Anda di halaman 1dari 10

Nama : Widya Marwatu Sa’adah

Kelas : Farmasi 2A

NIM : 31118045

PRAKTIKUM XII

IDENTIFIKASI FENOL DAN ETER

I. Tujuan
- Untuk mengidentifikasi senyawa golongan fenol
- Untuk mengidentifikasi senyawa golongan eter

II. Dasar Teori


a. Fenol
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tidak berwarna
yang memiliki bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya
memiliki gugus hidroksil (-OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Kata fenol
juga mmerujuk pada beberapa zat yang memiliki cincin aromatic yang berikatan
dengan gugus hidroksil. Fenol (fenil alcohol) merupakan zat padat yang tidak
berwarna yang mudah meleleh dan terlarut baik dalam air. Dalam mencoba
keasaman reaksi dalam zat-zat kimia seperti asam asetat, dan lain-lain banyak
digunakan indicator, indicator sperti kertas lakmus. Fenol yang diketahui
fungsinya sebagai zat desinfektan yang umum dipakai orang. Berbeda dengan
alcohol alifatik, fenol sebagai alcohol aromatic mempunyai sifat yang berbeeda.
Dalam air fenol sedikit terionisasi menghasilkan ion H+ dengan Ka = 10-10.
Berdasarkan sifatnya :
 Sifat Kimia
a. Fenol tidak dapat dioksidasi menjadi aldehid atau keton yang jumlah
atom C-nya sama, karena gugus OH-nya terikat pada suatu atom C
yang tidak mengikat atom H lagi. Jadi fenol dapat dipersamakan
dengan alcohol tersier.
b. Jika direaksikan dengan H2SO4 pekat tidak membentuk ester
melainkan membentuk asam fenolsulfonat (o atau p).
c. Dengan HNO3 pekat dihasilkan nitrofenol dan pada nitrasi selanjutnya
terbentuk 2,4,6 trinitrofenol atau asam pikrat.
d. Larutan fenol dalam air bersifat sebagai asam lemah jadi mengion sbb:
karena itu fenol dapat bereaksi dengan basa dan membentuk garam
fenolat.
 Sifat Fisika
- Fenol murni berbentuk Kristal yang tak berwarna, sangat berbau dan
mempunyai sifat-sifat antiseptic.
- Agak larut dalam air dan sebaliknya sedikit air dapat juga larut dalm
fenol cair. Karena bobot molekul air itu rendah dan turun titik beku
molal dari fenol itu tinggi, yaitu 7,5 maka campuran fenol dengan 5-
6% air telah terbentuk cair pada temperature biasa. Larutan fenol
dalam air disebut air karbol atau asam karbol.
b. Eter
Eter adalah senyawa organic yang mengandung gugus R-O-R', dengan R
dapat berupa alkil maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah
pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat
umum ditemukan dalam kimia organic dan biokimia, karena gugus ini merupakan
gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan lignin.
Eter memiliki ikatan C-O-C yang bersudut ikat sekitar 110˚ dan jark C-O
sekitar 140 pm. Sawar rotasi ikatan C-O sangatlah rendah. Menurut teori ikatan
valensi, hibridisasi oksigen pada senyawa eter adalah sp3.
Oksigen lebih elektronegatif daripada karbon, sehingga hydrogen yang
berada pada posisi alfa relative terhadap eter bersifat lebih asam daripada
hydrogen senyawa hidrokarbon. Walau demikian, hydrogen ini kurang asam
dibandingkan dengan alfa hydrogen karbon. Molekul-molekul eter tidak dapat
berikatan hydrogen dengan sesamanya, sehingga mengakibatkan senyawa eter
memiliki titik didih yang relative rendah dibandingkan dengan alcohol.
Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C eter adalah 110˚,
sehingga dipole C-O dapat meniadakan satu sama lainnya. Eter lebih polar
daripada alkena, namun tidak sepolar alcohol, eter, ataupun amida. Walau
demikian, keberadaan dua pasangan electron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hydrogen dengan molekul air. Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.
Eter siklik seperti tetrahidrofuran dan 1,4-dioksana sangat larut dalam air
karena atom oksigennya lebih terpapar ikatan hydrogen dibandingkan dengan
eter-eter alifatik lainnya.

