Anda di halaman 1dari 13

FARMAKOTERAPI II

Tugas 2

“Congestive Heart Failur (CHF)”

-Gagal Jantung Kongestif-

Oleh :

Nama : Rahmadona Syukri

No. BP : 1701039

Kelas : VI A

Dosen : Sri Oktavia, M. Farm, Apt.

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFARM)

PADANG

2020
CONGESTIVE HEART FAILUR (CHF)

1. JELASKAN DEFINISI DARI CHF!


Jawab:

Gagal jantung adalah sindrom klinis yang progresif yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Gagal jantung bisa terjadi akibat setiap gangguan yang menurunkan
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan / atau kontraktilitas miokard (disfungsi sistolik)
(DiPiro, 2015).
2. JELASKAN KLASIFIKASI DARI CHF!
Jawab:
A. Klasifikasi gagal jantung menurut NYHA (Ponikowsky Piotr, 2016)
a. Kelas I
Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas fisik biasa tidak menyebabkan
kelelahan berlebihan, palpitasi, dispnea (sesak napas)
b. Kelas II
Keterbatasan yang muncul dengan sedikit aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat.
Aktivitas fisil biasa menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea (sesak napas).
c. Kelas III
Keterbatasan yang muncul dengan aktivitas fisik. Nyaman saat istirahat. Aktivitas
fisik kurang dari biasa menyebabkan kelelahan, palpitasi, atau dispnea.
d. Kelas IV
Gejala gagal jantung terjadi saat istirahat. Jika aktivitas fisik dilakukan, maka
ketidaknyamanan meningkat.
B. Tingkatan gagal jantung menurut ACC/AHA (DiPiro, 2015)
a. Kelas A
Orang yang berisiko tinggi untuk mengalami gagal jantung tetapi belum
menunjukkan perubahan pada jantung
b. Kelas B
Struktur jantung tidak normal tanpa perkembangan tanda maupun gejala.
c. Kelas C
Gejala gagal jantung dirasakan dengan fraksi ejeksi (blood output) normal atau
menurun. Tahap pertama diagnosis gagal jantung telah ditetapkan.
d. Kelas D
Gagal jantung pada fase akhir atau telah sulit disembuhkan (fase refraktori). Fase
dimana pasien tidak lagi merespon terhadap terapi konvensional.
3. JELASKAN ETIOLOGI DARI CHF!
Jawab:
a. Gagal jantung bisa terjadi akibat setiap gangguan yang menurunkan pengisian ventrikel
(disfungsi diastolik) dan / atau kontraktilitas miokard (disfungsi sistolik) (DiPiro, 2015).
b. Kegagalan diastolik (backward failure) dapat terjadi akibat kekakuan dinding ventrikel
yang berat yang menyebabkan jantung tidak dapat menerima darah secara adekuat.
c. Kegagalan sistolik (forward failure) dapat terjadi akibat peningkatan beban volume,
penyakit miokardium, atau peningkatan beban tekanan sehingga menyebabkan jantung
tidak dapat memompa darah secara adekuat
d. Adapun beberapa penyakit dan kondisi lain yang dapat menyebabkan gagal jantung
yaitu aritmia, kardiomiopati, cacat jantung bawaan (congenital heart disease), dan
penyakit katup jantung

Etiologi gagal jantng (DiPiro, 2015)


4. JELASKAN FAKTOR RESIKO DARI CHF!
Jawab:
a. Faktor resiko mayor meliputi usia, jenis kelamin, hipertensi, hipertrofi pada LV, infark
miokard, obesitas, diabetes.
b. Faktor resiko minor meliputi merokok, dislipidemia, gagal ginjal kronik, albuminuria,
anemia, stress, lifestyle yang buruk.
c. Sistem imun, yaitu adanya hipersensitifitas.
d. Infeksi yang disebabkan oleh virus, parasit, bakteri.
e. Toksik yang disebabkan karena pemberian agen kemoterapi (antrasiklin, siklofosfamid, 5
FU), terapi target kanker (transtuzumab, tyrosine kinase inhibitor), NSAID, kokain,
alkohol.
f. Faktor genetik seperti riwayat dari keluarga.

