Isi PBL SK 1 5.1
Isi PBL SK 1 5.1
a. Skenario
SKENARIO 1
Badan Terasa Lemas
b. Klarifikasi Istilah
STEP 1
1. Polifagia : Banyak makan disebabkan oleh glukosa tidak sampai ke sel.
2. Poliuria : keinginan untuk berkemih berkali kali dengan volume berlebih.
3. Polidipsia : merasakan haus berlebih.
d. Analisis Masalah
STEP 3
1. Minuman manis : Glukosa → sumber energi
Terasa lemas hubunganya dengan insulin
2
4. Edukasi
3
STEP 4
1. Kelainan insulin
Kompensasi saat ↑glukosa darah → ↑meningkat
Glukosa lebih banyak → hiperglikemi
DM tipe 1 :
- Genetik → HLA tidak mengenal sel β pankreas → destruksi
- Destruksi sel β
Nilai Normal :
Keluhan pasien :
- Lemas
- Pucat
- Polidipsia
- Poliuria
- Polifagia
4 . Terapi
Mind Map
Etiologi
Tipe
1
klasifikasi patofisiologi
Tipe 2
Penegakan
diagnosis DIABETES
MELITUS
tatalaksana
P.penunjang anamnesis
p. fisik
e. Sasaran Belajar
STEP 5
1. Patofisiologi terjadinga DM dihubungkan dengan faktor resiko
2. Mekanisme terjadinya gejala dan tanda pada diabetes melitus
3. Algoritma penegakan diagnosis
4. Terapi farmakologi, algoritma, penggolongan obat, dan terapi non farmakologi
5. Komplikasi Diabetes Mellitus
f. Belajar Mandiri
STEP 6
Belajar mandiri
g. Penjelasan
STEP 7
1. Patofisiologi terjadinya DM dihubungkan dengan faktor resiko
6
Onsetnya ditandai oleh poliuria, polidipsia, polifagia, dan pada kasus yang
berat, ketoasidosis, yang kesemuanya disebabkan oleh gangguan metabolisme
Oleh karena insulin merupakan suatu hormon anabolik utama dalam tubuh,
defisiensi insulin menyebabkan keadaan katabolisme yang mengenai tidak
hanya metabolisme glukosa namun juga metabolisme lemak dan protein.
Asimilasi glukosa ke dalam jaringan otot dan lemak berkurang secara tajam
atau menghilang. Tidak hanya penyimpanan glikogen di hati dan otot yang
berkurang, namun cadangannya juga berkurang oleh glikogenolisis.
Hiperglikemia yang timbul melampaui ambang reabsorpsi ginjal, akan
menimbulkan glikosuria. Glikosuria menginduksi diuresis osmotik dan
akibatnya terjadi poliuria, yang menyebabkan kehilangan air dan elektrolit
dalam jumlah banyak. 1
aktivitas fisik yang tidak biasa, infeksi, atau setiap bentuk lain dari stres dapat
dengan cepat mempengaruhi keseimbangan metabolisme yang sangat rapuh,
memudahkan terjadinya ketoasidosis diabetes. 1
Glukosa plasma biasanya di antara 500 hingga 700 mg/ dL sebagai akibat
defisiensi absolut insulin dan efek hormone kontraregulator (epinefrin,
glukagon). Hiperglikemia yang mencolok menyebabkan diuresis osmotik dan
dehidrasi yang merupakan ciri keadaan ketoasidosis. Efek utama kedua adalah
aktivasi mesin ketogenik. bermanifestasi sebagai footdrop atau wristdrop yang
tiba-tiba atau kelumpuhan saraf kranial tersendiri. Perubahan neurologic dapat
merupakan akibat dari mikroangiopati dan peningkatan permeabilitas kapiler
yang memberi makan saraf dan juga oleh kerusakan akson langsung.
