Perdagangan dan investasi internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat selama
dua puluh lima tahun terakhir. Hal ini menimbulkan permasalahan baru yaitu pelaporan dan
akuntansi dengan standard internasional, yang menjadi pokok bahasan dalam bagian ini.
SFAS 8
Seperti standard sebelumnya, SFAS 8 berorientasi US dollar. Metode yang digunakan adalah
metode temporal, yaitu:
- Rekening-rekening neraca yang dicatat dengan nilai tukar current atau future,
ditranslasi dengan menggunakan kurs current (contoh: aktiva dan kewajiban moneter,
persediaan pada harga pasar, dan investasi pada harga pasar). Sedangkan rekening-
rekening neraca yang dicatat dengan harga historis ditranslasi dengan menggunakan
kurs saat perolehan dilakukan (contoh: aktiva tetap).
- Rekening-rekening laporan dengan menggunakan laba rugi ditranslasi dengan
menggunakan kurs rata-rata periode pelaporan, kecuali rekening yang berkaitan
dengan neraca yang ditranslasi dengan kurs saat perolehan. Untuk rekening tersebut
ditranslasi dengan menggunakan kurs historis.
- Selisih kurs dilaporkan tiap periode dalam laporan laba rugi sebagai keuntungan atau
kerugian nilai tukar
Berdasarkan uraian tersebut bisa dinyatakan SFAS 8 sesuai dengan konsep biaya
historis. Namun akibatnya jumlah yang dilaporkan oleh SFAS 8 ini tidak mencerminkan
pengaruh ekonomi yang dialami operasi asing.
Sejumlah penelitian tentang penerapan SFAS 8 ini dilakukan. Satu-satunya aspek yang
ditemukan dan memiliki pengaruh, berkaitan dengan resiko nilai tukar dan kebijakan
manajemen, adalah eksposur lindung nilai mata uang asing. Terdapat dua eksposur, yaitu
eksposur akuntansi – eksposur laba atua rugi pertukaran yang dihasilkan translasi laporan
keuangan bermata uang asing ke dalam amta uang dollar, dan eksposur ekonomis – eksposur
perubahan arus arus kas yang dihasilkan dari kesepakatan transaksi dan komitmen asing yang
ditentukan sebelumnya. Eksposur akuntansi menimbulkan konsekuensi ekonomi, yaitu tidak
ada arus keuntungan atau kerugian berupa kas dalam rangka mengurangi pengaruh translasi
terhadap laba. Sedangkan eksposur ekonomis secara langsung berpengaruh terhadap laporan
arus kas konsolidasian.
Penelitian membuktikan banyak perusahaan multinasional yang melakukan aktivitas
lindung nilai untuk menghindari eksposur akuntansi. Ironinya, banyak dari perusahaan
tersebut mempertaruhkan sumber daya kas untuk melindungi eksposur non-kas (aksposur
akuntansi) yang akhirnya menimbulkan eksposur ekonomis (yang sebenarnya).
SFAS 52
Sehubungan dengan konsekuensi ekonomi yang disebabkan SFAS 8 yaitu, timbulnya
keuntungan atau kerugian yang dari sisi ekonomi sebenarnya tidak terjadi, FSAB memutuskan
untuk mempertimbangkan kembali penerapan SFAS 8 dan diterbitkanlah SFAS 52.
SFAS 52 mengadopsi orientasi mata uang fungsional – mat uang primer anak
perusahaan yaitu mata uang yang banyak diterima dan dibayarkan oleh anak perusahaan.
Dengan mengadopsi mata uang fungsional ini, laba bersih anak perusahaan diukur dengan
mata uang asing dan dinyatakan dalam dollar dengan kurs rata-rata periode bersangkutan.
Semua rekening neraca ditranslasi dengan kurs akhir periode. Penyesuaian yang terjadi akibat
translasi dimasukkan sebagai komponen akuitas pemilik. Hal ini menyebabkan terjadinya
kondisi non-artikulasi (masalah comprehensive income ini baru diatur dalam SFAS 130).
Aturan ini dirancang dengan tujuan untuk menghindari pelaporan (1) keuntungan atau
kerugian akuntansi akibat pertukaran, pada kondisi keuntungan atau kerugian ekonomis
sebenarnya tidak terjadi, dan (2) operasi dengan mata uang asing seolah-olah operasi
perusahaan berlansung di AS.
Bartov menemukan adanya korelasi positif yang signifikan antara penyesuaian
translasi mata uang dengan perubahan harga saham untuk perusahaan yang menerapkan mata
uang asing sebagai mata uang fungsional, dan tidak untuk perusahaan yang menerapkan mata
uang dolar sebagai mata uang fungsional.
