Anda di halaman 1dari 51

KASUS SEMINAR

“ ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIENPENYAKIT JANTUNG


KORONER (PJK)DI IGD RSU HAJI SURABAYA”

Pembimbing Akademik : Pembimbing Klinik :


Siswanto Agung., S.Kep.,Ns.,MMB Setyo Purnawanti.,S.Kep.,Ns
Disusun Oleh : KELOMPOK 1
Zubaidah
Anastasya Irma
Vika Ramadhana Fitriyani 20194663074
Herlinda Astoria 20194663048
Rifma Yuniar M.W 20194663064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur, penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah Asuhan Keperawatan Gawat
Darurat yang berjudul  ”Asuhan Keperawatan Pasien Dengan PJK di IGD Rumah Sakit
Umum Haji Surabaya”
. Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Siswanto Agung., S.Kep.,Ns.,MMB., selaku dosen pembimbing akademik
2. Setyo Purnawanti., S.Kep.,Ns., selaku pembimbing klinik di IGD RSU Haji
Surabaya
3. Orang tua yang selalu memberikan bantuan dan dorongan baik materiil maupun
spiritual.
4. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dasarannya.
5. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menya
dari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi sempurnanya
makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi
pembaca.

Surabaya,  9 Maret 2020

 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Umum................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Khusus................................................................................................ 3
1.5 Manfaat Makalah............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................ 5
2.1 Landasan Teori Penyakit Jantung Koroner........................ .............. ........... 5
2.1.1 Definisi............................................................................................ 5
2.1.2 Etiologi. .......................................................................................... 5
2.1.3 Faktor Risiko.................................................................................... 7
2.1.4 Klasifikasi......................................................................................... 8
2.1.5 Patofisiologi....................................................................................... 12
2.1.6 Manifestasi Klinis.............................................................................. 13
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................... 14
2.1.8 Penatalaksanaan................................................................................. 16
2.1.9 Komplikasi........................................................................................ 20
2.1.10 WOC.................................................................................................. 23
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN (TEORI).................................................. 24
3.1 Asuhan Keperawatan (Teori)Penyakit Jantung Koroner.............................. 24
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN (KASUS)............................................... 36
4.1 Asuhan Keperawatan (Teori)Penyakit Jantung Koroner.............. ............... 36
BAB VANALISA JURNAL………………........................................................ 68
BAB VI PENUTUP............................................................................................... 73
6.1 Kesimpulan...................................................................................................... 73
6.2 Saran................................................................................................................. 73

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit jantung koroner merupakan kasus utama penyebab kematian dan
kesakitan pada manusia. Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan seperti
pengaturan makanan (diet), menurunkan kolesterol dan perawatan berat badan,
diabetes dan hipertensi, penyakit jantung koroner ini tetap menjadi masalah utama
kesehatan. Masalah utama pada penyakit jantung koroner adalah aterosklerosis
koroner. Merupakan penyakit progresif yang terjadi secara bertahap yaitu penebalan
dinding arteri koroner. Aterosklerosis koroner dianggap sebagai proses pasif karena
sebagian besar dihasilkan oleh kolesterol yang berada pada dinding arteri (Yuet Wai
Kan, 2010).
Penyakit jantung koroner merupakan pembunuh nomor satu di negara-negara
maju dan dapat juga terjadi di negara-negara berkembang. Organisasi kesehatan
duina (WHO) telah mengemukakan fakta bahwa penyakit jantung koroner (PJK)
merupakan epidemi modern dan tidak dapat dihindari oleh faktor penuaan.
Diperkirakan bahwa jika insiden PJK mencapai nol maka dapat meningkatkan
harapan hidup 3 sampai 9% (Shivaramakrishna. 2000).
Gambaran kasus di atas menunjukkan pentingnya penyakit ini yang belum
mendapat perhatian mengenai besarnya resiko seseorang, ketidakmampuan,
hilangnya pekerjaan, dan pada saat masuk rumah sakit. Pada dekade sekarang sejak
konferensi klinis terakhir oleh New York Heart Association atau asosiasi kesehatan
New York menyatakan subjek ini, dari sejumlah loka karya telah mengeluarkan
informasi baru yang penting mengenai penyakit ini, cara pencegahan dan kontrol.
Hal ini dinyatakan dalam besarnya perubahan yang jelas secara klinis dari PJK dan
banyaknya faktor yang mungkin relevan, besarnya jumlah pasien yang ikut,
kelompok yang akan termasuk dalam semua kasus PJK yang timbul pada populasi
umum dengan karakteristik jelas.
Penyakit jantung yang dipengaruhi oleh tingginya kadar kolesterol, banyak
terjadi pada individu dengan kelas ekonomi menengah ke atas. Hal ini dipengaruhi
oleh aktivitas fisik dan makanan yang menjadi faktor penting penentu kadar
kolesterol individu. Gaya hidup masyarakat kerja, dewasa ini lebih cenderung
mengejar halhal yang bersifat praktis, termasuk di dalamnya jenis makanan yang
dikonsumsi. Makanan cepat saji (fast food) atau yang juga dikenal sebagai makanan
sampah (junk food) menjadi pilihan bagi individu yang mengutamakan kecepatan
pelayanan karena waktu menjadi sangat berharga di dunia kerja. Namun di sisi lain,
makanan ini sebenarnya tidak memiliki kandungan gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
Kandungan yang tinggi. Nystrom (2008) dalam penelitiannya di Perancis
mengatakan, responden yang makan dua kali sehari di McDonalds, Burger King
atau restoran cepat saji lain selama 4 minggu, 2 kali sehari, mengalami peningkatan
berat badan hingga 15% dan peningkatan kadar enzim alanine aminotrasnferase
(ALT) hingga 10 kali.
Aktivitas fisik yang sedikit dan makanan cepat saji menjadi bagian dari
kehidupan pekerja kantor dewasa ini. Hal ini disebabkan oleh beratnya tuntutan
pekerjaan sehingga tidak ada kesempatan untuk berolah raga dan merujuk kepada
perilaku hidup yang instan, misalnya makanan. Gaya hidup yang demikian akan
menyebabkan terjadinya penumpukan karbohidrat dan kolesterol di dalam tubuh,
yang kemudian dapat menyebabkan dislipidemia yang merupakan faktor risiko
terjadinya PJK.
Di sisi lain, pekerja kasar umumnya memiliki aktivitas fisik yang berat namun
tidak diimbangi dengan makanan dengan kandungan gizi yang cukup. Keterbatasan
ekonomi pada pekerja kasar membuat mereka jarang memakan makanan hewani
seperti daging dan ikan, makanan cepat saji, atau makananmakanan lain yang
cenderung berkolesterol tinggi. Walaupun demikian, dewasa ini PJK bukan hanya
menjadi penyakit bagi golongan ekonomi menengah ke atas, namun juga sering
terjadi pada masyarakat ekonomi bawah.
Diduga hal ini terjadi akibat mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
minyak tak jenuh dan trans yang bisa terdapat pada minyak goreng kualitas rendah
atau minyak goreng bekas (American Heart Association, 2008).
1.2 Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian penyakit jantung koroner
2. Untuk mengetahui Etiologipenyakit jantung koroner
3. Untuk mengetahui penyebab penyakit jantung koroner
4. Untuk mengetahui gejala penyakit jantung koroner
5. Untuk mengetahui penanggulangan penyakit jantung koroner
6. Untuk mengetahui pencegahan penyakit jantung koroner
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui  penyakit jantung koroner pada pekerja.
BAB II
KONSEP PENYAKIT JANTUNG KORONER

2.1 Pengertian Penyakit JantungKoroner


American heart association (AHA), mendefinisikan penyakit jantung
koroner adalah istilah umum untuk penumpukan plak di arteri jantung yang
dapat menyebabkan serangan jantung.penumpukan plak pada arteri koroner ini
disebut dengan aterosklerosis. (AHA, 2012 hal:14)
Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan keadaan dimana terjadi
penimbunan plak pembuluh darah koroner. Hal ini menyebabkan arteri
koroner menyempit atau tersumbat.arteri koroner merupakan arteri yang
menyuplai darah otot jantung dengan membawa oksigen yang banyak.terdapat
beberapa factor memicu penyakit ini, yaitu: gaya hidup, factor genetik, usia
dan penyakit pentyerta yang lain. (Norhasimah,2010: hal48)

