Anda di halaman 1dari 17

SUMBER DAYA PERTANIAN DAN PERKEBUNAN

(Makalah)

Oleh:

Anggi Ayuningtiyas (1813034021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2020
I. PENDAHULUAN

Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang


dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku
industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.
Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam pertanian
biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam
(crop cultivation) serta pembesaran hewan ternak (raising), meskipun
cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim
dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe,
atau sekedar ekstraksi semata, seperti penangkapan ikan atau eksploitasi
hutan. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan
strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional.(Wikipedia,
2010).
Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara
yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata
pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.Sektor pertanian
meliputi subsektor tanaman bahan makanan, subsektor holtikultura,
subsektor perikanan, subsektor peternakan, dan subsektor kehutanan.
Pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat dominan dalam
pendapatan masyarakat di Indonesia karena mayoritas penduduk Indonesia
bekerja sebagai petani. Namun produktivitas pertanian masih jauh dari
harapan.Salah satu faktor penyebab kurangnya produktivitas pertanian
adalah sumber daya manusia yang masih rendah dalam mengolah lahan
pertanian dan hasilnya. Mayoritas petani di Indonesia masih menggunakan
sistem manual dalam pengolahan lahan pertanian. Pembangunan ekonomi
adalah salah satu tolak ukur untuk menunjukkan adanya pembangunan
ekonomi suatu daerah, dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat
memperlihatkan adanya pembangunan ekonomi (Sukirno, Sadono; 2007).
Namun, pembangunan tidak sekedar ditunjukkan oleh prestasi
pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara, akan tetapi lebih
dari itu pembangunan mempunyai perspektif yang lebih luas. Dimensi
sosial yang sering diabaikan dalam pendekatan pertumbuhan ekonomi
justru mendapat tempat yang strategis dalam pembangunan.
Perjalanan pembangunan dalam sektor pertanian Indonesia hingga
saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat
dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan
nasional. Hal itu dikarenakan sektor ini merupakan sektor yang tidak
mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan
bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun
yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan
pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan
sektor ini pada kehancuran.Meski demikian sektor ini merupakan sektor
yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar
penduduk kita tergantung padanya.
Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari
keseluruhan pembangunan nasional. Beberapa hal yang mendasari
pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara
lain; potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap
pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor
nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya
pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan
menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang
besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani
kita masih banyak yang termasuk golongan miskin.Hal ini
mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang
memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.
Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan
ekonomi hanya dipandang pasif dan sebagai unsur penunjang semata
(Todaro dan Smith, 2006). Padahal proses pembangunan ekonomi
merupakan salah satu redefenisi terus menerus atas peran-peran sektor
pertanian, manufaktur, dan jasa (World Bank 2008). Jika suatu wilayah
menghendaki pembangunan yang lancar dan berkesinambungan, maka
wilayah harus memulainya dari pedesaan pada umumnya, dan sektor
pertanian pada khususnya (Todaro dan Smith 2006). Ahluwalia dalam
Tambunan (2010) kondisi ekonomi dengan sektor pertanian yang cukup
besar, maka strategi pembangunan ekonomi yang tepat yaitu dengan
mendahulukan sektor pertanian.
Peran pertanian menurut World Bank (2008) berkontribusi pada
pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, mata pencaharian dan
sebagai cara untuk melestarikan lingkungan, sehingga sektor ini sebuah
intrumen yang unik bagi pembangunan. Sebagai aktivitas ekonomi,
pertanian dapat sebagai sumber pertumbuhan bagi perekonomian wilayah,
penyedia investasi bagi sektor
swasta dan sebagai penggerak utama industri-industri yang terkait bidang
pertanian. Terkait dengan pertumbuhan wilayah, (Sukirno 2006)
menyatakan masalah pertumbuhan ekonomi dapat dibedakan dalam tiga
aspek, yaitu ; masalah pertumbuhan yang bersumber pada perbedaan
antara pertumbuhan potensial yang dapat dicapai dan tingkat pertumbuhan
yang sebenarnya tercapai, masalah pertumbuhan ekonomi berkaitan
dengan meningkatkan potensi pertumbuhan itu sendiri,masalah
pertumbuhan berkaitan dengan keteguhan atau stabilitas pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.
Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekomomi
(Todaro,2011) yaitu; pertanian sebagai penyerap tenaga kerja, kontribusi
terhadap pendapatan, kontribusi dalam penyediaan pangan,pertanian
sebagai penyedia bahan baku, kontribusi dalam bentuk kapital.
Melalui konsepsi tersebut maka diharapkan mampu
menumbuhkan sektor pertanian, sehingga pada gilirannya mampu menjadi
sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia, khususnya dalam
hal pencapaian sasaran mensejahterakan petani, menyediakan lapangan
pekerjaan, Sebagai wahana pemerataan pembangunan antar wilayah,
Merupakan pasar input bagi agroindustri, menghasilkan devisa,
meningkatkan pendapatan nasional, mempertahankan kelestarian sumber
daya.
Ada beberapa faktor yang bisa diungkapkan bahwa sektor
pertanian menjadi penting dalam proses pembangunan, yaitu; sektor
pertanian menghasilkan produk yang diperlukan sebagai input sektor lain,
terutama sektor industri (Agroindustri), sebagai negara agraris populasi
disektor pertanian (pedesaan) membentuk proporsi yang sangat besar. Hal
ini menjadi pasar yang sangat besar bagi produk- produk dalam negeri
terutama produk pangan. Sejalan dengan itu ketahanan pangan yang
terjamin merupakan prasyarat kestabilan sosial dan politik, sektor
pertanian merupakan sumber daya alam yang memiliki keunggulan
komparatif dibanding negara lain. Proses pembangunan yang ideal mampu
menghasilkan produk-produk pertanian yang memiliki keunggulan
komperatif baik untuk kepentingan ekspor maupun substitusi impor.
(Tambunan, 2009).
Negara Indonesia merupakan negara yang sejak dahulu dikenal
sebagai negara agraris. Negara agraris meruapakan negara yang bertumpu
pada sektor pertanian. Hal itu dikarenakan, hasil pertanian dan perkebunan
dikenal sangat melimpah di negara ini hingga bisa diekspor ke beberapa
negara.Sehingga hal itu bisa meningkatkan ekspor dan pendapatan
ekonomi negara Indoensia dan menjadi penopang hidup masyarakat
Indonesia khusunya para petani.Karena Indonesia menjadi negara agraris
dan unggul di sektor pertaniannya maka banyak daerah – daerah di
Indonesia sebagai lumbung padi dan berasnya bagi Indonesia.
Sektor pertanian yang merupakan sektor dominan memberi
sumbangan berarti bagi perekonomian Jawa Tengah sebesar 20,43%
dengan pertumbuhan riil sebesar 2,78%. Pada tahun 2007, provinsi ini
mampu menghasilkan 8,44 juta ton padi sawah pada saat terjadi peyusutan
lahan sawah sebesar 0,16 % sedangkan luas lahan bukan sawah mengalami
peningkatan 0,07% (Anonim, 2008).Dalam beberapa dekade ini, Provinsi
Jawa Tengah menjadi salah satu penopang produksi beras nasional,
disamping Jawa Barat dan Jawa Timur.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang beriklim
tropis yang juga termasuk Negara agrasis. Indonesia dikenal sebagai
negara agraris karena sebagian besar penduduk Indonesia mempunyai
pencaharian di bidang pertanian atau bercocok tanam. Data statistik pada
tahun 2001 menunjukkan bahwa 45% penduduk Indonesia bekerja di
bidang agrikultur. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa negara ini
memiliki lahan seluas lebih dari 31 juta ha yang telah siap tanam, dimana
sebagian besarnya dapat ditemukan di Pulau Jawa. 
Pertanian di Indonesia menghasilkan berbagai macam tumbuhan
komoditi ekspor, antara lain padi, jagung, kedelai, sayur-sayuran, cabai,
ubi, dan singkong. Di samping itu, Indonesia juga dikenal dengan hasil
perkebunannya, antara lain karet (bahan baku ban), kelapa sawit (bahan
baku minyak goreng),tembakau (bahan baku obat
dan rokok), kapas (bahan baku tekstil), kopi (bahan minuman),
dan tebu (bahan baku gula pasir).  
Di Indonesia, pertanian memiliki peran penting dalam
perekonomian nasional dan kelangsungan hidup rakyatnya. Sebagian besar
penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian sebagai petani dan
memberikan pemasukan besar pada perekonomian Negara dari hasil
pertanian mereka.
Sayangnya, Indonesia yang dulunya pernah menjadi Negara
pengekspor beras terbesar, kini malah harus mengimpor beras dari Negara
lain. Kondisi ini bukan hanya disebabkan kelalaian pemerintah namun juga
kurangnya pemanfaatan SDA pertanian yang ada. Padahal, kondisi ini
berpengaruh pada sector lainnya. Tidak optimalnya sektor pertanian
menyebabkan kurangnya pemasukan ekonomi dan menurunnya
produktivitas pangan. Oleh sebab itu, diperlukan solusi pemanfaatan SDA
yang ada agar Kekayaan SDA ini tidak terbuang sia-sia.
Makalah ini akan membahas mengenai SDA Pertanian di
Indonesia. Baik mengenai Jenis-jenis, penyebaran, pemanfaatan, hubungan
dengan sektor SDA lainnya dan hal-hal lain yang menyangkut SDA
Pertanian.
II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Daya Alam