5. JELASKAN PATOFISIOLOGI DARI CHF!


Jawab:
a. Penyebab disfungsi sistolik (penurunan kontraktilitas).
→ Berkurangnya massa otot (misalnya, infark miokard [MI]), kardiomiopati dilatasi, dan
hipertrofi ventrikel. Hipertrofi ventrikel dapat disebabkan oleh tekanan berlebih (mis.,
Hipertensi sistemik atau paru dan stenosis katup aorta atau pulmonal) atau volume
berlebihan (misalnya, regurgitasi katup, pirau, keadaan keluaran tinggi).
b. Penyebab disfungsi diastolik (pembatasan pengisian ventrikel).
→ Peningkatan kekakuan ventrikel, hipertrofi ventrikel, penyakit miokard infiltratif,
iskemia miokard dan MI, stenosis katup mitral atau trikuspid, dan penyakit perikardial
(misalnya, perikarditis dan tamponade perikardial).
c. Penyebab utama gagal jantung adalah penyakit arteri koroner dan hipertensi.
d. Ketika fungsi jantung berkurang setelah cedera miokard, jantung bergantung pada
mekanisme kompensasi:
i. takikardia dan peningkatan kontraktilitas melalui aktivasi sistem saraf
simpatis;
ii. mekanisme Frank-Starling, di mana peningkatan preload meningkatkan
volume stroke;
iii. vasokonstriksi; dan
iv. hipertrofi ventrikel dan remodeling.
e. Meskipun mekanisme kompensasi ini awalnya mempertahankan fungsi jantung, mereka
bertanggung jawab atas gejala gagal jantung dan berkontribusi terhadap perkembangan
penyakit.
f. Dalam model neurohormonal HF, peristiwa awal (misalnya, MI akut) menyebabkan
penurunan curah jantung; keadaan HF kemudian menjadi penyakit sistemik yang
perkembangan dimediasi sebagian besar oleh neurohormon dan faktor autokrin /
parakrin. Zat-zat ini termasuk angiotensin II, norepinefrin, aldosteron, peptida natriuretik,
arginin vasopresin, peptida endotelin, dan biomarker sirkulasi lainnya (misalnya, protein
C-reaktif).
g. Faktor-faktor pencetus yang umum yang dapat menyebabkan pasien gagal jantung yang
sebelumnya terkompensasi untuk dekompensasi termasuk iskemia miokard dan MI,
fibrilasi atrium, infeksi paru, ketidakpatuhan terhadap diet atau terapi obat, dan
penggunaan obat yang tidak tepat. Obat-obatan dapat mengendapkan atau memperburuk
gagal jantung karena sifat inotropik, kardiotoksik, atau natrium dan air yang negatif.
(DiPiro, 2015)

6. JELASKAN CARA DIAGNOSE CHF!


Jawab :
a. Dapat didengar bunyi jantung ketiga
b. identifikasi radiologis adanya kongesti paru dan perbesaran ventrikel dapat
mengindikasikan congestive heart failure (CHF)
c. identifikasi perbesaran ventrikel dengan magnetic resonance imaging (MRI) atau
ultrasonografi dapat mengindikasikan adanya Cngestive heart failure (CHF)
d. pengukuran tekanan diastolic akhir ventrikel dengan sebuah kateter yang
dimasukkan ke dalam arteri pulmonalis (mecerminkan tekanan ventrikel kiri) atau
ke dalam vena kava ( mencerminkn tekanan ventrikel kanan ) dapat mendiagnosis
congestive heart failure (CHF). Tekanan ventrikelkiri biasanya mencerminkan
volume ventrikel kiri.
e. elekrokardiografi dapat memperlihatkan dilatasi abnormal ruang jantung dan
kelainan kontaktilitas.
f. pengukuran BNP (brain natriuretic peptide ) serum (dan sedikit meluas ANP )
memberikan informasi keparahan dan perkembangan penyakit. Kadar normal
bervariasi sesuai usia (nilai dasar meningkat sesuai usia) dan jenis kelamin
(meningkat pada wanita dari pada pria), sehingga usia dan jenis kelamin harus
dipertimbangkan saat mengevalusi hasil pengukuran. (elizbeth,2009)