2.2 Etiologi Penyakit JantungKoroner


Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan,
penyumbatan, atau kelainan pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat menghentikan aliran darah ke
otot jantung yang sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang parah,
kemampuan jantung memompa darah dapat hilang. Hal ini dapat merusak
sistem pengontrol irama jantung dan berakhir dan berakhir dengan kematian.
(Hermawatirisa,2014:hal2)
Penyempitan dan penyumbatan arteri koroner disebabkan zat lemak
kolesterol dan trigliserida yang semakin lama semakin banyak dan menumpuk
di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini
dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun
berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek
dominan dari jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke
jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak
dalam arteri memengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan
mendorong terjadinya serangan jantung. Proses pembentukan plak yang
menyebabkan pergeseran arteri tersebut dinamakan arteriosklerosis.
(Hermawatirisa, 2014:hal 2)
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini
ada kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40
tahun. Hal ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi
lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit”baru
yang bersifat degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada
masyarakat perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman
beralkohol, kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress. (Hermawatirisa,
2014:hal 2)

2.3 Patofisiologi Penyakit JantungKoroner


Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar
dan kecil yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil,
monosit dan makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel
endotel), dan akhirnya ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling
sering terkena adalah arteri koroner, aorta dan arteri-arteri sereberal. (Ariesty,
2011:hal 6).
Langkah pertama dalam pembentukan aterosklerosis dimulai dengan
disfungsi lapisan endotel lumen arteri, kondisi ini dapat terjadi setelah cedera
pada sel endotel atau dari stimulus lain, cedera pada sel endotel meningkatkan
permeabelitas terhadap berbagai komponen plasma, termasuk asam lemak dan
triglesirida, sehingga zat ini dapat masuk kedalam arteri, oksidasi asam lemak
menghasilkan oksigen radikal bebas yang selanjutnya dapat merusak
pembuluh darah. (Ariesty, 2011:hal6).
Cedera pada sel endotel dapat mencetuskan reaksi inflamasi dan imun,
termasuk menarik sel darah putih, terutama neutrofil dan monosit, serta
trombosit ke area cedera, sel darah putih melepaskan sitokin proinflamatori
poten yang kemudian memperburuk situasi, menarik lebih banyak sel darah
putih dan trombosit ke area lesi, menstimulasi proses pembekuan,
mengaktifitas sel T dan B, dan melepaskan senyawa kimia yang berperan
sebagai chemoattractant (penarik kimia) yang mengaktifkan siklus inflamasi,
pembekuan dan fibrosis. Pada saat ditarik ke area cedera, sal darah putih akan
menempel disana oleh aktivasi faktor adhesif endotelial yang bekerja seperti
velcro sehingga endotel lengket terutama terhadap sel darah putih, pada saat
menempel di lapisan endotelial, monosit dan neutrofil mulai berimigrasi di
antara sel-sel endotel keruang interstisial. Di ruang interstisial, monosit yang
matang menjadi makrofag dan bersama neutrofil tetap melepaskan sitokin,
yang meneruskan siklus inflamasi. Sitokin proinflamatori juga merangsan
ploriferasi sel otot polos yang mengakibatkan sel otot polos tumbuh di tunika
intima. (Ariesty, 2011:hal 6).
Selain itu kolesterol dan lemak plasma mendapat akses ke tunika intima
karena permeabilitas lapisan endotel meningkat, pada tahap indikasi dini
kerusakan teradapat lapisan lemak diarteri. Apabila cedera dan inflamasi terus
berlanjut, agregasi trombosit meningkat dan mulai terbentuk bekuan darah
(tombus), sebagian dinding pembuluh diganti dengan jaringan parut sehingga
mengubah struktur dinding pembuluh darah, hasil akhir adalah penimbunan
kolesterol dan lemak, pembentukan deposit jaringan parut, pembentukan
bekuan yang berasal dari trombosit dan proliferasi sel otot polos sehingga
pembuluh mengalami kekakuan dan menyempit. Apabila kekakuan ini dialami
oleh arteri-arteri koroner akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi
sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen, dan kemudian terjadi
iskemia (kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel miokardium
sehingga menggunakan glikolisis anerob untuk memenuhi kebutuhan
energinya. Proses pembentukan energi ini sangat tidak efisien dan
menyebabkan terbentuknya asam laktat sehinga menurunkan pH miokardium
dan menyebabkan nyeri yang berkaitan dengan angina pectoris. Ketika
kekurangan oksigen pada jantung dan sel-sel otot jantung berkepanjangan dan
iskemia miokard yang tidak tertasi maka terjadilah kematian otot jantung yang
di kenal sebagai miokard infark. Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner zat
masuk arteri Arteri Proinflamatori Permeabelitas Reaksi inflamasi Cedera sel
endotel Sel darah putih menempel di arteri imigrasi keruang interstisial
pembuluh kaku & sempit Aliran darah Pembentukan Trombus monosit
makrofag Lapisan lemak sel otot polos tumbuh Nyeri Asam laktat terbentuk
MCI Kematian. (Ariesty, 2011:hal 6).

Patwhay Makan- makanan berat


Perjalanan terhadap dingin stress Latihan fisik
Ateroskelerosi spasme - pembuluh darah

Aliran O2 meningkat ke mesentrikus


Adrenalin Keb.O2 jantung meningkat
vosokontriksi meningkat

Aliran O2 koronia menurun

Aliran O2 jantung menurun

Jantung kekurangan O2

Nyeri akut
Iskemia otot jantung Perlu menghindari komplikasi

Kontraksi jantung menurunNyeri b/d iskhemia Takut mati

Diperlukan
Curah jantung
cemas
menurun pengetahuan tinggi

Cemas b/d Kurang pengetahuan b/d devicit


kematian knowledge

2.4 Manifestasi Klinis Penyakit JantungKoroner


Menurut, Hermawatirisa 2014 : hal 3,Gejala penyakit jantung koroner
1. Timbulnya rasa nyeri di dada (AnginaPectoris)
2. Sesak nafas(Dispnea)
3. Keanehan pada iram denyutjantung
4. Pusing
5. Rasa lelahberkepanjangan
6. Sakit perut, mual danmuntah
Penyakit jantung koroner dapat memberikan manifestasi klinis yang
berbeda-beda. Untuk menentukan manifestasi klinisnya perlu melakukan
pemeriksaan yang seksama. Dengan memperhatikan klinis penderita,
riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi saat
istirahat, foto dada, pemeriksaan enzim jantung dapat membedakan subset
klinis PJK.

2.5 Klasifikasi Penyakit JantungKoroner


Faktor risiko terjadinya penyakit jantung antara lain ;
Hiperlipidemi, Hipertensi, Merokok, Diabetes mellitus, kurang aktifitas fisik,
Stress, Jenis Kelamin, Obesitas dan Genetik.
Menurut,( Putra S, dkk, 2013: hal 4) Klasifikasi PJK :
1. Angina Pektoris Stabil/Stable AnginaPectoris
Penyakit Iskemik disebabkan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan
suplai oksigen miokard. Di tandai oleh rasa nyeri yang terjadi jika
kebutuhan oksigen miokardium melebihi suplainya. Iskemia Miokard
dapat bersifat asimtomatis (Iskemia Sunyi/Silent Ischemia), terutama pada
pasien diabetes.8 Penyakit ini sindrom klinis episodik karena Iskemia Mi
okard transien. Laki-laki merupakan 70% dari pasien dengan Angina
Pektoris dan bahkan sebagian besar menyerang pada laki-laki ±50 tahun
dan wanita 60tahun.
2. Angina Pektoris Tidak Stabil/Unstable AnginaPectoris
Sindroma klinis nyeri dada yang sebagian besar disebabkan oleh disrupsi
plak ateroskelrotik dan diikuti kaskade proses patologis yang menurunkan
aliran darah koroner, ditandai dengan peningkatan frekuensi, intensitas
atau lama nyeri, Angina timbul pada saat melakukan aktivitas ringan atau
istirahat, tanpa terbukti adanya nekrosisMiokard.
a. Terjadi saat istirahat (dengan tenaga minimal) biasanya berlangsung>
10 menit.
b. Sudah parah dan onset baru (dalam 4-6 minggu sebelumnya),dan
c. Terjadi dengan pola crescendo (jelas lebih berat, berkepanjangan, atau
sering darisebelumnya).
3. Angina Varian Prinzmetal
Arteri koroner bisa menjadi kejang, yang mengganggu aliran darah ke otot
jantung (Iskemia). Ini terjadi pada orang tanpa penyakit arteri koroner
yang signifikan, Namun dua pertiga dari orang dengan Angina Varian
mempunyai penyakit parah dalam paling sedikit satu pembuluh, dan
kekejangan terjadi pada tempat penyumbatan. Tipe Angina ini tidak umum
dan hampir selalu terjadi bila seorang beristirahat - sewaktu tidur. Anda
mempunyai risiko meningkat untuk kejang koroner jika anda mempunyai :
penyakit arteri koroner yang mendasari, merokok, atau menggunakan obat
perangsang atau obat terlarang (seperti kokain). Jika kejang arteri menjadi
parah dan terjadi untuk jangka waktu panjang, serangan jantung bisa
terjadi.
4. Infark Miokard Akut/Acute MyocardialInfarction
Nekrosis Miokard Akut akibat gangguan aliran darah arteri koronaria yang
bermakna, sebagai akibat oklusi arteri koronaria karena trombus atau
spasme hebat yang berlangsung lama. Infark Miokard terbagi 2:
a. Non ST Elevasi Miokardial Infark(NSTEMI)
b. ST Elevasi Miokardial Infark(STEMI)

