Anda di halaman 1dari 5

CARA BERGAUL YANG BAIK SECARA ISLAMI

A. Pengertian Bergaul
Jika kau berkumpul dengan penjual minyak wangi maka kau akan berbau wangi. Jika kau
berkumpul dengan penjual ikan maka kau akan berbau ikan. Begitulah perumpamaan betapa
pentingnya memilih pergaulan. Berkumpul dengan ilmuwan kita menjadi pintar. Berkumpul
dengan pecundang kita akan menjadi pecundang pula.
Manusia memiliki naluri mengikuti dan meniru perilaku dan ucapan orang yang berada
disekitarnya. Oleh karena itu, watak atau sifat manusia terbentuk dari lingkungan dan
pergaulan. Manusia mulai bisa mendengar ketika masih berupa janin dalam kandungan yang
berusia 4 bulan. Makanya bagi seorang ibu waktu hamil disarankan berkelakuan, berucap dan
mendengarkan suara yang baik agar bayi yang dilahirkan terbentuk wataknya sesuai dengan
masukan dari orang tua.
Sebuah nasehat mengatakan ”Rumahmu adalah sekolahanmu, orang tuamu adalah
gurumu”. Dari kata-kata singkat penuh arti tersebut, jelas bahwa sekolah pertama dan utama
dalam hidup adalah lingkungan di rumah. Kelakuan (ahlaq) kedua orang tua akan ditiru oleh
anaknya. Setelah lulus berguru dari orang tua, sekolah lanjutannya adalah pergaulan. Jadi
manusia itu secara gen anak produk dari kedua orang tua. Namun secara perilaku anak
produk dari lingkungan atau pergaulannya. Sifat atau watak kita juga terbentuk dari dua
lingkungan tersebut. Sebaik-baiknya sifat orang tua kalau lingkungan pergaulannya buruk
maka si anak akan berwatak buruk, begitu juga sebaliknya.

