Pembahasan
Pasien balita laki-laki (10 bulan) masuk IGD dengan keluhan batuk
berdahak, sesak nafas dan demam. Pasien sebelumnya rujukan dari rumah sakit
ibnu sina padang panjang. Keadaan pasien sedang, kesadaran sedang, nadi
Pasien masuk dengan keadaan batuk berdahak, sesak nafas dan demam
sejak 3 hariyang lalu. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit asma atau sesak
Pengobatan awal yang diberikan saat pasien masuk IGD adalah pemberian
O2, IVFD Kaen 1 B, Inj ampicilin 4 x 250 mg (IV), Inj gentamicin 2 x 10 mg (IV),
bertujuan untuk mengganti cairan dan elektrolit pada kondisi dehidrasi, demam
sinusitis, infeksi pada mulut, bronkitis. Pasien diberikan injeksi ampicilin 150 mg
IV, ampicilin merupakan antibiotik spektrum luas aktif terhadap organisme gram
negatif dan gram positif. Antibiotik ini berkerja dengan menghambat sintesis
range untuk 1xP nya 125mg-500 mg/kgBB dan pemberian nya masih dalam range
tersebut.
aneka ragam bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, digunakan untuk terapi
infeksi berat dan secara esensial dapat membunuh bakteri secara cepat. Pada
batuk yang disertai sesak nafas pada pasien, Dexamethason diberikan untuk
menyebabkan dilatasi kapiler. Hal ini kan mengurangi respon tubuh terhadap
sudah tepat sesuai dengan IDAI yaitu untuk 1xP range nya 1-2,5 mg/kgBB dan
bronkopulmunari akut dan kronik terkait sekresi mucus abnormal dan gangguan
saluran mukus.
saraf pusat dan bekerja pada hipotalamus sehingga dapat menurunkan suhu tubuh
secara efektif.
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesa, pemeriksaaan fisik, dan tanda-tanda vital, pasien didiagnosa
telah diberikan kepada pasien, terlihat adanya kondisi pasien yang semakin
membaik, efek samping obat selama penggunaan obat pada pasien pada saat
BPOM, 2017, Informasi Obat Nasional Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Camargo CA Jr, Rifas-Shiman SL, Litonjua AA, Rich-Edwards JW, Weiss ST, Gold DR,
et al. Maternal intake of vitamin D during pregnancy and risk of recurrent
wheeze in children at 3 y of age. Am J Clin Nutr. 2007;85(3):788–95.
[PubMed:17344501].
Carroll KN, Gebretsadik T, Griffin MR, Wu P, Dupont WD, Mitchel EF, et al. Increasing
burden and risk factors for bronchiolitisrelated medical visits in infants
enrolled in a state health care insurance plan. Pediatrics 2008;122(1): 58–64.
doi: 10.1542/peds.2007-2087.
J, Dockery D, Speizer FE. Low levels of dietary vitamin D intake and pulmonary
function in adolescents [abstract]. Proc Am Thoracic Soci. 2006;3 A 526.
Mansbach JM. Respiratory viruses in bronchiolitis and their link to recurrent wheezing
and asthma. Clin Lab Med. 2009; 29(4): 741–55.
MIMS App for Android, 2017, Petunjuk Konsultasi, Diakses Diakses pada 27
April 2019.
Plint AC, Johnson DW, Patel H, Wiebe N, Correll R, Brant R, et al. Epinephrine and
Dexamethasone in Children with Bronchiolitis. N Engl J Med 2009;
360:2079-89. doi: 10.1056/NEJMoa0900544.
Ralston SL, Lieberthal AS, Meissner HC, Alverson BK, Baley JE, Gadomski AM, et al.
Clinical practice guideline: The diagnosis, management, and prevention of
bronchiolitis. American Academy of Pediatrics 2014; 134(5):1474-502.
Sidhartani M. Bronkiolitis. Dalam : Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi pertama. Jakarta:
UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008: 333-347.
Simoes EA. Environmental and demographic risk factors for respiratory syncytial virus
lower respiratory tract disease. J Pediatr. 2003;143(5 Suppl):118–26.
[PubMed:14615710].
Sukandar, Y.E, dkk. 2008. ISO Farmakoterapi. Penerbit ISFI, Jakarta Hal 469.
Walker VP, Modlin RL. The vitamin D connection to pediatric infections and immune
function. International Pediatric Research Foundation, Inc; 2009.