2.6 Komplikasi Penyakit JantungKoroner


Menurut, (Karikaturijo, 2010: hal 11 ) Komplikasi PJK Adapun komplikasi
PJK adalah:
1. Disfungsiventricular
2. Aritmia pascaSTEMI
3. Gangguanhemodinamik
4. Ekstrasistol ventrikel Sindroma Koroner Akut Elevasi ST Tanpa
Elevasi ST Infark miokard Angina tak stabil
5. Takikardi dan fibrilasi atrium danventrikel
6. Syokkardiogenik
7. Gagal jantungkongestif
8. Perikarditis
9. Kematian mendadak (Karikaturijo, 2010: hal 11).
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas
Meliputi nama pasien, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pekerjaan,
pendidikan, alamat, tanggal MRS dan diagnosa medis. (Wantiyah,2010:
hal 17)
2. Keluhanutama
Pasien pjk biasanya merasakan nyeri dada dan dapat dilakukan dengan
skala nyeri 0-10, 0 tidak nyeri dan 10 nyeri palig tinggi. Pengakajian nyeri
secara mendalam menggunakan pendekatan PQRST, meliputi prepitasi
dan penyembuh, kualitas dan kuatitas, intensitas, durasi, lokasi,
radiasi/penyebaran,onset.(Wantiyah,2010: hal18)
3. Riwayat kesehatanlalu
Dalam hal ini yang perlu dikaji atau di tanyakan pada klien antara lain
apakah klien pernah menderita hipertensi atau diabetes millitus, infark
miokard atau penyakit jantung koroner itu sendiri sebelumnya. Serta
ditanyakan apakah pernah MRS sebelumnya. (Wantiyah,2010: hal 17)
4. Riwayat kesehatansekarang
Dalam mengkaji hal ini menggunakan analisa systom PQRST. Untuk
membantu klien dalam mengutamakan masalah keluannya secara lengkap.
Pada klien PJK umumnya mengalami nyeri dada. (Wantiyah,2010: hal 18)
5. Riwayat kesehatankeluarga
Mengkaji pada keluarga, apakah didalam keluarga ada yang menderita
penyakit jantung koroner. Riwayat penderita PJK umumnya mewarisi juga
faktor-faktor risiko lainnya, seperti abnormal kadar kolestrol, dan
peningkatan tekanan darah. (A.Fauzi Yahya 2010: hal 28)
6. Riwayatpsikososial
Pada klien PJK biasanya yang muncul pada klien dengan penyakit jantung
koroner adalah menyangkal, takut, cemas, dan marah, ketergantungan,
depresi dan penerimaan realistis. (Wantiyah,2010: hal 18)
7. Pola aktivitas danlatihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien dengan penyakit jantung
koroner untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam melakukan
aktivitas. Pasien penyakit jantung koroner mengalami penurunan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.(Panthee & Kritpracha,
2011:hal 15)
8. Pemeriksaanfisik
a. Keadaanumum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tand vital. Kesadaran klien juga diamati
apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma atau koma.
Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan atau tampak tidak
sakit.
b. Tanda-tandavital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan darah
180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,2 C. (Gordon, 2015: hal 22)
c. Pemeriksaan fisikpersistem
1) Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal
maupun non verbal. (Aziza, 2010: hal13)
2) Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan
kabur.(Gordon, 2015: hal 22)
3) Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran
telinga , tidak mengalami gangguan. (Gordon, 2015:hal22)
4) Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati.
(Gordon, 2015:hal22)
5) Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara
dinit tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi.
Pengkajian meliputi persentase fraksi oksigen, volume tidal,
frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk bernapas.
Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya, pemeriksaan analisa gas
darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia. (Aziza, 2010:
hal13)
6) Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi,
auskultrasi, palpasi, dan perkusi perawat melakukan pengukuran
tekanan darah; suhu; denyut jantung dan iramanya; pulsasi prifer;
dan tempratur kulit. Auskultrasi bunyi jantung dapat menghasilkan
bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal jantung atau adanya bunyi
gallop S4 tanda hipertensi sebagai komplikasi. Peningkatan irama
napas merupakan salah satu tanda cemas atau takut
(Wantiyah,2010: hal18)
7) Sistem gastrointestinal, pengkajian pada gastrointestinal meliputi
auskultrasi bising usus, palpasi abdomen (nyeri, distensi).
(Aziza,2010: hal13)
8) Sistem muskuluskeletal, pada klien PJK adanya kelemahan dan
kelelahan otot sehinggah timbul ketidak mampuan melakukan
aktifitas yang diharapkan atau aktifitas yang biasanya dilakukan.
(Aziza,2010: hal13)
9) Sistem endokrin, biasanya terdapat peningkatan kadar gula darah.
(Aziza,2010: hal13)
10) Sistem Integumen, pada klien PJK akral terasa hangat, turgor baik.
(Gordon, 2015:hal22)
11) Sistem perkemihan, kaji ada tidaknya pembengkakan dan nyeri
pada daerah pinggang, observasi dan palpasi pada daerah abdomen
bawah untuk mengetahui adanya retensi urine dan kaji tentang
jenis cairan yang keluar . (Aziza,2010: hal 13)
9. Pemeriksaanpenunjang
Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan
penunjang diantaranya:
a. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran
diagnosis dari EKG adalah:

1. Depresi segmen ST > 0,05mV

Sumber: Debarus.wordpress.com(2013)
2. Inversi gelombang T, ditandai dengan > 0,2 mV inversi gelombang
T yang simetris di sandapanprekordial.
Sumber: Ekgindonesia.blogspot.com: (2015)
Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB)
dan aritmia jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat
jika ditemukan adanya perubahan segmen ST, namun EKG yang
normal pun tidak menyingkirkan diagnosis APTS/NSTEMI.
Pemeriksaaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat
mengambarkan kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial
untuk evaluasi lebih lanjut dengan berbagai ciri dankatagori:
1. Angina pektoris tidak stabil; depresi segmen ST dengan atau tanpa
inversi gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu
nyeri, tidak dijumpai gelombangQ

Sumber: Abufachri.wordpress.com (2015)


2. Infark miokard non-Q: depresi segmen ST, inversi gelombang T
dalam (Kulick, 2014: hal42).
Sumber: www.medicinesia.com:(2015)
b. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau adanya
kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma
ventrikiler (Kulick, 2014: hal42).
c. Latihan tes stres jantung(treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika
arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan
maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014:
hal 42).
d. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah
semua bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam
aktivitas memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak
selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini
mungkin menunjukkan penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012 hal
43).
e. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif
minimaldenganmemasukkankateter(selang/pipaplastik)melalui
pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi
jantung, prosedur ini disebut kateterisasi jantung. Penyuntikkan cairan
khusus ke dalam arteri atau intravena ini dikenal sebagai angiogram,
tujuan dari tindakan kateterisasi ini adalah untuk mendiagnosa dan
sekaligus sebagai tindakan terapi bila ditemukan adanya suatu kelainan
(Mayo Clinik, 2012: hal 43).
f. CT scan (Computerized tomography Coronary angiogram)
Computerized tomography Coronary angiogram/CT Angiografi
Koroner adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
membantu memvisualisasikan arteri koroner dan suatu zat pewarna
kontras disuntikkan melalui intravena selama CT scan, sehingga dapat
menghasilkan gambar arteri jantung, ini juga disebut sebagai ultrafast
CT scan yang berguna untuk mendeteksi kalsium dalam deposito
lemak yang mempersempit arteri koroner. Jika sejumlah besar kalsium
ditemukan, maka memungkinkan terjadinya PJK (Mayo Clinik, 2012:
hal 43).
g. Magnetic resonance angiography(MRA)
Prosedur ini menggunakan teknologi MRI, sering dikombinasikan
dengan penyuntikan zat pewarna kontras, yang berguna untuk
mendiagnosa adanya penyempitan atau penyumbatan, meskipun
pemeriksaan ini tidak sejelas pemeriksaan kateterisasi jantung (Mayo
Clinik, 2012: hal 44).
10. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Menurut, Hermawatirisa,2014: hal 12
a. Hindari makanan kandungan kolesterol yangtinggi
Kolesterol jahat LDL di kenal sebgai penyebab utana terjadinya proses
aterosklerosis, yaitu proses pengerasan dinding pembuluh darah,
terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata.
b. Konsumsi makanan yang berserattinggi
c. Hindari mengonsumsialcohol.
d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaanmerokok
e. Olahraga dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki
kolateral koroner sehingga PJK dapat dikurangi, olahraga bermanfaat
karena
f. Memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 kemiokard
g. Menurunkan berat badan sehingga lemak lemak tubuh yang berlebih
berkurang bersama-sama dengan menurunnya LDLkolesterol
h. Menurunkan tekanandarah
i. Meningkatkan kesegaranjasmani

