Anda di halaman 1dari 17

1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas ridho dan
rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan bahan ajar bimbingan dan konseling pada materi
membangkitkan semangat belajar.
Tidak lupa, saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ridwan Syaran, M.Pd
selaku tutor/dosen pembimbing PPG Dalam Jabatan Angkatan II Tahun 2022 yang yang telah
membimbing dan membantu saya dalam proses penyusunan bahan ajar bimbingan dan konseling
pada materi ini. Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman yang telah
membantu baik secara moril maupun materil sehingga bahan ajar bimbingan dan konseling pada
materi penggunaan handphone ini dapat terwujud.

Bahan ajar bimbingan dan konseling pada materi ini terdiri dari jenuh belajar. Penulis
menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam bahan ajar bimbingan dan konseling yang
disusun. Oleh karena itu penulis berharap kritik dan saran dari pembaca guna meningkatkan
kualitas baik isi maupun Bahasa dalam tulisan saya kedepannya.

Tebing Tinggi, September 2022

DWI SYHFITRI, S.Pd

2
DAFTAR ISI

Halaman Sampul…………………………………………………………………… 1
Kata Pengatar………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi…………………………………………………………………………… 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………. 4
B. Tujuan Masalah……………………………………………………………….... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Kejenuhan Belajar
1. Pengertian Jenuh Belajar..………………………………………………………. 5
2. Jenis –Jenis Kejenuhan…………………………….…………………………… 5
3. Faktor Kejenuhan Belajar……………………………………………………….. 6
4. Proses Terbentuknya Kejenuhan Belajar ………..…………………..………..... 9
5. Tanda-Tanda dan Gejala-Gejala Kejenuhan Belajar …………………………... 10
6. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar ……………………………………….…. 10
B. Konseling Kelompok
1. Pengertian Konseling Kelompok……………………………………………...... 11
2. Tahap-Tahap Konseling Kelompok…………………………………………….. 11
C. Teknik Self Instruction
1. Pengertian teknik Self Instruction……………………………………………… 14
2. Pengertian teknik Self Instruction…………………………………………….… 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………………………………… 16
B. Saran……………………………………………………………………………….. 16
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………… 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia tidak bisa lepas dari kata belajar. Belajar merupakan bagian dari manusia karena hal
tersebut berlangsung seumur hidup. Manusia belajar tidak hanya dengan dirinya sendiri
melainkan belajar dengan orang lain, lingkungan dan dengan kondisi yang ada dilingkungan
sekitarnya juga. Orang tua mempunyai peran utama dalam seseorang memperoleh pendidikan
setelah itu barulah lingkungan tambahan dalam proses belajar pada manusia. Proses belajar juga
ditempuh manusia di dalam lingkungan sekolah atau pendidikan. Pendidikan merupakan salah
satu hal yang paling penting dalan memajukan negara. Menurut undang- undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional atau bisa disingkat Sisdiknas dalam pasal 1,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, mengembangkan segala potensi yang dimiliki
peserta didik melalui proses pembelajaran.

B. Tujuan Pembelajaran
Diharapkan konseli mampu mengatasi kejenuhan belajar yang sedang di hadapi

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KEJENUHAN BELAJAR
1. Pengertian Jenuh Belajar
Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan
lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau
hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Jadi maksud kejenuhan belajar adalah
suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu tertentu malas, lelah, bosan, lesu, tidak
bersemangat, tidak berghairah untuk melakukan aktivitas belajar.
Sedangkan pengertian kejenuhan belajar menurut Robert adalah rentang waktu yang
digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil. Peristiwa jenuh dialami oleh peserta
didik yang sedang dalam proses belajar, kejenuhan pada peserta didik dapat membuat peserta
didik merasa bosan dan telah menyia-nyiakan usahanya dalam belajar.
Konsep kejenuhan belajar pertama kali dikembangkan oleh beberapa penelitian yang
dilakukan diantaranya Noushad, Schaufeii et al, Jacobs et al, Huei jen-yang, Lightsey & Hulsey,
Silvar dan Agustin yang mengemukakan bahwasanya kecenderungan dengan segala faktor
penyebabnya bukan hanya terjadi pada adegan pekerjaan, akan tetapi kejenuhan dapat terjadi
pada kegiatan belajar. Kejenuhan belajar muncul karena adanya proses pengulangan belajar yang
tidak mendatangkan prestasi atau hasil yang memuaskan sehingga membuat peserta didik letih
secara fisik maupun psikis.

