Anda di halaman 1dari 3

I.

Tanda

1
Tabel 1. Kriteria Jones Sebagai Pedoman Dalam Diagnosis Rheumatic Fever

Manifestasi Mayor Manifestasi Minor


Kariditis Klinis :
Poliartritis migrans - artralgia: nyeri sendi tanpa merah dan
bengkak

0
- demam tinggi (>39 C)
Chorea Sydenham Laboratorium:
Erythema marginatum - peningkatan penanda peradangan yaitu
Nodul subkutan erythrocyte sedimentation rate (ESR) atau C
Reactive Protein (CRP)

- pemanjangan interval PR pada EKG


Ditambah
Bukti infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A sebelumnya (45 hari terakhir)

- Kultur hapusan tenggorok atau rapid test antigen streptococcus beta hemolyticus grup A
hasilnya positif

- Peningkatan titer serologi antibodi streptococcus beta hemolyticus grup A. 2,3

II. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien dengan rheumatic heart disease secara garis besar


bertujuan untuk mengeradikasi bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A, menekan
inflamasi dari respon autoimun, dan memberikan terapi suportif untuk gagal jantung
kongestif. Setelah lewat fase akut, terapi bertujuan untuk mencegah rheumatic heart disease
berulang pada anak-anak dan memantau komplikasi serta gejala sisa dari rheumatic heart
disease kronis pada saat dewasa.

a. Terapi Antibiotik Profilaksis Primer

Eradikasi infeksi Streptococcus pada faring adalah suatu hal yang sangat penting
untuk mengindari paparan berulang kronis terhadap antigen Streptococcus beta hemolyticus
grup A. Eradikasi dari bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A pada faring
seharusnya diikuti dengan profilaksis sekunder jangka panjang sebagai perlindungan
terhadap infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A faring yang berulang. 4

5
Tabel 4. Obat-obatan Profilaksis Primer untuk Rheumatic Fever.

Agen Dosis Evidence


rating
Penisilin
Amoxcillin 50 mg/kgBB (maksimal, 1 g) oral 1B
satu kali sehari selama 10 hari
Penicillin G benzathine Pasien berat < 27 kg (60 lb): 1B
600,000 unit IM sekali
Pasien dengan BB > 27 kg:
1,200,000 unit IM sekali
Penicillin V potassium Pasien dengan BB < 27 kg diberikan 1B
250 mg oral 2-3x sehari selama 10
hari
Pasien dengan BB > 27 kg: 500 mg
oral 2-3x sehari selama 10 hari
Untuk pasien alergi penisilin
Narrow-spectrum cephalosporin Bervariasi 1B
(cephalexin [Keflex], cefadroxil
[formerly Duricef])
Azithromycin (Zithromax) 12 mg/kgBB/hari (maksimal, 500 2aB
mg) oral 1x sehari selama 5 hari
Clarithromycin (Biaxin) 15 mg/kgBB/hari, dibagi menjadi 2 2aB
dosis (maksimal, 250 mg 2x sehari),
selama 10 hari
Clindamycin (Cleocin) 20 mg/kgBB/hari oral (maksimal, 1.8 2aB
g/hari), dibagi menjadi 3 dosis, untuk
10 hari

Profilaksis Sekunder

Rheumatic fever sekunder berhubungan dengan perburukan atau munculnya rheumatic


heart disease. Pencegahan terhadap infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A pada
faring yang berulang adalah metode yang paing efektif untuk mencegah.5

Tabel 5. Obat-obatan Profilaksis Sekunder untuk Rheumatic Fever.5

Agen Dosis Evidenc


e rating
Penicillin G benzathine Pasien berat < 27 kg (60 lb) 600,000 unit IM 1A
setiap 4 minggu sekali

Pasien berat > 27 kg: 1,200,000 unit IM setiap 4


minggu sekali
Penicillin V potassium 250 mg oral 2x sehari 1B
Sulfadiazine Pasien berat < 27 kg (60 lb): 0.5 g oral 1x sehari 1B

Pasien berat > 27 kg (60 lb) kg: 1 g oral 1x


sehari
Macrolide atau antibiotik Bervariasi 1C
azalide (untuk pasien alergi
penicillin dan sulfadiazine)
Table 6. Durasi Profilaksis Sekunder untuk Rheumatic Fever

Tipe Durasi setelah serangan Evidence


rating
Rheumatic Fever dengan 10 tahun atau sampai usia 40 tahun (pilih yang 1C
karditis dan penyakit terlama) ; profilaksis seumur hidup mungkin
jantung residu (penyakit diperlukan
katup persisten)
Rheumatic Fever dengan 10 tahun atau sampai usia 21 tahun (pilih yang 1C
karditis tapi tanpa penyakit terlama)
jantung residu (tanpa
penyakit katup persisten)
Rheumatic Fever tanpa 5 tahun atau sampai usia 40 tahun (pilih yang 1C
karditis terlama)

Daftar Pustaka

1. Mishra T.K., Acute Rheumatic Fever and Rheumatic Heart Disease: current
scenario. JIACM. 2007;8(4):324-30.
2. Rilantono, LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV). Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2013;331-335.
3. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Pelayanan Medis, Ed. 2. Jakarta:Badan
Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2011:41-42.
4. WHO. Rhematic fever and Rheumatic Heart Disease. Report of a WHO expert
Consultation. 2004. [Online]. Melalui:
http://www.who.int/cardiovascular_diseases/resources/en/cvd_trs923.pdf

5. Armstrong, C. AHA Guidelines on Prevention of Rheumatic Fever and Diagnosis


and Treatment of Acute Streptococcal Pharyngitis. Am Fam Physician. 2010
1;81(3):346-359.

Anda mungkin juga menyukai