Kunci utama SFAS 52 berkaitan dengan penetapan mata uang fungsional. FSAB
menyatkan jika satu operasi perusahaan relatif merupakan operasi terpisah dan terintegrasi
dengan satu negara secara khusus, maka yang dinyatakan sebagai mata uang fungsional adalah
mata uang negara yang bersangkutan. Untuk itu SFAS 52 menyediakan enam pedoman (faktor
ekonomis) untuk menentukan mata uang fungsional yang layak diterapkan, yang telah diteliti
FSAB oleh Evans dan Douprik, yaitu:
1. Indikasi arus kas, yaitu dilihat dari arus kas yang berkaitan dengan aktiva dan
kewajiban entitas. Jika secara umum berasal dari mata uang asing, maka mata uang
fungsionalnya mata uang asing. Jika langsung dari arus kas perusahaan induk, maka
mata uang fungsionalnya mata uang induk.
2. Indikasi harga jual, yaitu dilihat dari harga jual. Jika harga jual produk dalam jangka
pendek ditentukan oleh persaingan lokal atau peraturan pemerintah setempat, maka
mata uang fungsionalnya mata uang asing. Jika dipengaruhi oleh perubahan kurs mata
uang misalnya karena persaingan global maka mata uang fungsionalnya mata uang
induk.
3. Indikasi pangsa pasar penjualan, yaitu dilihat dari pangsa pasar. Jika penjualan lokal
lebih mendominasi, maka mata uang fungsionalnya mata uang asing. Jika penjualan di
negara induk lebih mendominasi atau kontrak penjualan lebih banyak ditetapkan
dengan mata uang induk, maka mata uang fungsionalnya mata uang induk.
4. Indikasi beban, dilihat dari biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lainnya yang
terjadi. Jika didominasi oleh komponen lokal, maka mata uang fungsionalnya mata
uang asing. Jika didominasi oleh komponen negara induk, mata uang fungsionalnya
mata uang induk.
5. Indikasi pendanaan, dilihat dan pendanaan dan kemampuan penyediaan dana. Jika
pendanaan didominasi mata uang asing dan perusahaan memiliki kemampuan untuk
menyediakan sendiri dana untuk operasi, maka mata uang funsionalnya mata uang
asing. Jika sebaliknya dan membutuhkan induk untuk memberikan tambahan dana,
maka mata uang fungsionalnya mata uang induk.
6. Indikasi transaksi dan perjanjian antar perusahaan, dilihat dari volume transaksi antar
perusahaan. Jika volumenya rendah, maka mata uang fungsionalnya mata uang asing.
Jika tinggi, maka mata uang fungsionalnya mata uang induk.
Penelitian menyatakan enam pedoman tersebut bisa digunakan. Pedoman yang banyak
digunakan adalah pedoman satu sampai empat. Lebih jauh, responden menyatakan SFAS 52
bisa digunakan dengan baik tanpa ada kesulitan berarti.
SFAS 52 tidak berlaku bagi perusahaan perusahaan yang merupakan cabang dari AS
(sebagai induk). Proses remeasurement atau pendekatan SFAS 8 akan diberlakukan bagi
perusahaan tersebut, yaitu mata uang fungsionalnya dolar AS (meskipun operasi sehari-hari
menggunakan mata uang asing) dan dilakukan konversi pencatatan akuntansi berdasarkan
standard akuntansi AS, sehingga keuntungan atau kerugian penyesuaian akibat translasi
dilaporkan dalam laporan rugi laba. Aturan reasurement, yang merupakan contoh dari
keseragaman finite, tampaknya tidak konsisten dengan SAFS 52. namun hal tersebut tidak
terjadi karena dengan dasar teori mata uang fungsional, yaitu anak perusahaan beroperasi
secara terpisah dan pengaruh translasi mata uang baik bagi sisi anak maupun induk mata
perusahaan baru akan diakui sampai pertukaran kas terjadi. Dasar teori tersebut menjdadi
gugur dengan asumsi jika mata uang fungsionalnya adalah dolar AS, maka anak perusahaan
tersebut tidak lain merupakan cabang perusahaan induknya (AS) yang tidak beroperasi secara
terpisah.
Jika tidak terjadi ketidakstabilan mata uang asing sebagai mata uang fungsional, yang
disebabkan inflasi lebih tinggi dubandingkan mata uang translasian dan disebut sebagai
masalah disappearing assets, FASB menyatakan kondisi demikian mata uang fungsional yang
digunakan adalah dolar AS, atau dengan kata lain pendekatan SFAS 8 digunakan dan aktiva
tetap ditranslasi dengan kurs historis.