3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Nyeriakut
Definisi: pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan
dengan istilah seperti (internasional asosiation for the study of pain) ;
awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat
dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Mengungkapakan secara verbal atau melaporkan (nyeri) denganisyarat
b. Posisi untuk menghindarinyeri
c. perubahan tonusotot
d. perubahan tekanan darah, pernafasan, atau nadi, dilatasipupil
e. perubahan seleramakan
f. perilakudistrasi
g. perilakuekspresif
h. Perilaku menjaga atau sikapmelindungi
i. fokusmenyempit
j. bukti nyeri yang dapat diamati
k. berfokus pada dirisendiri
l. gangguantidur
Faktor yang berhubungan :
Agens-agens penyebab cedera misalnya: biologis, kimia, fisik, dan
psikologis.
2. Penurunan curahjantung
Definisi: ketidakadekuatan pompa darah oleh jantung untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Gangguan Frekuensi dan IramaJantung
b. GangguanPreload
c. GangguanAfterload
d. Gangguankontraktilitas
e. Perilaku/Emosi
Faktor yang berhubungan :
a. Gangguan frekuensi atau iramajantung
b. Gangguan volumesekuncup
c. Gangguanpreload
d. Gangguanaferload
e. Gangguankontraktifitas
3. Intoleransiaktivitas
Definisi: ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologisuntuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan.
Batasan karakteristik :
a. Ketidak nyamanan atau dispnea saat beraktivitas melaporkan keletihan
atau kelemahan secaraverbal.
b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
terhadapaktivitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah dan baring danimobilitas.
b. Kelemahanumum
c. Ketidak seimbangan anatara suplai dan kebetuhanokisgen
d. Gaya hidup yang kuranggerak
3.3 Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
Tujuan:
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri,yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering, atau
selalu:
1) Mengenali awitannyeri
2) Menggunakan tindakanpencegahan
3) Melaporkan nyeri dapatdilakukan
b. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
indikator berikut (sebutkan 1-5; sangat berat, berat, sedang, ringan,
atau tidakada):
1) Ekpresi nyeri padawajah
2) Gelisah atau keteganganotot
3) Durasi episodenyeri
4) Merintih danmenangis
5) Gelisah
Kriteria Hasil NOC:
a. Tingkat Kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan
fisik danpsikologis
b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendalikannyeri
c. Tingkat nyeri keparahan yang dapat di amati ataudilaporkan
Intervensi NIC:
a. PemberianAnalgesik
b. Manajemenmedikasi
c. Manajemennyeri
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan olehpasien
e. Manajemen sedasi
AktivitasKeperawatan
a. Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan informasipengkajian
2) Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala
0 sampai 10 (0=tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10=nyeri
hebat)
3) Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh
analgesik dan kemungkinan efeksampingnya
4) Kaji dampak agama, budaya, kepercyaan, dan lingkungan terhadap
nyeri dan reponspasien
5) Dalam mengkaji nyeri pasien, gunakan kata kata sesuai usia dan
tingkat perkembanaganpasien
6) Manajemen nyeri NIC:
(a) Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi,
karakteristik, awitan dan durasi, frekuensi dan kualitas dan
intensitas atau keparahan nyeri, dan faktorpresipitasinya
(b) Observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan, khususnya pada
mereka yag tidak mampu berkomunikasiefektif
b. Penyuluhan untukpasien/keluarga
1) Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus
di minum, frekuensi pemberian, kemungkinan efeksamping,
kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat
mengkonsumsi oabat tersebut (misalnya, pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila
mengalami nyerimembandel.
2) Instruksikan pasien untuk menginformasikan kepada perawat jika
peredaan nyeri tidak dapatdicapai
3) Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yangdisarankan
4) Perbaiki kesalahan persepsi tentang analgesik narkotik atau opiod
(misalnya, risiko ketergantungan atauoverdosis
5) Manajemen nyeri (NIC): berikan informasi tenteng nyeri , seperti
penyebab nyeri, berapa lama akan berlangsung, dan antisispasi
ketidaknyamanan akibatprosedur
6) Majemen nyeri (NIC): Ajarkan penggunaan teknik
nonfarmakologis (misalnyaa, umpan balik biologis, transcutaneus
elektrical nerve stimulation (tens) hipnosis relaksasi, imajinasi
terbimbing, terapai musik, distraksi, terapai bermain, terapi
aktivitas, akupresur, kompres hangat atau dingin, dan masase
sebelum atau setelah, dan jika memungkinkan selama aktivitas
yang menimbulkan nyeri ; sebelum nyeri terjadi atau meningkat;
dan berama penggunaan tindakan peredaran nyeri yanglain.
c. Aktivitaskolaboratif
1) Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiat yang
terjadwal (misalnya, setiap 4 jam selama 36 jam) atauPCA
2) Manajement nyeri NIC:
(a) Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi
lebihberat
(b) Laporkan kepada dokter jika tindakanberhasil
(c) Laporkan kepada dokter jika tindakn tidak berhasil atau jika
keluhan saat ini merupakan perubahan yang bermakna dari
pengalaman nyeri pasien di maalalu.
d. Aktivitas lain
1) Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi melalui pengkajian nyeri
dan efeksamping
2) Bantu pasien mengidentifikasi tindakan kenyaman yang efektif di
masa lalu seperti ,distraksi,relaksasi ,atau kompers hangatdingin
3) Hadir di dekat pasien untuk memenuhi kebutuhan rasanyaman
2. Penurunan curahjantung
Tujuan: penurunan curah jantung tidak sensitif terhadap isu keperawatan.
Oleh sebab itu, perawat sebaiknya tidak bertindak secara mandiri untuk
melakukannya; upaya kolaboratif perlu dan penting dilakukan.
Kriteria Hasil NOC :
a. Tingkat keparahan kehilangan darah : tingkat keparahan
pendarahan/hemoragi internal ataueksternal
b. Efektivitas Pompa Jantung : keadekuatan, volume darah yang
diejeksikan dari ventrikel kiri untuk mendukung tekanan perfusi
sistemik
c. Status sirkulasi : tingkat pengaliran darah yang tidak terhambat, satu
arah, dan pada tekanan yang sesuai melalui pembuluh darah besar
aliran sistemik danpulmonal.
d. Perfuisi jaringan : organ abdomen : keadekuatan aliran darah melewati
pembuluh darah kecil visera abdomen untuk mempertahankan fungsi
organ.
e. Perfusi jaringan: jantung: keadekuatan aliran darah yang melewati
vaskulatur koroner untuk mempertahankan fungsi organjantung
f. Perfusi jaringan: serebral : keadekuatan aliran darah yang melewati
vaskulatur serebral untuk mempertahankan fungsiotak
g. Perfusi jaringan: Perifer: keadekutan aliran darah yang melalui
pembuluh darah kecil ekstremitas untuk mempertahankan fungsi
jaringan
h. Perfusi jaringan: pulmonal: keadekutan aliran darah yang melewati
vaskulatur pulmonal untuk memerfusi unitalveoli/kapiler
i. Status tanda vital: tingkat suhu, nadi, pernapasan, dan tekanan darah
dalam rentangnormal.
Intervensi NIC :
a. Reduksiperdarahan
b. Perawatanjantung
c. Perawatan jantung,Akut
d. Promosi PerfusiSerebral
e. Perawatan Sirkulasi: insufisiensiarteri
f. Perawatan Sirkulasi : Alat BantuMekanis
g. Perawatan Sirkulasi: InsufisiensiVena
h. Perawatan Embolus: Perifer
i. Perawatan Embolus: Paru
j. RegulasiHemodinamik
k. PengendalianHemoragi
l. Terapi Intravena (IV)
m. PemantauanNeurologis
n. Manajemen syok:Jantung
o. Manajemen syok:Volume
p. Pemantauan Tanda Vital
AktivitasKeperawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfokus pada
pemantauan tanda-tanda vital dan gejala penurunan curah jantung,
pengkajian penyebab yang mendasari (mis, hipovolemia, disritmia),
pelaksanaan protokol atau program dokter untuk mengatasi penurunan
curah jantung, dan pelaksanaan tindakan dukungan, seperti perubahan
posisi dan hidrasi.
a. Pengkajian
1) Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status
pernapasan, dan statusmental
2) Pantau tanda kelebihan cairan (misalnya, edema dependen,
kenaikan beratbadan)
3) Kaji toleransi aktivitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan
napas pendek, nyeri, palpitasi, ataulimbung
4) Evaluasi respons pasien terhadap terapioksigen
5) Kaji keruskankognitif
6) Regulasi hemodinamik(NIC)
(a) Pantau fungsi pacemaker, jikaperlu
(b) Pantau denyut perifer, pengisian ulang kapiler, dan suhu serta
warnaekstremitas
(c) Pantau asupan dan haluaran, haluaran urine, dan berat badan
pasien, jikaperlu
(d) Pantau resistensi vaskular sistemik dan paru, jikaperlu
(e) Auskultasi suara paru terhadap bunyi crackle atau suara napas
tambahanlainnya
(f) Pantau dan dokumentasikan frekuensi jantung, irama, dannadi
b. Penyuluhan untukPasien/Keluarga
1) Jelaskan tujuan pemberian oksigen perkanula nasal atausungkup
2) Instruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan
haluaran
3) Ajarkan pengguanaan, dosis, frekuensi, dan efek sampingobat
4) Jarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan
nyeri, durasi, faktor pencetus, daerah, kualitas, danintensitas
5) Instruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk
perawatan di rumah, meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan
diet, dan penggunaan alatterapeutik
6) Berikan informasi tentang teknik penurunan stres, seperti
biofeedback, relaksasi otot progesif, meditasi dan latihanfisik
7) Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiaphari.
c. AktifitasKolaboratif
1) Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian
atau penghentian obat tekanandarah
2) Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin, dan
vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan
afterload sesuai dengan program medis atauprotokol
3) Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan trombus
perifer, sesuai dengan program atauprotokol
4) Tingkatkan penurunan afterload (misalnya, dengan pompa balon
inta-aorta) sesuai dengan program medis atauprotokol
5) Lakukan perujukan ke perawat praktisi lanjutan untuk tindak-
lanjut, jikadiperlukan
6) Pertimbangkan perujukan ke petugas sosial, manajer kasus atau
layanan kesehatan komunitas dan layanan kesehatan dirumah
7) Lakukan perujukan ke petugas sosisal untuk mengevaluasi
kemampuan membayar obat yangdiresepkan
8) Lakukan perujukan ke pusat rehabilitasi jantung jikadiperlukan
d. AktifitasLain
1) Ubah posisi pasien ke posisi datar atau Trendelenburg ketika
tekanan darah pasien berada pada rentang lebih rendah
dibandingkan dengan yang biasanya
2) Untuk hipotensi yang tiba-tiba, berat atau lama, pasang akses
intravena untuk pemberian cairan intravena atau obat untuk
meningkatkan tekanandarah
3) Hubungkan efek nilai laboratorium, oksigen, obat, aktivitas,
ansietas, dan/atau nyeri padadisritmia
4) Jangan mengukur suhu darirektum
5) Ubah posisi pasien setiap dua jam atau pertahankan aktivitas lain
yang sesuai atau dibutuhkan untuk menurunkan stasis sirkulasi
perifer
6) Regulasi Hemodinamik (NIC):
(a) Minimalkan atau hilangkan stresorlingkungan
(b) Pasang kateter urine, jikadiperlukan

