BAB I
PENDAHULUAN
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para
peserta didik, dan lingkungannya (Sudarwan Danim, 2011: 5). Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa peranan guru sangat penting dalam dunia
pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru
juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik
bagi anak didiknya.
Dari beberapa kutipan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa guru adalah
sebagai agen pembaharuan dimana guru dapat menjadi panutan bagi peserta didik dan
lingkungan sekitarnya dimanapun berada, guru juga dapat mengajarkan banyak hal
kepada peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu sehingga berguna bagi bangsa dan
negara.
2
1.3 Tujuan
BAB II
ISI
2.1 Kepemimpinan
Kalau kita berbicara tentang kepemimpinan pendidikan, pada umumnya akan
tertuju pada peran dan tugas seorang kepala sekolah. Pemahaman dan persepsi seperti
ini bisa dimaklumi karena hampir sebagian besar penelitian dan literatur yang
membahas tentang kepemimpinan pendidikan lebih cenderung membicarakan tentang
kepemimpinan kepala sekolah. Sementara penelitian dan literatur yang mengkaji secara
spesifik tentang kepemimpinan guru tampaknya masih relatif terbatas. Lantas, apa
Kepemimpinan Guru (Teacher Leadership) itu? York-Barr and Duke (The Institute for
Educational Leadership’s, 2008) mengemukakan rumusan kepemimpinan guru yang
sejalan dengan perubahan peran guru dalam konteks perkembangan pendidikan saat ini,
bahwa:
Teacher leadership is the process by which teachers, individually or
collectively, influence their colleagues, principals, and other members of the
school communities to improve teaching and learning practices with the aim of
increased student learning and achievement. Such team leadership work
involves three intentional development foci: individual development,
collaboration or team development, and organizational development.”
Ketiga dimensi di atas memberikan gambaran tentang: (1) peran guru dalam
memimpin siswanya, (2) peran guru dalam memimpin rekan sejawatnya; dan (3) peran
guru dalam memimpin komunitas pendidikan yang lebih luas. Di Amerika, gagasan
tentang kepemimpinan guru (teacher leadership) sudah berlangsung sejak lama, yang
terbagi ke dalam 3 (tiga) gelombang.
Sesungguhnya banyak model dan gaya kepemimpinan yang bisa diterapkan guru
dalam mewujudkan kepemimpinannya. Merideth (2000) menawarkan model
kepemimpinan guru dengan apa yang disebut REACH, akronim dari:
1. Idealized influence. Guru merupakan sosok ideal yang dapat dijadikan sebagai
teladan, dapat dipercaya, dihormati dan mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kepentingan peningkatan mutu pembelajaran.
2. Inspirational motivation: guru dapat memotivasi seluruh siswa dan sejawatnya
untuk memiliki komitmen terhadap visi organisasi dan mendukung semangat
team dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan di sekolah.
3. Intellectual Stimulation: guru dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi
dengan mengembangkan pemikiran kritis dan pemecahan masalah untuk
menjadikan pembelajaran ke arah yang lebih baik.
4. Individual consideration: guru dapat bertindak sebagai pelatih dan penasihat,
serta menyediakan umpan balik yang konstruktif bagi siswa dan sejawatnya.
Dalam konteks ini, tentu dibutuhkan dukungan dari semua pihak, terutama dari
kepala sekolah untuk rela berbagi kekuasaan dan kewenangan, tanpa harus merasa
khawatir akan kehilangan identitas kewibawaannya. Kepala sekolah harus memiliki
keyakinan bahwa setiap guru pada dasarnya memiliki potensi kepemimpinan, dan
apabila diberi kesempatan untuk mengekspresikan dan mengaktualisasikan potensi
kepemimpinannya, mereka bisa tampil sebagai pemimpin-pemimpin hebat, yang dapat
dimanfaatkan untuk semakin memperkuat eksistensi sekolah sekaligus melengkapi
kepemimpinan administratif yang menjadi tanggung jawabnya (Sudjarat, 2013)
gilirannya mampu memberi penyikapan dan melakukan tindakan yang tepat. Tugas
kedua yang harus dilaksanakan pemimpin adalah melakukan pengawasan dan
pengontrolan/pengendalian perilaku kelompok. Agar suatu kelompok/ organisasi
dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka semua orang yang ada di dalamnya harus
berjalan atau melakukan aktivitas yang mengarah pada tujuan-tujuan tersebut.