Model Kontinental
Negara-negara yang termasuk ke dalam kelompok ini pun memiliki karakteristik khusus, yaitu
rendahnya peranan profesi akuntansi, pengaruh permerintah atas pengaturan standard
akuntansi yang besar, sumber pendanaan utama adalah bank, dan penekanan keutamaan
laporan keuangan bagi investor. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah Perancis, Jerman,
Jepang, dan negara-negara Sovyet.
Negara Profil Umum Akuntansi
Perancis - Akuntansi Perancis yang disebut Plan Comtable General,
menerapkansistem akuntansi yang sedikit lagi mendekati keseragaman
nasional, yaitu keseragaman bagan perkiraan, penjelasan istilah teknis,
dan penjelasan debit dan kredit akun. Plan ini mulai diterapkan tahun
1957, dan selanjutnya mengalami revisi 1957 (pengaruh Uni Eropa)
dan pengembangan tahun 1986 (tujuh arahan pengkonsolidasian
laporan keuangan). Sebagai tambahan, praktik akuntansi di Perancis
dipengaruhi oleh peraturan pajak Code de Commerce.
- Kebijakan akuntansi nyaris seluruhnya bersumber dari pemerintah dan
baru-baru ini dari Uni Eropa. Hal ini terjadi karena lemahnya peranan
profesi akuntansi dan pasar modal Paris Bourse.
Jerman - Bank memegang peranan sebagai penyedia modal utama.
- Aktivitas profesi akuntansi lebih ditekankan pada fungsi auditing.
- Tidak terdapat standard dan GAAP beraroma AS dan Inggris. Sejak
adanya Fourth dan Seventh Directives dari Uni Eropa, hal tersebut
mulai berubah dan praktik akuntansi mulai berkiblat ke anglo-amerika.
Contohnya banyak perusahaan Jeman yang menampilkan laba segmen
dan angka investasi kapital, dipublikasikannya laporan arus kas
meskipun tidak diwajibkan, dan telah dilakukan usaha untuk tidak
menggunakan prinsip penilaian konservatif dalam laporan keuangan
konsolidasian.
Jepang - Pemerintah mendominasi penetapan standard akuntansi, yang awalnya
mengadopsi model Perancis dan Jerman. Pengaruh peraturan
perpajakan terhadap kebijakan akuntansi yang sangat besar.
- Pendanaan utama bersumber dari perbankan (kreditur). Oleh karena
itu, neraca laporan yang lebih penting dibandingkan laporan laba rugi.
- Pengaruh Amerika terlihat pada peraturan sekuritasnya, yang
didasarkan atas Secuiritas Acts 1933 dan Secuiritas and Exchange
Acts 1934. pengaruh anglo-amerika semakin kuat didorong oleh
Mentri Keuangan.
Pendekatan Keterangan
Macroeconomic Akuntansi sektor swasta sangat terkait dengan kebijakan ekonomi
Pattern nasional (contohnya Swedia). Meskipun kontinental pengaruh
permerintah sangat kuat, tidak berarti kelompok tersebut cocok dengan
pendekatan ini.
Microeconomic Akuntansi dipandang aspek ekonomi manajerial dan merupakan
Pattern keputusan intern perusahaan. Konsep pemeliharaan modal dipandang
sebagai aspek yang tidak penting. Contohnya Belanda.
Independent Akuntansi adalah fungsi yang melayani bisnis yang dikembangkan
Discipline sesuai dengan kebutuhan bisnis dan pengguna laporan keuangan
Approach (independent discipline approach). Peranan profesi akuntansi sangat
besar. Berdasarkan pendekatan ini, negara anglo-amerika khususnya
AS dan Inggris dengan konsep true dan fair adalah contoh dari
pendekatan ini.
Uniform Terdapat beberapa konsepsi pendekatan ini, antara lain adalah
Accounting pendekatan teknis dan pendekatan ekonomis. Pendekatan teknis
Approach dutujukan untuk meminimisasi teori keagenan dan menyajikan
informasi dengan tingkat daya banding yang tinggi (contohnya
keseragaman rigid dan finite). Pendekatan ekonomis memandang
akuntansi sebagai alat pengendalin dan administratif untuk kebijakan
ekonomi nasional (lebih dari sekedar pendekatan makro ekonomi).
Contoh dari pendekatan ekonomis ini adalah yang diaplikasikan oleh
Nazi.