3. Intoleransiaktivitas
Definisi: ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologisuntuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan.
Tujuan:
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh
toleransi aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik,
energi psikomotorik, dan perawatan diri: aktivitas kehidpan sehari hari
(AKSI)
b. Menujukkan aktivitas toleransi, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
berikut seberat, disebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang,
ringan, atau tidak mengalami gangguan:
1) saturasi oksigen saataktivitas
2) frekuensi pernapsan saatberaktivitas
3) kemampuan untuk berbicara saat beraktivitasfisik
c. Mendemonstrasikan penghematan energi, yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan 1-15:tidak pernah, jarang, kadang
kadang, sering atau selalu ditampilkan):
1) Meyadari keterbasanenergi
2) Menyeimbangkan aktivtas danistirahat
3) Mengatur jadwal aktivitas untuk menghemat energy
Kriteria Hasil NOC:
a. Tolereransi aktivitas:respons fisiologis terhadap geraka yang memakan
energi dalam aktivitassehari-hari.
b. Ketahanan: kapasitas unutuk menyelesaikanaktivitas
c. Peng hemat energi: tindakan individu untuk mengola energi untuk
memulai dan menyelesaikanaktiviatas.
d. Kebugaran fisik: pelaksanaan aktivitas fisik yang penuhfitalitas
e. Energi psikomotorik: dorongan dan energi idividu untuk
mempertahankan aktivitas hidup sehari-hari, nutrisi dan keamanan
personal
f. Perwatan diri: ativitas kehidupa sehari-hari (aksi): kemampuan untuk
melalukan tugasa-tugas fisik yang paling dasar dan aktivitas perwatan
pribadi secara mandiri denga atau tanpa alatbantu.
g. Perawatan diri aktivitas kehidupan sehari hariinstrumental(AKSI)
:kemmpuan untuk melakukuan aktvitas yang dibutuhkan dalam fungsi
dirumah atau komunitas secara amandiri dengan atau tampa alat bantu.
Intervensi NIC :
a. Terapi aktivitas:memberi anjuran tentang dan aktivitas fisik, kognitif,
sosial, dan spritual, yang spesifik untuk meningkatkan tentang,
frekuensi, atau durasi aktivitas individu (ataukelompok)
b. Menejemen energi: mengsur engunan energi untuk mengatasi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkanfungsi
c. Menejemen lingkungan: memanipulasi lingkungan sekitr pasien untuk
memperoleh manfaat terapeotik, sekimulasi sensorik, dan
pesejahteraanpsikilogis
d. Terapi latian fisik: mobilitas sendi : menggunakan geakan tubuh aktif
atau pasief umtuk memerthankan atau memperbaiki fleksi bilitassendi.
e. Terapai latian fisik: pengendalian otot: mengunakan aktivitas atau
protokol latihan yang spesifik untuk meningkatkan atau memulihkan
gerakan tubuh yangterkontrol
f. Promosi latian fisik: latian kekuatan: mefasilitasi latian otot resistif
secara rutin untuk mempertahankan dan meningkatkan kekuatanotot
g. Bantuan pemeliharaan rumah: membantu apsien dan kluarga untuk
menjaga rumah sebagai tempat tinggal yang besih,aman dan,
menyenangkan
h. Menejemen alam perasaan: memberi rasa keamanan, stabilitasi
pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfunsi alam
perasaan baik depresi namun peningkatan alamperasaan
i. Bantuan perawatan diri: membantu individu untuk melakukanAKS
j. Bantuan perawtan diri aksi: membantu dan mengarahkan individu
untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari hari instrumental (AKSI)
yang diperlukan untuk berfungsi dirumah atudikomunitas
Aktivitas keperawatan
a. Pengkajian.
1) Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri,ambulasi,dan melakukan aks danaksi
2) Kaji respon emosi,sosial,dan spiritual terhadapaktivitas
3) Evaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan
aktifitas
4) Menejemen energi(NIC)
(a) Tentukan penyebeb keletihan (misalnya,perawat,nyeri,dan
pegobatan).
(b) Pantau respon kardioresparitori terhadap aktivitas (misalnya,
takikardia,disritmia lain lain,dispnea,diaforesis,pucat,tekanan
hemodinamik,dan frekuensipernapasan).
(c) Pantau respon oksigen pasien (misalnya,denyut nadi,irama
jantung, dan frekuensi pernapasan) terhadap aktivitas
perawatan diri atau aktivitas keperawatan.
(d) Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber energi
yagadekuat.
(e) Pantau dan dokumentasikan pola tidur pasien dan lamanya
waktu tidur dalamjam
b. Penyuluhan untukpasien/keluarga
Instruksi kepada pasien dan keluarga dalam:
1) Pengunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jikaperlu
2) Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi
yang perlu dilaporkan kepadadokter
3) Pentingnya nutrisi yangbaik
4) Penggunaan peralatan,s eperti oksigen, selama aktivitas
5) Penggunaan teknik relaksasi (misalnya, distraksi, visualisasi)
selamaaktivitas
6) Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam
keluarga dantempat
7) Tindakan untuk menghemat energi, sebagai contoh: menyimpan
alat atau benda yang sering digunakan di tempat yang mudah di
jangkau
8) Menejemen energi(NIC)
(a) Ajarkan kepada pasien dan orang terdekat tentang teknik
perawatan diri yang akan meminimalkan konsumsi oksigen
(misalnya,pemantaun mandiri dan teknik langkah untuk
melakukanAKS)
(b) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik menejemen
waktu untuk mencegahkelelahan
c. Aktivitaskolaboratif
1) Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri
merupakan salah satu faktorpenyebab
2) Kolaborasikan dengan ahli terapi okupasi,fisik (misalnaya, untuk
latihan ketahanan), atau rekreasi untuk merecanakan dan mematau
program aktivitas,jikaperlu.
3) Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk ke layanan
kesehatan jiwa di rumah
4) Rujuk pasien ke pelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan
pelayanan bantuan perawatan rumah, jikaperlu
5) Rujuk pasien ke ahli gizi untuk pencernaan diet guna
meningkatkan asupan makanan yang kayaenergi
6) Rujuk pasien ke pusat rehabilitas jantung jika keletihan
berhubungan dengan penyakitjantung
d. Aktivitas lain
1) Hindari menjadwalkan pelaksaan aktivitas perawat selama periode
istirahat
2) Bantu pasien untuk mengubah posisi secar berkala,
bersandar,duduk,berdiri,dan ambulasi, sesuaitoleransi
3) Pantau tanda tanda vital sebelum,selama,dan setelah aktivitas;
hentikan aktivitas jika tanda tanda vital tidak dalam rentang normal
bagi pasien atau jika anda tanda tanda bahwa aktivitas tidak dapat
ditoleransi (misalnya, nyeri, dada, pucat, vertigo,dispnea)
4) Rencanakan aktivitas bersama pasien dan keluarga yang
meningkatkan kemandirian dan ketahanan,sebagaicontoh:
(a) Anjuran periode untuk istirahat dan aktivitas secarabergantian
(b) Buat tujuan yang sederhana, realitas, dan dapat dicapai oleh
pasien yang dapat meningkatkan kemandirian dan hargadiri
5) Manajemen energi(NIC)
(a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi pilihanaktivitas
(b) Rencanakan aktivitas pada periode saat pasien memiliki energi
palingbanyak
(c) Bantu dengan akttivitas fisik teratur misalnaya: ambulasi,
berpindah, mengubah posisi, dan perawatan personal), jika
perlu
(d) Batasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya
dankebisingan)
(e) Untuk mengfasilitasirelaksasi
(f) Batu pasien untuk melakukan pemantauan
mandiri denag membuat dokumentasi
tertulis yang mencatat asupan kalori dan
energi, jikaperlu.
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN M
DENGAN DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG KORONER + UNSTABLE
ANGINA + HIPERTENSI
DI IGD RSU HAJI SURABAYA