Defisiensi insulin menyebabkan aktivasi lipase lipoprotein, dengan akibat
penghancuran simpanan lemak secara berlebihan, menyebabkan meningkatnya
ALB, yang dioksidasi oleh hati menjadiketon. Ketogenesis merupakan suatu
fenomena adaptif pada keadaan kelaparan, yang menghasilkan keton sebagai
sumber energi untuk konsumsi organ vital (contoh, otak). Kecepatan
pembentukan keton dapat melampaui kecepatan pemakaiannya oleh jaringan
perifer, sehingga menyebabkan ketonemia dan ketonuria. Apabila
ekskresiketon melalui urin terganggu oleh dehidrasi, keton yang terakumulasi
akan menurunkan pH darah, sehingga menimbulkan ketoasidosis akibat
metabolisme. 1
setelah suatu pemeriksaan rutin darah atau urin pada orang yang tidak
bergejala. Pada keadaan dekompensasi, pasien diabetes tipe 2 dapat
berkembang menjadi koma non-ketotik hiperosmolar. Sindrom ini timbul oleh
karena dehidrasi berat akibat diuresis osmotik yang menetap dan kehilangan
cairan urin oleh hiperglikemia kronik. Secara khas, pasien yang terkena adalah
penderita diabetes berusia lanjut yang menjadi lumpuh karena stroke atau
infeksi dan tidak mampu mempertahankan asupan air yang cukup. Tidak
adanya ketoasidosis dan gejalanya (nausea, muntah, kesulitan bernapas)
memperlambat pengenalan keseriusan keadaan ini hingga terjadi dehidrasi
berat dan koma. 1
Diagnosis
1. Riwayat Penyakit
10
2. Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan funduskopi.
d) Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid.
e) Pemeriksaan jantung. § Evaluasi nadi baik secara palpasi maupun
dengan stetoskop.
f) Pemeriksaan kaki secara komprehensif (evaluasi kelainan
vaskular, neuropati, dan adanya deformitas).
g) Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka,
hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan
bekas lokasi penyuntikan insulin).
h) Tanda-tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain.
a. Terapi Farmakologi
1) Biguanid
Saat ini golongan biguanid yang banyak dipakai adalah metformin.
Metformin terdapat dalam konsentrasi yang tinggi didalam usus dan hati,
tidak dimetabolisme tetapi secara cepat dikeluarkan melalui ginjal. Oleh
karena itu metformin biasanya diberikan dua sampai tiga kali sehari
kecuali dalam bentuk extended release. Efek samping yang dapat terjadi
adalah asidosis laktat, dan untuk menghindarinya sebaiknya tidak
diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal (kreatinin
>1,3mg/dl pada perempuan dan >1,5mg/dl pada laki-laki) atau pada
gangguan fungsi hati dan gagal jantung serta harus diberikan dengan
hati-hati pada orang usia lanjut. 4
Penyulit Akut
1). Krisis Hiperglikemia
Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah komplikasi akut diabetes yang ditandai
dengan peningkatan kadar glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dl),
disertai tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat. Osmolaritas
17
Kedua keadaan (KAD dan SHH) tersebut mempunyai angka morbiditas dan
mortalitas yang tinggi, sehingga memerlukan perawatan di rumah sakit guna
mendapatkan penatalaksanaan yang memadai. 3
2). Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunya kadar glukosa darah < 70 mg/dl.
Hipoglikemia adalah penurunan konsentrasi glukosa serum dengan atau
tanpa adanya gejala-gejala sistem otonom, seperti adanya whipple’s.
triad:
a. Terdapat gejala-gejala hipoglikemia
b. Kadar glukosa darah yang rendah
c. Gejala berkurang dengan pengobatan.
d. Sebagian pasien dengan diabetes dapat menunjukkan gejala glukosa
darah rendah tetapi menunjukkan kadar glukosa darah normal. Di lain
pihak, tidak semua pasien diabetes mengalami gejala hipoglikemia
meskipun pada pemeriksaan kadar glukosadarahnya rendah.Penurunan
kesadaran yang terjadi pada penyandang diabetes harus selalu
dipikirkan kemungkinan disebabkan oleh hipoglikemia. Hipoglikemia
paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonylurea dan insulin.
Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat berlangsung lama, sehingga
harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja obat telah
habis. Pengawasan glukosa darah pasien harus dilakukan selama 24-72
jam, terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang
mendapatkan terapi dengan obat kerja panjang. Hipoglikemia pada usia
18
DAFTAR PUSTAKA