Sehingga apabila ada anggota kelompok yang ke luar jalur, maka tugas pemimpinlah
yang ‘menyadarkan’ anggotanya tersebut untuk tetap ada di dalam ‘jalan yang
benar.’
Tugas ketiga dari pemimpin adalah menjadi juru bicara dari kelompoknya
mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan-keadaan di
kelompoknya. Tentunya apa yang dibicarakan oleh pemimpin pada pihak lain itu
haruslah merupakan gambaran nyata tentang kelompoknya, bukannya karangan
pribadi pemimpin tersebut. Al Muchtar (2001: 252) menyebutkan sejumlah fungsi
kepemimpinan, yakni: perencanaan, pemikir, organisator, dinamisator, koordinator,
pemegang amanah, pengawas, penengah, pemersatu, pendidik, pembimbing, dan
pelapor. Selanjutnya Al Muchtar mengungkapkan bahwa untuk dapat menjalankan
fungsi-fungsi tersebut, pemimpin haruslah memiliki tiga keterampilan, yaitu: 1)
technical skills (penguasaan organisasi mulai dari prosedur kerja sampai evaluasi
hasil karya); 2) conceptual skills (merumuskan gagasan atau menjelaskan keadaan
rumit ke dalam bentuk yang mudah dipahami oleh anggota kelompoknya),
3human skills (hubungan sosial dan bekerja sama, dan lain-lai .).
a) Faktor internal
Sebagai seorang pribadi, pemimpin tentu memiliki karakter unik yang
membedakannya dengan orang lain. Keunikan ini tentu akan berpengaruh pada
pandangan dan cara ia memimpin. Ada karakter bawaan yang menjadi ciri pemimpin
10
sebagai individu, ada kompetensi yang terbentuk melalui proses pematangan dan
pendidikan.
b) Faktor eksternal
Faktor eksternal menurut formula Hersey dan Blanchard, adalah faktor bawahan
dan situasi. Faktor-faktor ini tentu akan menentukan bagaimana pemimpin mengatur
dan mempengaruhinya. Jika bawahan ini adalah siswa , maka pemimpin akan
menjalankan pola kepemimpinan sesuai dengan karakter siswa. Faktor eksternal lain
adalah faktor situasi, situasi ini berkaitan dengan dengan aspek waktu, tempat , tujuan,
karakteristik organisasi. (http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi/kepemimpinan-
guru-dalam-pendidikan_551fac11813311f3379df32f)
b) Kepercayaan
Menurut Le Bon, seorang pemimpin harus memiliki keyakinan yang kuat, percaya
akan kebenaran tujuannya, percaya kemampuannya( pada diri sendiri ). Sebaliknya
harus mendapat kepercayaan dari pengikutnya.
d) Berani
Berani dalam arti karena benar dan dengan perhitungan. Lebih-lebih dalam saat-
saat yang kritis dan menentukan, pemimpin harus tegas, berani mengambil keputusan
dengan konsekwen dan tidak boleh ragu-ragu.
b) Laizzes Faire
Gaya kepemimpinan yang laizes faire , biasanya tidak produktif walaupun ada
pemimpin. Kalau guru ada peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan yang sifatnya
ingin diperhatikan . Dalam kepemimpinan ini biasanya aktivitas pendidik lebih
produktif kalau gurunya tidak ada.
c) Demokratis
Gaya kepemimpinan ini lebih memungkinkan terbinanya sikap persahabatan guru
dan peserta didik dengan dasar saling memahami dan saling mempercayai. Peserta didik
akan belajar secara produktif baik pada saat diawasi guru maupun tanpa diawasi guru.
(http://www.kompasiana.com/agustinus.suhedi)
12
Peran guru di sekolah tidak hanya sebagai tenaga pendidik, tetapi juga sebagai
motivator, informator, mediator, dan fasilitator. Guru lebih sering berkomunikasi dan
bertatap muka langsung dengan siswa sehingga guru lebih mengetahui kemampuan
13
siswanya. Dibandingkan orang tua, guru lebih tahu seberapa jauh kemampuan anak
didiknya dalam mengikuti pelajaran, karenanya guru tidak hanya sebatas menjelaskan
materi pelajaran yang diampunya tetapi juga harus memotivasi anak didiknya agar tetap
semangat belajar dan tidak mudah putus asa. Komunikasi yang baik antara guru dan
siswa pasti akan menjadikan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, sehingga
semua siswa juga tidak akan merasa bosan mengikuti pelajaran. Perhatian guru kepada
siswa juga menjadi semangat tersendiri bagi siswa untuk tetap rajin belajar.