Tanggal / Jam pengkajian : Jumat, 28 Februari 2020 / 20.00 WIB


Metode pengkajian : Observsasi dan wawancara
Triase : Merah

A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. M
Usia : 57 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal masuk : Jumat, 28 Februari 2020
No. RM : 835xxx
Dx Medis : PJK + UA + HT
2. Keluhan utama
Pasien mengalami sesak nafas
Masalah Keperawatan: Pola Nafas Tidak Efektif
3. Primary survey
a. Airway
Jalan nafas terdengar bebas, tidak ada sumbatan jalan nafas.
b. Breathing
Pasien tampak kesulitan bernapas, pola nafas takipnoe, frekuensi napas
32x/menit, irama napas teratur, terdapat pernapasan cuping hidung,
tampak penggunaan otot bantu napas. Tidak terdengar suara nafas
ronchi maupun weezhing. Terpasang nasal kanul 4 tpm.
Masalah Keperawatan: Pola nafas tidak efektif
c. Circulation
Akral teraba hangat, mukosa bibir tampak lembab, CRT <3 detik, Nadi
109x/menit, irama takikardi, nadi teraba lemah, TD: 172/80 mmHg,
turgor kulit kembali < 3 detik, SpO2: 100%.
Masalah Keperawatan: Penurunan curah jantung
d. Disability
Kesadaran compos mentis GCS: 15 (E4V5M6), pupil isokor, reflek
cahaya +/+, diameter 2mm/2mm.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
e. Exposure
Tidak tampak adanya trauma dan jejas, tidak ada luka, Suhu 36,5oC.
Masalah Keperawatan: Tidak Ada masalah Keperawatan

4. Secondary survey
a. Riwayat kesehatan sekarang
Istri pasien mengatakan pada tanggal 28 februari 2020 Tn M sesak nafas
sejak pagi hari kemudian jam 17.00 di bawa ke IGD RSU HAji
Surabaya setelah diperiksa namun pasien tidak rawat inap (KRS).
Sesampai dirumah keadan tidak semakin membaik, Tn M semakin
sesak, dada terasa nyeri dan gelisah. Pasien mengalami nyeri dada
nyeri dirasa seperti ditimpa beban berat dengan skala 5 muncul terus
menerus baik saat melakukan aktivitas maupun istirahat. Akhirnya
dibawa kembali ke IGD RSU Haji Surabaya jam 19.53. Tn M
langsung dipindahkan ke ruangan P2. Tn M didiagnosa PJK + UA +
HT
Masalah Keperawatan:
1) Pola Nafas Tidak Efektif
2) Nyeri Akut
b. Riwayat kesehatan lalu
Istri pasien mengatakan ada riwayat hipertensi pasien terkadang minum
obat concor 2,5mg dan candesartan 8mg. Tidak mengetahui ada
riwayat penyakit jantung, Pasien pernah dirawat di MRS karena stroke
ringan dan post op sinusitis tahun 2018 dan tidak ada riwayat penyakit
menular.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga mengatakan anggota keluarga Ny. N tidak memiliki riwayat
hipertensi, dan penyakit jantung.
d. Pemeriksaan fisik Head To Toe
1) Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis GCS: 15 (E4V5M6)
2) Tanda-tanda Vital :
TD : 172/80 mmHg Nadi : 109x/menit Sat: 100%
S : 36,50C RR : 32 x/menit
3) Kepala dan leher
Inspeksi : Bentuk kepala normochepal, penyebaran rambut merata,
rambut beruban, tidak ada lesi, tidak ada luka, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid, tidak tampak adanya peningkatan
vena jugularis.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada kepala dan leher
4) Wajah
Inspeksi : Wajah tampak kelelahan, tidak ada luka/lesi, tidak ada
pembengkakan / moonface
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada wajah
5) Mata
Inspeksi : Konjungtiva anemis, pupil isokor, reflek cahaya +/+,
diameter pupil 2 mm/2mm, sclera tidak ikterik, tidak ada luka,
tidak ada pembengkakan pada mata.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada mata
6) Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada polip hidung, tampak adanya
pernapasan cuping hidung, respirasi: 32 x/menit, tidak ada lesi,
tidak ada pengeluaran secret atau perdarahan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung
Masalah Keperawatan : Pola napas tidak efektif
7) Mulut dan gigi
Inspeksi : Bentuk bibir simetris, mukosa bibir lembab. gigi dan mulut
tampak bersih.
8) Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak adaserumen, tidak ada
perdarahan, dan tidak ada gangguan pendengaran
9) Thorax
 Paru
Inspeksi: pengembangan dinding dada tampak simetris, tidak ada
jejas, tampak penggunaan otot bantu napas., RR: 32x/menit.
Palpasi: tidak teraba adanya massa, tidak ada jejas, dan tidak ada
nyeri tekan
Perkusi: suara sonor pada lapang paru kanan dan kiri
Auskultasi: tidak terdengar suara napas tambahan (ronchi) maupun
weezhing
Masalah Keperawatan : Pola napas tidak efektif
10) Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkakan, tidak ada asites, tidak ada luka
Auskultasi : bising usus 18x/menit
Palpasi: tidak ada distensi abdomen, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : suara perkusi timpani
11) Genetalia
Tidak terdapat lesi pada selangkangan dan vagina
12) Ekstremitas
5 5
Kekuatan otot 5 5
Keterangan :
5 : otot berfungsi normal dan mampu melawan tahanan maksimal
4 : otot mampu berkontraksi dan menggerakkan tubuh melawan
tahanan maksimal
3 : otot dapat berkontraksi dan menggerakkan tubuh secara penuh
melawan gaya gravitasi
2 : otot dapat berkontraksi tetapi tidak bisa menggerakkan bagian
tubuh melawan gravitasi
1 : terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan
0 : otot tidak dapat melakukan kontraksi yang bisa terlihat
 Ekstremitas Atas: bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada
deformitas tulang, tidak terdapat edema.
 Ekstremitas Bawah : bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada
luka/lesi, CRT <3 detik tidak ada deformitas tulang.
 Aktifitas pasien tampak terbatas karena pasien mengalami
sesak nafas dan gelisah.
Masalah Keperawatan:
1) Penurunan curah jantung
2) Intoleransi aktivitas
13) Kulit
Inspeksi : kulit berwarna sawo matang, tampak turgor kembali < 3
detik
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

e. Anamneses singkat (SAMPLE)


1) Sign and Symtoms (tanda dan gejala)
Pasien tampak sesak napas dan nyeri dada sebelah kiri , nyeri dirasa
seperti ditimpa beban berat dengan skala 5 muncul terus menerus
baik saat melakukan aktivitas maupun istirahat.
Masalah Keperawatan:
a) Pola nafas tidak efektif
b) Nyeri Akut
2) Allergies (Riwayat Alergi)
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi obat dan
makanan
3) Medications (Riwayat Pengobatan)
Keluarga pasien mengatakan pasien kadang-kadang mengkonsumsi
obat hipertensi yaitu concor 2,5mg dan candesartan 8mg

