Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK

(PSIKOLOGI PENDIDIKAN)
TENTANG
“MODEL METODE STRATRGI TAHAPAN MENGAJAR”

DOSEN PEMBIMBING

DI SUSUN
OELH KELOMPOK 6:
Nama :-
-
-
-
-
Jurusan : Bimbingan Konseling
KATA PENGANTAR

            Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, hidayah
serta inayahnya kepada penyusun, sehingga makalah yang berjudul “ Model, Metode,
Strategi dan Tahapan  Mengajar “ dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Salam serta
sholawat semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas dari berbagai fihak yang telah
membantu. Dalam kesempatan ini penyusun menyampaikan banyak terima kasih
kepada :
1.           selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Psikologi Pendidikan
2.           Semua fihak yang telah membantu
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Untuk itu kritik, saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan. Akhir
kata semoga Alloh SWT senantiasa memberikan jalan yang di ridhloi kepada kita
semua. Amin.                          

Oktober  2012      

                 
  Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang dikembangkan di


Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan
model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan penelitian    ( penelitian
akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit menermukan sumber-sumber
literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat memahami konsep atau
teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses ( beserta konsep dan teori )
pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada dasarnya guru pun dapat
secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang
khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada
gilirannya akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang
tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada. Untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat
memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Persoalan sekarang adalah bagaimana menemukan pendekatan yang
terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata
pelajaran tertentu, sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat
lebih lama konsep tersebut. Bagaimana setiap individual mata pelajaran
dipahami sebagai bagian yang saling berhubungan dan membentuk satu
pemahaman yang utuh. Bagaimana seorang guru dapat berkomunikasi secara
efektif dengan siswanya yang selalu bertanya-tanya tentang alas an dari sesuatu,
arti dari sesuatu, dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru
membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga mereka
dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya kehidupan nyata,
sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini
merupakan tantangan yang dihadapi oleh guru setiap hari dan tantangan bagi
pengembangan kurikulum
BAB II

PEMBAHASAN

A. MODEL POKOK MENGAJAR

Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang


direkayasan sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran.
Menurut Tardif(1989) Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap
komperehensif, set model yang dikembangkan oleh Brunce Joyce dan Marsha Weil
dengan kategorisasi sebagai berikut:

1. Model Information Prossing (Tahapan Pengelolan Inormasi)

Information prossing adalah sebuah istialah kunci dalam psikologi kognitif yang
akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagaian besar uapaya riset dan pembahasan
psikologi pendidikakan.

Information processing sebagai sebuah rumpun model-model mengajar perlu di


pelajari dan di terapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar mengajar agar ranah cipta
siswa dapat berkembang dan berfungsi seoptimal mungkin. Pengembangan ranha cipta
dalam proses belajar mengajar di pandang vital dan strategis, karena ranah kejiwaan
yang paling dominan adalah ranah cipta (kognitif). ranah psikologi yang bermarkas di
dalam otak ini merupakan sumber dan sekaligus pengendali ranah-ranah psikologi
lainnya,, yakni ranah rasa (afektif) dan karasa (psikomotor). Jadi, otak dngan segala
perangkatnya yang unikdan rumit itu tidak hanya berfungsisebagai “mesin” penggerak
aktivitas akal semata, tetapi juga sebagai “menara” pengontrol aktivitas perasaan dan
perbutan(Syah, 1993).

Model Peningkatan Kapasitas Berpikir

Di antara model-model mengajar yang termasukkategori information processing


adalah Model Peningkatan Kapasita Berpikir yang dilihami olehmetode klinis ciptaan
Jean Piaget (1896-1980), seorang ahli psikologi anak yang banyak menekuni
perkembangan kognitifnya. Penerapan Model Peningkat Kapasitas Berpikir diarahkan
pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut.
1. Daya cipta akal siswa
2. Berpikir kritis siswa
3. Penilaian mandiri siswa / dan juga pengembangan.
4. Sosio-emosional siswa (perasaan kemasyakatan) sebagai salah satu fenomena
ranah rasa siswa.