Guru adalah sebagai seorang manajer di dalam organisasi kelas. Sebagai seorang
manajer, aktivitas guru mencakup kegiatan merencanaka, mengorganisasi, memimpin,
dan mengevaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang dikelolanya.
Tujuan profesional guru adalah melakukan kegiatan mengajar, dan selanjutnya
murid memberikan respon-respon yang disebut belajar. Interaksi kedua kegiatan ini
mencakup mengajar dan belajar di dalam kelas disebut proses pengajaran. Peranan guru
sebagai manajer dalam proses pengajaran :
1. Merencanakan ; menyusun tujuan pengajaran
2. Mengorganisasikan; menghubungkan seluruh sumber daya belajar-mengajar1
6. Pelaksanaan program
7. Monitoring program
2.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan guru
dalam mengatur dan menggunakan dunia belajar dengan maksud mencapai tujuan
belajar diantaranya :
I. Cara yang efektif dan efisien, yakni:
1. Memilih alat taktik yang tepat (metode)
2. Memilih alat bantu belajar atau audiovisual yang tepat.
3. Memilih besarya kelas (jumlah murid)
4. Memilih strategi yang tepat.
I. Pengelolaan kelas meliputi :
1. Pengolahan yang berkaitan dengan siswa
2. Pengolahan yang berkaitan dengan fisik (ruangan, perabot).
3. kebutuhan sosial
4. kebutuhan harga diri
5. kebutuhan aktualisasi diri
Pembelajaran efektif hanya ada pada sekolah yang efektif. Karena itu, inti
kegiatan sekolah adalah kegiatan belajar mengajar efektif, untuk melahirkan lulusan
(outcome) yang memiliki kepribadian yang baik. Sekolah yang efektif memiliki unsur
utama :
1. kepemimpinan
2. lingkungan sekolah,
3. kurikulum
16
4. pengajaran di kelas
5. penilaian
Keberhasilan proses pengajaran yang dilaksanakan akan ditentukan
pendayagunaan sumber daya pengajaran yang sesuai untuk mencapai tujuan. Sumber
daya pengajaran yang dipilih secara hati-hati yang disiapkan akan dapat mencapai
tujuan adalah :
Sesungguhnya tidak ada satupun metode pembelajaran yang paling baik bila
dibandingkan dengan yang lainnya. Artinya masing-masing metode memiliki
17
keunggulan dan kelemahannya. Dalam konteks ini, setiap metode pembelajaran yang
membantu siswa melakukan kegiatan dengan mengkonstruksi pengetahuannya yang
mereka pelajari dengan baik, dapat dikatakan sebagai metode, yang dapat mendorong
kegiatan belajar aktif. Namun demikian, tidaklah cukup hanya beberapa metode yang
dapat mendorong siswa belajar aktif. Salah satu diantaranya adalah metode penemuan
dengan penekanan pada kerangka metode ilmiah. Dalam penerapan metode ilmiah,
penemuan, siswa dilatih untuk terbiasa melakukan pengamatan, membuat hipotesis,
memunculkan prediksi, menyaji hipotesis, memecahkan masalah, mencari jawaban
sendiri, menggunakan kejadian, meneliti, berdialog, melakukan refleksi,
mengungkapkan pertanyaan dan mengekspresikan gagasan selama proses pembentukan
kontruksi pengetahuan yang baru.
Selain mengajar dan mendidik siswanya, guru juga merupakan orang tua kedua
di sekolah. Guru diharapkan dapat membantu siswanya dalam menyelesaikan berbagai
masalah yang dialami siswanya. Cara yang konstruktif dalam membantu murid
menyelesaikan masalahnya misalnya dengan melakukan hal-hal berikut :
1. Mendengar pasif (Diam). Hal ini merupakan pesan nonverbal yang kuat yang
membuat murid merasa diterima dengan tulus dan mendorongnya
mengungkapkan masalah dengan lebih dalam. Tapi diam tidak membuktikan
bahwa Anda benar-benar menaruh perhatian atau mengerti.
