Anda di halaman 1dari 13

CH 19: POKOK PERMASALAHAN DALAM AKUNTANSI INTERNASIONAL

Perdagangan dan investasi internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat selama
dua puluh lima tahun terakhir. Hal ini menimbulkan permasalahan baru yaitu pelaporan dan
akuntansi dengan standard internasional, yang menjadi pokok bahasan dalam bagian ini.

TRANSLASI OPERASI ASING


Masalah translasi ini dibahas oleh semua badan penyusun standard akuntansi AS: CAP, APB,
dan FSAB. Yang menjadi pokok permasalahan adalah menentukan bagaimana melaporkan
operasi perusahaan bermata uang asing dalam laporan konsolidasian (bermata uang dollar
AS). Oleh karena itu, masalah kritisnya adalah bagaimana mengatasi perbedaan kurs.
Tingkat kurs ditentukan oleh dua faktor: (1) tingkat bunga nominal yang berbeda, yang
timbul karena perbedaan tingkat inflasi ekspektasian tiap negara, dan (2) perbandingan relatif
antara tingkat harga produk dan jasa dua negara. Daya beli mata uang antara dua negara
diharapkan stabil, namun pada kenyataannya hal ini tidak terjadi sehingga timbul
kemungkinan terjadinya keuntungan atau kerugian translasi yang potensial. Yang menjadi
pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana perbedaan dan kemungkinan keuntungan atau
kerugian ini harus diperlakukan..
Terdapat dua pendekatan translasi yang utama yang lazim digunakan, yaitu pendekatan
dengan orientasi mata uang negara sendiri (US dollar orientation) – yang mensyaratkan
sebuah perusahaan untuk memperlakukan semua rekeningnya dengan asumsi seolah-olah
operasi perusahaan terjadi dalam bentuk mata uang dollar, dan pendekatan dengan orientasi
mata uang asing (foreign currency orientation) – yang mengakui operasi perusahaan terjadi
dalam bentuk mata uang asing dan mingkin tidak menggunakan mata uang dollar. Dengan
pendekatan kedua, semua rekening akan ditranslasi ke dalam mat uang dollar untuk
kepentingan pelaporan, dan dengan hal ini perubahan kurs tidak berpengaruh terhadap operasi
dan arus kas sampai aktiva bersih ditukarkan (pengaruhnya terhadap laporan laba rugi juga
sama).