III. Metode/Prosedur
a. Alat
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Pipet tetes
 Spatula
 Penangas api
 Beaker glass
b. Bahan
 Senyawa organic/fenol
 Lakmus biru
 FeCl3
 NaNO2
 H2SO4 pekat
 Aquadest
 Larutan NaOH
 Phthalic anhidrida
 NaOH encer
 KMnO4
 Dietil eter
 Logam Na

c. Prosedur Kerja
A. Fenol
a. Tes Lakmus
Ambil sedikit senyawa organic menggunakan spatula. Kemudian
tempatkan ke atas kertas lakmus biru yang disimpan di kaca arloji.
Amati perubahan yang terjadi.
b. Tes FeCl3
Ambil sedikit senyawa organic menggunakan spatula. Masukkan ke
dalam larutan FeCl3 yang berada didalam tabung reaksi. Amati
perubahan yang terjadi.
c. Tes Lieberman
Masukkan sedikit NaNo2 kristal ke dalam tabung reaksi. Tambahkan
sedikit senyawa organic ke dalam tabung reaksi yang berisi Kristal
NaNo2. Kemudian panaskan langsung diatas api, setelah itu dinginkan
beberapa menit. Tambahkan H2SO4 pekat, kemudian kocok kuat.
Amati perubahan yang terjadi. Kemudian tambahkan aquadest dan
larutan NaOH. Amati kembali perubahan yang terjadi.
d. Tes Pewarna Phthalein
Masukkan senyawa organic ke dalam tabung reaksi. Kemudian
tambahkan sedikit phthalic anhidrida menggunakan spatula.
Tambahkan sedikit H2SO4 pekat ke dalam tabung reaksi tersebut,
panaskan setelah itu dinginkan beberapa menit. Campurkan dengan
hati-hati ke dalam gelas kimia yang berisi NaOH encer. Amati
perubahan yang terjadi.
e. Tes KMnO4
Masukkan 5 ml fenol ke dalam tabung reaksi dan teteskan beberapa
KMnO4 dan amati warna yang terjadi.

B. Eter
a. Tes Lakmus
Dua buah tabung reaksi lain masing-masing diisi 2 mL eter, lalu diberi
tanda A dan B. Celupkan kertas lakmus biru, amati perubahan yang
terjadi.
b. Tes Logam Na
Masukkan 1 mL dietil eter ke dalam tabung reaksi kemudian
tambahkan sedikit logam natrium (seukuran kacang hijau). Amati
reaksi yang terjadi.

IV. Hasil/Pembahasan
a. Hasil Pengamatan
 Fenol
Tes Hasil
Lakmus Biru Berubah menjadi merah
FeCl3 Warna ungu/violet
Lieberman Biru atau hijau
Pewarna Phthalein Merah muda/pink
KMnO4 Endapan coklat

 Eter

Tes/Sampel Hasil
Lakmus Biru Berubah menjadi merah
Lakmus Merah Tetap menjadi merah
Logam Na Tidak berwarna/tidak bereaksi
b. Pembahasan
Pada praktikum kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa
golongan fenol dan eter. Fenol atau disebut juga dengan benzonal atau asam
karbol merupakan zat kimia berupa Kristal tak berwarna dan berbau khas yang
memiliki gugus hidroksil yang berikatan dengan cincin fenil. Sedangkan eter
adalah suatu senyawa organic yang mengandung gugus R-O-R', dengan R dapat
berupa alkil maupun aril.
Pada percobaan pertama yaitu mengidentifikasi senyawa golongan fenol.
Dalam percobaan ini ada Tes Lakmus, Tes FeCl3, Tes Lieberman, Tes Pewarna
Phthalein dan Tes KMnO4.
Pada percobaan Tes lakmus, lakmus diletakkan di kaca arloji kemudian
senyawa organic atau fenol berbentuk Kristal diletakkan pada kertas lakmus biru.
Lakmus biru berubah menjadi merah yang berarti senyawa tersebut merupakan
asam. Dalam hal ini, fenol memiliki tingkat keasaman yang lebih tinggi
dibandingkan air dan alcohol. Hal tersebut dikarenakan kemampuan fenol untuk
melepaskan H+ menjadi ion fenolat dalam keadaan terlarut.
Kemudian percobaan Tes FeCl3. FeCl3 merupakan reagen spesifik untuk
mengidentifikasi keberadaan fenol. Senyawa organic ditambahkan dengan FeCl 3
larutan menjadi warna ungu. Hal ini menujukkan bahwa telah terbentuk senyawa
kompleks dari Fe3+ dengan fenol. Fenol merupakan senyawa yang mengandung
gugus hidroksil yang terikat pada karbon tak jenuh, sehingga dapat bereaksi
dengan FeCl3 menghasilkan senyawa kompleks berwarna ungu. Adapun reaksi
yang terjadi :

Kemudian dilakukan Tes Lieberman. Pada tes ini dilakukan untuk


mengidentifikasi adanya gugus fenol dalam suatu senyawa dengan hasil reaksi
berwarna merah apabila senyawa fenol ditambahkan dengan NaNO2, H2SO4 dan
aquadest dan berwarna hijau apabila ditambahkan larutan NaOH. Dari data
pengamatan, hasil yang diperoleh sesuai. Warna merah lagi berubah menjadi biru
atau hijau dengan penambahan alkali yang kuat, karena anion indophenol.
Adapun reaksi yang terjadi :