3. Kunci Pembuka, Ajakan untuk Bicara. Hal ini memberikan dorongan tambahan
agar murid berbicara lebih banyak, lebih dalam atau bahkan untuk mulai
berbicara. Misal : “Apakah kau ingin membicarakan hal itu lebih lanjut ?”, “Itu
sangat menarik, apa lagi ?”, “Sepertinya engkau mempunyai perasaan mendalam
18
tentang hal itu”, “Saya terkesan dengan apa yang kau katakan”, “Apakah kau
mau membicarakan hal itu ?”. Cara ini tidak efektif untuk menunjukkan suatu
penerimaan, pengertian atau kehangatan. ‘Membuka pintu’ bukan menjaga
‘pintu tetap terbuka’. Bila terlalu sering digunakan akan menjadi klise.
Dapat dikatakan bahwa pembelajaran akan memikat hati siswa apabila mereka
diperintahkan sesuai hal-hal berikut :
Hubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan kebutuhan siswa. Minat
siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap bahwa materi pelajaran itu
berguna untuk kehidupannya. Dengan demikian guru perlu enjelaskan
keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa.
Sesuaikan materi pelajaran dengan tingkat pengalaman dan kemampuan siswa.
Materi pelaaran yang terlalu sulit untuk dipelajari atau materi pelajaran yang
jauh dari pengalaman siswa, akan tidak diminati oleh siswa. Materi pelajaran
yang terlalu sulit tidak akan dapat diikuti dengan baik, yang dapat menimbulkan
siswa akan gagal mencapai hasil yang optimal; dan kegagalan itu dapat
membunuh minat siswa untuk belajar. Biasanya minat siswa akan tumbuh kalau
ia mendapatkan kesuksesan dalam belajar.
21
5. Berikan penilaian.
Banyak siswa yang belajar karena ingin memperoleh nilai bagus. Untuk itu
mereka belajar dengan giat. Bagi sebagian siswa nilai dapat menjadi motivasi yang kuat
untuk belajar. Oleh karena itu, penilaian harus dilakukan dengan segera agar siswa
secepat mungkin mengetahui hasil kerjanya. Penilaian harus dilakukan secara objektif
sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing.
Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk yang
baik bagi kemajuan siswa. Guru harus memberikan petunjuk kepada siswa bagaimana
cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran,
sehingga hal tersebut akan melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri siswa tersebut
untuk terus belajar guna meraih prestasi. Maka dari itu kita sebagai calon pendidik harus
berkepribadian baik, religious, bermoral dan bermartabat agar peserta didik dapat
menginspirasi kita sebagai pendidiknya.
Namun dalam dunia pendidikan peran guru sangatlah penting selain nilai – nilai
diatas guru pun harus mempunyai menjadi guru kreatif, menjadi seorang guru yang
kreatif saat ini tampaknya sudah menjadi suatu keharusan. Sebab, guru yang kreatif
23
Salah satu ciri guru kreatif adalah selalu terbuka dengan gagasan atau
kemungkinan baru. Dia aktif mencari dan mengembangkan gagasan atau cara yang
berbeda untuk peningkatan kualitas pembelajaran siswa.(2)Kembangkan pertanyaan.
Guru kreatif akan selalu bertanya dan mencari terus menerus tentang yang dia lihat dan
lakukan dalam pembelajaran. Dengan demikian, dia akan terus berkembang dan tidak
menganggap segala sesuatu sudah semestinya dilakukan melainkan akan menghasilkan
cara yang lebih baik untuk peningkatan kualitas belajar siswa. (3) Kembangkan gagasan
sebanyak-banyaknya. Guru kreatif akan selalu mencari banyak solusi dan alternatif. Dia
akan mengembangkan kreativitas dan imajinasi yang dia punya untuk meningkatnya
kualitas pembelajaran. (4) Ciptakan model pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan. Seorang guru yang kreatif akan selalu berpatokan pada ‘Learning is
fun’. Dia akan selalu menciptakan model dan metode pembelajaran yang
menyenangkan sehingga anak didiknya merasa tertarik tentang apa yang dia sampaikan
dan tidak merasa jenuh dalam kegiatan belajar
Selama ini ada banyak memang guru yang sudah mampu menjadi inspirator bagi
murid-muridnya. Namun peran tersebut masih dianggap bukan hal yang utama. Cukup
mendidik dan mengajar, memberi ilmu, guru merasa sudah memenuhi sebagian besar
tugasnya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “inspirasi” adalah kata benda
yang berarti “ilham”. Sedangkan kata “ilham” sendiri memiliki tiga arti yakni petunjuk
Tuhan yang timbul di hati, berarti pula pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati atau
bisikan hati dan bermakna pula sesuatu yang menggerakkan hati untuk mencipta
(mengarang syair, lagu, dsb). Dalam hal ini berarti seorang guru harus mampu
membangkitkan pikiran atau angan-angan muridnya untuk melakukan sesuatu atau
menjadi sesuatu yang positif (cita-cita atau keinginan). Guru juga harus bisa
menggerakan hati anak didiknya untuk menciptakan sesuatu, membuat sesuatu,
berusaha, berjuang dan mengikuti sesuatu yang diyakininya benar dan baik.