IASC
IASC dibentuk pada tahun 1973 oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara:
Australi, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris& Irlandia, dan
AS(AICPA). Kini IASC beranggotakan 100 organisasi profesi akuntansi dari 70 negara, yang
telah berikrar akan berusaha untuk mengadopsi standard IASC di negaranya masing-masing
meskipun tidak dengan cara adopsi yang totalitas. Tampaknya negara kurang berkembang
dengan organisasi akuntansi yang terbatas adalah pihak yang mengadopsi standard
internasional lebih banyak. Sampai musim gugur 1999 telah 39 standard internasional yang
dihasilkan ( peragaan 19-2).
IASC memegang peranan penting dalam proses harmonisasi yang tengah terjadi. Hal
ini dibuktikan dengan diterbitkannya Exposure Draft 32 (tahun 1989) yang mengurangi
jumlah alternatif metode akuntansi dari 25 standard yang diterbitkan sebelumnya dengan
maksud untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan.
Mulai 1990, G4+1 (IASC ditambah penetap kebijakan dari Australia, Kanada, Inggris,
dan AS) berusaha untuk meningkatkan harmonisasi. Elemen yang dihamonisasi antara lain
adalah laporan arus kas, sewa beli, kontinjensi, extraordinary items, dan metode ekuitas dalam
investasi. Baru-baru ini juga IASC telah menerbitkan kerangka konseptual akuntansi keuangan
internasional yang mengadopsi kerangka milik AS. Persamaannya menurut Agrawal, Jensen,
Meador, dan Sellers adalah identifikasi kelompok pengguna, tujuan yang mewakili seluruh
pengguna, karakteristik kualitatif, dan basis pengukuran (biaya historis, replacement cost, nilai
keluaran, dan nilai tunai). Yang diadopsi oleh IASC tidak hanya kerangka konseptual AS,
tetapi juga proses penetapan kebijakan yang diterapkan oleh FSAB.
European Union
Usaha mengintegrasikan perekonomian negara-negara Eropa Barat telah dimulai dengan
dibentuknya European Coal and Steel Community (1952), European Trade Association,
sampai akhirnya dibentuk European Community pada tahun 1967 (kini disebut European
Union).
Perhatian EU tidak hanya berfokus pada pengintegrasian perekonomian tetapi juga
pada standard akuntansi di antara anggotanya. Standard ini tidak wajib untuk sepenuhnya
diikuti, dan di dalamnya terdapat beberapa tingkatan fleksibilitas dan alternatif yang bisa
dipilih. Usaha yang telah dilakukan antara lain dengan diterbitkannya Fourth dan Seventh
Directives yang berisikan pokok permasalahan akuntansi. Berikut adalah penjelasan secara
singkat.
Directives Keterangan
Fourth Berisikan pokok-pokok permasalahan pelaporan keuangan. Dinyatakan
bahwa laporan keuangan didasarkan atas empat konsep: konsistensi,
going concern, prudence, dan akuntansi akrual. Laporan keuangan
harus true dan fair. Di dalamnya dinyatakan juga perusahaan
diperbolehkan menyusun laporan keuangan dengan current value
sebagai informasi tambahan laporan keuangan biaya historis
Seventh Berisikan pokok-pokok permasalahan laporan keuangan konsolidasian
antara anggota EU
Memang EU memiliki standard sendiri yang berlaku bagi anggotanya. Namun setelah
adanya IASC, dinyatakan standard IASC adalah standard yang lebih baik diadopsi oleh negara
EU.
United Nations
PBB menaruh perhatian besar atas perusahaan multinasional, namun sampai sekarang
organisasi bangsa-bangsa di dunia ini belum memiliki aturan akuntansi yang relatif cukup
signifikan di area pelaporan keuangan perusahaan multinasional. Dalam arena IASC, PBB
memiliki pengruh yang cukup besar meskipun sebagai pemegang peran kedua.
Kerangka Konseptual
Seperti telah diungkapkan dalam bagian lain, IASC mengadopsi kerangka konseptual FASB
dengan perbedaan pada pernyataan pengguna informasi keuangan. FASB secara spesifik
menyatakan bahwa pengguna adalah investor dan kreditor. Sedangkan IASC menyatakan
pengguna dangan sudut pandang yang lebih luas, dengan memasukkan karyawan, pemasok,
dan masyarakat umum. Dan ternyata, konsep IASC ini juga digunakan oleh negara-negara lain
(yang juga mengadopsi kerangka konseptual FASB) seperti Kanada, Inggris, dan Australia.
Meskipun peranan kerangka konseptual dalam penetapan standard IASC tidak tampak
jelas, diharapkan suatu hal yang positif dalam proses harmonisasi standard akuntansi bisa
terjadi.