Anda di halaman 1dari 17

CRITICAL JURNAL REVIEW

TAKSONOMI SPERMATOPHYTA

OLEH :

KELOMPOK II

ADE NOVIANTI (4173341001)

RUTH RAHEL MARS LISBET PURBA TAMSAR (4173141062)

SRI AGUSTIANI (4173341072)

SYAHRONI (4172141017)

BIOLOGI DIK F 2017

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada ucapkan Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Critical Jurnal Review
ini yang tepat pada waktunya. Yang mana Critical Jurnal Review ini mereview satu jurnal
mengenai Orchidaceae. Critical Jurnal Review sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah
Taksonomi Spermatophyta.

Kami menyadari bahwa Critical Jurnal Review ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan Critical Jurnal Review ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta membantu saya menyusun Critical Jurnal Review ini dari awal sampai akhir. Semoga
Tuhan Yang Maha Esa senantiasa menyertai kita. AMIN.

Medan, 08 Maret 2019

Penulis

( Kelompok II )
DAFTAR ISI
Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 RASIONALISASI PENTINGNYA CRITICAL JURNAL REVIEW

1.2 TUJUAN PENULISAN CRITICAL JURNAL REVIEW

1.3 MANFAAT CRITICAL JURNAL REVIEW

1.4 IDENTITAS JURNAL YANG DI REVIEW

BAB II : RINGKASAN ARTIKEL

BAB III : KEUNGGULAN PENELITIAN

3.1 KEGAYUTAN ANTAR ELEMEN


3.2 ORIGINALITAS TEMUAN
3.3 KEMUTAKHIRAN MASALAH
3.4 KOHESI DAN KOHERENSI ISI PENELITIAN

BAB IV : KELEMAHAN PENELITIAN

4.1 KEGAYUTAN ANTAR ELEMEN


4.2 ORIGINALITAS TEMUAN
4.3 KEMUTAKHIRAN MASALAH
4.4 KOHESI DAN KOHERENSI ISI PENELITIAN

BAB V : IMPILKASI

5.1 TEORI

5.2 PROGRAM PEMBANGUNAN DI INDONESIA

5.3 PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

6.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENGANTAR

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review

Pentingnya Critical Journal Review adalah tugas menulis yang mengharuskan kita
untuk meringkas dan mengevaluasi tulisan. Tugas Critical Journal Review berupa buku, bab
atau artikel. Dalam menulis Critical Journal Review kita harus membaca secara seksama dan
juga membaca tulisan dari buku lain yang serupa agar kita bisa memberikan tujuan dari
tulisan dan evaluasi yang lebih komprehensif, obyektif dan faktual. Pentingnya Critical
Journal Review adalah agar lebih menambah wawasan dan pengetahuan kita tentang pembuat
Critical Journal Review dan isi dari jurnal atau artikel yang kita review.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Journal Review

Tujuan penulisan Critical Journal Review untuk menambah pengalaman, pengetahuan


dan wawasan ilmu dan juga meningkatkan pemahaman dan pengetahuan dalam hal
mengkritik jurnal dan membandingkannya dengan jurnak lain serta untuk menguatkan
kemampuan dan skill dalam mengkritisi suatu jurnal untuk dijadikan bahan Critical Journal
Review.

1.3 Manfaat Critical Journal Review

Manfaat Critical Journal Review adalah untuk menilai sebuah jurnal dan mengkritisi
jurnal tersebut serta memberikan informasi dan pemahaman yang komprehensif tentang apa
yang tampak dan terungkap dalam sebuah jurnal yang mengajak pembaca untuk memikirkan,
merenungkan dan mendiskusikan lebih jauh mengenai masalah yang muncul dalam sebuah
jurnal.
1.4 Identitas Jurnal Yang Direview

Judul : Orchidaceae Pulau Rubiah Kota Madya Sabang Provinsi Aceh

Pengarang : Djufri, Hasanuddin dan Fauzi

Penerbit : Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Unsyiah

Jurnal : Jurnal Biotik

Download : jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/biotik/article/download/985/791

Tahun Terbit : April 2015


Volume : 3
Nomor : 1

Halaman : 1-8 (8 halaman)

