Anda di halaman 1dari 9

TUGAS IKM

OLEH :

Nama : Elisabeth Natalia Balok Nahak

NIM : 1965050072

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

PERIODE 4 MEI 2020 – 18 JULI 2020

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

JAKARTA
1. Apa saja masalah gizi di Indonesia?
Secara umum di Indonesia terdapat 5 masalah gizi utama diataranya masalah kekurangan
energi protein (KEP), masalah anemia, masalah gangguan akibat kekurangan iodium
(GAKI) dan masalah kekurangan vitamin A.

(Sumber : Modul Bahan Ajar Gizi Penilaian Status Gizi – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan)

Terdapat Triple Burden yang terjadi di Indonesia


a. Defisiensi Kalori dan Protein : Gizi Buruk dan Gizi Kurang (17,7%), Stunting
(30,8%)
b. Defisiensi Zat Gizi Mikro : Anemia pada Ibu hamil (48,9%)
c. Kelebihan Kalori : Gizi Lebih Balita (8%), Gizi Lebih penduduk usia >18 tahun
(28,9%)
(Sumber:https://www.persi.or.id/images/2019/data/FINAL_PAPARAN_PERSI_22_FEB_2019_Ir._Doddy.
pdf. Diunduh tanggal Selasa, 12 Mei 2020).

Riskesdas 2018 menunjukkan adanya perbaikan status gizi pada balita di Indonesia.
Proporsi status gizi sangat pendek dan pendek turun dari 37,2% (Riskesdas 2013)
menjadi 30,8%. Demikian juga proporsi status gizi buruk dan gizi kurang turun dari
19,6% (Riskesdas 2013) menjadi 17,7%.

Namun yang perlu menjadi perhatian adalah adanya tren peningkatan proporsi obesitas
pada orang dewasa sejak tahun 2007 sebagai berikut 10,5% (Riskesdas 2007), 14,8%
(Riskesdas 2013) dan 21,8% (Riskesdas 2018).
Kekurangan Gizi

Salah satu contoh kejadian kekurangan gizi di Indonesia adalah balita pendek atau biasa
disebut dengan stunting. Data Prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO) menunjukkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga
dengan prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).
Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%

Di Indonesia, stunting merupakan masalah serius dan juga merupakan masalah gizi utama
yang sedang dihadapi. Masalah ini bersifat kronis, maka akan memengaruhi fungsi
kognitif yakni tingkat kecerdasan yang rendah dan berdampak pada kualitas sumber daya
manusia. Masalah stunting memiliki dampak yang cukup serius; antara lain, jangka
pendek terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada bayi/balita, jangka menengah
terkait dengan intelektualitas dan kemampuan kognitif yang rendah, dan jangka panjang
terkait dengan kualitas sumberdaya manusia dan masalah penyakit degeneratif di usia
dewasa (Aryastami, 2017; Saputri dan Tumangger, 2019).

Hasil Riset Kesehatan Dasar menunjukan bahwa dari 34 provinsi yang ada di Indonesia,
lebih dari separuhnya memiliki angka prevalensi diatas rata-rata nasional. Kesenjangan
prevalens Stunting antar provinsi yang masih lebar antara DIY (22,5%) dan NTT (58,4%)
menunjukkan adanya ketimpangan dan pembangunan yang tidak merata.Ditambah juga
pengalaman dan bukti Internasional menunjukkan bahwa stunting dapat menghambat
pertumbuhan ekonomi dan menurunkan produktivitas pasar kerja, sehingga
mengakibatkan hilangnya 11% GDP (Gross Domestic Products) serta mengurangi
pendapatan pekerja dewasa hingga 20%. Selain itu, stunting juga dapat berkontribusi
pada melebarnya kesenjangan/ inequality, sehingga mengurangi 10% dari total
pendapatan seumur hidup dan juga menyebabkan kemiskinan antar-generasi (10
Kabupaten/Kota Prioritas untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting), 2017).

Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Dirjen Kesmas), dr. Kirana Pritasari, MQIH,
dalam laporannya menyebut, masalah gizi di Indonesia terutama di beberapa wilayah di
bagian Timur seperti NTT dan Papua Barat, dinilai masih tinggi. Namun secara nasional,
status gizi di Indonesia Oleh Fery Firmasnyah mengalami perbaikan yang signifikan.
Sebagai contoh provinsi NTT penurunan prevalensi stunting sebanyak 9.1%, hampir 2 %
pertahun penurunannya. Dirjen Kesmas juga menjelaskan, perbaikan status gizi nasional
dapat dilihat juga berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi
Gizi Kurang (Underweigth) perbaikan itu terjadi berturut-turut dari tahun 2013 sebesar
19,6% naik menjadi 17,7% pada 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi
30,8%, dan prevalensi kurus (Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%.

Sumber :
1. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2018). Situasi Balita Pendek (Stunting) di
Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
2. Masalah Gizi Masyarakat posted on 15/04/2020 by KESMAS http://www.indonesian-
publichealth.com/masalah-gizi-masyarakat-2/
3. Fery Firmansah. Tahun 2019 Status Gizi Indonesia Alami Perbaikan. Warta Kesmas Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Mohammad Teja. Stunting Balita Indonesia dan Penanggulangannya.
Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI. November 2019: 11 (22); 13-18 Diunduh dari
http://berkas.dpr.go.id/puslit/files/info_singkat/Info%20Singkat-XI-22-II-P3DI-November-2019-
242.pdf
4. http://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20121121/286362/menkes-ada-tiga-kelompok-
permasalahan-gizi-di-indonesia/

2. Berapa jumlah stunting di Indonesia?


Masalah stunting di Indonesia masih menjadi masalah yang serius.
 Profil tahun 2018, 30,1% (79,5 juta anak) atau 34,5 juta anak di Indonesia
mengalami stunting.
 Profil tahun 2019, 1 dari 3 anak balita Indonesia menderita Stunting
Masalah stuning dapat kita tangani salah satu caranya dengan melakukan sesuai program
pemerintah yaitu inervensi gizi spesifik dan intervensi gizi sensitif.

(Sumber: Tayangan Kick Andy dengan narasumber dr. Louisa Langi, M.Si., M.A.)

3. Jelaskan penyebab gizi buruk secara langsung dan tidak langsung!

Malnutrisi menurut kerangka konseptual UNICEF :


 Penyebab langsung
Makan tidak seimbang/ tidak adekuanya asupan makanan dan penyakit
 Penyebab tidak langsung
Ketersediaan pangan yang kurang, kualitas perawatan ibu dan anak, pelayanan
kesehatan serta sanitasi lingkungan
 Penyebab dasar
Masalah politik sosial ekonomi
UNICEF's Conceptual Framework for the cause of malnutrition

Pertama dimulai dari political resources yg mempengaruhi rmstruktur ekonomi dan


kemudian mempengaruhi politik dan ekonomi dalam struktur luas. Kematangan berpoliik
suatu negara berkaitan erat dengan kemajuan ekonominya. Kemajuan ekonomi menopang
terwujudnya situasi dan kondisi politik yang stabil sehigga dapat menunjang kehidupann
ekonomi yang maju. Jika siuasi politik stabil perekonomian bisnis secara umum akan
lancar. Di beberapa negara industri, kesenjangan pendapatan yang melebar, ditambah
dengan pengurangan perlindungan sosial, memiliki efek yang mengkhawatirkan pada
tingkat gizi anak-anak.