SFAS 8
Seperti standard sebelumnya, SFAS 8 berorientasi US dollar. Metode yang digunakan adalah
metode temporal, yaitu:
- Rekening-rekening neraca yang dicatat dengan nilai tukar current atau future,
ditranslasi dengan menggunakan kurs current (contoh: aktiva dan kewajiban moneter,
persediaan pada harga pasar, dan investasi pada harga pasar). Sedangkan rekening-
rekening neraca yang dicatat dengan harga historis ditranslasi dengan menggunakan
kurs saat perolehan dilakukan (contoh: aktiva tetap).
- Rekening-rekening laporan dengan menggunakan laba rugi ditranslasi dengan
menggunakan kurs rata-rata periode pelaporan, kecuali rekening yang berkaitan
dengan neraca yang ditranslasi dengan kurs saat perolehan. Untuk rekening tersebut
ditranslasi dengan menggunakan kurs historis.
- Selisih kurs dilaporkan tiap periode dalam laporan laba rugi sebagai keuntungan atau
kerugian nilai tukar
Berdasarkan uraian tersebut bisa dinyatakan SFAS 8 sesuai dengan konsep biaya
historis. Namun akibatnya jumlah yang dilaporkan oleh SFAS 8 ini tidak mencerminkan
pengaruh ekonomi yang dialami operasi asing.
Sejumlah penelitian tentang penerapan SFAS 8 ini dilakukan. Satu-satunya aspek yang
ditemukan dan memiliki pengaruh, berkaitan dengan resiko nilai tukar dan kebijakan
manajemen, adalah eksposur lindung nilai mata uang asing. Terdapat dua eksposur, yaitu
eksposur akuntansi – eksposur laba atua rugi pertukaran yang dihasilkan translasi laporan
keuangan bermata uang asing ke dalam amta uang dollar, dan eksposur ekonomis – eksposur
perubahan arus arus kas yang dihasilkan dari kesepakatan transaksi dan komitmen asing yang
ditentukan sebelumnya. Eksposur akuntansi menimbulkan konsekuensi ekonomi, yaitu tidak
ada arus keuntungan atau kerugian berupa kas dalam rangka mengurangi pengaruh translasi
terhadap laba. Sedangkan eksposur ekonomis secara langsung berpengaruh terhadap laporan
arus kas konsolidasian.
Penelitian membuktikan banyak perusahaan multinasional yang melakukan aktivitas
lindung nilai untuk menghindari eksposur akuntansi. Ironinya, banyak dari perusahaan
tersebut mempertaruhkan sumber daya kas untuk melindungi eksposur non-kas (aksposur
akuntansi) yang akhirnya menimbulkan eksposur ekonomis (yang sebenarnya).
SFAS 52
Sehubungan dengan konsekuensi ekonomi yang disebabkan SFAS 8 yaitu, timbulnya
keuntungan atau kerugian yang dari sisi ekonomi sebenarnya tidak terjadi, FSAB memutuskan
untuk mempertimbangkan kembali penerapan SFAS 8 dan diterbitkanlah SFAS 52.
SFAS 52 mengadopsi orientasi mata uang fungsional – mat uang primer anak
perusahaan yaitu mata uang yang banyak diterima dan dibayarkan oleh anak perusahaan.
Dengan mengadopsi mata uang fungsional ini, laba bersih anak perusahaan diukur dengan
mata uang asing dan dinyatakan dalam dollar dengan kurs rata-rata periode bersangkutan.
Semua rekening neraca ditranslasi dengan kurs akhir periode. Penyesuaian yang terjadi akibat
translasi dimasukkan sebagai komponen akuitas pemilik. Hal ini menyebabkan terjadinya
kondisi non-artikulasi (masalah comprehensive income ini baru diatur dalam SFAS 130).
Aturan ini dirancang dengan tujuan untuk menghindari pelaporan (1) keuntungan atau
kerugian akuntansi akibat pertukaran, pada kondisi keuntungan atau kerugian ekonomis
sebenarnya tidak terjadi, dan (2) operasi dengan mata uang asing seolah-olah operasi
perusahaan berlansung di AS.
Bartov menemukan adanya korelasi positif yang signifikan antara penyesuaian
translasi mata uang dengan perubahan harga saham untuk perusahaan yang menerapkan mata
uang asing sebagai mata uang fungsional, dan tidak untuk perusahaan yang menerapkan mata
uang dolar sebagai mata uang fungsional.
Kunci utama SFAS 52 berkaitan dengan penetapan mata uang fungsional. FSAB
menyatkan jika satu operasi perusahaan relatif merupakan operasi terpisah dan terintegrasi
dengan satu negara secara khusus, maka yang dinyatakan sebagai mata uang fungsional adalah
mata uang negara yang bersangkutan. Untuk itu SFAS 52 menyediakan enam pedoman (faktor
ekonomis) untuk menentukan mata uang fungsional yang layak diterapkan, yang telah diteliti
FSAB oleh Evans dan Douprik, yaitu:
1. Indikasi arus kas, yaitu dilihat dari arus kas yang berkaitan dengan aktiva dan
kewajiban entitas. Jika secara umum berasal dari mata uang asing, maka mata uang
fungsionalnya mata uang asing. Jika langsung dari arus kas perusahaan induk, maka
mata uang fungsionalnya mata uang induk.
2. Indikasi harga jual, yaitu dilihat dari harga jual. Jika harga jual produk dalam jangka
pendek ditentukan oleh persaingan lokal atau peraturan pemerintah setempat, maka
mata uang fungsionalnya mata uang asing. Jika dipengaruhi oleh perubahan kurs mata
uang misalnya karena persaingan global maka mata uang fungsionalnya mata uang
induk.
3. Indikasi pangsa pasar penjualan, yaitu dilihat dari pangsa pasar. Jika penjualan lokal
lebih mendominasi, maka mata uang fungsionalnya mata uang asing. Jika penjualan di
negara induk lebih mendominasi atau kontrak penjualan lebih banyak ditetapkan
dengan mata uang induk, maka mata uang fungsionalnya mata uang induk.
4. Indikasi beban, dilihat dari biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lainnya yang
terjadi. Jika didominasi oleh komponen lokal, maka mata uang fungsionalnya mata
uang asing. Jika didominasi oleh komponen negara induk, mata uang fungsionalnya
mata uang induk.
5. Indikasi pendanaan, dilihat dan pendanaan dan kemampuan penyediaan dana. Jika
pendanaan didominasi mata uang asing dan perusahaan memiliki kemampuan untuk
menyediakan sendiri dana untuk operasi, maka mata uang funsionalnya mata uang
asing. Jika sebaliknya dan membutuhkan induk untuk memberikan tambahan dana,
maka mata uang fungsionalnya mata uang induk.
6. Indikasi transaksi dan perjanjian antar perusahaan, dilihat dari volume transaksi antar
perusahaan. Jika volumenya rendah, maka mata uang fungsionalnya mata uang asing.
Jika tinggi, maka mata uang fungsionalnya mata uang induk.
Penelitian menyatakan enam pedoman tersebut bisa digunakan. Pedoman yang banyak
digunakan adalah pedoman satu sampai empat. Lebih jauh, responden menyatakan SFAS 52
bisa digunakan dengan baik tanpa ada kesulitan berarti.