ISSN : 2337-9812

Reviewer : Ade Novianti, Ruth Rahel Mars Lisbet Purba Tamsar, Sri Agustiani,

Syahroni

Tanggal : 5 Maret 2019


BAB II
RINGKASAN ARTIKEL

ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis anggrek (Orchidaceae) di Pulau
Rubiah Kota Madya Sabang. Pengumpulan data dilakukan dengan Metode Jelajah (observasi)
yaitu menjelajahi seluruh bagian pulau dengan mengikuti track atau jalan yang telah ada.
Penelitian dilakukan pada 2 (dua) lokasi pengamatan, yaitu pada daerah pinggiran pulau (0
s/d 100 m dari tepi laut) dan pada daerah tengah pulau (100 m sampai 500 m dari tepi laut).
Data dianalisis secara deskriptif dan ditampilkan dalam bentuk gambar dan tabel. Hasil
penelitian diperoleh 11 jenis anggrek yang terdiri dari 6 genus yaitu Aerides, Coelogyne,
Cymbidium, Dendrobium, Phalaenopsis, dan Vanda. Jenis anggrek yang ditemukan pada
seluruh titik pengamatan adalah Coelogyne asperata, Dendrobium phalaenopsis, dan Vanda
limbata.
Pendahuluan

Suku anggrek-anggrekan (bahasa Latin: Orchidaceae) merupakan satu suku


tumbuhan berbunga dengan anggota jenis terbanyak. Jenisjenisnya tersebar luas dari daerah
tropika basah hingga wilayah sirkumpolar, meskipun sebagian besar anggotanya ditemukan
di daerah tropika. Kebanyakan anggota suku ini hidup sebagai epifit, terutama yang berasal
dari daerah tropika.
Anggrek di daerah beriklim sedang biasanya hidup di tanah dan membentuk umbi
sebagai cara beradaptasi terhadap musim dingin. Organ-organnya yang cenderung tebal dan
"berdaging" (sukulen) membuatnya tahan menghadapi tekanan ketersediaan air. Anggrek
epifit dapat hidup dari embun dan udara lembap.
Anggota suku ini cenderung memiliki organ-organ yang sukulen atau "berdaging":
tebal dengan kandungan air yang tinggi. Dengan demikian ia dapat hidup pada kondisi
ketersediaan air yang rendah. Air diperoleh dari hujan, tetesan, embun, atau uap air di udara.
Namun, anggrek tidak ditemukan di daerah gurun karena perakarannya tidak intensif.
Anggrek menyukai cahaya matahari tetapi tidak langsung sehingga ia biasa ditemukan di
alam sebagai tumbuhan lantai hutan atau di bawah naungan. Sebagai tanaman hias, anggrek
tahan di dalam ruang.
Anggrek umumnya tumbuh menempel di batang, dahan, atau ranting pohon yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Kelompok anggrek tersebut memiliki bentuk daun
lebar dan relatif tipis. Seluruh akarnya yang fungsional menjuntai di udara, sedangkan akar
yang menempel pada media (substrat) hanya berfungsi sebagai jangkar, yaitu untuk menahan
tanaman pada posisinya.

Pulau Rubiah berada di Provinsi Aceh, memiliki luas areal + 60 Ha. Daerah ini
menjadi suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW), pulau ini terletak sekitar 23,5 km di sebelah
barat Pulau Sumatera, ditumbuhi oleh berbagai jenis anggrek tanah dan anggrek pohon yang
indah.

Keanekaragaman jenis anggrek di Pulau Rubiah, masih belum diketahui secara pasti.
Hasil studi pendahuluan diketahui bahwa di Pulau Rubiah hidup berbagai jenis anggrek, baik
anggrek epifit maupun terestial. Diantara jenisjanisnya adalah Dendrobrium, Cattleya dan
Vanda. Selain jenis-jenis tersebut masih banyak jenis anggrek lain yang belum di ketahui
secara pasti jenisnya.