24
Lanjut Ngainun, guru inspiratif tidak hanya melahirkan daya tarik dan spirit
perubahan terhadap diri siswanya dari aspek diri pribadinya semata, tetapi ia juga harus
mampu mendesain iklim dan suasana yang juga inspiratif.
Penciptaan pola yang inspiratif akan semakin memperkukuh karakter dan sifat
inspiratif yang ada pada diri guru. Perpaduan keduanya yaitu karakter diri guru dan
suasana pembelajaran akan menjadikan dimensi inspiratif, semakin menemukan
momentum untuk mengkristalkan dan membangun energi perubahan positif dalam diri
setiap siswa. Tambah Ngainun, dalam usaha untuk menciptakan iklim pembelajaran
yang inspiratif, aspek paling utama yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana
guru mampu untuk menarik dan mendorong minat siswa untuk tenang dan menyukai
terhadap pelajaran. “Penciptaan suasana pembelajaran yang inspiratif sangat penting
artinya untuk semakin mengukuhkan dan mendukung kekuatan inspiratif yang
bersumber dari diri pribadi guru. Dua aspek ini: pribadi guru dan suasana pembelajaran,
pada gilirannya akan mampu mengakumulasikan potensi dalam diri para siswanya
untuk semakin meningkatkan kapasitas dan kapabilitasnya. “ jelasnya.
Katanya, modal inilah yang pada gilirannya dapat dilejitkan untuk melakukan
perubahan menujuh arah pencapaian cita-cita hidup, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. “Dalam jangka pendek, para siswa mampu menjadi siswa dengan prestasi
belajar yang memuaskan. Sedangkan cita-cita jangka panjangnya adalah bagaimana
25
menjadi pribadi yang sukses dalam makna yang luas; sukses hidup, keluarga, profesi,
social, dan kemasyarakatan.” ucap Ngainun.
Guru sebagai pemberi inspirasi belajar harus mampu memerankan diri dan
memberikan inspirasi sesuai dengan apa yang dipelajari. Membangkitkan ide,
pemikiran, gagasan, optimesme dan keharmonian dalam belajar dibutuhkan sarana dan
prasarana yang mendukung. Rhenald Kasali pada harian Kompas terbitan tanggal 29
Agustus 2007 dengan judul “GURU KURIKULUM DAN GURU INSPIRATIF”.
Kutipanya yaitu : “Ada dua jenis guru yang kita kenal yaitu guru kurikulum dan guru
Inspiratif. Guru kurikulum sangat patuh pada kurikulum dan merasa berdosa bila tidak
bisa mentransper semua isi buku yang ditugaskan. Ia mengajarkan sesuatu yang standar
(habitual thinking) dan jumlahnya sekitar 99%. Sedangkan guru inspiratif jumlanya
kurang dari 1%. Ia bukan guru yang mengejar kurikulum tetapi mengajak murid-
muridnya berfikir kreatif (maximum thinking). Ia mengajak murid-muridnya melihat
sesuatu dari luar (thinking out of box) mengubahnya di dalam lalu membawa kembali
keluar, ke masyarakat luas. Guru kurikulum melahirkan manajer-manajer handal, guru
inspiratif melahirkan pemimpin-pembaru yang berani menghancurkan aneka kebiasaan
lama.”
secara keseluruhan. Kondisi ini dapat mendorong anak untuk mencontek atau
melakukan usaha-usaha yang tidak baik karena tuntutan angka sehingga nilai-nilai
pendidikan terabaikan.