Wang TT, Nestel FP, Bourdeau V, Nagai Y, Wang Q, Liao J, et al. Cutting edge: 1,25-
dihydroxyvitamin D3 is a direct inducer of antimicrobial peptide gene
expression. J Immunol 2004;173(5):2909–12. [PubMed: 15322146].
World Health Organization. Pocket book of hospital care for children: Guidelines
for the management of common childhood illnesses. 2nd ed. 2013.
Ampicilin (IONI)
Indikasi Infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, infeksi pada mulut, bronkitis
Dosis Oral : Dewasa 0,25 – 1 gram tiap 6 jam. Anak < 10 tahun ½ dosis dewasa
Infus intravena : Dewasa 2 gram tiap 6 jam selama 10 – 14 hari. Neonatal
50 mg/kgbb setiap 6 jam; Bayi 1 – 3 bulan 50 – 100 mg/kgbb setiap 6 jam;
Anak 3 bulan – 12 tahun 100 mg/kgbb setiap 6 jam
Kontra Pasien yang hipersensitif terhadap penisilin
Indikasi
Efek mual, muntah, diare, ruam.
Samping
Gentamisin (IONI)
Septikemia dan sepsis pada neonates, meningitis dan infeksi SSP lainnya,
Indikasi infeksi bilier, pielonefritis dan prostatitis akut, endocarditis, pneumonia
nosokomial
Dosis Injeksi intramuscular, intravena atau infus : Dewasa 2 – 5 mg/kgbb/hari.
Anak dibawah 2 minggu, 3 mg/kgbb tiap 12 jam; 2 minggu – 2 tahun 2
mg/kgbb tiap 8 jam.
Injeksi intratekal : 1 mg/ hari disertai pemberian intramuscular 2 – 4
mg/kgbb/hari
Dexamethason (IONI)
Indikasi Gangguan alergi, batuk yang disertai sesak nafas
Dosis Oral : Dewasa 0,5 – 10 mg/hari. Anak 10 – 100 mcg/kgbb/hari
Injeksi IM atau IV atau Infus : awal 0,5 – 24 mg ; anak 200 – 400 mcg/
kgbb/ hari.
Kontra Penderita herpes simplex pada mata, diabetes mellitus, hipertensi, insufiensi
Indikasi ginjal, osteoporosis, infeksi akut atau kronis
Efek Sakit kepala, lemas, mudah haus, nyeri otot, nyeri sendi
Samping
Kontra Hipersensitivitas
Indikasi
Perhatian Tukak lambung
Efek Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaksis, bronkospasme, mual, muntah,
Samping diare, nyeri perut, ruam, urtikaria
Salbutamol (IONI)
Indikasi Asma dan kondisi lain berkaitan obstruksi saluran nafas yang reversibel
Dosis Oral : 4 mg (lansia dan pasien yang sensitive dosis awal 2 mg) 3 – 4 kali
sehari, maksimal 8 mg. Anak dibawah 2 tahun 200 mcg/kg 4 kali sehari, 2 -
6 tahun 1 – 2 mg 3 – 4 kali sehari, 6 – 12 tahun 2 mg.
Kontra
Hipersensitivitas terhadap salbutamol
indikasi
Efek
Sakit perut, nyeri dada, diare, sakit kepala, demam, mual
Samping
Ottopan (IONI)
Indikasi Nyeri ringan sampai sedang, sakit kepala, sakit gigi dan menurunkan demam
Dosis Anak < 1 tahun : 0,6 ml 3 – 4 kali sehari. 1-2 tahun : 0,6 – 1,2 ml 3 -4 kali
sehari
Kontra
Hipersensitivitas
indikasi
Ka En 1B (MIMS)
Mengganti cairan dan elektrolit, Hiponatremia, hypokalemia,
Indikasi
hipomagnesemia.
Efek
Peradangan, peningkatan glukosa darah, mual, muntah, diare.
Samping
1xp =
= 30 – 75 mg/kgBB
1xp =
1x p =
1xh =
1xp =
= 1 – 1,5 mg/kgBB
= 4 – 6 mg/kgBB
5. Paracetamol 15 mg/kgBB
1xp = 15 mg/kgBB x 10 kg
= 150 mg/kgBB
= 2,5 mL
(Dosis yang diberikan tidak sesuai, lebih rendah yaitu 0,6 mL)
1xh = 2,5 mL x 3
= 7,5 mL
6. Bromhexin 8 – 16 mg
= 0,53 – 0,96 mg