2. Jenis –Jenis Kejenuhan


Satu langkah penting yang dibutuhkan ketika akan mengatasi masalah kejenuhan, yaitu
mengenali jenis-jenis kejenuhan. Secara umum ada tiga jenis kejenuhan yaitu kejenuhan positif,
kejenuhan wajar dan kejenuhan negatif.
a. Kejenuhan positif
Kejenuhan positif adalah kejenuhan terhadap segala sesuatu yang buruk, baik berupa
penyimpangan perilaku, perbutan dosa, tindak kedzaliman, kesesatan, hingga bathil, contoh
kejenuhan positif: misalnya seseorang bosn berhura-hura, bosan menipu, bosan berbuat dosa
dan lainlain. Kejenuhan postif adalah kejenuhan yang mengarah kearah yang lebih baik, tidak

5
perlu dilawan ataupun dicarikan kiat-kiat tertentu untuk menghapuskanya. Akan tetapi
kejenuhan yang mengarah ke hal yang lebih positif harus terus dikembangkan dan
dipertahankan.
b. Kejenuhan wajar
Kejenuhan wajar merupakan kejenuhan yang sangat lumrah terjadi, setiap seseorang yang
melakukan kesibukan berulang-ulangpasti akan mengalami kejenuhan. Kejenuhan sering kita
jumpai dalam aktivitas belajar, bekerja, berumah tangga dan lain-lain. Dilihat dari pengertian
diatas jelas bahwa kejenuhan dialami oleh setiap orang, karena kejenuhan tidak bisa terlepas
dari kodrat kehidupan manusia.
c. Kejenuhan negatif
Kejenuhan negatif ialah kejenuhan yang berat, merusak kehidupan dan bisa memicu
munculnya keburukan-keburukan lain yang lebih serius. Kejenuhan negatif, misalnya akibat
kegagalan, kesempitan hidup, penganiayaan, sakit hati dan lain-lain. Kejenuhan negatif
merupakan kenejuhan yang membawa pengaruh buruk bagi kehidupan sehari-hari.

3. Faktor Kejenuhan Belajar


Kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dalam tingkat
keterampilan tertentu sebelum siswa sampai pada tingkat keterampilan berikutya. Namun
penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda siswa, karena keletihan
dapat menjadi penyebab munculnya perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan. Keletihan
fisik dan indra dalam hal ini mata, telinga pada umumnya dapat dikurangi dengan melakukan
isirahat yang cukup. Tetapi keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana
seperti cara mengatasi keletihan-keletihan lainya. Itulah sebabnya, keletihan mental dianggap
faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.
Ada empat faktor penyebab keletihan mental dalam belajar peserta didik ialah:
a. Karena kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu
sendiri;
b. Karena kecemasan siswa terhadap standar atau patokan keberhasilan bidang-bidang studi
tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan
mempelajari bidang-bidang studi tadi;

6
c. Karena siswa berada ditengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih
banyak kerja intelek yang berat;
d. Karena siswa mempercayai konsep kinerja akademik yang optimum, sedangkan dia
sendiri menilai belajarnya sendiri hanya berdasarkan ketentuan yang ia buat sendiri.
Sedangkan faktor penyebab kejenuhan dalam belajar itu sendiri ialah:
a. Kesibukan monoton.
b. Prestasi mandeg.
c. Lemah minat.
d. Penolakan hati nurani.
e. Kegagalan berusaha.
f. Penghargaan nihil.
g. Ketegangan panjang.
h. Perlakuan buruk.
Untuk lebih jelasnya maka akan penulis paparkan satu persatu :
a. Kesibukan monoton.
Kemonotonan sering kali merupakan salah satu sebab kebosanan. Melakukan hal yang
sama secara berulang-ulang tanpa beberapa perubahan juga dapat membuat jenuh. Sebab
paling umum dibalik timbulnya rasa jenuh adalah kesibukan yang monoton. Seseorang
yang mengerjakan sesuatu berulang, dengan proses sama, suasana yang sama, hasil
sama, dalam kurun waktu yang lama.
b. Prestasi mandeg.
Sebab selanjutnya yang kerap memicu kejenuhan adalah kemandegan prestasi. Siswa
yang terus menerus belajar dengan giat secara konsisten tidak kenal lelah pantang
menyerah. Namun setelah sekian lama belajar tidak mengalami perubahan yang
diharapkan. Maka kndisi seperti ini berpotensi melahirkan kejenuhan, bahkan rasa
frustasi.
c. Lemah minat.
Kejenuhan juga akan muncul ketika seseorang menekuni yang tidak diinginkan.
Demikian pula dengan siswa yang sejak awal tidak menyukai atau tidak minat pada mata
pelajaran tertentu ia akan selalu merasa jenuh dan bosan terhadap mata pelajaran
tersebut.