Berdasarkan informasi dari Dinas Parawisata Kota Sabang dan Petugas Pengelola
Daerah Tujuan Wisata (DTW) Pulau Rubiah, menyebutkan sampai saat ini belum ada
penelitian mengenai tumbuhan anggrek di Pulau Rubiah sehingga penulis tertarik melakukan
penelitian dengan judul “Orchidaceae Pulau Rubiah Kota Madya Sabang Provinsi Aceh”.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui jenis anggrek yang ditemukan di Pulau Rubiah, Kota
Madya Sabang.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Pulau Rubiah Kota Madya Sabang Provinsi Aceh.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah : Kamera foto untuk memotret spesimen, Higrometer untuk mengukur kelembapan
udara, Thermometer untuk mengukur suhu tanah, Lux meter untuk mengukur intesitas
cahaya, Global Positioning System (GPS) untuk mengukur koordinat lokasi penelitian,
kompas untuk menentukan arah, dan herbarium press digunakan untuk mengepres spesimen
tanaman anggrek.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Alkohol 70% untuk mengawetkan
spesimen; Kertas lebel untuk menandai spesimen; Kantung plastik untuk menyimpan
spesimen; Buku identifikasi dan alat tulis-menulis.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengelilingi seluruh bagian pulau
dengan menentukan lokasi keberadaan anggrek. Lokasi pengamatan dibagi atas 2 stasiun
yaitu pada daerah pinggiran pulau (0 s/d 100 m dari tepi laut) dan pada daerah tengah pulau
(100 m sampai 500 m dari tepi laut).
Setiap lokasi pengamatan dibuat 6 titik pengamatan. Setiap anggrek yang ditemukan
langsung di data dan difoto selanjutnya melalui foto hasil penelitian anggrek diidentifikasi
dengan menggunakan buku identifikasi dan didukung oleh buku lain serta spesimen yang
ada (Species Identification Sheets). Sedangkan jenis anggrek yang belum diketahui jenisnya
diambil organnya untuk dibuat herbarium, dan selanjutnya di identifikasi. Diukur juga data
fisik-kimia pada setiap titik pengamatan. Faktor lingkungan fisik kimia yang diukur yaitu;
suhu tanah, kelembapan udara, dan intesitas cahaya juga dilakukan pengukuran.
Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dan diidentifikasi secara deskriptif
yaitu mencatat hal-hal yang berhubungan dengan morfologi bunga, batang, dan daun
tumbuhan anggrek yang ditemukan di lokasi penelitian serta menentukan nama spesiesnya
(dilengkapi dengan gambar).
Hasil dan Pembahasan

Tabel 1. Jenis Anggrek yang Ditemukan di Lokasi Penelitian


No. SPESIES LOKASI PENEMUAN
1. Aerides odorata Daerah pinggiran pulau
2. Coelogyne asperata Daerah tengah pulau
3. Dendrobium phalaenopsis Daerah pinggiran dan tengah pulau
4. D. crumenatum Daerah pinggiran dan tengah pulau
5. D. arcinaciforme Daerah pinggiran dan tengah pulau
6. Phaleonopsis amabilis Daerah pinggiran pulau
7. Vanda insignis Daerah pinggiran dan tengah pulau
8. V. griffithi Daerah pinggiran dan tengah pulau
9. V. limbata Daerah pinggiran dan tengah pulau
10. V. tricolor Daerah pinggiran dan tengah pulau
11. Cymbidium lancifolium Daerah pinggiran dan tengah pulau
Jenis-jenis anggrek yang ditemukan pada daerah penelitian tergolong ke dalam jenis
anggrek yang tumbuh baik di dataran sedang dengan ketinggian 501-1.000 m dpl dan dataran
rendah dengan ketinggian sampai dengan 500 m dpl. Anggrek juga dapat tumbuh dengan
cukup baik pada kelembapan kurang dari 50%, seperti anggrek yang hidup di dataran sedang
dan rendah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di kawasan pulau rubiah, dapat diketahui
bahwa jumlah jenis anggrek epifit yang ditemukan sebanyak 11 jenis yang terdiri dari 6
genus. Genus-genus yang ditemukan adalah Aerides, Coelogyne, Dendrobium, Phalaenopsis,
Vanda, dan Cymbidium.
Jenis-jenis anggrek yang ditemukan tersebar berdasarkan lokasi pengamatan yang
telah ditentukan yaitu, lokasi pengamatan yaitu pada daerah pinggiran pulau (0 s/d 100 m dari
tepi laut) dan pada daerah tengah pulau (100 m sampai 500 m dari tepi laut).
Diantara jenis anggrek yang ditemukan ada yang dapat hidup di beberapa tipe habitat
yang berbeda dan ada yang hanya pada satu tipe habitat saja. Seperti, Coelogyne asperata,
Dendrobium Phalaenopsis, dan Vanda limbata dapat ditemukan pada dua lokasi pengamatan
yaitu, pada daerah pinggiran pulau (0 s/d 100 m dari tepi laut) dan pada daerah tengah pulau
(100 m sampai 500 m dari tepi laut).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa Kawasan Pulau Rubiah memiliki lingkungan
hujan tropis yang sesuai untuk pertumbuhan tumbuhan anggrek yang tumbuh di dataran
sedang dan rendah yaitu, dataran sedang memiliki suhu pada siang hari 29 sampai 3 20C dan
suhu pada malam hari 19 sampai 2 10C, dataran rendah memiliki suhu pada siang hari 34
sampai 380 C dan suhu pada malam hari 22 sampai 2 4 0C sehingga menjadikan daerah ini
lebih lembap ditambah lagi teduh karena dilindungi oleh hutan hujan tropis, sehingga
sinar matahari tidak langsung mengenai tumbuhan anggrek epifit.
Menurut Iswanto (2002), pada umumnya anggrek membutuhkan suhu maksimum
sekitar 28 ºC dan suhu minimum sekitar 15 ºC. Beberapa spesies anggrek alam yang tumbuh
di daerah pegunungan hidup dan berkembang pada suhu rendah, yakni sekitar 5 sampai 10º
C. Ditinjau dari aspek suhu, anggrek terbagi atas tiga jenis yaitu:
(1) Anggrek suhu dingin adalah anggrek yang tumbuh di daerah pegunungan di
ketinggian 2000 sampai 4000 m dpl. Anggrek jenis ini tumbuh baik pada suhu 15
sampai 21ºC saat siang hari dan 10 sampai 13ºC saat malam hari;
(2) Anggrek suhu sedang adalah anggrek yang tumbuh di daerah yang mempunyai
ketinggian antara 750 sampai 2000 m dpl. Anggrek jenis ini tumbuh baik pada suhu
21 sampai 32 ºC saat siang hari dan 13 sampai 18 ºC saat malam hari.
(3) Anggrek suhu panas adalah anggrek yang tumbuh di dataran rendah yang memiliki
ketinggian antara 0 sampai 750 m dpl. Anggrek jenis ini tumbuh baik pada suhu 26
sampai 35 ºC saat siang hari dan 18 sampai 24 ºC saat malam hari.
Kisaran faktor lingkungan untuk seluruh titik pengamatan relatif homogen, sehingga
jenis-jenis anggrek yang ditemukan pada daerah penelitian ini tergolong ke dalam jenis
anggrek yang tumbuh baik di dataran sedang dengan ketinggian 501-1.000 m dpl dan dataran
rendah dengan ketinggian sampai dengan 500 m dpl. Anggrek juga dapat tumbuh dengan
baik pada kelembapan kurang dari 50%, seperti anggrek yang hidup di dataran sedang dan
rendah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; jenis anggrek yang ditemukan
di kawasan Pulau Rubiah berjumlah 6 genus dengan 11 jenis yang terdiri dari 6 genus. Jenis
anggrek yang memiliki distribusi luas (ditemukan) pada seluruh titik pengamatan adalah jenis
Coelogyne asperata, Dendrobium Phalaenopsis, dan Vanda limbata.
BAB III
KEUNGGULAN PENELITIAN

3.1 Kegayutan Antar Elemen

Kegayutan atau keterpautan antar elemen dikatakan baik apabila dari setiap paragraf dan
setiap sub materi yang disajikan merupakan materi yang berkaitan satu sama lain. Kegayutan
pada jurnal ini sudah baik karena materi dari setiap paragraf saling keterkaitan. Pendahuluan
sudah sinkron dengan kesimpulan, dimana pada bagian pendahuluan membahas mengenai
“keanekaragaman jenis anggrek di Pulau Rubiah, masih belum diketahui secara pasti. Hasil
studi pendahuluan diketahui bahwa di Pulau Rubiah hidup berbagai jenis anggrek, baik
anggrek epifit maupun terestial. Diantara jenis-jenisnya adalah Dendrobrium, Cattleya dan
Vanda” sementara pada kesimpulan menjelaskan atau menjawab pembahasan pada bab
pendahuluan “Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa; jenis anggrek yang
ditemukan di kawasan Pulau Rubiah berjumlah 6 genus dengan 11 jenis yang terdiri dari 6
genus. Jenis anggrek yang memiliki distribusi luas (ditemukan) pada seluruh titik pengamatan
adalah jenis Coelogyne asperata, Dendrobium Phalaenopsis, dan Vanda limbata.”
Narasi dapat menggambarkan tentang masalah penelitian dengan baik dan
menemukan serta menawarkan solusi dari permasalahan tersebut. Peneliti menjelaskan secara
beruntun dari pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan, referensi
sehingga pembaca dapat memahami hasil penelitian ini.

3.2 Originalitas Temuan

Sebuah karya tulis dikatakan original apabila tidak ada elemen dalam karya tulis
tersebut yang memiliki kesamaan persis dengan karya tulis lainnya. Sebuah jurnal dikatakan
original apabila elemen-elemen tesebut dapat dibuktikan. Keaslian sebuah jurnal dapat dilihat
dari kutipan dan daftar rujukan (daftar pustaka). Jurnal ini merupakan jurnal yang original
atau asli karena menggunakan kutipan, misalnya “Menurut Iswanto (2002), pada umumnya
anggrek membutuhkan suhu maksimum sekitar 28 ºC dan suhu minimum sekitar 15 ºC.
Beberapa spesies anggrek alam yang tumbuh di daerah pegunungan hidup dan berkembang
pada suhu rendah, yakni sekitar 5 sampai 10º C.” Kutipan itu diambil dari Iswanto, H. 2002.
Anggrek Phalaenopsis. Agro Media Pustaka, Jakarta.
3.3 Kemutakhiran Masalah

Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuai dengan perkembangan
ilmu, penggunaan contoh-contoh di dalamnya terkini dan aktual, dan menggunakan rujukan
baru. Jurnal ini dikatakan mutakhir karena jurnal ini merupakan jurnal buatan tahun 2015
(yang kurun waktunya kurang dari lima tahun terakhir). Selain itu jurnal ini juga sesuai
dengan perkembangan ilmu , yaitu ilmu pendidikan dikalangan mahasiswa, khususnya
mahasiswa jurusan biologi, pertanian, atau kehutanan. Karena tiap-tiao mahasiswa
mempunyai pemahaman yang berbeda-beda dan terus berubah-ubah sesuai dengan kemajuan
zaman, maka dikembangkanlah jurnal megenai topik bahasan keanekaragaman orchidaceae
di Pulau Rubiah untuk mengetahui jenis-jenis dan morfologinya, maka dari itu jurnal ini
dikatakan mutakhir.

3.4 Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian

Jurnal ini adalah jurnal yang kohesi di setiap pembahasan. Kami katakan demikian
karena bentuk tulisan setiap paragraf yaitu kalimat dan kata-katanya berkaitan satu sama lain.
Koherensi atau ketepaduan makna di dalam jurnal juga baik. Karena setiap paragraf dan
kalimatnya jural berpadu. Hal ini merupakan keterpaduan yang sangat tampak, yaitu
penjelasan yang ada pada tiap poinnya (mulai dari awal sampai akhir) menerangkan tentang
anggrek (orchidaceae) di Pulau Rubiah, baik itu jenis-jenisnya, wilayah ditemukan, suhu dan
kelembapan.
BAB IV
KELEMAHAN PENELITIAN

4. 1 Kegayutan Antar Elemen

Tidak terdapat ketidakgayutan di dalam jurnal. Karena elemen-elemen di dalam jurnal


ini bukan hanya sebagai contoh dan bahan penjelasan tetapi juga menjadi bahan penelitian
lain misalnya kandungan dan manfaat dari akar, batang, daun, dan bunga dari orchidaceae.

4.2 Originalitas Temuan

Kami tidak menemukan kekurangan tentang originalitas tentang temuan jurnal ini.

4.3 Kemutakhiran Masalah

Sebuah karya tulis dikatakan mutakhir apabila materi sesuai dengan perkembangan
ilmu, pengunaan contoh-contoh di dalamnya terkini dan aktual, dan menggunakan rujukan
baru. Kelemahan kemutakhiran dalam jurnal ini terdapat pada bagian rujukan jurnal, dimana
rujukan hyang digunakan hanya sebanyak sepuluh dan jurnal ini menggunakan jurnal dan
buku lama (dilihat tahun) sebagai rujukannya. Misalnya, Brill, E . .T. 1986. Orchid
Monographs Volume 1. Netherlands: Tuta Sub Legide Pallas. (jurnal) dan Sastrapradja, S.
1976. Anggrek Indonesia. Jakarta. PN Balai Pustaka (buku).

4.4 Kohesi dan Koherensi Isi Penelitian

Kohesi dan koherensi di dalam jurnal ini cukup baik. Kalimat pada paragraf cukup
kohesi dan koherensi. Pada kalimat-kalimatnya penulis menjelaskan atau menuliskan
penjelasan mengenai istilah asing di dalam kurung dan memiringkan istilah asing tersebut,
misalnya Global Positioning System (GPS) untuk mengukur koordinat lokasi penelitian (pada
bagian metode penelitian paragraf kedua). Sehingga pembaca mengerti dengan jelas apa yang
dituliskan oleh penulis jurnal.
BAB V
IMPLIKASI

5.1 Teori

Teori-teori yang terdapat pada jurnal ini sangatlah berdampak untuk penemuan,
pembuktian dan pegembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari penelitian itu
adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah diketahui apabila kita
mengaplikasikan teori tersebut secara benar dalam proses penelitian kita. Sedangkan
pembuktian data yang dipeoleh itu digunakan untuk membuktikan keraguan terhadap
informasi atau pengetahuan tertentu dan pengembangan berarti memperdalam dan
memperluas pengetahuan yang aada. Teori-teori yang terdapat juga dapat digunakan sebagai
penguat data dalam pembuktian penelitian. Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dapat
memberikan pengetahuan baru kepada kita dan juga dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi.

Berdasarkan teori-teori yang dipaparkan dalam jurnal ini, seorang pembaca maupun
reviewer akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang lebih luas mengenai Orchidaceae
(jenis-jenisnya, morfologi, daerah persebaran, jumlah spesies yang ada di Indonesia maupun
di dunia, kandungan dan manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari).

5.2 Program Pembangunan di Indonesia

Hasil yang didapatkan dari data-data yang dikumpulkan berdasarkan fakta-fakta akan
di telaah dan dikembangkan maka data tersebut sebagai data baru atau informasi baru bagi
peneliti yang sangat penting yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk memperkirakan
tindakan selanjutnya khususnya dalam pendidikan dan kesehatan. Salah satu contohnya, hasil
penelitian dapat memberi sumbangan yang sangat berharga pada perkembangan ilmu
pendidikan, yaitu mengetahui jenis (spesies) dari orchidaceae (anggrek), morfologi dan
anatominya, dan sebagainya. Dalam dunia kesehatan, misalnya pada bagian akar, batang,
daun yang dapat digunakan sebagai obat-obatan atau bahan makanan.
5.3 Pembahasan dan Analisis

Hasil yang didapatkan dari data-data yang dikumpulkan berdasarkan fakta-fakta akan
di telaah, sehingga mahasiswa dapat menyajikan berbagai gambar, tabel dan diagram secara
lengkap mengenai implikasi teoritikal dari penelitian tersebut. Tujuannya untuk meyakinkan
para penguji terhadap kontribusi ilmu pengetahuan maupun teori yang dipergunakan untuk
menyelesaikan permasalahan penelitian. Mahasiswa juga harus mampu memahami
operasional serta mampu menyajikan refleksi penulis tentang metodologi yang hendak
digunakan di dalam penelitian yang dilakukan selanjutnya sesuai dengan kaidah dan
penulisan yag berlaku.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Adapun simpulan pada Critical Journal Review ini adalah jurnal ini berupa
pembahasan yang akan membantu pembaca khususnya mahasiswa mengetahui dan
memahami Orchidaceae yang terdapat di Pulau Rubiah Kota Madya Sabang Provinsi Aceh,
ada berapa genus dan berapa spesies serta lingkungan tempat tumbuhnya dan suhu atau
kelembapan yang sesuai dengan spesies tersebut. Untuk kepentingan tersebut, jurnal ini
berupaya memformulasikan suatu ulasan saran dalam mengimplemntasikannya melalui hasil
pembahasan teori-teori para ahli (rujukan), sehingga dapat dijadikan panduan oleh para
pelaksana di lapangan.

6.2 Saran

Saran yang dapat diajukan untuk jurnal ini sebenarnya sudah terdapat pada kelemahan
jurnal yang dijabarkan di atas. Adapun sarannya yaitu agar penulis memutakhirkan rujukan
atau pustaka, sehingga jurnal yang diterbitkan selanjutnya memiliki kualifikasi yang baik.
Sementara bagi mahasiswa diharapkan dapat berperan aktif dalam melakukan suatu
penelitian dan pengembangan serta menjadikan review jurnal ini sebagai referensi untuk
penelitian yang akan dilakukan kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Djufri, Hasanuddin dan Fauzi. (2015). Orchidaceae Pulau Rubiah Kota Madya Sabang

Provinsi Aceh. Jurnal Biotik, 3 (1).

Anda mungkin juga menyukai