4) Past Illnes (Riwayat Penyakit)


Keluarga pasien mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit
hipertensi.
5) Last oral Intake (Asupan makan/minum terakhir)
Keluarga pasien mengatakan pasien terakhir kali minum air satu gelas
setelah minum obat pada pukul 17.30 WIB. Keluarga pasien
mengatakan sejak sesak pasien susah makan dan minum karena
ketika memasukkan sesuatu kedalam mulut pasien merasa tambah
sesak nafas dan nyeri. Hasil Lab menunjukkan kadar kalium :
dibawah norma;I (3,3 mmol/L) dan Natrium : dibawah normal
( 12,9 mmol/l). IMT : 22.8 (Ideal)
Masalah Keperawatan: Risiko ketidakseimbangan elektrolit
6) Event before Incident (Kejadian sebelum insiden)
Keluarga mengatakan pasien sesak nafas sejak pagi kemudian dibawa
ke IGD RSU Haji Surabaya jam 17.00 dan KRS. Namun
sesampai dirumah pasien semakin sesak dan nyeri dada. Keluarga
membawa kembali ke IGD RSU HAji jam 19/53
Masalah Keperawatan: Risiko perfusi serebral tidak efektif

5. Pemeriksaan penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium, Selasa, 28 Februari 2020 jam 20.14.57
WIB
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Jumlah Sel Darah
Hb 13,4 g/dl* 12.8 – 16,8
Hematokrit 38,8% 33 – 45
Lekosit 11.700/ mm3* 4.500 – 13.500
Trombosit 270.000/ mm3 150.000 – 440.000
Eritrosit 4,83 juta/Ul 3.6 – 5.8
PDW 9,5 fL 9 – 13
RDW-SD 36,1 fL* 20 – 42
MPV 9,2 fL
PCT 0,25 %

Index
MCV 80,3 fL 80 – 100
MCH 27,7 fL 26 – 34
MCHC 34,5 g/dL 32 – 36
Kimia Klinik
Fungsi Ginjal
BUN 7 mg/dL 6 - 20
*
Creatinin 0,9 mg/dL <1.2
Gula Darah
Gula Darah Sewaktu 146 mg/dL* <150
Fungsi Liver
SGOT 23 U/L* <40
SGPT 16 U/L <41
Elektrolit
Natrium (Na) 129 mmol/L 136 – 145
Kalium (K) 3,3 mmol/L 3.6 – 5.0
Klorida (Cl) 93 mmol/L 96 – 106
Jantung
CKMB 17 U/L 7-25
Masalah Keperawatan : RisikoKetidakseimbangan elektrolit

b) Pemeriksaan Elektrocardiograf, Jumat, 28 Februari 2020 pukul 20:28


WIB

HR : 109 x/menit
Sinus takikardi
c) Pemeriksaan Rontgen, Jumat, 28 Februari 2020 pukul 20:45 WIB

Normal tetapi sedikit adainfiltrat


6. Terapi medis
No Jenis Terapi Waktu Dosis Rute
1 Infus NaCl 0,9% 500ml 24jam 7 tpm Intravena
Clopidogrel 75mg peroral
Aspilet 80mg peroral
2 Injeksi Lansoprazole 8jam 30mg Intravena
3 ISDN Pump 1jam 1mg Intravena
4 Drip KCl 24 jam 25 Meq Intravena
6 Terapi oksigen Nasal Kanul 4 lpm Inhalasi

B. Analisa Data
No. Hari/Tgl Data (DS dan DO) Etiologi Problem
1. Selasa 11 DS : PJK Pola Nafas tidak
Juni - Pasien mengalami sesak efektif
2019 nafas
DO : Terjadi
1. Tingkat kesadaran compos penyumbat di
mentis, GCS: 15, E4V5M6 pembuluh darah
2. PAsien tapak gelisah koroner
karena sesak dan nyeri
dada Suplai O2
3. Tanda-tanda Vital : terganggu
TD : 157/84 mmHg
Nadi : 109 x/menit Respon tubuh
SpO2 : 100% dalam
S 0
: 36,5 c memenuhi
RR : 32 x/menit kebutuhan
3. Irama napas teratur oksigen,
4. Tampak sesak napas
5. Penggunaan otot bantu hiperventilasi
napas.
6. Pola nafas takipneu Sesak
7. Pernafasan cuping hdung
Pola nafas tidak
efektif
2. Selasa 11 DS : Suplai O2 dariPenurunan curah
Juni - Pasien mengalami sesak paru menurun jantung
2019 nafas dan nyeri dada
DO : Miokardium
1. Tingkat kesadaran mengalami
compos mentis, GCS: penurunan fugsi
15, E4V5M6
2. PAsien tapak gelisah Infark
karena sesak dan nyeri miokardium
dada
3. Tanda-tanda Vital : Perubahan
TD : 157/84 mmHg kontraktilitas
Nadi : 109 x/menit jantung
SpO2 : 100%
S : 36,50c Curah jantung
RR : 32 x/meni menurun
4. Pasien tampak letih
5. Tampak sesak nafas,
nafas takipnea
6. Irama jantung
takikardia, nadi teraba
lemah
7. HAsil lab
CKMB : 17 U/L
8. HAsil ECG
Sinus TAkikardi
Flat T
3.. Selasa 11 DS : Plak atau Nyeri Akut
Juni- Pasien mengalami nyeri dada sumbatan di
2019 koroner
nyeri dirasa seperti ditimpa
beban berat dengan skala 5 Arteroskelrosis
muncul terus menerus baik
Penyempitan
saat melakukan aktivitas lumen arteri
koroner
maupun istirahat.
- Gangguan
DO : Suplai O2pada
- Tingkat kesadaran compos arteri koroner
mentis, GCS: 15, E4V5M6
- PAsien tapak gelisah karena Penurunan
sesak dan nyeri dada suplai O2
Tanda-tanda Vital :
TD : 157/84 mmHg Angina Pektoris
Nadi : 109 x/menit
SpO2 : 100% Neri Akut
S : 36,50c
RR : 32 x/meni

4. Selasa 11 DS : Infeksi saliranRisiko


Juni DO : pencernaan ketidakseimban
2019 - HAsil Lab menunjukkan gan eletrolit
kadar kalium : dibawah Meningkatnya
norma;I (3,3 mmol/L) dan flora normal
Natrium : dibawah normal
( 12,9 mmol/l) Meningkatnya
KLorida (93mmol/L) peristaltic usus
Malabsorbsi
makanan

Kehilangan
cairan tubuh

Risiko
ketidakseimban
gan elektrolit
5. Selasa 11 DS : PJK Intoleransi
Juni- Pasien mengalami sesak nafas Aktivitas
2019
- Pasien mengeluh lelah saat Terjadi
beristirahat dan beraktivitas penyumbat di
pembuluh darah
- koroner
DO :
- Tingkat kesadaran compos Suplai O2
mentis, GCS: 15, E4V5M6 terganggu
- PAsien tapak gelisah karena
sesak dan nyeri dada Ketidakeimbang
Tanda-tanda Vital : an suplai O2
TD : 157/84 mmHg dan kebutuhan
Nadi : 109 x/menit oksigen dalam
SpO2 : 100% tubuh
S : 36,50c
RR : 32 x/meni Lemah dan
mudah lelah