7
d. Penolakan hati nurani.
Penyebab selanjutnya adalah tinggal atau berkecimpung di sebuah lingkungan yang tidak
sesuai dengan hati nurani. Demikian pula dengan seorang siswa, kalau tempat
sekolahnya karena dipilih oleh orang tua tidak sesuai dengan kehendaknya maka ia akan
merasa jenuh dan malas untuk sekolah.
e. Kegagalan beruntun.
Penyebab lain kejenuhan adalah kegagalan yang beruntun. Seorang siswa yang pernah
mengalami kegagalan dalam meraih prestasi di sekolah padahal ia telah belajar dan
berusaha tetapi gagal. Maka siswa tersebut pasti mengalami kejenuhan.
f. Penghargaan nihil.
Sebab lain yang memicu kejenuhan adalah penghargaan kecil terhadap penghargaan
prestasi pengorbanan yang telah dilakukan. Didunia belajar, betapa banyak kita saksikan
pelajar-pelajar yang kecewa terhadap guru atau lembaga penyelenggara pendidikan.
g. Ketegangan panjang.
Sebab selanjutnya yang menimbulkan kejenuhan adalah ketegangan yang
berkepanjangan Ketegangan dalam hidup kadang perlu, setidaknya agar hidup ini tidak
terasa datar atau monoton. Tetapi ketegangan yang terus menerus bisa menimbulkan
kejenuhan besar.
h. Perlakuan buruk.
Sebab lain yang kerap kali menimbulkan kejenuhan adalah perlakuan buruk. Hal tersebut
juga bisa terjadi pada siswa yang mendapat perlakuan buruk dari gurunya pada salah satu
bidang studi, tentunya siswa tersebut akan merasa jenuh, bosen dan males terhadap mata
pelajaran itu. Banyak sebab yang melatar belakangi timbulnya kejenuhan, sebabsebab itu
berasal dari diri sendiri, dari kesibukan yang ditekuni, dari lingkungan pergaulan,
suasana hidup masyarakat, alam sekitar bahkan dari pemikiran yang dianut

4. Proses Terbentuknya Kejenuhan Belajar


Kejenuhan belajar tidak terjadi begitu saja, kejenuhan terjadi dengan adanya banyak proses
yang telah dilalui oleh individu. Freudenber dan Utara (Bahrer-Kohler, 2012:52) memaparkan 12
tahap yang menjadi latar belakang terbentuknya kejenuhan yaitu sebagai berikut:

8
a. Paksaan untuk membuktikan bahwa dirinya layak untuk orang lain. Hal ini membuat
individu bekerja keras untuk membuat orang lain melihat potensi dirinya.
b. Individu bekerja keras agar orang lain tidak merubah pandangan terhadap dirinya dan
orang lain tidak lari dari dirinya.
c. Terlalu kerasnya mereka bekerja maka individu akan mulai mengesampingkan
kebutuhan-kebutuhan pokok mereka, seperti makan, tidur dan bersantai ria dengan
keluarga maupun temanteman.
d. Munculnya gejala-gejala fisik individu yang disebabkan karena perubahan gaya hidup
yang dilakukan.
e. Keinginan untuk mendapatkan nilai-nilai yang lebih baik dari lingkungan sosialnya
sehingga mereka akan sibuk untuk hal tersebut dan mengesampingkan kebutuhan pokok
dan hubungannya dengan orang-orang terdekatnya.
f. Munculnya perasaan yang seharusnya tidak dimiliki, seperti mulai tidak mempunyai
toleransi dengan orang lain, tidak mempunyai perasaan simpati atas masalah orang lain,
terlalu agresif dan selalu menyalahkan orang lain atas masalah yang ada.
g. Mengisolasi diri atau menarik diri dari kehidupan sosial karena terlalu kerasnya mereka
bekerja.
h. Mulai muncul perasaan malu, takut dan apatis karena terlalu kerasnya pekerjaan dan
tekanan yang dimiliki.
i. Individu mulai kehilangan jati dirinya karena mereka beranggapan bahwa mereka telah
menjadi mesin orang lain.
j. Kekosongan-kekosongan yang mulai muncul dari dalam diri membuat individu mulai
putus asa, dan individu mulai melakukan pelarian dengan berbagai macam hal mulai dari
melakukan seks bebas, merokok, meminum minuman keras, dan hal-hal negatif lainnya.
k. Perasaan terpuruk yang mulai dirasakan seperti ketidakpedulian, keputusasaan, kelelahan
dan mengabaikan masa depan yang ada.
l. Jika individu ini sudah mulai jenuh akan kegiatannya maka mereka akan mencoba untuk
melarikan diri hal tersebut terkadang disertai dengan perasaan ingin membunuh dirinya
sendiri karena situasi yang ada sekarang.

9
Dari paparan di atas membuktikan bahwa kejenuhan belajar tidak terjadi begitu saja.
Kejenuhan belajar ini terjadi karena individu telah melalui beberapa proses atau tahapan
dari dalam dirinya.

5. Tanda-Tanda dan Gejala-Gejala Kejenuhan Belajar


Menurut Hakim kejenuhan belajar juga mempunya tanda-tanda atau gejala-gelaja yang
sering dialami yaitu timbulnya rasa enggan, malas, lesu dn tidak bergairah untuk belajar.
Sedangkan menurut Reber ciri-ciri kejenuhan belajar sebagai berikut:
1) Merasa seakan-akan pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari proses belajar tidak
ada kemajuan. Siswa yang mulai memasuki kejenuhan dalam belajarnya merasa seakan-akan
pengetahuan dan kecakapan yang diperolehnya dalam belajar tidak meningkat, sehingga
siswa merasa siasia dengan waktu belajarnya.
2) Sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam proses informasi
atau pengalaman, sehingga mengalami stagnan dalam kemajuan belajarnya. Seorang siswa
yang sedang dalam keadaan jenuh, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang
diharapkan dalam memproses berbagai informasi yang diterima atau pengalaman baru yang
didapatnya.
3) Kehilangan motivasi dan konsolidasi. Siswa yang dalam keadaan jenuh merasa bahwa
dirinya tidak lagi mempunyai motivasi yang dapat membuatnya bersemangatn untuk
meningkatkan pemahamannya terhadap pelajaran yang diterimanya atau dipelajarinya.
Berdasarkan teori diatas maka ciri-ciri kejenuhan belajar adalah merasa bahwa pengetahuan
dan kecakapan dalam proses belajar tidak ada kemajuan, system akalnya tidak dapat bekerja
sebagaimana yang diharapkan dalam memproses informasi atau pengalaman, kehilangan
motivasi dan konsolidasi.

6. Cara Mengatasi Kejenuhan Belajar


Kejenuhan merupakan kondisi psikologis yang bersifat alamiah. Artinya, siapapun akan
dapat mengalami kebosanan atau kejenuhan terhadap sesuatu maupun dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari. Boleh jadi, sesuatu yang monoton, tanpa variasi, atau kegiatan rutin yang
menjadi penyebab kebosanan itu.