SFAS 52 tidak berlaku bagi perusahaan perusahaan yang merupakan cabang dari AS
(sebagai induk). Proses remeasurement atau pendekatan SFAS 8 akan diberlakukan bagi
perusahaan tersebut, yaitu mata uang fungsionalnya dolar AS (meskipun operasi sehari-hari
menggunakan mata uang asing) dan dilakukan konversi pencatatan akuntansi berdasarkan
standard akuntansi AS, sehingga keuntungan atau kerugian penyesuaian akibat translasi
dilaporkan dalam laporan rugi laba. Aturan reasurement, yang merupakan contoh dari
keseragaman finite, tampaknya tidak konsisten dengan SAFS 52. namun hal tersebut tidak
terjadi karena dengan dasar teori mata uang fungsional, yaitu anak perusahaan beroperasi
secara terpisah dan pengaruh translasi mata uang baik bagi sisi anak maupun induk mata
perusahaan baru akan diakui sampai pertukaran kas terjadi. Dasar teori tersebut menjdadi
gugur dengan asumsi jika mata uang fungsionalnya adalah dolar AS, maka anak perusahaan
tersebut tidak lain merupakan cabang perusahaan induknya (AS) yang tidak beroperasi secara
terpisah.
Jika tidak terjadi ketidakstabilan mata uang asing sebagai mata uang fungsional, yang
disebabkan inflasi lebih tinggi dubandingkan mata uang translasian dan disebut sebagai
masalah disappearing assets, FASB menyatakan kondisi demikian mata uang fungsional yang
digunakan adalah dolar AS, atau dengan kata lain pendekatan SFAS 8 digunakan dan aktiva
tetap ditranslasi dengan kurs historis.

