Lalu bagaimana mereka yang tinggal di daerah dengan akses internet terbatas?.Mereka harus rela
naik turun bukit,berjalan dari kampung ke kampung berkilo-kilo meter tiap hari agar bisa mengikuti
kuliah online.Kita semua pasti bisa membayangkan betapa lelah dan letihnya itu kalau kita kerjakan tiap
hari,tapi dengan niat dan tekad untuk membangun daerah sendiri,mereka pun melakukannya dengan
ikhlas.
Tulisan ini bukan hanya sekedar fiksi dan opini,coretan ini di tulis berdasarkan apa yang penulis
alami sendiri.Ditengah-tengah pandemi ini,penulis ingin menceritakan apa yang dirasakan kuliah online
di desa dengan akses internet terbatas.Setiap hari harus rela naik turun bukit agar mendapatkan akses
yang bagus,Lalu bagaimana dengan kuotanya?setiap sore setelah kuliah online,kami semua harus
memastikan kuota internet terlebih dahulu,apabila sudah habis kami biasanya berhutang kepada kawan.
Penulis berharap wabah ini cepat berlalu dan kembali seperti sediakala,karena metode ini sangat
membebani mereka yang tinggal di daerah terpencil.Bukan hanya sekedar akses internet dan kuota tapi
juga materi yang di ajarkan banyak yang kurang paham,sehingga banyak sekali mata kuliah yang
seringkali di ulang ulang agar dapat di mengerti.
Melalui tulisan ini,saya mengharapkan doa dari kita semua agar masalah ini cepat selesai dan
menjalankan semua himbauan pemerintah terutama Stay at home,karna ini cara yang paling efektif
memutus rantai penyebaran virus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan opini ini,mulai dari kata-kata sampai
penyusunannya,Tapi tulisan ini memuat apa yang penulis alami sendiri.