10
Kejenuhan belajar itu lazimnya dapat diatasi dengan menggunakan kiat-kiat antara lain
sebagai berikut:
a. Melakukan istirahat dan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi dengan takaran
yang cukup banyak;
b. Pengubahan atau penjadwalan kembali jam-jam dari hari-hari belajar yang dianggap lebih
memungkinkan siswa belajar lebih giat;
c. Pengubahan atau penataan kembali lingkungan belajar siswa yang meliputi pengubahan posisi
meja tulis, lemari, rak buku, alat-alat perlengkapan belajar dan sebagainya sampai
memungkinkan siswa merasa berada disebuah kamar baru yang lebih menyenangkan untuk
belajar;
d. Memberikan motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar lebih giat
daripada sebelumnya;
e. Siswa harus berbuat nyata (tidak menyerah atau tinggal diam) dengan cara mencoba belajar
dan belajar lagi

B. KONSELING KELOMPOK
1. Pengertian Konseling Kelompok
Menurut Prayitno, konseling kelompok adalah layanan konseling perorangan yang dilakukan
dalam suasana kelompok. Dalam konseling kelompok melibatkan konselor dan konseli sebagai
anggota kelompok. Pada saat konseling kelompok berlangsung terjadi hubungan konseling
dengan suasana yang diusahakan serupa dengan konseling individu, yaitu terbuka, hangat dan
penuh keakraban. Masing-masing anggota kelompok akan mengungkapkan dan memahami
permasalahan yang sedang dialami, menelusuri penyebab timbulnya masalah, dan mencari solusi
untuk memecahkan permasalahan tersebut serta melakukan evuluasi dan tindak.
2. Tahap-Tahap Konseling Kelompok
Menurut Prayitno, pada umumnya ada empat tahap perkembangan dalam konseling
kelompok yang masing-masing tahap tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Berikut
adalah empat tahap dalam konseling kelompok:
a. Tahap Pembentukan
Tahap ini diawali dengan upaya penumbuhan minat bagi terbentuknya kelompok yang
meliputi penjelasan tentang kelompok, tujuan dan manfaat, ajakan untuk mengikuti

11
kegiatan, dan kemungkinan adanya kemudahan dan kesempatan bagi penyelenggaraan
kelompok tersebut. Dalam tahap ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan baik konseli
maupun konselor adalah sebagai berikut:
1. Pengenalan dan Pengungkapan Tujuan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, pelibatan diri, atau tahap memasukkan diri
dalam kehidupan kelompok. Pada umunya pada tahap ini masing-masing saling
memperkenalkan diri, menyampaikan maksud dan tujuannya, serta harapan yang
ingin dicapai. Dalam hal ni pemimpin kelompok perlu:
- Menjelaskan tujuan umum dan cara-cara yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan.
- Mengemukakan tentang diri sendiri mengenai hal yang berkaitan dengan
kegiatan kelompok, seperti memperkenalkan diri secara terbuka.
- Berperilaku dan berkomunikasi yang mengandung unsur penghormatan kepada
orang lain, tulus, hangat, dan empati.
2. Terbangunnya Kebersamaan
Pemimpin kelompok harus mampu menumbuhkan sikap kebersamaandan perasaan
sekelompok. Pemimpin kelompok bertugas untuk membangkitkan gairah seluruh
anggota kelompok untuk melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
3. Keaktifan Pemimpin Kelompok
Hal ini sangat diperlukan dalam tahap pembentukan dan perlunya pemimpin
kelompok memusatkan usahanya pada:
- Penjelasan tentang tujuan kegiatan.
- Menumbuhkan rasa saling mengenal antar anggota.
- Menumbuhkan sikap saling percaya dan saling menerima.
- Memulai pembahasan tentang tingkah laku dan suasana perasaan kelompok.
b. Tahap Peralihan
Setelah membentuk suasana kelompok dan dinamika kelompok sudah mulai tumbuh,
pemimpin kelompok sebaiknya membawa kegiatan kelompok menuju ke kegiatan
sebenarnya. Maka perlunya tahap peralihan ini dilakukan.
1. Suasana Kegiatan