Intolernasi
Aktivitas

C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
ditandai dengan takipneu, pernafasan cuping hidung dan otot bantu
nafas
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas
miokardium dan perubahan irama jantung
3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (PJK) ditandai
dengan mebeluh nyeri tanpa merinis
4. Risiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan
5. Intolerasi Aktivitas Berhubungan dengan ketidakseimbangan supali o2
dengan kebuthan o2 ditandai dengan mengeluh lelah saat berativitas dan
istirahat.
D. Intervensi keperawatan
Diagnosa
No. Keperawata Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
n
1. Pola Nafas Setelah dilakukan tindakanManajemen jalan nafas
tidak efektif keperawatan selama 1x60 SIKI hal 187
berhubungan menit diharapkan polaObservasi
nafas efektif 1. Monitor TTVdan
dengan
Kriteria Hasil: (Pola Nfas saturasi O2
hambatan SLKI hal 95 ) 2. Monitor frekuensi,
upaya nafas - TTV dalam batas normal irama, kedalaman
ditandai ( RR : 16-20 x) dan upaya bernafas
dengan - Penggunaan otot bantu 3. Monitor pola nafas
takipneu, nafas tidak ada. 4. Monitor adanya
pernafasan - pernafasan cuping sumbatan nafas
hidung tidak ada. nafas
cuping
- Frekuensi napas 5. Auskultasi bunyi
hidung dan membaik. nafas
otot bantu 6. Lakukan
nafas pengambilan sampel
BGA
7. Monitor hasil BGA
dan hasil
laboratorium
8. Posisikan pasien
semi fowler atau
fowler
9. Kolaborasi
pemberian terapi
oksigen
10. Kolaborasi
pemberian ventilasi
mekanik, jika
diperlukan
2. Penurunan Setelah dilakukan tindakanPerawatan jantung SIKI hal
curah jantung keperawatan selama 1x60Observasi
berhubungan menit diharapkan1. Monitor TTV
penurunan curah jantung2. Identifikasi tanda dan
dengan
dapat diatasi gejala serta penyebab
perubahan Kriteria Hasil:( Curah Jnatung penuruan curah jantung
kontraktilitas SLKI hal Terapeuitik
miokardium a. TTV dalam batas3. Posisikan semi fowler
dan normal 4. Berikan diet jantung
perubahan TD : 120/80 mmHg. yangs esuai
irama Nadi : 60-100 x/ Menit 5. Berikan terapi relaksasi
b. Takikardi/Bradikardi (-)Edukasi
jantung
Gambaran EKG normal 6. Anjurkan untuk tidak
c. Tidak ada sianosis beraktivitas berat
d. CRT < 2 detik Kolaborasi
e. Pitting edema < 2 detik 7. Kolaborasi pemberian
f. Tidak ada edema pada terapi oksigen dan
ekstremitas bronkodilator
8. Kolaborasi pemeriksaan
foto thorax
9. Kolaborasi pemberian
terapi oksigen
10. Kolaborasi pemberian
cairan intravena

3. Nyeri Akut Setelah dilakukan tindakanObservasi


berhubungan keperawatan selama 1x601. Monitor TTV
dengan agen menit diharapkan nyeri2. Identifikasi PQRST
berkurang bahkan hilang Terapeutik
pencedera
Kriteria Hasil: 3. Berikan tehnik nonn
fisik (PJK) a. TTV dalam batas farmakologi
ditandai normal 4. Berikan posisi senyaman
dengan - TD = 120/80 mmHg mungkin
mebeluh - N = 60 – 100 x/menitEduksi
nyeri tanpa - S = 36,5 – 37,50C 1. Jelaskan strategi
merinis - RR = 12-18 x/menit meredakan nyeri
b. Keluhan nyeri 2. Ajrkan cara
berkurang menjadi meredakan nyeri
skala 2. Kolaborasi
c. Tidak tampak 3. Kolaborasi
meringis pemberian
d. Tidak gelisah analgesik, jika perlu
A. Implementasi
Dx Jam Implementasi Respon
1,2,3 20.00 1. Monitor tingkat kesadaran - Kesadaran compos men
GCS: 6, E4V5M6

1,2,3 20.15 2. Monitor tanda-tanda vital dengan bedside TD : 165/86 mmHg


monitor N : 109x/menit
RR : 32 x/menit
SpO2 : 100%

3 2020 3.Identifikasi nyeri (PQRST) Nyeri daerah dada, sepe


tertipa beban berat, ney
datang terus menerus, ny
semakin hebat disertai ses
nafas

1,2,3, 20.25 4. Memberikan posisi head up 300 - Posisi pasien head up 300

1,2 20.30 5. . Memberikan oksigen dengan Nasal Kanul lpm RR : 30x/menit


SpO2: 100%

2 20.33 6.. Kolaborasi foto thorax cito bed Foto thorax sudah dilakuka
tunggu hasil

1, 2,3 20.35 7. Melakukan pemasangan infus NaCl 0,9% Pasien terpasang infus Na
0,9% 7 tpm

1,2 20.35 8. Melakukan pemeriksaan DL, Kimia Klinik, Sampel lab sudah didapatk
dan dikirim ke laboratorium
2 20.40 9. Melakukan pemeriksaan EKG Hasil EKG : sinus takikar
dan flat T

3, 20. 45 10. Monitor hasil laboratorium Semua hasil lab norm


hanya di eletrolit ( dibaw
normal )
Kalium : 3,3
Natrium : 129
Clorida : 93
2 20.50 11. Memberikan injeksi Lanzoprazole 30 mg Obat sudah masuk lewat IV
lewat intravena

2 21.00 12. Memberikan obat clopidogrel 4 x 75mg. Obat masuk peroral


Aspilet 3 x 80mg peroral

3 21.00 13.Memberikan ISDN PUmp 1 mg / jam Obat sudah masuk lewat IV

21.05 14.Drib KCL 25 Meg/ 24 Jam Obat sudah masuk lewat IV

1,2,3, 21.15 15. Monitor TTV TD : 169/80 mmHg


N : 107x/menit
RR : 28x/menit
SpO2 : 100% (deng
NAsal)
S : 36,0C

2,3 21.20 16.Monitor pola nafas, irama nafas, penggunaan - Pola nafas takipnue, iram
otot bantu pernafasan, dan pernafasan cuping nafas reguler, terdap
hidung penggunaan otot ban
pernapasan

2,3 21.25 17. Mengauskultasi bunyi nafas - tidak Terdapat ronc


dikedua lapang paru
1,2,3, 21.30 18.Mempertahankan pemberian oksigen dg kanul Pasien terpasang nasal kan
4 lpm 4 lpm
RR : 26x/menit
SpO2 : 100%

2,3, 21.35 19. Melakukan edukasi tentang pemasangan Keluarga memahami a


kateter, oksigen dan tindakan medis lainnya yang dijelaskan oleh peraw

2 21.40 20.. Melakukan pemasangan kateter Kateter urin terpasang


Residu 200cc

1,2,3, 22.00 21 Monitor tingkat kesadaran - Kesadaran compos men


GCS: 11, E2V4M5
TD : 165/86 mmHg
N : 104x/menit
RR : 24x/menit
SpO2 : 100%
S : 36,0C

3 22.05 22 Pertahankan suhu tubuh normal Pasien menggunakan selim

2 22.10 23 Monitor intake output Intake :


Infus + Obat : 450 cc
Output urin : 200 reiidu
200 urie

B. Evaluasi
No. Jam Respon TTD
1 24.00 S: Pasien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang 1. Anatasyah
WIB I
O: 2. Zubaidah
- Keadaan umum lemah 3. Vika R F
- Kesadaran comos mentis, GCS: 15, E4V5M6 4. Herlinda
- Pola nafas takipnea A
- Irama nafas regular 5. Rifma Y M
- Terdapat penggunaan otot bantu pernapasan
- RR: 24x/menit
- SpO2: 100% dengan oksigen masker nasal 4 liter/menit
- Tidak ada sianosis
- EKG: sinus takikardi

A: POla nafas tidak efektif teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi, pasien dipindahkan ke ruangAl Aqsa

2 24.00 S: Pasien mengatakan sesak nafas sedikit berkurang 1. Anatasyah


WIB O: I
- Keadaan umum lemah 2. Zubaidah
- Kesadaran comos mentis, GCS: 15, E4V5M6 3. Vika R F
- TD : 165/86 mmHg 4. Herlinda
- N : 104x/menit A
- CRT < 3 detik 5. Rifma Y M
- EKG: sinus takikardi
- Intake dan Output
Intake : Infus + Obat :450cc
Output : 200 + 250cc
- Inj Aspilet 3 tab dan Clopidogrel 4 tab
- Drip KCL 25 Meg/ 24 jam

A: Penurunan Curah JAantung teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi, pasien dipindahkan ke ruang Al Aqsa


3 24.00 S: Pasien mengatakan nyeri sedikit berkurang dan masih merasa lemah 1. Anatasyah
WIB O: I
- Keadaan umum lemah 2. Zubaidah
- Kesadaran comos mentis, GCS: 15, E4V5M6 3. Vika R F
- TD : 165/86 mmHg 4. Herlinda
- N : 104x/menit A
- CRT < 3 detik 5. Rifma Y M
- EKG: sinus takikardi
- ISDN Pump 1 mg/ jam
- Posisi head up 30
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi, pasien dipindahkan ke ruang Al Aqsa
DAFTAR PUSTAKA

Risa Hermawati, Haris Candra Dewi.2014. Penyakit Jantung Koroner. Jakarta:


Kandas media (Imprint agromedia pustaka).
Annisa dan anjar.Jurnal GASTER Vol. 10 No. 1 /Februari 2013
Judith.M.Wilkison dan Nancy.R.2013.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Ed
9.Jakarta: EGC
Putra S, Panda L, Rotty. 2013. Profil penyakit jantung koroner. Manado:
fakultas kedokteran.
Rochmayanti, 2011. Analis faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dengan penyakit jantun koroner. Jakarta: fakultas ilmu
keperawatan
A.Fauzi Yahya.2010.Penaklukan No.1: Mencegah dan mengatasi penyakit
jantung koroner.Bandung:Qanita

Anda mungkin juga menyukai