PERBEDAAN AKUNTANSI NASIONAL


Model Anglo-Amerika
Negara-negara yang termasuk kelompok ini memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu
peranan profesi akuntansi yang besar, peranan pemerintah yang relatif terbatas, sumber
pendanaan utama adalah pasar modal, dan penekanan keutamaan laporan keuangan auditan
yang true dan fair (mengutamakan substansi ekonomi dibandingakan legalitas transaksi) untuk
pengambilan keputusan investasi. Termasuk dalam model ini adalah Inggris, sebagian besar
negara-negara persemakmuran, dan AS. Berikut ini adalah bagan negara dan profil umum
akuntansinnya.
Negara Profil akuntansinya
Inggris - Dasar kebijakan akuntansi terdapat dalam Companies Acts mulai 1844
dan melemah tahun 1981. Kebijakan akuntansi ditekankan pada
pengungkapan. Beberapa Company Acts dikonsolidasikan terutama
sejak dibentuknya Uni-Eropa.
- Terdapat enam organisasi profesi akuntans, yaitu Institute of Chartered
Accountants (ICA) in England & Wales, ICA in Scotland, ICA in
Ireland, Association of Certified Accountants, Institute of Cost &
Management Accountants, dan Chartered Institute oof Public Finance
and Accountancy.
- Penetap kebijaksanaan pertama adalah Accounting Standarts Steering
Committee (ASSC) – 1970, yang berubah menjadi Accounting
Standard Committee. Badan ini tidak bertahan lama karena sulit
menetapkan kabijakan (campur tangan enam asosiasi sangat tinggi).
Digantikan oleh Accounting Standard Board tahun 1990, yang bekerja
dengan mekanisme kerja yang hampir sama dengan FASB.
AS - Organisasi profesi akuntansi memiliki pengaruh yang sangat besar.
- Penetapan kebijakan akuntansi dilakukan dengan pendekatan
‘persekutun’ antara pemerintah (SEC) dan swasta (FASB).
- Negara pertama yang menerapkan Kerangka Konseptual Akuntansi
Keuangan (diikuti oleh banyak negara anglo-amerika termasuk IASC)
- Membedakan konsep true dan fair (mengutamakan substansi ekonomi
dibandingkan bentuk legalitas transaksi) dengan konsep present fairly
(sesuai dengan GAAP).
- Informasi keuangan ditujukan bagi para investor secara umum, tanpa
mengutamakan pihak kreditor.
Kanada - Sebagai anggota negara persemakmuran, akuntansi Kanada pada
awalnya dipengaruhi oleh Inggris. Seperti halnya Inggris, Company
Acts ini menekankan pada pengungkapan laporan keuangan. Namun
kini pengaruh Amerika dirasa lebih kuat. Hal ini bisa tersihat dari
aturan kebijakan akuntansi yang terdapat dalam Ontario Companies
Acts 1966 yang mengalihkan hak pengawasan dari Ontario Secuirities
Commission kepada Toronto Stock Exchange (sama halnya seperti
SEC).
- Canadian Institute of Chartered Accountants pada tahun 1973
mendirikan Auditing Standards Committee dan Accounting Research
Committee. Hasil rekomendasi dua komite ini diterbitkan dalam CICA
Handbook. ARC bekerja dengan mekanisme yang hampir sama
dengan FASB.
- CICA mendirikan Emerging Issues of Chartered Committee tahun
1988, yang bertugas sejalan dengan Emerging Task Force di Amerika.
Australia - Pada awalnya kebijakan akuntansi Australia mengandalkan Company
Acts Inggris. Namun penerapannya membingungkan karena di sisi lain
negara-negara bagian Australia menerapkan kebijakan sendiri yang
kerap kali berbeda satu sama lain. Persetujuan baru terjadi tahun 1987
dengan dibuatnya Federal Company Acts.
- Sampai tahun 1991 menekankan konsep true dan fair, setelah itu
menekankan sisi legalitas.
- Terdapat dua organisasi profesi: Institute of Chartered Accountants in
Australian Society of Accountas, yang menerbitkan pernyataan
masing-masing secara terpisah sampai 1966. Keduanya bergabung
mendirikan Australian Accounting Research Foundation yang
bertanggung jawab menerbitkan Australian Accounting Standarts.
- Pemerintah Australia 1984 mendirikan Accounting Standard Review
Board sebagai badan penyusun kebijakan lainnya.
- Tahun 1991 AARF dan ASRB digabung dan hasilnya suatu badan
baru Australian Accounting Standards Board.
Lainnya:
Belanda - Meskipun Belanda merupakan negara kontinental, namun kebijakan
akuntansi yang diterapkan hampir sama dengan negara-negara pada
kelompok anglo-amerika, yaitu profesi akuntansi memegang peranan
penting.
- Belanda menerapkan kebijakan pelaporan current value.
- Banyak perusahaan sebelumnya menerapkan konsep distributable
income dalam laporan keuangannya. Kini hanyasatu perusahaan yang
masih menerapkan konsep tersebut (Heineken).
Selandia - Badan penyusun kebijakan akuntansi berada di tangan swasta, yaitu
Baru organisasi yang disebut New Zealand Society of Accountants. NZSA
membentuk komite yang bertugas menerbitkan pernyataan praktik
akuntansi, antara lain 1951 dibentuk Board of Research yang
menerbitkan Statement of Accounting Practice, dan 1973 NZSA
memutuskan untuk menerbitkan pernyataan tersebut secara sendiri
yang disebut Statement of Standard Accounting Practice.
- 1991 NZSA, New Zealand Stock Exchange, dan Secuirities
Commissions merekomendasikan pendirian badan yang beroperasi
seperti FASB.
- Kebijakan akuntansi Selandia Baru menekankan pada konsep true dan
fair.

Model Kontinental
Negara-negara yang termasuk ke dalam kelompok ini pun memiliki karakteristik khusus, yaitu
rendahnya peranan profesi akuntansi, pengaruh permerintah atas pengaturan standard
akuntansi yang besar, sumber pendanaan utama adalah bank, dan penekanan keutamaan
laporan keuangan bagi investor. Termasuk ke dalam kelompok ini adalah Perancis, Jerman,
Jepang, dan negara-negara Sovyet.
Negara Profil Umum Akuntansi
Perancis - Akuntansi Perancis yang disebut Plan Comtable General,
menerapkansistem akuntansi yang sedikit lagi mendekati keseragaman
nasional, yaitu keseragaman bagan perkiraan, penjelasan istilah teknis,
dan penjelasan debit dan kredit akun. Plan ini mulai diterapkan tahun
1957, dan selanjutnya mengalami revisi 1957 (pengaruh Uni Eropa)
dan pengembangan tahun 1986 (tujuh arahan pengkonsolidasian
laporan keuangan). Sebagai tambahan, praktik akuntansi di Perancis
dipengaruhi oleh peraturan pajak Code de Commerce.
- Kebijakan akuntansi nyaris seluruhnya bersumber dari pemerintah dan
baru-baru ini dari Uni Eropa. Hal ini terjadi karena lemahnya peranan
profesi akuntansi dan pasar modal Paris Bourse.
Jerman - Bank memegang peranan sebagai penyedia modal utama.
- Aktivitas profesi akuntansi lebih ditekankan pada fungsi auditing.
- Tidak terdapat standard dan GAAP beraroma AS dan Inggris. Sejak
adanya Fourth dan Seventh Directives dari Uni Eropa, hal tersebut
mulai berubah dan praktik akuntansi mulai berkiblat ke anglo-amerika.
Contohnya banyak perusahaan Jeman yang menampilkan laba segmen
dan angka investasi kapital, dipublikasikannya laporan arus kas
meskipun tidak diwajibkan, dan telah dilakukan usaha untuk tidak
menggunakan prinsip penilaian konservatif dalam laporan keuangan
konsolidasian.
Jepang - Pemerintah mendominasi penetapan standard akuntansi, yang awalnya
mengadopsi model Perancis dan Jerman. Pengaruh peraturan
perpajakan terhadap kebijakan akuntansi yang sangat besar.
- Pendanaan utama bersumber dari perbankan (kreditur). Oleh karena
itu, neraca laporan yang lebih penting dibandingkan laporan laba rugi.
- Pengaruh Amerika terlihat pada peraturan sekuritasnya, yang
didasarkan atas Secuiritas Acts 1933 dan Secuiritas and Exchange
Acts 1934. pengaruh anglo-amerika semakin kuat didorong oleh
Mentri Keuangan.