B. Pentingnya Memilih Teman Bergaul


“Berteman jangan suka milih-milih.” Kata-kata itu tepat untuk orang yang sombong yang
hanya mau bergaul dengan orang yang ia pikir selevel dengan dia. Tapi sejatinya kata-kata itu
tidak sepenuhnya benar. Kita juga harus menyeleksi teman bergaul. Hanya kriterianya yang
harus tepat. Jangan gunakan kriteria yang menjerumuskan kita menjadi orang yang sombong
dan tidak baik. Tapi gunakan kriteria yang akan membuat kita menjadi anak yang baik.
Sombong kalau kriteria teman kita adalah anak orang kaya saja (udah sombong, matre
pula). Sombong kalau kriteria teman kita itu yang ganteng atau cantik saja. Intinya, kalau kita
mengambil standar duniawi sebagai teman, maka kita bisa termasuk sombong. Dalam hadits,
Rasulullah mendefinisikan sombong sebagai merendahkan manusia. “Sombong adalah
menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim).
Memang pertemanan itu ada tingkatan-tingkatannya. Ada yang hanya kenalan. Ada yang
teman biasa seperti teman kelas, teman les. Ada juga teman yang lumayan dekat yang kita
sering berinteraksi dengannya, ini yang disebut teman bergaul. Dan ada juga yang lebih dekat
lagi yang kita sebut sebagai sahabat. Dalam berteman, jangan sampai kita merendahkan orang
lain. Janganlah kita hanya mau punya teman bergaul dari orang-orang yang kita pilih
berlandaskan keduniaan dan menghindari pergaulan dengan orang lain karena kita
meremehkan orang tersebut.
Bagaimana kriteria yang menjadikan kita anak yang baik? Pastinya, kriteria yang
berdasarkan pada kebaikan. Maksudnya, kita memilih teman bergaul yang kita sering
berinteraksi dengan mereka dari kalangan orang-orang yang berakhlak baik, sholeh, rajin
belajar, gemar menabung, suka menjahit dan memasak… Ups kebanyakan…
Pergaulan itu bisa menularkan perilaku seseorang kepada temannya. Tak sedikit anak
baik-baik yang terjerat narkoba hanya karena salah memilih pergaulan. Seorang anak dari
keluarga yang tidak merokok bisa jadi perokok karena bergaul dengan teman-teman perokok.
Dan sebagaimana watak buruk itu menular, watak baik pun bisa menyebar melalui pergaulan.
Itulah makanya Rasulullah berpesan untuk memperhatikan teman bergaul.
“Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah
bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak
dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya.
Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu
hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101,
dari Abu Musa).
Dalam menjelaskan hadits ini Imam An-Nawawi berkata, “Hadits ini berbicara tentang
keutamaan bergaul dengan orang-orang yang soleh, pelaku kebaikan, tata krama, akhlak
mulia, wara’, berilmu, dan mempunyai sopan santun. Sebaliknya, hadits ini melarang kita
bergaul dengan pelaku kejahatan, pembuat bid‘ah, suka menggunjing, berbuat dosa, dan
sikap tidak terpuji lainnya.”
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: “Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman
karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR.
Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah)
Imam Al Ghozali rahimahullah mengatakan, “Bersahabat dan bergaul dengan orang-
orang yang pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan
orang yang zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang
asalnya seseorang akan mencontoh teman dekatnya.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42).
C. Cara Bergaul dengan Sesama Manusia
 Pergaulan Antar Generasi
Yang tua menyayangi yang lebih muda. Yang muda menghormati yang lebih tua.
 Pergaulan dengan Orang yang Dihormati
Hormatilah orang yang dihormati oleh kaumnya. Bagi orang-orang yang biasa
dihormati, jangan gila hormat. Juga, penghormatan harus tetap dalam bingkai syariat
Islam.
Contoh orang-orang yang biasa dihormati: tokoh masyarakat, pejabat atau penguasa,
orang-orang yang mengajari kita, dan sebagainya.
 Pergaulan dengan Ortu dan Keluarga
Bersikap santun dan lemah lembut kepada ibu dan bapak, terutama jika telah lanjut
usianya. Jangan berkata uff kepada keduanya. Terhadap keluarga, hendaknya kita
senantiasa saling mengingatkan untuk tetap taat kepada ajaran Islam. Sebagaimana
Nabi telah melakukannya kepada Ahlu Bait. Dan Allah berfirman: Quu anfusakum wa
ahliikum naara.
 Pergaulan dengan Tetangga
Tetangga harus kita hormati. Misalnya dengan tidak menzhalimi, menyakiti dan
mengganggunya, dengan membantunya, dengan meminjaminya sesuatu yang
dibutuhkan, memberinya bagian jika kita sedang masak-masak.
 Pergaulan Antar Jenis
Sudah menjadi fithrah, laki-laki tertarik kepada wanita dan demikian pula sebaliknya.
Islam telah mengatur bagaimana rasa tertarik dan rasa cinta diantara dua jenis
manusia itu dapat disalurkan. Bukan dengan pacaran dan pergaulan bebas. Tetapi
dengan ikatan yang kuat (mitsaq ghaalizh): pernikahan.
Jadi, ada batasan-batasan pergaulan antara laki-laki dan perempuan diluar pernikahan.
Terutama diantara muda-mudi karena sedang berada dalam puncak emosi, hasrat dan
gelora. Ini semua untuk mencegah terjadinya perbuatan yang keji.
1. Boleh saling mengenal antara laki-laki dan perempuan.
2. Boleh berkomunikasi antara laki-laki dan perempuan, tapi ada batas-batasnya.
3. Wanita muslimah boleh bersuara diantara kaum laki-laki, tapi
4. Hendaknya masing-masing berbusana sesuai syariat: 1) menutup aurat, 2) tidak
transparan, 3) tidak ketat dan memperlihatkan lekuk-lekuk tubuh, 4) tidak tabarruj,
5) pakaian laki-laki tidak menyerupai pakaian wanita, begitu pula sebaliknya, 6)
tidak menunjukkan perhiasan secara berlebihan, 7) tidak berpakaian dengan
sombong, 8) sopan dan tidak memunculkan fitnah.
5. Tidak berkhalwat.
6. Tidak ikhtilath.
7. Menundukkan pandangan.
8. Jangan sentuh aku! Jangan pegang aku! Nanti aku lempar dengan sepatu!
Bersalaman boleh nggak?
9. Seorang muslimah tidak melenggak-lenggokkan tubuhnya sedemikian rupa yang
memunculkan hasrat. Juga tidak memakai minyak wangi ketika berada diluar
rumah.
10. Seorang muslimah tidak bepergian JAUH sendirian saja jika dirasa tidak aman,
juga jangan bersama dengan orang yang malah menjadi musuh dalam selimut.

D. Aturan Pergaulan Pria dan Wanita Menurut Agama Islam


Fenomena Mencengangkan!
Fenomena seks bebas di kalangan remaja akan data berikut ini:
1. Sekitar 16 % remaja di empat kota itu mengaku sudah berhubungan intim saat berusia
antara 13-15 tahun.
2. 44 % responden lainnya mengaku mulai ‘mencicipi’ seks sejak usia 16-18 tahun.
Sampai disini kita dapat menghitung bahwa 50 % responden mengaku telah
berhubungan seks saat mereka belum lagi lepas akil baligh.
3. Sekitar 35 % responden mengaku mengenal seks pertama kali dari film porno.
Sisanya mengaku mengetahui seks dari pengalaman sesama teman.
4. 40 % responden mengaku pertama kali melakukan hubungan seks di rumah mereka;
26 % mengaku senang melakukannya di tempat kos; 26 % lainnya senang
melakukannya di kamar hotel.

E. Tips Bergaul Yang Baik


1. Jangan suka meminjam barang teman anda kecuali terpaksa, apalagi barang – barang
yang mahal.
2. Jangan ngutang ma temen kecuali terpaksa, jangan jadikan teman anda sebagai Bank 
tempat anda meminjam, apalagi ngutang anda jadi kebiasaan.
3. Jangan terlalu banyak meminta ma temen klo bisa sering – seringlah ngasih ke temen.
4. Hormati teman selagi dia menghormati anda, dan tinggalkan teman kalau sudah tidak
menghormati eksistensi anda. palagi teman yang menjerumuskan anda ke jurang
kemaksiatan dan kemelaratan tentunya.
5. Tidak usah terlalu pilih – pilih teman, karena suatu saat temen yang awalnya anda
pandang tidak bermanfaat suatu saat dia bisa jadi teman yang siap membantu
kesulitan anda.
6. Bercanda itu penting tapi jangan pernah bercanda yang mengandung kata – kata
hinaan apa lagi kata itu anda ucapkan berulang kali, karena jika anda lakukan maka
teman yang anda hina pasti akan berkurang rasa hormatnya kepada anda , karena dia
sudah menganggap anda simulut besar dan suka menghina. sebaiknya anda bisa
membatasi canda anda!
7. Jika ada temen  bertamu kerumah anda, maka terimalah dia dengan senyumman,
karena hal itu akan di ingat sampai dia bertamu kembali.
8. Buat nyamanlah teman anda, jangan sampai dia merasa tidak nyaman ketika anda
berada di sampingnya.
9. Jangan pernah berfikir jika anda sudah tidak membutuhkan bantuan seorang teman.
karena datangnya masalah bisa diluar dugaan anda.

Ali bin Abi Thalib ra berkata, “Hati-hatilah kalian dalam memilih teman, sesungguhnya
teman adalah bekal di dunia dan akhirat.”

Anda mungkin juga menyukai