2. Model Personal (Pengemabangan Pribadi)


Dengan menggunakan model ini proses mengajar-belajar dapat menolong
lingkungannya. Siswa sebagai peserta didik juga dapat menyadari drinya sendiri sebagai
seorang “pribadi”yang bercakapan (capable) cukup untuk berinteraksi dengan pihak luar
sehingga menghasikan pola hubungan interpersonal yang kondusif ( mendatangkan
hasil/ bermanfaat).

Model Nondirektif
Model ini pada umumnya dirancang secara sederhana untuk membantu
mempermudah proses belajar pada siswa secara umum. Tehnik yang lazim di gunakan
untuk mengimplementasikan model nondirektif adala tehnik wawancara ( nondirective
interview).

3. Model Sosial (Hubungan Bermasyarakat)


Model sosial adalah rumpun model mengajar yang menitik beatkan pada proses
interaksi antara invidu yang teerjadi dalam kelompok individu tersebut. Rumpun model
ini lazim juga disebuut sebagai interactive model ( model yang bersifat hubungan
antara-individu).

Model Role Playing (Bermain peran)


Pada prinnsinya, model mengajar bermain peran merupakan upaya pemecahan
masalah khususnya yang bertalian dengan kehidupan sosial melalui peraggan tindakan.
Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan:
1) Identifikasi / pengenalan masalah;
2) Uraian masalah;
3) Pemeranan / peragaan tindakan; dan akhiri dengan
4) Diskusi dan evalusi
4. Model Behavional (Pengembangan Prilaku)
Model mengajar behavioral banyak dilandasi oleh asumsi empiris bahwa segenap
perilaku siswa adalah fenomena yang dapat diobservasi, diukur,dan dijabarkan dalam
bentuk perilaku-perilaku khusus.
Asumsi empiris di atas sesungguhnya buan barang baru, karena ia bersumber dari
teoretikus kpendidikan bernama E.L. Thorndike yang telah melakukan serangkaian
ekperimen dengan menggunakan hewan-hewan tertentu pada tahun 1890-an.
Eksperimen ini terkenal degan tersebut dengan sebutan instrrumenttal conditoning.
Salah satu di antaranya yang cukup masyhur ialah model belajar tuntas( mastery
learning).

Model mastery learning (belajar tuntas)


Model mengajar mastery learning, yang dalam istilah Benjamiin Blomm disebut
learning for mastery itu pada dasarya merupakan pendekatann kreteria hasil belajar.
Kriteria belajar meliputiyaitu: pengetahuan, konsep, keterampilan, sikap dan nilai.
Tahap-tahap kemajuan atau peerkembangan hasil belajar tersebut dipantau dan di ukur
denagn cara yang berkesenambungan (Tardif, 1989).
B. METODE POKOK MENGAJAR

Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode di
artikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara pekerjaan dengan
menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi,
metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa di gunakan
untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan seperti metode klinik, metode
eksperimen.
Metode mengajar ialah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa ( Tardif
1989).

1. Ciri Khas Metode Mengajar


Pada prinsipnya, tidak satupun metode metode mengajar yang dapat dipandang
sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam semua bidang
studi.Setiap metode mengajar pasti memiliki keunggulan-keunggulan dan kelemahan-
kelemahan yang khas.

2. Ragam Metode Mengajar


Ada empat macem metode mengajar yang dipandang representatif dan dominan
dalam arti digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang
pendidikan formal .Tiga dari empat metode mengajar tersebut bersifat khas dan mandiri,
sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi antara satu metodee dengan metode
lainya .Metode campuran ini disebut saja”metode plus”-bersifat terbuka artinya setiap
guru yang profesional dan kreatif dapat modifikasi atau merekayasa campuran metode
tersebut sesuai dengan kebutuhan .