Tinjauan Atas Profil Negara Anglo-Amerika dan Kontinental


Berdasarkan survey yang membandingkan negara anglo-amerika dan kontinental di atas bisa
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
- Negara anglo-amerika menggantungkan sumber pendanaa perusahaan pada pasar modal,
sedangkan negara kontinental kepada bank. Hal ini berpengaruh pada pelalporan
keuangan, yaitu di negara anglo-amerika informasi yang disajikan perusahaan ditujukan
bagi investor untuk pengambilan keputusan, sedangkan di negara kontinental ditujukan
untuk melindungi kreditor.
- Selain itu pula, pelaporan keuangan dipengaruhi oleh sistem hukum yang berlaku. Inggris
yang didominasi oleh Companies Acts menyebabkan laporan keuangan auditan harus
disetujui oleh pemegang saham dan diaudit oleh auditor yang disetujui oleh pemegang
saham. Sedangkan di negara Eropa kontinental lainnya faktor yang mendominasi adalah
peraturan perpajakan.
- Peranan organisasi profesi dalam menyusun kebijakan akuntansi di negara anglo-amerika
adalah besar, sedangkan negara kontinental tidak.

Perbedaan Akuntansi Antar-Negara dan Pasar Sekuritas


Dengan dimulainya era pasar bebas, banyak pasar saham yang mulai melakukan
‘internasionalisasi’ dengan memasarkan sekuritas yang tidak hanya berasal dari domestik
tetapi juga dari berbagai negara di belahan dunia lain. Sebutlah sebagai contoh pasar sekuritas
Uni-Eropa, AS, dan Kanada. Peristiwa ini tidak hanya mendorong dilakukannya penyesuaian
kurs mata uang laporan keuangan, tapi juga mendorong dilakukannya penyesuaian GAAP
yang digunakan oleh tiap perusahaah dari negara yang berbeda. Sebagai contoh adalah
perusahaan Israel dan Jepang yang terdaftar di bursa sekuritas AS yang menggunkana GAAP
AS untuk pelaporan keuangan utamanya. Lebih lanjut, khusus untuk perusahaan yang
sekuritasnya terdaftar di bursa AS, formulir rekonsiliasi (laba dan sekuritas pemilik antara
laporan keuangan perusahaah domestik dan berdasarkan GAAP AS) yang disebut Form 20-F
harus dibuat.
Penelitian tentang formulir ini dilakukan oleh Amir, Harris, dan Venuti yang
menyatakan apa adanya kandungan informasi dalam area seperti goodwill yang tidak tercatat,
pensiunan, dan pajak tangguhan. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan laporan keuangan
AS memiliki kandungan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lain
meskipun disanggah oleh Alford, Jones, Leftwich, dan Zanijewski. Penelitian lain oleh Chan
dan Seow menemukan adanya regresi yang lebih tepat antara tingkat pengambilan sekuritas
dengan GAAP negara asal dibandingkan dengan GAAP AS.
Selain perbedaan GAAP, perbedaan lain adalah pebedaah kondisi antara bursa
sekuritas domestik dan asing. Penelitian tentang hal ini dilakukan oleh Frost Pownall yang
menyatakan adanya perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan oleh perbedaan GAAP atau
tidak (Frost dan Pownell percaya hal ini terjadi karena faktor non-keuangan). Meskipun bukti-
bukti terkumpul mulai menunjukkan perbedaan GAAP bisa menimbulkan friksi. Kesimpulan
lain yang bisa diambila secara tidak langsung dari hal ini adalah bursa-bursa sekuritas dunia
tidak teritegrasi dengan baik (diungkapkan oleh Beecham).