12
Sebelum lebih lanjut ke tahap kegiatan inti kelompok, sebaiknya pemimpin
kelompok menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh anggota kelompok dan
peran anggota kelompok ditahap berikutnya.
2. Suasana Ketidakseimbangan
Kerap kali terjadi konflik bahkan konfrontasi antaranggota kelompok. Dalam hal
ini, banyak anggota kelompok merasa tertekan dan resah sehingga menimbulkan
tingkah laku yang tidak biasa. Untuk mengatasi hal tersebut, pemimpin kelompok
perlu memiliki kemampuan tinggi untuk merasakannya. Pemimpin kelompok
harus mampu bertindak bijak dan tepat. Pemimpin kelompok perlu memanfaatkan
dan mendorong anggotanya untuk secara sukarela mengutarakan hal apa yang
sedang dirasakannya.
3. Merupakan Jembatan antara Tahap 1 dan Tahap 3
Tahap ini merupakan perantara tahap 1 dan tahap 3. Pada tahap ini ditempuh
dengan mudah dan lancar. Artinya, para anggota kelompok dapat segera memasuki
tahap ke 3 dengan kemauan dan kesukarelaan. Namun keadaan itu bisa sebaliknya.
Jika kondisi tersebut terjadi, maka perlu adanya penegasan dari pemimpin
kelompok.

c. Tahap Pelaksanaan Kegiatan


Tahap ini merupakan tahap konseling kelompok yang sebenarnya. Berhasil atau
tidaknya tahap ini tergantung pada dua tahap sebelumnya. Setelah terjalinnya hubungan
antar anggota kelompok, barulah masingmasing anggota kelompok saling tukar
pengalaman dalam hal perasaan yang dirasakan, pengutaraan, penyajian dan
pembukaan diri berlangsung dengan bebas. Dalam tahap ini kelompok sedang menuju
kearah pencapaian tujuan.
1. Pengemukaan Masalah
Kegiatan ini dimulai dengan mengemukakan secara bebas topic permaslaahan oleh
masing-masing anggota kelompok. Jika para anggota kelompok mengemukakan
satu permasalahan, maka akan terkumpul beberapa permasalahn dan tugas anggota
kelompok adalah merekam atau mengingatnya dengan baik terutama pemimpin

13
kelompok. Pemimpin kelompok memiliki kewajiban untuk merenungkan bersama
anggota kelompok yang lain selama 30-60 detik untuk masing-masing masalah.
2. Pemilihan Masalah
Setelah merenungkan semua topik permasalahan bersama, berikutnya adalah
membahas masing-masing topik dan menentukan topik mana yang akan dibahas
terlebih dahulu. Berikut adalah pertimbangan yang harus diperhatikan saat
menntukan tpoik mana yang akan dibahas terlebih dahulu.
1) Permasalahan yang dirasa sangat berat dan berdampak cukup luas,
2) Masalah yang paling menyangkut kepentingan umum,
3) Topik yang paling hangat dibicarakan akhir-akhir ini,
4) Masalah yang dikemukakan terlebih dahulu,
5) Beberapa masalah yang memiliki kaitan antara satu masalah dengan masalah
yang lain.
6) Melakukan undian,
7) Menetapkan topik mana yang didahulukan melalui pembicaraan bertingkat,
berdua dan bertiga.
3. Pembahasan Masalah
Bagian ini merupakan inti dari kegiatan kelompok secara keseluruhan.

d. Tahap Pengakhiran
Tahap pengakhiran merupakan penilaian dan tindak lanjut, bertujuan agar anggota
kelompok mengungkapkan kesan-kesan tentang pelaksanaan kegiatan, hasil kegiatan
kelompok yang telah tercapai dan dikemukakan secara tuntas dan mendalam

C. Teknik Self Instruction


1. Pengertian teknik Self Instruction
Menurut Donald Meinhenbaum (dalam Sharf, 2004) mengungkapkan bahwa teknik self-
instruction adalah cara untuk individu mengajarkan pada diri mereka sendiri bagaimana
menangani secara berpengaruh terhadap situasi yang sulit bagi diri mereka sendiri.
Firedenberg & Gilis (dalam Lange dkk, 1998) menyatakan bahwa kegunaan metode Self–
instruction untuk mengganti pikiran negatif menjadi pikiran yang positif, didasari oleh pemikiran