Ada 3 (tiga) pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru dalam proses
pembelajaran dikelas agar menjadi sumber inspirasi atau pemberi inspirasi :
Otak manusia terdiri ari dua lapisan yaitu lapisan luar (neo cortrex) dan lapisan
tengah (limbic system). Di wilayah lapisan luar otal, manusia mampu berhitung,
mengoperasikan computer, mempelajari bahasa Inggris, dan perhitungan yang rumit
lainnya. Melalui penggunaan otak neo-cortex inilah lahir intelegence quotient/IQ atau
kemampuan intelektual (Ary Ginanjar A: Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power).
Kecerdasa ini berkaitan dengan kesadaran terhadap ruang, kesadaran pada sesuatu yang
tampak, dan penguasaan matematika. Sedangkan pada lapisan tengah otak (limbic
system) terletak pengendali emosi dan perasan manusia yang memungkinkan manusia
luwes dalam bergaul, penolong sesama, setia kawan dan bertanggung jawab. Perilaku
inilah yang disebut kecerdasan emosional/EQ (emotional quotient) yang dapat dimaknai
serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang penuh liku-liku
permasalahan social. Pada ranah inilah saya pikir, guru bisa membangkitkan potensi
anak didiknya untuk menempuh kesuksesan dengan mengembangkan rasa simpati dan
empati pada sesama, sifat kerja keras dan bertanggung jawab. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh pakar psikolog yaitu Steven J. Stein dan Howard E. Book, bahwa IQ
hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran maksimum 20%, bahkan
hanya 6%. Jadi pendekatan emosional yang dilakukan guru terhadap siswanya ketika
interaksi di kelas, bisa mendorong siswa untuk sukses dengan tidak hanya
mengandalkan dari sisi IQ-nya saja. Pendekatan emosional yang bisa dilakukan
misalnya dengan selalu menebarkan energi positif pada anak didik, toleransi terhadap
ketidaksempurnaan, dan mencintai sepenuh hati anak didik dengan perbedaan yang
dimiliki mereka.
Pada ranah ini, pendekatan yang harus dilakukan oleh guru adalah meningkatkan
potensi siswa dengan membangkitkan spiritual quotient dengan cara
menanamkan/mengajarkan nilai-nilai kebenaran yang terkandung dalam agama.
Pondasinya sesuatu yang baik dan indah. Dalam pengertian umum bisa bermakna positif
termasuk kejujuran, kebajikan, keindahan dan keramahan. Dalam belajar atau bekerja
adalah bagaimana seseorang dapat belajar/bekerja dengan jujur dan amanah dan
mengerjakan sesuatunya secara benar-sesuai peraturan yang ditetapkan. Guru bisa
menanamkan kepada setiap anak didik/siswa bahwa setiap yang dilakukan oleh kita
manusia adalah bernilai ibadah dan sebagai manusia harus bisa memberi manfaat bagi
manusia yang lain.
Jadi Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk
yang baik bagi kemajuan siswa. Guru harus memberikan petunjuk kepada siswa
bagaimana cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, sehingga hal tersebut akan melahirkan sebuah inspirasi dan dalam diri
siswa tersebut untuk terus belajar guna meraih prestasi.
Sebagai contoh guru telah menorehkan tinta dalam sejarah Indonesia untuk
mengubah kehidupannya dan menuntut keadilan, guru melakukan demo besar-besaran.
Kegiatan demo ini akan menginsfirasikan pada siswa hal yang positif dan negetif.
Inspirasi positif yang muncul dalam benak siswa seperti:
Inspirasi pertama adalah anak-anak mungkin akan terinspirasi betapa hebatnya
perjuangan guru mereka dalam memperjuangkan nasibnya. Para murid ini akan
terilhami bahwa tidak ada namanya jalan buntu dalam memperjuangkan sesuatu. Selalu
ada jalan menuju Roma.
Inspirasi kedua bisa datang dari tidak kompaknya para guru di beberapa Kecamatan
dalam menyikapi ajakan demo dari PGRI. Dari sini sang murid bisa melihat bahwa
berbeda pendapat adalah sah-sah saja selama memiliki landasan pemikiran yang
rasional. Lebih baik memilih bersikap berbeda daripada menjadi bunglon yang hanya
mau memetik keuntungan saja dari perjuangan yang susah payah dilakukan rekan-
rekannya yang lain.