Analisis Perbedaan Akuntansi Antar-negara Dengan Pendekatan Mueller


Model Mueller ini bisa saja jadi merupakan model pertama yang bisa digunakan untuk
menganalisis perbedaan akuntansi antar negara. Mueller menggunakan empat dimensi faktor
ekonomis/politis/profesional untuk menjelaskan perkembangan akuntansi di negara Barat yang
perekonomiannya berorientasi pasar.

Pendekatan Keterangan
Macroeconomic Akuntansi sektor swasta sangat terkait dengan kebijakan ekonomi
Pattern nasional (contohnya Swedia). Meskipun kontinental pengaruh
permerintah sangat kuat, tidak berarti kelompok tersebut cocok dengan
pendekatan ini.
Microeconomic Akuntansi dipandang aspek ekonomi manajerial dan merupakan
Pattern keputusan intern perusahaan. Konsep pemeliharaan modal dipandang
sebagai aspek yang tidak penting. Contohnya Belanda.
Independent Akuntansi adalah fungsi yang melayani bisnis yang dikembangkan
Discipline sesuai dengan kebutuhan bisnis dan pengguna laporan keuangan
Approach (independent discipline approach). Peranan profesi akuntansi sangat
besar. Berdasarkan pendekatan ini, negara anglo-amerika khususnya
AS dan Inggris dengan konsep true dan fair adalah contoh dari
pendekatan ini.
Uniform Terdapat beberapa konsepsi pendekatan ini, antara lain adalah
Accounting pendekatan teknis dan pendekatan ekonomis. Pendekatan teknis
Approach dutujukan untuk meminimisasi teori keagenan dan menyajikan
informasi dengan tingkat daya banding yang tinggi (contohnya
keseragaman rigid dan finite). Pendekatan ekonomis memandang
akuntansi sebagai alat pengendalin dan administratif untuk kebijakan
ekonomi nasional (lebih dari sekedar pendekatan makro ekonomi).
Contoh dari pendekatan ekonomis ini adalah yang diaplikasikan oleh
Nazi.

Analisis Perbedaan Perkembangan Akuntansi Dengan Pendekatan Kultural


Dimensi kultural yang digunakan dalam analisis ini adalah dimensi kultural yang
dikembangkan oleh Hofstede, yang terdiri atas:
1. Individualisme (kerangka sosial yang memberi kebebasan anggota masyarakat) vs
kolektivisme (mengindikasikan ikatan sosial yang kuat)
2. Ruang lingkup kekuasaan yang luas (adanya tempat individu dalam masyarakat yang
diakui) vs sempit (kekuasaan individu yang kurang diakui)
3. Pendekatan ketidakpastian uang kuat (masyarakat mempunyai dorongan untuk mengelola
risiko ketidakpastian masa datang) vs lemah (masyrakat merasa relatif merasa aman)
4. Maskulinitas (keinginan untuk mendapatkan keberhasilan) vs feminitas (mementingkan
kepentingan orang lain).
Berikut ini adalah empat penelitian yang dilakukan untuk menganalisis perbedaan
dengan pendekatan Hofstede:
Peneliti Hasil Penelitian
Zarzeski Negara yang individualistik, maskulin, dan pengelakan ketidakpastian
(1996) cenderung menyajikan pengungkapan informatif yang lebih besar.
Perusahaan yang memiliki profil internasional lebih cenderung tidak
merahasiakan informasi. (Kondisi ini lebih banyak terjadi di negara anglo-
amerika dibandingakan negara yang lebih mengutamakan pendanaan dari
bank)
Gray Memasukkan unsur sub-kultural tambahan: profesionalisme, keseragaman,
(1998) konservatisme, kerahasiaah. Semakin tinggi profesionalisme akuntan,
semakin rendah pengaturan pemerintah. Semakin tinggi keseragaman,
semakin banyak aturan akuntansi yang diaplikasikan dan semakin rendah
tingkat judgment profesional. Semakin tinggi konservatisme, pengukuran
khusus
Perera Menyatakan kembali dimensi Hofstede dan Gray dalam bentuk sejumlah
(1989) hipotesis untuk dan hubungannya. Contoh hipotesisnya: semakin tinggi
pengelakan ketidak pastian dan semakin rendah individualisme, maka
semakin tingi konservatisme dan kerahasiaan.
Nobes Memasukkan unsur kultural yang dikaitkan dengan kolonialisme atau
(1998) pengaruh luar. Jika pasar modal di luar kuat, maka laporan keuangan
ditujukan bagi pihak di luar pemegang saham. Jika sebaliknya, maka laporan
keuangan ditujukan bagi kreditor, dengan aplikasi akuntansi pajak jika
memungkinkan.
Seperti yang diungkapan sebelumnya, berdasarkan penelitian tersebut secara implisit
dinyatakan yang menjadi perbedaan model anglo-amerika dan kontinental adalah (1) profesi
akuntansi yang kuat, (2) pasar modal yang lebih kuat, (3) keutamaan sistem hukum negara
relatif dengan aturan akuntansi. Pada peragaan 19-1 bisa dilihat beberapa perbedaah akuntansi
AS dan negara lainnya.
Meskipun hasil penelitian tersebut tidak bisa menyimpulkan karakteristik praktik
akuntansi tiap negara secara khusus, namun penelitian tersebut bisa menjadi petunjuk untuk
melakukan proses harmonisasi dan sekaligus menjelaskan keterbatasannya.