14
bahwa pandangan seseorang mengenai dirinya dapat diarahkan.Sementara itu, kegunaan teknik
ini untuk mengarahkan perilaku yang didasari oleh pemikiran bahwa pemberian instruksi
merupakan bagian penting pada perkembangan manusia dalam mengarahkan perilaku (Rock,
1997).
2. Tahap-tahap dalam Teknik Self-instruction
Dalam menangani masalah kejenuhan belajar dengan teknik Self-instruction, terdapat tiga
tahapan yang digunakan dalam teknik ini :
1. Tahapan pertama yaitu pengumpulan informasi yangberkaitan dengan konseptualisasi
masalah yang dihadapi. Dalam tahapan ini konseli diharapkan lebih sensitif terhadap
pikiran, perasaan, perbuatan, reaksi fisiologis dan pola reaksi terhadap orang lain dan
lingkunganbelajar.
2. Tahapan kedua yaitu melakukan konseptualisasi terhadap masalah. Pada tahapan ini
konselor merencanakan intervensi dalam konteks melakukan observasi terhadap
masalah.Konselor mengidentifikasi pikirandan perasaan yang irasional yang
menyebabkan terjadinya masalah.
3. Tahapan ketiga yaitu melakukan perubahan langsung. Tahapan ini merupakan tahapan
perubahan perilaku dengan menggunakan ungkapan diri. Adapun contoh ungkapan untuk
merasionalkan fikiran yang irasional adalah sebagaiberikut:
a. Saya bukanlah anak yang pemalas sekolah akan tetapi perilaku sayalah yang pemalas
sekolah, oleh karena itu saya harus merubah perilaku malas sekolah saya menjadi
semangat berangkat sekolah lagi.
b. Saya bukanlah anak yang malas menghafal akan tetapi perilaku saya lah yang malas
menghafal, oleh karena itu saya harus merubah perilaku malas menghafal saya
menjadi semangat menghafal lagi.
c. Saya bukanlah anak yang sering mengantuk akan tetapi perilaku saya lah yang suka
mengantuk, oleh karena itu saya harus membuang perilaku mengantuk saya menjadi
tidak mudah mengantuk lagi

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejenuhan belajar adalah suatu kondisi mental seseorang saat mengalami rasa bosan dan
lelah yang amat sangat sehingga mengakibatkan timbulnya rasa lesu tidak bersemangat atau
hidup tidak bergairah untuk melakukan aktivitas belajar. Jadi maksud kejenuhan belajar adalah
suatu kondisi mental siswa dalam rentang waktu tertentu malas, lelah, bosan, lesu, tidak
bersemangat, tidak berghairah untuk melakukan aktivitas belajar. Sedangkan faktor penyebab
kejenuhan dalam belajar itu sendiri ialah: a. kesibukan monoton, b. prestasi mandeg, c. lemah
minat, d. penolakan hati nurani, e. kegagalan berusaha, f. penghargaan nihil, g. ketegangan
panjang, h. perlakuan buruk.

B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
diharapkan sebagai koreksi.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ita V. 2016. Kejenuhan (Burnout) Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kesepian Dan Kontrol Diri
Pada Siswa Kelas Xi Sma Negeri 9 Yogyakarta.Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas
Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Nurma K. 2018. Penerapan Teknik Modeling Untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar Peserta
Didik Kelas Xi Di Smk Bina Latih Karya (Smk-Blk) Bandar Lampung Tahun Ajaran 2017/2018.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Lampung

Mukhamad I. 2018. Upaya Menurunkan Kejenuhan Belajar Melalui Bimbingan Kelompok


Teknik Games pada Siswa Kelas XI Akuntansi SMK YPKK 2 Sleman. Skripsi. Fakultas Ilmu
Pendidikan. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta

Eva Y. 2019. Efektivitas Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Modeling Untuk Mereduksi
Burnout Pada Peserta Didik Kelas Ix Di Smp Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Ajaran 2019/202.
Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Lampung

Riska U. Pengaruh Layanan Konseling Individu Dengan Teknik Self-Instruction Dalam Mengurangi
Tingkat Kejenuhan Belajar Pada Peserta Didik Kelas Viii Di Mts Mathla’ul Anwar Bandar
Lampung. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung. Lampung

17

Anda mungkin juga menyukai