7. KAPAN SEORANG PASIEN DINYATAKAN MENDERITA CHF?


Jawab :
Pada penderita CHF sering kali terbangun pada malam hari karena sesak dan terkadang
disertai bengkak pada pergelangan kaki,ketika jantung kiri gagal,aliran darah ke paru-paru
akan menjadi stagnan atau terhenti,biasanya menyebabkan sesak napas(terutama saat
berbaring ) dan batuk. Kerika jantung kanan gagal maka akan mengalami stagnan dalam
jaringan.

8. BAGAIMANA PENATALAKSANAAN NON FARMAKOLOGI UNTUK


PENDERITA CHF?
Jawab :
a. Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung
b. Oksigenasi
c. Dukung diet : pembatasan natrium untuk mencegah,mengontrol atau menghilangkan
edema.
d. Mengurangi berat badan
e. Mengurangi lemak
f. Mengurangi stress psikis
g. Menghindari rokok
h. Olahraga teratur

9. BUATLAH PENATALAKSANAAN CHF BERDASARKAN KLASIFIKASINYA


Jawab :
a) STAGE A
 Stage A Resiko tinggi gagal jantung tetapi tanpa penyakit jantung struktural atau
gejala gagal jantung
 Pasien dengan: Hipertensi Aterosklerosis Sindrom Metabolic Diabetes Obesitas
Atau pasien dengan: Kardiotoksin Riwayat kardiomipati
 Obat: ACEi atau ARBs
b) STAGE B
 Penyakit Jantung Struktural tetapi tanpa tanda atau gajala gagal jantung
 Pasien dengan: Infark miokard terdahulu Remodeling ventriled kiri Penyakit
valvulas asimptomatik
 Obat: ACEi atau ARBs Beta Blokers
c) STAGE C
 Penyakit jantung struktural dengan gejala utama/umum
 Pasien dengan: Penyakit jantung struktural diketahui Nafas pendek dan fatigue
penurunan toleransi oleh raga
 Obat rutin: Diuretik ACEi Beta Blokers Obat untuk pasien tertentu: Antagonis
aldesteron ARBs Digitalis Hidralasin atau nitrat Rencana untuk pasien tertentu:
Langkah biventrikuler Implan defibrilator
d) STAGE D
 Reflakton gagal jantung membutuhkan perlakuan khusus
 Pasien dengan: Gejala saat istirahat dengan max terapi (pasien yang dirawat di RS
berulang dan dapat dikeluarkan dari RS tanpa perlakuan Khusus)

10. JELASKAN MASING-MASING OBAT CHF BESERTA DOSIS PENGGUNAAN,


DOSIS SEDIAAN YANG BEREDAR DAN EFEK SAMPING YANG SERING
MUNCUL DARI PENGGUNAAN MASING-MASING OBAT TERSEBUT!
Jawab :
1) ACE inhibitor
 Indikasi: ACE Inhibitor yang diindikasikan sebagai terapi lini pertama
pada:
a. Pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri (fraksi ejeksi
ventrikel kiri <40-45%), dengan atau tanpa gejala gagal jantung
(Kelas rekomendasi I, Level kepercayaan A).
b. Pada pasien hipertensi ACE Inhibitor juga menjadi terapi pilihan
(Kelas I, Level Kepercayaan A). Tujuan utama terapi pada pasien
hipertensi adalah kontrol kadar tekanan darah, yang dapat dicapai
dengan obat yang berbeda yang juga mengurangi morbiditas
kardiovaskular selama pengobatan jangka panjang: diuretik, b-
blocker, ACE Inhibitor, calcium channel blockers, dan angiotensin
II antagonis.
c. ACE Inhibitor Oral yang bermanfaat pada pasien Miokard Infark
Akut bila diberikan dalam waktu 36 jam dari peristiwa (kelas IIa,
tingkat bukti A), terutama pada infark anterior, gangguan Ejection
Fraction atau gagal jantung ringan-sedang (kelas I, tingkat bukti
A).