Inspirasi ketiga, murid-murid mereka akan belajar untuk tidak takut untuk
menyuarakan pendapat. Sebelum demo dilakukan mungkin para guru merasakan
tekanan dari berbagai pihak untuk tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan pihak
lain. Meskipun tidak semua siswa mereka peka terhadap persoalan yang tengah dihadapi
guru mereka sebelumnya, bagi sebagian siswa terutama yang sudah duduk di
pendidikan menengah mungkin akan bisa lebih merasakannya. Karenanya butuh energi
yang cukup besar dari para guru ketika memutuskan untuk menyuarakan pendapatnya.
Inspirasi Keempat, bisa juga muncul inspirasi bahwa suatu hal yang diperjuangkan
akan lebih mudah tercapai apabila dilakukan bersama-sama. Bukankah para guru sering
mengajarkan bahwa satu lidi tidak akan mampu membersihkan kotoran daripada seratus
lidi yang diikat menjadi satu? Demo guru memberikan contoh konkret terhadap apa
yang telah mereka ajarkan.
29
Inspirasi Kelima, anak-anak pun akan belajar untuk berpikir kritis sebagaimana yang
dicontohkan guru-guru mereka dalam demo itu. Maka jangan kaget kalau suatu saat
murid mereka bisa bersikap kritis kepada mereka.
Sebagai pendidik, guru harus tetap waspada terhadap prilaku ketika berdemo, karena
kita tetap ditonton dan disaksikan anak didik . jika kita berprilaku anarki dalam demo,
maka secara langsung guru telah memberikan inspirasi negetif terhadap siswa .
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kepemimpinan guru pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
mempengaruhi orang lain yang didalamnya berisi serangkaian tindakan atau
perilaku tertentu terhadap invididu yang dipengaruhinya. Kepemimpinan guru
tidak hanya sebatas pada peran guru dalam konteks kelas pada saat berinteraksi
dengan siswanya tetapi menjangkau pula peran guru dalam berinteraksi dengan
kepala sekolah dan rekan sejawat, dengan tetap mengacu pada tujuan akhir yang
sama yaitu terjadinya peningkatan proses dan hasil pembelajaran siswa.
2. Peranan guru sebagai manajer dalam proses pengajaran :
a) Merencanakan ; menyusun tujuan pengajaran
b) Mengorganisasikan; menghubungkan seluruh sumber daya belajar-
mengajar
c) Memimpin ; memberi motivasi para peserta didik
d) Mengawasi; apakah kegiatan itu mencapai tujuan.
3. petunjuk umum bagi guru dalam rangka meningkatkan motivasi belajar siswa
a) Memperjelas tujuan yang ingin dicapai.
b) Membangkitkan minat siswa.
c) Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar.
d) Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa.
e) Berikan penilaian.
f) Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa
g) Ciptakan persaingan dan kerja sama.
4. Sebagai inspirator guru harus dapat memberikan inspirasi atau petunjuk yang
baik bagi kemajuan siswa. Guru harus memberikan petunjuk kepada siswa
bagaimana cara belajar yang baik, media apa yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran, sehingga hal tersebut akan melahirkan sebuah inspirasi dan
dalam diri siswa tersebut untuk terus belajar guna meraih prestasi.
31
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan , maka dari itu tim penyusun
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam pembuatan makalah
berikutnya menjadi lebih baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Abu ,Ahmadi., 2009 , Psikologi Sosial, Cetakan 3 ( edisi Revisi ), PT. RINEKA CIPTA
---------,2013, (https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/02/kepemimpinan-guru-
teacher leadership-2/, dikases tanggal 25 April 2017)
Ahmad, Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, Bandung, Remaja Rosdakarya
Ary, Gunawan, 2000, Sosiologi Pendidikan : suatu analisis sosiologi tentang berbagai
problem pendidikan, Jakarta ,Rineka Cipta.
Damas, 2013, (http://damastugaskuliah.blogspot.co.id/2013/05/profesi-guru-sebagai-
inspirator.html, dikases tanggal 25 April 2017)
Roestiyah N K, 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.