Kemudian dilakukan Tes Pewarna Phthalein. Tes ini dilakukan untuk


mengidentifikasi adanya gugus fenol dalam suatu senyawa dengan hasil reaksi
berwarna merah muda. Senyawa organic dimasukkan ke dalam tabung reaksi
ditambahkan dengan phthalein anhidrida, H2SO4 pekat, kemudian dipanaskan dan
dinginkan serta dicampurkan dengan NaOH encer. Pemanasan dilakukan agar
fenol bereaksi dengan phthalein anhidrida dengan adanya H2SO4 untuk
menghasilkan fenolftalein yang tidak berwarna. Dari data pengamatan hasil yang
diperoleh larutan berubah menjadi merah muda, hal ini sesuai dengan teori.
Fenolftalein memberikan warna merah muda akibat bereaksi dengan larutan
NaOH. Adapun reaksi yang terjadi :

Kemudian selanjutnya dilakukan Tes KMnO4. Tes ini dilakukan untuk


mengidentifikasi keberadaan gugus fenol dalam suatu senyawa. Dari percobaan,
fenol ditambahkan KMnO4 membentuk endapan coklat yang menandakan bahwa
senyawa tersebut mengalami oksidasi dan KMnO 4 mengalami reduksi menjadi
mangan oksida yang memberikan warna coklat. Hal ini berarti senyawa tersebut
mengandung gugus fenol. KMnO4 merupakan oksidator kuat sehingga mampu
mengoksidasi fenol yang tidak mudah teroksidasi dengan udara bebas (O 2).
Adapun reaksi yang terjadi :

Dari hasil diatas, pemanasan dilakukan untuk meingkatkan suhu pada


sistem sehinga energi kinetic reaksi akan meningkat. Meningkatnya energi
kinetic akan menyebabkan tumbukan antar partikel semakin cepat, sehingga laju
reaksi pun meningkat. Penambahan NaOH pada fenol dimaksudkan untuk
menetralkan pH fenol dikarenakan sifatnya yang asam. Sedangkan penambahan
H2SO4 pekat berfungsi sebagai katalis. Selanjutnya penambahan NaNO2 untuk
subtitusi fenol secara elektrofilik. Gas racun NO2 dapat dikeluarkan dari reaksi ini
sehingga reaksi harus dilakukan dalam lemari asam. Reaksi ini harus dilakukan
pada suhu dingin karena produk yang dihasilkan memiliki sifat yang dapat
meledak.
Pada percobaan kedua yaitu mengidentifikasi senyawa golongan eter.
Pada percobaan ini dilakukan dua perlakuan, yang pertama yaitu Tes Lakmus
Biru dan Merah. Senyawa yang diidentifikasi pada lakmus biru berubah menjadi
merah dan pada lakmus merah tetap berwarna merah. Hal ini berarti senyawa
yang diidentifikasi merupakan senyawa asam.
Pada Tes Logam Na, dietil eter ditambahkan dengan logam Na seukuran
kacang hijau, reaksi yang terjadi yaitu tidak berwarna atau tidak bereaksi. Dalam
hal ini, pada eter gugus fungsi kurang reaktif yang menyebabkan eter sukar
bereaksi dengan logam Na. Eter tidak dapat bereaksi dengan logam natrium,
karena natrium adalah logam yang aktif. Sesuai dengan sifat eter sendiri yaitu
sukar bereaksi kecuali dengan asam halida kuat. Selain itu karena eter bersifat
kurang polar, sehingga sukar untuk bereaksi.

V. Kesimpulan
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa :
- Pada Tes Lakmus baik pada fenol maupun eter, senyawa yang diidentifikasi
merupakan senyawa asam yang ditandai dengan lakmus biru berubah menjadi
merah dan lakmus merah tetap berwarna merah.
- Pada Tes FeCl3, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya warna yaitu
warna ungu/violet.
- Pada Tes Lieberman, reaksi positif ditandai dengan berubahnya warna dari
hijau/biru apabila sampel ditambahkan dengan NaNO2, dipanaskan dan
ditambahkan H2SO4 kemudian berubah menjadi merah/coklat apabila
ditambahkan aquadest dan berubah kembali menjadi hijau/biru apabila
ditambahkan NaOH.
- Pada Tes Pewarna Phthalein, reaksi positif ditandai dengan tebentuknya warna
merah muda/pink. Warna merah muda ini akibat bereaksi dengan larutan
NaOH.
- Pada Tes KMnO4, reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan coklat.
Terbentuknya endapan coklat karena terjadi reaksi oksidasi.
- Pada eter dengan Tes Logam Na, dietil eter tidak dapat bereaksi dengan logam
Na.

VI. Referensi
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-dasar Kimia Organik.
Jakarta: Bina Aksara
Respah. 1986. Pengantar Kimia Organik. Jakarta: Aksara Baru

Anda mungkin juga menyukai