek psikomotrik disamping aspek kognitif dalam metode

suggestopedia ini karena dalam metode ini ada gerakan yang melibatkan alam

bawah sadar para siswa yang tetunya sejalan dengan tahapan dari keterampilan

psikomotorik seperti gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan terampil dan

berkomunikasi nondiskursif (Mardapi, 2003). Maka dari itu penerapan metode

suggestopedia ini baiknya dibarengi dengan beberapa teknik yang tentunya

disesuaikan juga dengan materi yang diajarkannya. Beberapa teknik pembelajaran

yang bisa diterapkan dalam metode Suggestopedia diantaranya sebagai berikut

(Taufik, 2016):

1. Classroom Set-up

2. Role-Play

3. Peripheral Learning

4. First Concert
6

5. Positive Suggestion

6. Second Concert

7. Visualization

8. Primary Activation

9. Choose a New Identity

10. Secondary Activation

Beberapa teknik-teknik pembelajaran di atas tentunya harus bisa guru

pahami dan seleksi juga agar bisa dengan pas disesuaikan dengan metode

suggestopedia yang diterapkan dengan bertumpu kepada materi dan tentunya

karakteristik siswa yang diajar. Sehingga aspek psikologis utama yang ada dalam

metode tersebut tidak menjadi bias namun tetap bisa terkendali oleh peran guru

yang maksimal.

Penutup

Berdasarkan materi daring yang dipaparkan dalam perkuliahan terkait

metode silent way dan suggestopedia yang tentunya mempunyai peran dan tujuan

yang hampir sama terutama ketika dilibatkan dalam pembelajaran bahasa yang

tentunya sama-sama menerapkan disiplin linguistik, psikologi dan ilmu

pendidikan. Namun, tentunya keterlibatan metode-metode di atas tidak akan

berjalan maksimal dan memberikan pengaruh yang baik bagi para peserta didik

apabila tidak dibarengi dengan modal pengetahuan yang mumpuni dari para guru

serta kepedulian para guru untuk terus mencari dan meramu beragam pendekatan
7

atau media lainnya yang bisa dipadupadankan dengan metode-metode

pembelajaran tersebut agar lebih maksimal.

Bagaimana cara guru mensiasati ketika harus lebih dominan diam di

penerapan metode sillent way atau bagaimana guru harus bisa mengkondisikan

psikologis siswa ketika penerapan metode suggestopedia, tentunya hal-hal

tersebut harus lebih dipersiapkan terlebih dahulu sebelum terjun dalam penerapan

metode pembelajaran tersebut, sehingga pada akhirnya bisa memberikan hasil

yang lebih maksimal ketika implementasi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. (2016). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineke
Cipta.

Huda. (2014). Model-Model Pengajaran dan Pemelajaran: Isu-Isu Metodis dan


Pragmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mardapi. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Piaget. (1963). The Origins of Intelligence in Children. New York: W.W. Norton
and Company.

Riswandi dan Kusmini (2018). Kamar Prosa. Tasikmalaya: Langgam Pustaka.

Taufik. (2016). Pembelajaran Bahasa Arab MI. Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press.

Anda mungkin juga menyukai