Ekonomi stabil memengaruhi banyak aspek kehidupan masyarakat suau bangsa tidak
terkecuali aspek pendidikan dan pengetahuan. Selanjutnya ini mempengaruhi institusi
formal dan non formal yang menyebabkan edukasi yang tidak adekuat. Semua ini
termasuk dalam penyebab dasar.
Kemudian, dari edukasi yang tidak adekuat ini akan mempengaruhi masalah
perlindungan dan perawatan yang buruk terhadap ibu dan anak, tidak adekuatnya akses
pangan. Status pendidikan perempuan yang rendah akan menyebabkan penurunan
kemampuan untuk memperbaiki status gizi gizi keluarga.
Sedangkan dari pengaruh dari suprastruktur politik dan ideologi mempengaruhi akses
pangan yang tidak adekuat dan sarana prasarana dan pelayanan kesehatan yang tidak
memadai, sanitasi lingkungan yang buruk. Pelayanan kesehatan serta sanitasi lingkungan
mempengaruhi bagaimana ibu bekerja dalam mempersiapkan makanan untuk
dikonsumsi. Pelayanan kesehatan tidak hanya tersedia namun harus dapat diakses dengan
mudah oleh masyarakat. Di sebanyak 35 negara termiskin, 30-50 persen dari populasi
mungkin tidak memiliki akses ke layanan kesehatan sama sekali.
Lebih dari 1,1 miliar orang tidak memiliki akses ke air minum yang aman dan sekitar 2,9
miliar orang tidak memiliki akses terhadap sanitasi yang memadai. Hasilnya adalah
penyebaran penyakit menular, termasuk diare pada masa kanak-kanak, yang pada
gilirannya merupakan penyebab utama malnutrisi. Setiap tahun, dehidrasi diare
merenggut nyawa 2,2 juta anak balita di negara berkembang. Hal-hal ini menyebabkan
asupan makanan buruk dan timbulnya penyakit yang menjadi penyebab langsung dari
malnutrisi. Perawatan yang tidak memadai untuk anak-anak dan perempuan adalah
penyebab mendasar dari kekurangan gizi yang baru-baru ini diakui dalam semua
konsekuensi yang berbahaya. Kebersihan yang baik di dalam dan sekitar rumah dan
dalam menangani makanan mengurangi risiko penyakit

Seorang anak menjadi kurang gizi karena penyakit dalam kombinasi dengan asupan
makanan yang tidak memadai. Kurangnya akses ke makanan, layanan kesehatan yang
buruk, kurangnya air bersih dan sanitasi, dan perawatan anak dan ibu yang tidak
memadai menjadi penyebab utama.

Sumber:
1. Nutrisi Mengatasi Beban Ganda Malnutrisi di Indonesia https://www.unicef.org/indonesia/id/nutrisi
2. UNICEF. The UNICEF Conseptual Framework of Undernutrition.
https://www.unicef.org/sowc98/fs01.htm
4. Bagaimana pendekatan gizi untuk masalah Corona saat ini?
Dengan melakukan pola hidup sehat. Terdapat empat pilar gizi seimbang itu,
pertama, mengkonsumsi aneka ragam pangan. Lalu, kedua, menerapkan pola hidup
bersih dan sehat. Ketiga, melakukan aktivitas fisik dan berolah raga. Kemudian, keempat,
mempertahankan dan memantau berat badan yang normal.
- Mengkonsumsi aneka ragam pangan yaitu Lapis pertama adalah makanan pokok,
sebagai sumber tenaga, bisa memilih salah satu misalnya nasi, atau jagung, singkong,
talas kentang, yang mengandung karbohidrat. Lapis kedua, yang lebih kecil diameternya
terbagi dua, sebagian berisi sayuran dan sebagian berisi buah-buahan. Khusus pada
lapisan ini, zat gizinya mengandung vitamin dan mineral oleh WHO disarankan untuk
mengkonsumsi paling tidak lima jenis setiap hari.
- Hidup sehat yaitu Harus mencuci tangan sebelum makan. Hal ini menjelaskan bahwa
adanya hubungan timbal balik antara infeksi dan status gizi. Status gizi yang baik bisa
meningkatkan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh yang tinggi menyebabkan tidak
mudah terinfeksi virus maupun bakteri.
- Melakukan aktivitas fisik yang teratur yaitu dengan melakukan aktivitas fisik teratur,
misalnya olahraga senam, jalan kaki, bersepeda dan lainnya selama 30 menit. Sebaiknya
dipanas pagi hari, ini juga untuk mematikan virus Covid-19 yang mati pada sinar
matahari. Tujuan aktivitas fisik ini untuk memperlancar metabolisme dalam tubuh. Bila
metabolisme berjalan baik, maka daya tahan tubuh juga baik.
- Mempertahankan dan memantau berat badan ideal atau normal yaitu sebaiknya
memiliki timbangan untuk memantau BB normal. Hal ini merupakan salah satu indikator,
bila berat badan normal, maka telah terjadi keseimbangan zat gizi dalam tubuh.
Keseimbangan yang baik juga meningkatkan daya tahan tubuh yang baik.

Anda mungkin juga menyukai