Volume ruang fasa untuk kasus semua ruang posisi yang mungkin bisa dituliskan sebagai,
d p d d V dx dy dz dpx dp y dpz Lx Ly Lz dpx dp y dpz . (2)
V
Dalam ruang tiga dimensi, ukuran minimum ruang fasa yang diijinkan oleh prinsip
ketidakpastian Heisenberg adalah
Akibatnya jumlah keadaan yang terdapat dalam elemen ruang fase dp adalah
d p Lx Ly Lz
dN dpx dp y dpz . (4)
min h3
Untuk mencari elemen ruang momentum yang dibatsi oleh momentum total antara p sampai p +
dp dimana momentum total memenuhi,
1
. p 2 px 2 p y 2 pz 2 . (5)
Sehingga elemen ruang momentum berupa sebuah kulit bola dengan jari-jari p dan ketebalan dp
seperti digambarkan dibawah ini,
pz
dp
p
py
px
Seperti pada kasus koordinat polar dari koordinat posisi, maka elemen volume kulit bola dapat
diungkapkan sebagai,
2 2
dV p dp x dp y dpz
0 0
p 2 sin dp d d p 2 dp
sin
0 0
d d 4 p 2 dp . (6)
d p Lx Ly Lz
dN 4 p 2 dp . (7)
min h 3
dN 1
g p dp 3 4 p 2 dp. . (8)
Lx Ly Lz h
Untuk menyatakan kerapatan keadaan per satuan volume sebagai fungsi energy, maka bisa
menggunakan substitusi E = p2/2m, diperoleh
2
p 2m 1/ 2 . (9a)
m d
dp 1
2m 1/ 2 d . (9b)
2 1/ 2
2
Dengan mensubstitusikan persamaan (9a) dan (9b) ke dalam persamaan (8) diperoleh kerapatan
keadaan per satuan volume, sebagai berikut
1 m d
g d 4 2 m 1/ 2
3 4 2 m3/ 2 1/ 2 d . (10)
2 h
3
h
Jika diubah ke dalam fungsi gelombang , dengan menggunakan substitusi persamaan de Broglie
p = h/, maka akan diperoleh dp = - h d/2, bentuk persamaan (8) untuk fungsi gelombang
menjadi
1 h 2 h d 4
g d 4 2 2 4 d (11)
h3
Foton adalah kuantum gelombang elektromagnetik. Eksistensi foton direpresentasikan oleh
keberadaan gelombang berdiri dalam kotak. Karena gelombang elektromagnetik memiliki dua
kemungkinan arah osilasi (polarisasi) yang saling bebas, maka kerapatan keadaan foton dalam
kotak adalah dua kali kerapatan gelombang statsioner, yaitu
8
g d d (12)
4
Dari fungsi distribusi Bose Einstein, jumlah foton dengan panjang gelombang antara λ sampai λ+
dλ, adalah
gj g d
nj j / kT
n d ; 0, (13)
e 1 e / kT 1
Karena energy satu foton adalah E = hc/, maka energy foton yang memiliki panjang gelombang
antara λ sampai λ+ dλ adalah
hc 8 hc d
E d n d hc / kT
. (14)
5
e 1
dengan,
h = konstanta Planck = 6,625 × 10-27 erg s,
k = konstanta Boltzmann = 1,380 × 10-16 erg K-1
c = kecepatan cahaya dalam ruang hampa = 2,998 × 1010 cm/s
3
T = suhu dalam derajat Kelvin (K).
Pada gambar dibawah, disajikan spectrum radiasi benda hitam pada berbagai suhu. Jika dihitung
dengan menggunakan persamaan (14), maka plot kerapatan daya vs panjang gelombang akan
memperoleh hasil yang cocok dengan penggambaran spectrum radiasi tersebut..
4
1. Spektrum warna biru (panas, suhu tinggi) mempunyai max biru< 500 nm.
2. Spektrum warna kuning (sedang, suhu sedang) mempunyai max kuning> 500 nm.
3. Spektrum warna merah (dingin, suhu rendah) mempunyai max merah> max kuning.
Namun demikian, hukum pergeseran Wien tidak bisa menentukan besarnya energy radiasi benda
hitam terhadap variasi panjang gelombang. Lagi pula dalam masalah ini, hanya membahas
panjang gelombang maksimum saja bukan variasi panjang gelombang secara keseluruhan.
Sedangkan persamaan Stefan-Boltzmann, adalah merumuskan fungsi Erad yang sebanding
dengan suhu pangkat empat. Persamaan ini sama sekali tidak membahas variasi energy radiasi
terhadap variasi panjang gelombang. Jika hanya meninjau dari panjang gelombang maksimum
m, maka akan bisa dilihat menurut data berikut berdasarkan gambar diatas (hanya perkiraan
kasar), dengan menganggap energy radiasi sebanding dengan kerapatan daya akan diperoleh,
NO Warna Suhu Kerapatan daya Perbandingan kerapatan
ketika = m daya terhadap T4
1. Biru 6000 K 1014 W/m3 0,077 W/m3K4
2. Kuning 5000 K 4 × 1013 W/m3 0,064 W/m3K4
3. merah 4000 K 1,4 × 1013 W/m3 0,055 W/m3K4
Bisa terlihat bahwa perbandingan kerapatan daya terhadap suhu T4 hanya untuk kasus panjang
gelombang maksimum saja hampir mendekati sama.
Bila dilihat dari grafik spectrum radiasi benda hitam, kedua perumusan, Hukum
pergeseran Wien dan Persamaan Stefan-Boltzmann hampir memprediksi secara tepat dari
penggambaran spectrum radiasi benda hitam terhadap variasi panjang gelombang maksimum
dengan suhu-suhu tertentu. Namun demikian kedua perumusan tersebut hanya membahas
bagian-bagian tertentu saja, tidak membahas perhitungan grafik secara keseluruhan. Sedangkan
persamaan (14) menggambarkan grafik secara keseluruan dari spectrum radiasi benda hitam
pada gambar diatas. Dari sini bisa disimpulkan bahwa persamaan (14) merupakan perumusan
umum, sedangkan perumusan Hukum pergeseran Wien dan Persamaan Stefan-Boltzmann hanya
menggambarkan perumusan khusus (sebagian) dari penggambaran spectrum radiasi benda hitam
diatas. Sehingga jelas ada hubungan diantara persamaan (14) dengan Hukum pergeseran Wien
dan Persamaan Stefan-Boltzmann pada kasus-kasus tertentu.