a. Metode Ceramah
ceramah ialah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan
pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya yang mengikuti
secara pasif.
Metode ceramah(lecture method)adalah sebuahcara melaksanakan pengajaran yang
dilakukan guru secara monolog dan hubungan satu arah(one waycommunication ).
b. Metode diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubunganya dengan
belajar memecahkan masalah (problem solving) metode ini disebut juga diskusi
kelompok (group discussion) dan resitasi bersama (socialized recitition ).
Diskusi Informal. Aturan dalam diskusi ini lebih longgar dari pada aturan yang
dipakai dalam diskusi- diskusi lainyan, karena sifatnya yangtidak resmi.
Diskusi formal. Aturan yang dipakai sebagi tata tertib dalam diskusi ragam formal
biasanya ketat dan rapi. Jumlah siswa yang menjadi peserta pun umumnya lebih banyak
bahkan dapat melibatkan seluruh siswa kelas.
Diskusi panel. Diskusi ragam panel biasanya diikuti oleh seluruh siswa kelas. Kata
“panel” sendiri berarti sekelompok pembicara yang dipilih untuk berbicara.
Diskusi Simposium. Penyelenggaraan diskusi simposium secara umum sama dengan
penyelenggaraan diskusi formal lainya. Perbedaannya, agenda masalah dalam
simposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih (umunya lebih).

c. Metode demontrasi
Demontrasi dalam hubungannya dengan penyajian informasi dapat diartikan
sebagai upaya peragaan atau pertunjukan tentang cara melakukan atau mengerjakan
sesuatu. Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan, ddan urutan melakukan sesuatu kegiatan baik secara langsung
langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok
bahasa atau materi yang sedang di sajiakan.

d. Metode ceramah plus


Meskipun motede ceramah sering dianggap biang keladi yang menimbulkan
penyakit “verbalisme” dan budaya “bungkam” dikalangan pelajar. Langkah-langkah
yang dapat di tempuh dalam memodifikasi yaitu dengan kiat pemaduan (kombinasi)
antara metode tersebut dengan metode-metode lainnya. Dari kiat pemaduan ini kita
dapat memunculkan ragam metode ceramah baru yang berbeda dari aslinya, atau sebut
saja “metode ceramah plus”. Metode ceramah plus terdiri atas tiga macam metode
yaitu:
1. Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
Metode ini merupakan kombinasi antara metode ceramah, metode tanya jawab dan
metode tugas. Implementasi (cara melaksanakan) metode campuran ini idealnya
dilakukan secara tertib, yakni:
1) Penyampaian uraian materi oleh guru;
2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa;
3) Pemberian tugas kepada para siswa.

2. Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CDPT)


Metode ini dapat dilakukan secara tertib sesuai dengan urutan pengkombinasiannya.
Maksudnya, pertama-tama guru menguraikan materi pelajaran, kemudian mengadakan
diskusi, dan akhirnya memberi tugas.

3. Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Pelatiahan (CPDP)


Metode ini merupakan kombinasi antara kegiatan menguraikan materi pelajaran
denagn kegitan memeragakan dan latiahan (drill). Tujuan utama metode ini adalah:
untuk menjelakan konsep-konsep keterampilan jasmaniah yang terdapat dalam materi-
materi pelajaran keterampilan tertentu, seperti: seni tari, seni suara, dan olah raga.
C. STRATEGI MENGAJAR

Pengertian Strategi Mengajar tidak dapat dipisahkan dari pengertian pendidikan


secara umum, karena terkait dengan bagaimana sebuah strategi digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. akan tetapi Secara harfiah, kata “strategi” menurut
McLeod, (1989) (dalam  Dimyati dan Mudjiono, 2006) dapat diartikan sebagai seni (art)
melaksanakan strategi yakni siasat atau rencana. Seorang pakar psikologi pendidikan
Australia, Michael J. Lawson (1991) (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2006) mengartikan
strategi sebagai prosedur mental yang berbentuk tatanan langkah yang menggunakan
upaya ranah cipta untuk mencapai tujuan tertentu.

Dibandingkan dengan metode pengajar, strategi mengajar sebenarnya masih relatif


baru dalam dunia pengajaran. Ia baru mulai mengajarkan kecakapan berpikir untuk
anak-anak (Tafsir , 1989). Strategi mengajar, seperti yang telah penyusun singgung
sebelum ini, tidak terlepas dari metode pengajar, karena merupakan kiat praktis yang
dipakai guru untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu dengan metode mengajar
tertentu pula seperti metode ceramah, metode ceramah plus, dan sebagainya.
D. TAHAPAN MENGAJAR