Sumber daya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu
yang muncul secara alami yang dapat digunakan untuk pemenuhan
kebutuhan manusia pada umumnya. Yang tergolong di dalamnya tidak
hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme,
tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam, berbagai
jenis logam, air, dan tanah.
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang
dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan
baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan
hidupnya. Kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang termasuk dalam
pertanian biasa difahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok
tanam (bahasa Inggris: crop cultivation) serta pembesaran hewan
ternak (raising), meskipun cakupannya dapat pula berupa
pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk
lanjutan, seperti pembuatan kejudan tempe, atau sekedar ekstraksi semata,
seperti penangkapan ikan atau eksploitasi hutan.

2.2 Bentuk-bentuk  Pertanian Di Indonesia


1. Sawah
Sawah adalah suatu bentuk pertanian yang dilakukan di lahan basah
dan memerlukan banyak air baik sawah irigasi, sawah lebak, sawah
tadah hujan maupun sawah pasang surut. Yang pada masa sekarang
sudah hampir punah
2. Tegalan
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung
pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tahunan dan
terpisah dari lingkungan dalam sekitar rumah . Lahan tegalan tanahnya
sulit untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan yang tidak rata.
Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan kering dan sulit untuk
ditubuhi tanaman pertanian.
3. Pekarangan
Pekarangan adalah suatu lahan yang berada di lingkungan dalam
rumah (biasanya dipagari dan masuk ke wilayah rumah) yang
dimanfaatkan untuk ditanami tanaman pertanian.
4. Ladang Berpindah
Ladang berpindah adalah suatu kegiatan pertanian yang dilakukan di
banyak lahan hasil pembukaan hutan atau semak di mana setelah
beberapa kali panen / ditanami, maka tanah sudah tidak subur sehingga
perlu pindah ke lahan lain yang subur atau lahan yang sudah lama tidak
digarap

2.3 Hasil-hasil Pertanian di Indonesia.


a. Beras : Beras berasal dari tanaman padi. Padi adalah sumber
bahan makanan pokok rakyat Indonesia, jadi tanaman ini mempunyai
andil yang sangat besar dalam kehidupan.  Daerah - daerah penghasil
beras hampir merata di seluruh wilayah Nusantara, Jawa, Kalimantan,
Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatera.
b. Jagung : Banyak pendapat dan teori mengenai asal tanaman
jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat bahwa jagung berasal
dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan.Jagung secara historis
terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai
bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu). Jagung yang telah
direkayasa genetika juga sekarang ditanam sebagai penghasil bahan
farmasi. Daerah penghasil jagung hampir merata di seluruh wilayah
Nusantara, seperti DI.Aceh, Bali, Bengkulu, DKI Jakarta, Jambi, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Lampung, NTB,
Papua, Riau, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Utara.
c. Kacang Hijau : Sebagai makanan, tanaman yang diperkirakan
berasal dari India ini menghasilkan berbagai masakan. Mulai dari
aneka penganan kecil, bubur, sampai kolak. Kacang hijau dan
kecambahnya memiliki manfaat memberikan nutrisi penting bagi
tubuh, mengandung protein tinggi, kalsium, fosfor, vitamin B2
(riboflavin).Kacang hijau banyak terdapat di daerah Bali,
Bengkulu,Lampung, dan Papua.
d. Kacang Tanah ( Arachis Hypogeae L.) : Kacang tanah yang ada di
Indonesia semula berasal dari benua Amerika.Pemasukan ke Indonesia
pertama- tama diperkirakan dibawa oleh pedagang-pedagang Spanyol,
sewaktu melakukan pelayarannya dari Mexico ke Maluku setelah
tabun 1597. Pada tahun 1863 Holle memasukkan Kacang Tanah dari
Inggris dan pada tahun 1864 Scheffer memasukkan pula Kacang
Tanah dari Mesir. Tanaman Kacang tanah bisa dimanfaatkan untuk
makanan ternak, sedang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber protein
nabati , minyak dan lain-lain. Daerah penghasil kacang tanah meliputi
daerah DI.Aceh, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, NTT, dan
DI.Yogyakarta.
e. Kedelai : Kedelai (Glycine Max) sudah dibudidayakan sejak 1500
tahun Sebelum Masehi dan baru masuk Indonesia, terutama Jawa
sekitar tahun 1750. Kedelai berfungsi sebagai zat pembangun bagi
tubuh, mengurangi gejala menopouse, mencegah osteoporosis,
mencegah atherosclerosis, mencegah kanker, meringankan diabetes).
Selain banyak dihasilkan di Bali, Jawa, dan Lombok, kedelai juga
terdapat di daerah DI Aceh, Jambi, Papua, dan Kalimantan Barat.
f. Kentang : Kentang pertama kali mencapai daratan Eropa
pada tahun 1500-an bersamaan dengan kedatangan kapal-kapal
Spanyol dari Peru. Namun saat didatangkan, kentang lambat sekali
diterima masyarakat Eropa. Kentang dilarang dimakan di Burgundy
karena dianggap sebagai biang penyakit lepra. Di tempat lain kentang
mendapat julukan yang buruk karena dituduh sebagai penyebab
penyakit sipilis. Hingga tahun 1720-an, di Amerika masih terdapat
kepercayaan bahwa kentang dapat memperpendek umur yang
mengkonsumsinya). Baru setelah kemerdekaan Amerika, kentang lebih
bisa diterima, dan saat ini telah menjadi salah satu makanan pokok
orang Amerika. Daerah penghasil kentang antara lain Jawa Barat,
Kalimantan Timur, dan Maluku.
g. Ketela Pohon : Ketela pohon merupakan tanaman pangan berupa
perdu dengan nama lain ubi kayu, singkong atau kasape. Ketela pohon
berasal dari benua Amerika, tepatnya dari negara Brazil.
Penyebarannya hampir ke seluruh dunia, antara lain Afrika,
Madagaskar, India, Tiongkok. Ketela pohon berkembang di negara-
negara yang terkenal wilayah pertaniannya dan masuk ke Indonesia
pada tahun 1852. Di Indonesia, ketela pohon menjadi makanan bahan
pangan pokok setelah beras dan jagung.Manfaat daun ketela pohon
sebagai bahan sayuran memiliki protein cukup tinggi atau untuk
keperluan yang lain seperti bahan obat-obatan. Kayunya bisa
digunakan sebagai pagar kebun atau di desa-desa sering digunakan
sebagai kayu bakar untuk memasak. Dengan perkembangan teknologi,
ketela pohon dijadikan bahan dasar pada industri makanan dan bahan
baku industri pakan. Selain itu digunakan pula pada industri obat-
obatan.
h. Ubi Jalar : Tumbuhan ini konon ditemukan sejak 8000 tahun
Sebelum Masehi pada sebuah gua di Peru. Ubi jalar bisa hidup liar
menjalar, bahkan bisa tumbuh subur di ketinggian 1 - 2.200 meter dari
permukaan laut. Ubi jalar juga berkhasiat melancarkan peredaran
darah, mengatasi cacingan, menurunkan kolesterol, mencegah
kemerosotan daya ingat, jantung koroner, hingga kanker. Ubi jalar
banyak terdapat di daerah - daerah Nusantara, seperti DI Aceh, Bali,
Bengkulu, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Selatan , Lampung, NTB, Papua, Riau, Sumatera
Barat, dan Sumatera Utara.

2.4 Persebaran Hasil Pertanian di Indonesia


Padi (beras), Daerah penghasil padi (beras) antara lain Aceh,
Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi
Utara, dan Nusa Tenggara Barat. Jagung, Daerah penghasil jagung antara
lain Jawa Tengah (Wonosobo, Semarang, Jepara, dan Rembang); Jawa
Timur (Besuki, Madura); serta Sulawesi (Minahasa dan sekitar danau
Tempe). Ubi kayu (singkong, Daerah penghasil singkong adalah Sumatera
Selatan, Lampung, Madura, Jawa Tengah (Wonogiri), dan Yogyakarta
(Wonosari).
Kedelai, Daerah penghasil kedelai adalah Jawa Tengah (Kedu, Surakarta,
Pekalongan, Tegal, Jepara, Rembang), D.I. Yogyakarta, Jawa Timur
(Jember). Kacang tanah, Daerah penghasil kacang tanah ialah Sumatera
Timur, Sumatera Barat, Jawa Tengah (Surakarta, Semarang, Jepara,
Rembang, Pati), Jawa Barat (Cirebon, Priangan), Bali, dan Nusa Tenggara
Barat (Lombok).

2.5 Manfaat
Bagi negara agraris seperti Indonesia, peran sektor pertanian sangat
penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai
penyedia bahan pangan, sandang dan papan bagi segenap penduduk, serta
penghasil komoditas ekspor non-migas untuk menarik devisa. Lebih dari
itu, mata pencaharian sebagian besar rakyat Indonesia bergantung pada
sektor pertanian. Yang paling dikenal masyarakat Indonesia, fungsi
pertanian ada 4 jenis, yaitu:

1) penghasil produk pertanian,


2) pemelihara pasokan air tanah,
3) pengendali banjir,
4) penyedia lapangan kerja.
Padahal fungsi lahan pertanian bagi kemanusiaan jauh lebih banyak,
seperti dikemukakan oleh Agus dan Husen (2005), yaitu: penghasil produk
pertanian, berperan dalam mitigasi banjir, pengendali erosi tanah,
pemelihara pasokan air tanah, penambat gas karbon atau gas rumah kaca,
penyegar udara, pendaur ulang sampah organik, dan pemelihara
keanekaragaman hayati. Lebih jauh di Korea Selatan, Eom dan Kang
(2001) dalam Agus dan Husen (2005) mengidentifikasi 30 jenis fungsi
pertanian yang bermanfaat bagi masyarakat umum dan perlu terus
dilestarikan.

2.6 Masalah
Masalah Pertama yaitu penurunan kualitas dan kuantitas sumber
daya lahan pertanian. Dari segi kualitas, faktanya lahan dan pertanian kita
sudah mengalami degradasi yang luar biasa, dari sisi kesuburannya akibat
dari pemakaian pupuk an-organik. Berdasarkan Data Katalog BPS, Juli
2012, Angka Tetap (ATAP) tahun 2011, untuk produksi komoditi padi
mengalami penurunan produksi Gabah Kering Giling (GKG) hanya
mencapai  65,76 juta ton dan lebih rendah 1,07 persen dibandingkan tahun
2010. Jagung sekitar 17,64 juta ton pipilan kering atau 5,99 persen lebih
rendah tahun 2010, dan kedelai sebesar 851,29 ribu ton biji kering atau
4,08 persen lebih rendah dibandingkan 2010, sedangkan kebutuhan pangan
selalu meningkat seiring pertambahan jumlah penduduk Indonesia.
Sebagian besar lahan pertanian intensif di Indonesia, terutama di
Pulau Jawa telah menurun produktivitasnya, dan mengalami degradasi
lahan terutama akibat rendahnya kandungan C-organik dalam tanah yaitu
kecil dari 2 persen. Padahal, untuk memperoleh produktivitas optimal
dibutuhkan kandungan C-organik lebih dari 2,5 persen atau kandungan
bahan organik tanah > 4,3 persen. Lahan sawah intensif di Jawa dan di
luar Jawa tidak sehat lagi tanpa diimbangi pupuk organik dan pupuk
hayati, bahkan pada lahan kering yang ditanami palawija dan sayur-
sayuran di daerah dataran tinggi di berbagai daerah. Sementara itu, dari
sisi kuantitasnya konfeksi lahan di daerah Jawa memiliki kultur dimana
orang tua akan memberikan pembagian lahan kepada anaknya turun
temurun, sehingga terus terjadi penciutan luas lahan pertanian yang beralih
fungsi menjadi lahan bangunan dan industri.
Masalah kedua yang dialami saat ini adalah terbatasnya aspek
ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian yang juga penting namun
minim ialah pembangunan dan pengembangan waduk. Dari total areal
sawah di Indonesia sebesar 7.230.183 ha, sumber airnya 11 persen
(797.971 ha) berasal dari waduk, sementara 89 persen (6.432.212 ha)
berasal dari non-waduk. Karena itu, revitalisasi waduk sesungguhnya
harus menjadi prioritas karena tidak hanya untuk mengatasi kekeringan,
tetapi juga untuk menambah layanan irigasi nasional. Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan, 42 waduk saat ini dalam
kondisi waspada akibat berkurangnya pasokan air selama kemarau.
Sepuluh waduk telah kering, sementara 19 waduk masih berstatus normal.
Selain itu masih rendahnya kesadaran dari para pemangku kepentingan di
daerah-daerah untuk mempertahankan lahan pertanian produksi, menjadi
salah satu penyebab infrastruktur pertanian menjadi buruk.
Masalah ketiga adalah adanya kelemahan dalam sistem alih
teknologi. Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas, efisiensi,
mutu dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu meningkat
dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditi tanaman
pangan (hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan harus
menghadapi pasar dunia yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan
memiliki standar tertentu. Tentu saja produk dengan mutu tinggi tersebut
dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan muatan teknologi
standar.
Indonesia menghadapi persaingan yang keras dan tajam tidak
hanya di dunia tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Namun tidak semua
teknologi dapat diadopsi dan diterapkan begitu saja karena pertanian di
negara sumber teknologi mempunyai karakteristik yang berbeda dengan
negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah juga berbeda-
beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi, dikembangkan,
dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem pertanian kita. Dalam hal
ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan
mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam
pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini juga dibutuhkan untuk
menilai respon sosial, ekonomi masyarakat terhadap inovasi teknologi, dan
melakukan penyesuaian dalam pengambilan kebijakan mekanisasi
pertanian
Masalah keempat, muncul dari terbatasnya akses layanan usaha
terutama di permodalan. Kemampuan petani untuk membiayai usaha
taninya sangat terbatas sehingga produktivitas yang dicapai masih di
bawah produktivitas potensial. Mengingat keterbatasan petani dalam
permodalan tersebut dan rendahnya aksesibilitas terhadap sumber
permodalan formal, maka dilakukan pengembangkan dan
mempertahankan beberapa penyerapan input produksi biaya rendah (low
cost production) yang sudah berjalan ditingkat petani. Selain itu,
penanganan pasca panen dan pemberian kredit lunak serta bantuan
langsung kepada para petani sebagai pembiayaan usaha tani cakupannya
diperluas. Sebenarnya, pemerintah telah menyediakan anggaran sampai 20
Triliun untuk bisa diserap melalui tim Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan
Bank BRI khusus Kredit Bidang Pangan dan Energi.
III.PENUTUP

Indonesia memiliki banyak SDA di berbagai bidang, terutama pertanian.


Sayangnya SDA Pertanian di Indonesia tidak dapat dimaksimalkan atau
dioptimalkan sehingga tidak dapat bermanfaat lebih baik bagi masyarakat
Indonesia. Padahal, jika dimanfaatkan secara optimal selain berguna bagi
masyarakat juga bisa menambah pemasukan dari ekspor hasil pertanian tersebut.
Daftar Pustaka

http://www.scribd.com/doc/113664766/Makalah-Pertanian-Indonesia
http://carapedia.com/pengertian_definisi_pertanian_info2151.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_dan_Perkebunan_di_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumber_daya_alam
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian_dan_Perkebunan_di_Indonesia#Hasil_-
_Hasil_Pertanian_di_Indonesia
http://tugino230171.wordpress.com/2011/12/21/persebaran-sumber-daya-alam-di-
indonesia/
http://www.setkab.go.id/artikel-5746-.html

Anda mungkin juga menyukai