HARMONISASI INTERNASIONAL STANDARD AKUNTANSI


Harmonisasi di sini dartikan sebagai tingkat koordinasi atau kesamaan antara berbagai
perangkat standard dan metode akuntansi juga pelaporan keuangan yang diterapkan oleh
berbagai negara. Harmonisasi bisa digolongkan menjadi dua klasifikasi (1) harmonisasi
material – harmonisasi antara praktik akuntansi perusahaan baik dengan peraturan atau tidak,
dan (2) harmonisasi formal – proses atau tingkat harmonisasi antara kebijakan dan peraturan
akuntansi antar negara.
Perlunya harmonisasi di bidang akuntansi ini paling tidak ditentukan oleh tiga hal,
yaitu (1) semakin banyaknya perusahaan multinasional, (2) profesi akuntan publik yang
semakin internasional, dan (3) pendanaan lintas negara.
Penelitian emenyu, Gray, Archer, Delvaille, dan Mcleay menyatakan perkembangan
harmonisasi standard akuntansi bergerak lamban sampai dengan dibentuknya International
Accounting Standards Committee. Namun demikian, meskipun IASC telah dibentuk
perkembangan terutama dari negara dengan model kontinental (karena perbedaan konsepsi
seperti yang telah disebut pada bagian sebelumnya) dan harmonisasi di Eropa dengan adanya
Uni Eropa telah berjalan lebih dulu.

IASC
IASC dibentuk pada tahun 1973 oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara:
Australi, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris& Irlandia, dan
AS(AICPA). Kini IASC beranggotakan 100 organisasi profesi akuntansi dari 70 negara, yang
telah berikrar akan berusaha untuk mengadopsi standard IASC di negaranya masing-masing
meskipun tidak dengan cara adopsi yang totalitas. Tampaknya negara kurang berkembang
dengan organisasi akuntansi yang terbatas adalah pihak yang mengadopsi standard
internasional lebih banyak. Sampai musim gugur 1999 telah 39 standard internasional yang
dihasilkan ( peragaan 19-2).
IASC memegang peranan penting dalam proses harmonisasi yang tengah terjadi. Hal
ini dibuktikan dengan diterbitkannya Exposure Draft 32 (tahun 1989) yang mengurangi
jumlah alternatif metode akuntansi dari 25 standard yang diterbitkan sebelumnya dengan
maksud untuk meningkatkan daya banding laporan keuangan.
Mulai 1990, G4+1 (IASC ditambah penetap kebijakan dari Australia, Kanada, Inggris,
dan AS) berusaha untuk meningkatkan harmonisasi. Elemen yang dihamonisasi antara lain
adalah laporan arus kas, sewa beli, kontinjensi, extraordinary items, dan metode ekuitas dalam
investasi. Baru-baru ini juga IASC telah menerbitkan kerangka konseptual akuntansi keuangan
internasional yang mengadopsi kerangka milik AS. Persamaannya menurut Agrawal, Jensen,
Meador, dan Sellers adalah identifikasi kelompok pengguna, tujuan yang mewakili seluruh
pengguna, karakteristik kualitatif, dan basis pengukuran (biaya historis, replacement cost, nilai
keluaran, dan nilai tunai). Yang diadopsi oleh IASC tidak hanya kerangka konseptual AS,
tetapi juga proses penetapan kebijakan yang diterapkan oleh FSAB.

International Federation of Accountants


IFA adalah organisasi internasional lainnya yang memegang peranan seperti halnya IASC.
IFA didirikan 1977 dengan tujuan yang hampir komplementer dengan IASC (sehingga merjer
antara keduanya sangat dimungkinkan). Anggota IASC adalah anggota IFA. Bedanya dengan
IASC adalah perhatian IFA ada pada bidang standard auditing internasional (yang sampai
1995 telah diterbitkan 30 standard), pendidikan akuntansi, dan lisensi akuntan.

European Union
Usaha mengintegrasikan perekonomian negara-negara Eropa Barat telah dimulai dengan
dibentuknya European Coal and Steel Community (1952), European Trade Association,
sampai akhirnya dibentuk European Community pada tahun 1967 (kini disebut European
Union).
Perhatian EU tidak hanya berfokus pada pengintegrasian perekonomian tetapi juga
pada standard akuntansi di antara anggotanya. Standard ini tidak wajib untuk sepenuhnya
diikuti, dan di dalamnya terdapat beberapa tingkatan fleksibilitas dan alternatif yang bisa
dipilih. Usaha yang telah dilakukan antara lain dengan diterbitkannya Fourth dan Seventh
Directives yang berisikan pokok permasalahan akuntansi. Berikut adalah penjelasan secara
singkat.
Directives Keterangan
Fourth Berisikan pokok-pokok permasalahan pelaporan keuangan. Dinyatakan
bahwa laporan keuangan didasarkan atas empat konsep: konsistensi,
going concern, prudence, dan akuntansi akrual. Laporan keuangan
harus true dan fair. Di dalamnya dinyatakan juga perusahaan
diperbolehkan menyusun laporan keuangan dengan current value
sebagai informasi tambahan laporan keuangan biaya historis
Seventh Berisikan pokok-pokok permasalahan laporan keuangan konsolidasian
antara anggota EU
Memang EU memiliki standard sendiri yang berlaku bagi anggotanya. Namun setelah
adanya IASC, dinyatakan standard IASC adalah standard yang lebih baik diadopsi oleh negara
EU.

United Nations
PBB menaruh perhatian besar atas perusahaan multinasional, namun sampai sekarang
organisasi bangsa-bangsa di dunia ini belum memiliki aturan akuntansi yang relatif cukup
signifikan di area pelaporan keuangan perusahaan multinasional. Dalam arena IASC, PBB
memiliki pengruh yang cukup besar meskipun sebagai pemegang peran kedua.

Organization for Economic Cooperation and Development


Organisasi ini adalah organisasi lain yang juga menaruh perhatian besar pada harmonisasi
standard akuntansi. Pada awalnya organisasi yang anggotanya (24 anggota) sebagian besar
negara-negara besar industri ini bergerak pada bidang masalah ekonomidan fiskal. Namun
mulai 1978 organisasi ini mulai memperhatikan bidang akuntansi dengan membentuk Ad Hoc
Working Group on Accounting Standard, dan mulai bekerja sama dengan badan penyusun
kebijakan dari masing-masing negara juga dengan IASC.

International Organization of Securities Commissions


Adalah organisasi lain yang mendukung IASC dalam proses harmonisasi standard akuntansi,
seiring dengan semakin banyaknya perusahaan asing yang terdaftar dalam bursa sekuritas satu
negara. IOSCO-lah yang mendorong diterbitkannya Draft Exposure 32 yang berisikan
pengurangan alternatif perlakuan akuntansi.
Satu hal yang menarik adalah tampaknya AS (SEC) melalui IOSCO berusaha
memberikan pengaruh yang besar kepada IASC, terbukti dengan dukungan SEC yang
mendorong proyek keseragaman IASC. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan AS dalam memperoleh laporan keuangan (perusahaan asing)dengan kualitas yang
sama dengan laporan keuangan perusahaan AS yang diatur dalam FASB, dan untuk
menghindari penerapan dua sitem pelaporan keuangan yang harus diikuti oleh perusahaan AS.
Jika terdapat dua sistem, maka kondisi yang disebut Grensham’s Law bisa terjadi, yaitu
menerapkan standard IASC dan mengabaikan standard FASB.

Kerangka Konseptual
Seperti telah diungkapkan dalam bagian lain, IASC mengadopsi kerangka konseptual FASB
dengan perbedaan pada pernyataan pengguna informasi keuangan. FASB secara spesifik
menyatakan bahwa pengguna adalah investor dan kreditor. Sedangkan IASC menyatakan
pengguna dangan sudut pandang yang lebih luas, dengan memasukkan karyawan, pemasok,
dan masyarakat umum. Dan ternyata, konsep IASC ini juga digunakan oleh negara-negara lain
(yang juga mengadopsi kerangka konseptual FASB) seperti Kanada, Inggris, dan Australia.
Meskipun peranan kerangka konseptual dalam penetapan standard IASC tidak tampak
jelas, diharapkan suatu hal yang positif dalam proses harmonisasi standard akuntansi bisa
terjadi.

Anda mungkin juga menyukai