Dalam tahapan-tahapan mengajar terdapat 3 fase/tahapan-tahapan yang harus kita


ketahui,yaitu:
1.  Tahap Pelaksanaan
Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional pembelajaran itu
sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi belajar-mengajar melalui penerapan
berbagai strategi metode dan tekhnik pembelajaran, pemanfaatan seperangkat media dan
tentunya dengan tambahan pemahaman/ penguasaan teori pendidikan, prinsip mengajar,
teori belajar dan yang lainnya yang relevan untuk proses pembelajaran. Dalam proses
ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh seorang guru, diantaranya ialah:
a.      Aspek pendekatan dalam pembelajaran
Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan teoritik dan
asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat pembelajaran. Dalam
beberapa sumber penggolongan diantaranya adalah (1) Pendekatan pembelajaran
pemprosesan informasi, yaitu upaya membantu siswa untuk memproses informasi yang
diperoleh. (2) Pendekatan pembelajaran individu, yaitu upaya membantu siswa untuk
mengembangkan pribadi agar lebih produktif terhadap situasi dan lingkungan. (3)
Pendekatan sistem pembelajaran, yaitu mengidentifikasi kebutuhan, memilih problem,
mengidentifikasi syarat-syarat pemecahan problem, memilih, menetapkan, penggunaan
metode dan alat yang tepat, mengevaluasi hasil dan merevisi sebagian atau keseluruhan
sistem yang dilaksanakan yang tidak dapat terlaksana atau yang tidak relevan dengan
proses pembelajaran(4) Pendekatan paedagody, yaitu pendekatan/ upaya yang dilakukan
sebagai seni dan ilmu untuk mengajar dan mendidik anak didik.

b.      Aspek Strategi, Metode dan Taktik


Menurut Atwi Suparman (2004:208) seperti yang dikutip oleh Bambang Warsita, secara
garis besar, komponen strategi dalam pembelajaran dikelompokkan menjadi:
a)      Mengurutkan kegiatan pembelajaran
    Pendahuluan dalam pembelajaran.
   Penyajian materi/ bahan ajar.
   Penutup.
b)      Penggunaan metode dan taktik  yang tepat sesuai kebutuhan.
Menurut Nana Sudjana (1989:69) metode yang baik digunakan adalah metode
variasi/ kombinasi dari beberapa metode mengajar, Seperti yang diterangkan dalam
buku Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (Depdikbud, 1994:40-70(Misalnya
pembelajaran Moral Pancasila, menggunakan metode (a) ceramah murni, (b) inquiry,
(c) ceramah bervariasi, (d) demonstrasi, (e) karya wisata, (f) observasi, dll.

c)      Penggunaan media pembelajaran


Media/sarana/alat adalah segala bentuk dan saluran  yang digunakan untuk
menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Media pendidikan terdiri dari alat pengajaran, alat peraga, alat pendidika
dapat berbentuk orang atau guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media
audiovisual (video), multimedia dan lain sebagainya untuk mendukung suksesnya
proses pembelajaran.

d)     Pemanfaatan/ penggunaan alokasi waktu yang telah disediakan dengan baik.
Guru harus tahu alokasi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
pembelajaran. Baik itu satu pokok bahasan atau satu kompetensi dasar didalam
beberapa kali tatap muka. Tujuannya agar materi pelajaran yang sudah tersusun dalam
rancangan pembelajaran/ silabus dapat tersampaikan semuanya.