 Kontraindikasi: riwayat edema angioneurotic, alergi dan stenosis arteri


ginjal bilateral merupakan kontraindikasi absolut untuk pemberian terapi
ACE Inhibitor. Meskipun ACE Inhibitor tidak menjadi kontraindikasi
pada wanita usia produktif penggunaannya harus dihentikan segera setelah
diduga atau terdiagnosis sedang hamil.
 Efek Samping: pada kebanyakan pasien, ACE Inhibitor dapat ditoleransi
dengan baik walaupun beberapa efek samping dapat terjadi. Seperti
hipotensi, batuk kering, hiperkalemi, gagal ginjal akut, proteinuria,
angioedema, dan efek teratogenik.

2) Diuretic ( Diuretic Tiazid Dan Loop Diuretic )


Mengurangi kongestif pulmonal dan edema perifer, mengurangi gejala volume
berlebihan seperti ortopnea dan dispenea nocturnal peroksimal, menurunkan
volume plasma selanjutnya menurunkan preload untuk mengurangi beban kerja
jantung dan kebutuhan oksigen dan juga menurunkan afterload agar tekanan darah
menurun.

TIAZID
Klortalidon
 Indikasi: asites karena sirosis pada sekelompok pasien (dibawah
pengawasan dokter), edema karena sindrom nefrotik, hipertensi (lihat juga
keterangan diatas); gagal jantung kronik yang ringan sampai sedang;
diabetes insipidus.
 Efek Samping: hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan;
impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia (lihat juga
keterangan di atas), hipomagnesemia, hiponatremia, hiperurisemia, pirai,
hiperglikemia, dan peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi
ruam kulit, fotosensitivitas; gangguan darah (termasuk neutropenia, bila
dirasakan pada masa kehamilan akhir trombositopenia neonatal telah
dilaporkan);pankreatitis, kolestatis intrahepatik, dan reaksi
hipersensitivitas (termasuk pneumonitis, edema paru, reaksi kulit yang
berat) juga dilaporkan.
 Dosis: edema, dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi
hari; dosis penunjang 5-10 mg 1-3 kali seminggu. Hipertensi, 2,5 mg pada
pagi hari; dosis yang lebih tinggi jarang diperlukan
3) Antagonis Aldosterone
Menurunkan mortilitas pasien dengan gagal jantung sedang sampai berat.
Spironolakton
 Indikasi: edema dan asitas pada sirosis hati, asites malignan, sindroma
nefrotik, gagal jantung kongestif; hiperaldosteronism primer.
 Efek Samping: gangguan saluran cerna; impotensi, ginekomastia,
menstruasi tidak teratur, letargi, sakit kepala, bingung; ruam kulit;
hiperkalemia; hiponatremia; hepatotoksisitas, osteomalasia, dan gangguan
darah dilaporkan.
 Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; Anak.
dosis awal 3 mg/kg bb dalam dosis terbagi.

4) Obat inotropic
Meningkatkan kontraksi otot jantung dan curah jantung
Digoksin
 Indikasi: Gagal jantung, aritmia supraventrikular (terutama fibrilasi
atrium)
 Efek Samping: Biasanya karena dosis yang berlebihan, termasuk
anoreksia, mual muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan,
sakit kepala, rasa capai, mengantuk, bingung, pusing; depresi; delirium,
halusinasi; aritmia, blok jantung; rash yang jarang; iskemi usus;
ginekomastia pada pemakaian jangka panjang; trombositopenia.
 Dosis: oral, untuk digitalisasi cepat: 1-1,5 mg/24 jam dalam dosis terbagi;
bila tidak diperlukan cepat: 250 - 500 mcg sehari (dosis lebih tinggi harus
dibagi).

5) Glikosida Digitalis
Meningkatkan kekuatan kontrksi otot jantung menyebabkan penurunan volume
distribusi
Digitoksin
 Indikasi: gagal jantung, aritmia supraventrikular, terutama fibrilasi atrium
 Efek Samping: Biasanya karena dosis yang berlebihan, termasuk
anoreksia, mual muntah, diare, nyeri abdomen, gangguan penglihatan,
sakit kepala, rasa capai, mengantuk, bingung, pusing; depresi; delirium,
halusinasi; aritmia, blok jantung; rash yang jarang; iskemi usus;
ginekomastia pada pemakaian jangka panjang; trombositopenia.
 Dosis: oral, untuk digitalisasi cepat: 1-1,5 mg/24 jam dalam dosis terbagi;
bila tidak diperlukan cepat: 250 - 500 mcg sehari (dosis lebih tinggi harus
dibagi).

6) Vasodilator (captopril, isosorbit dinitrat)


Mengurangi preload dan afterload yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah vena
menyebabkan berkurangnya preload jantung dangan meningkatkan kapasitas
vena.
Captopril
 Indikasi: hipertensi ringan sampai sedang (sendiri atau dengan terapi
tiazid) dan hipertensi berat yang resisten terhadap pengobatan lain; gagal
jantung kongestif (tambahan); setelah infark miokard; nefropati diabetik
(mikroalbuminuri lebih dari 30 mg/hari) pada diabetes tergantung insulin.
 Efek Samping: hipotensi; pusing, sakit kepala, letih, astenia, mual
(terkadang muntah), diare, (terkadang konstipasi), kram otot, batuk kering
yang persisten, gangguan kerongkongan, perubahan suara, perubahan
pencecap (mungkin disertai dengan turunnya berat badan), stomatitis,
dispepsia, nyeri perut; gangguan ginjal; hiperkalemia; angiodema,
urtikaria, ruam kulit (termasuk eritema multiforme dan nekrolisis
epidermal toksik), dan reaksi hipersensitivitas (lihat keterangan di bawah
untuk kompleks gejala), gangguan darah (termasuk trombositopenia,
neutropenia, agranulositosis, dan anemia aplastik); gejala-gejala saluran
nafas atas, hiponatremia, takikardia, palpitasi, aritmia, infark miokard, dan
strok (mungkin akibat hipotensi yang berat), nyeri punggung, muka merah,
sakit kuning (hepatoseluler atau kolestatik), pankreatitis, gangguan tidur,
gelisah, perubahan suasana hati, parestesia, impotensi, onikolisis, alopesia.
 Dosis :Gagal jantung (tambahan), awalnya 6,25 - 12,5 mg di bawah
pengawasan medis yang ketat (lihat keterangan di atas); dosis penunjang
lazim 25 mg 2 - 3 kali sehari; maksimal 150 mg sehari.

Isosorbit dinitrat
 Indikasi: profilaksis dan pengobatan angina; gagal jantung kiri.
 Efek Samping: sakit kepala berdenyut, muka merah, pusing, hipotensi
postural, takikardi (dapat terjadi bradikardi paradoksikal).Efek samping
yang khas setelah injeksi (terutama jika diberikan terlalu cepat) meliputi
hipotensi berat, mual dan muntah, diaforesis, kuatir, gelisah, kedutan otot,
palpitasi, nyeri perut, sinkop; pemberian jangka panjang disertai dengan
methemoglobinemia.
 Dosis: Sublingual, 5-10 mg.
DAFTAR PUSTAKA

Badan POM RI. 2015. Pusat Informasi Obat Nasional. Jakarta.

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015, Pharmacotherapy
Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies, Inggris.

Elozabeth, J., Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya Media.

Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, Falk V, González-
Juanatey JR, Harjola VP. 2016 ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute
and chronic heart failure: The Task Force for the diagnosis and treatment of acute and
chronic heart failure of the European Society of Cardiology (ESC)Developed with the
special contribution of the Heart Failure Association (HFA) of the ESC. European Heart
Journal, 2016, Volume 37, Issue 27.

Anda mungkin juga menyukai