e)      Pengelolaan kelas


Kelas merupakan lingkungan fisik yang meliputi ruang kelas, keindahan kelas,
pengaturan tempat duduk, pengaturan ventilasi/ udara dan cahaya/ pencahayaan, dan
pengaturan sarana yang lain. Dan juga merupakan lingkungan sosioemosional  yang
meliputi tipe kepemimpinan guru, sikap guru, suara guru, pembinaan hubungan baik
dan lain sebagainya. Menurut Winzer (1995), pengelolaan kelas adalah cara - cara yang
ditempuh guru dalam menciptakan lingkungan kelas agar tidak terjadi kekacauan dan
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan akademis dan sosial.
C.    Tahap Evaluasi
Hamalik (1995:159) mengemukakan bahwa evaluasi adalah keseluruhan
kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai
peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan.
Menurut E. Mulyasa evaluasi mencakup pre-tes dan post-tes. Pre-tes
merupakan pemberian tes pada awal pembelajaran dengan memiliki fungsi (1) Untuk
mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi yang akan diajarkan. Sudah
sejauh mana anak didik mempunyai wawasan tentang materi itu, sehingga disini siswa
dituntut aktif dengan belajar sebelum pembelajaran dimulai. (2) Untuk menyiapkan
anak didik dalam proses belajar yang akan berlangsung. (3) Guru dapat mengetahui
harus memulai pembelajaran dari mana, dimana siswa mulai mengalami kesusahan
dalam materi pelajaran tersebut.
Sedangkan post-tes adalah pemberian pertanyaan diakhir pembelajaran.
Pelaksanaan post-tes ini berfungsi (1) Untuk mengevaluasi/ memberikan penilaian (2)
Untuk menentukan anak didik yang harus menjalani remedial atau pembelajaran
ulangan dengan teknis yang diatur oleh guru agar tercapai kompetensi dan tujuan yang
diharapkan/direncanakan. (3) Sebagai bahan acuan untuk evaluasi/ perbaikan dari
pelaksanaan komponen dalam pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan
maupun evaluasi.
Menurut B. Suryosubroto dalam proses evaluasi harus meliputi beberapa
tahapan, yaitu.

a. Evaluasi formatif.
Yaitu pemberian tes/ penilaian oleh guru setelah satu pokok bahasan selesai
dipelajari (Suharsimi Arikunto, 1988:42).

b. Evaluasi sumatif.
Yaitu penilaian yang diselenggarakan oleh guru setelah jangka waktu tertentu.
Biasanya dilaksanakan pada akhir dari sistem per-catur wulan atau per-semester.
(Suharsimi Arikunto, 1988:83).
c. Pelaporan hasil evaluasi.
Pelaporan hasil evaluasi ini biasanya diwujudkan dengan adanya buku lapor,
dimana didalamnya merupakan akumulasi hasil dari semua penilaian/ evaluasi selama
beberapa kurun waktu, misalnya per-catur wulan /per-semester.

d. Pelaksanaan program perbaikan dan pengayaan


Program perbaikan ini diperuntukkan bagi anak didik yang belum mencapai
kompetensi yang diharapkan.
Bentuk dari pelaksanaan perbaikan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
(1) Menjelaskan kembali materi pelajaran yang sedang/telah dipelajari. (2) Memberi
tugas tambahan berupa mengerjakan kembali soal/ tugas, berdiskusi dengan temannya
atau membaca kembali suatu uraian.
Sedangkan pengayaan diperuntukkan bagi anak didik yang telah mencapai
kompetensi yang diharapkan,salah satu contoh nyaadalah mengerjakan PR
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

http://eko-aw.blogspot.com

http://elearningpendidikan.com

http://pioner-pendidikan.blogspot.com

http://smacepiring.wordpress.com

A.    Model Pokok Mengajar ( teaching models)


terdapat berbagai macam Model Pokok Mengajar, Diantaranya sebagai berikut:

1. Model information processing (tahapan pengolahan informasi)


2. Model peningkatan kapasitas berpikir
3. Model Personal (pengembangan pribadi)
4. Model Nondirektif
5. Model Sosial (hubungan bermasyarakat)
6. Model Behavioral (pengembagan perilaku)
7. Metode Ceramah
8. Metode Diskusi
9. Metode Demontarasi
10. Metode ceramah plus

B.    Metode Pokok Mengajar


Terdapat beberapa ragam metode belajar, yaitu sebagai berikut :

1. Metode ceramah plus


2. Metode Demontarasi
3. Metode Diskusi
4. Metode Ceramah

C.    Strategi Mengajar


terdapat tahapan-tahap tertentu dalam Strategi Belajar atau (SPLT) Strategy Program
For Effective Learning/Taeaching yaitu :

1. Direct strategy instruction (pengajaran dengan strategy langsung).

2. Teaching for transfer ( Mengajar untuk mentransfer srategi ).

3. Generating elaborative strategies ( Pembangkitan strategi belajar siswa

yang luas dan rinci ).

D.    Tahapan – Tahapan Mengajar


setiap penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam
tahapan – tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui 3 tahapan :

1. Tahap Prainstruksional
2. Tahap Instruksional
3. Tahap Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai