disusun Oleh :
ERI TRIANA
NIM : 15/381602/SV/08671
SEKOLAH VOKASI
YOGYAKARTA
2018
LAPORAN PROYEK AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya
disusun oleh :
ERI TRIANA
NIM : 15/381602/SV/08671
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
SURAT PERINTAH MAGANG KERJA PRAKTEK
iii
SURAT SELESAI MAGANG
iv
PERNYATAAN
MOTTO
“Tidak ada Kegagalan dalam hidup ini yang ada hanyalah belajar dan berhasil”
PERSEMBAHAN
v
PRAKATA
vi
8. Kedua orang tua dan mamas tersayang (Mei dan Dwi) yang telah memberikan
dukungan, doa, serta restu demi kesuksesan penulis.
9. Randy, Aditya, Juan, Ica dan teman-teman magang dari POLINES (Nugi,
Yoga, Ihan, Icun) selaku rekan yang melaksanakan magang kerja praktek di
PT. PLN (Persero) APD JATENG dan DIY.
10. Para teman-teman (Tria, Zuha, Rere, Mira, Rani, Endis) yang sering
memberikan saran untuk penulis dan bersenda gurau bersama.
11. Teman – teman seperjuangan Awal Suri, Dita, Atik, Ica, Putri, Safira, dan
Zuha yang memberikan warna selama kuliah di kampus kita.
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan laporan magang
ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan laporan ini masih
banyak terdapat kekurangan, sehingga penulis dengan senang hati menerima saran
maupun kritik yang bersifat membangun dari pembaca untuk menjadi bahan
evaluasi penulis agar lebih baik di masa mendatang. Akhir kata penulis berharap
laporan ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Penulis
vii
DAFTAR ISI
viii
3. Over Current Relay (OCR) ....................................................................... 17
4. Recloser ..................................................................................................... 21
5. Grounf Fault Relay (GFR) ........................................................................ 22
6. Power Supply............................................................................................. 22
7. Wiring ........................................................................................................ 22
E. Zona Proteksi Distribusi ............................................................................ 23
1. Zona PMT Outgoing ................................................................................. 23
2. Zona Recloser ............................................................................................ 23
F. Setting Jarak Penempatan Recloser dan Setting Outgoing Recloser ......... 24
1. Perhitungan Impedans Sumber.................................................................. 24
2. Perhitungan Reaktansi Trafo ..................................................................... 25
3. Perhitungan Impedansi Penyulang ............................................................ 26
4. Perhitungan Impedansi Ekuivalen Penyulang ........................................... 28
5. Menghitung arus hubung singkat .............................................................. 29
6. Perhitungan jarak titik recloser ................................................................. 30
7. Perhitungan Setting OCR GFR Outgoing dan Recloser............................ 31
G. Koordinasi Proteksi Penyulang antara PMT dengan Recloser .................. 35
BAB III METODE PROYEK AKHIR ............................................................. 36
A. Studi Literatur ........................................................................................... 38
B. Sampel Laporan Proyek Akhir .................................................................. 38
C. Pengumpulan Data Usulan Penyulang Baru ............................................. 38
D. Inspeksi Penyulang PDL-09 ...................................................................... 41
E. Data Penempatan Recloser dan Setting Proteksi Koordinasi .................... 43
F. Perhitungan ................................................................................................ 45
G. Pengujian ................................................................................................... 46
H. Koordinasi Proteksi Penyulang ................................................................. 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 47
A. Usulan Penyulang Baru ............................................................................. 47
B. Usulan Wilayah Penyulang Baru .............................................................. 49
C. Simulasi ETAP Beban Penyulang PDL-15 ............................................... 52
D. Usulan Peralatan Proteksi Recloser di Penylang Baru PDL-09 ................ 54
E. Usulan Jarak Titik Recloser ...................................................................... 55
F. Perhitungan Arus Hubung Singkat ............................................................ 56
1. Impedans Sumber ...................................................................................... 56
ix
2. Reaktans Trafo .......................................................................................... 57
3. Impedans Penyulang ................................................................................. 58
4. Impedans Ekuivalen Penyulang ................................................................ 59
5. Arus Hubung Singkat ................................................................................ 62
G. Perhitungan Setting OCR GFR Outgoing dan Recloser............................ 67
1. Perhitungan Zona dan TMS Outgoing ...................................................... 67
2. Perhitungan Zona dan TMS Recloser ....................................................... 69
3. Nilai Setting dan Waktu Kerja Outgoing dan Recloser PDL-15 ............... 72
4. Validasi Simulasi Koordinasi Setting OCR GFR Outgoing dan Recloser 76
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 82
A. Kesimpulan................................................................................................ 82
B. Saran .......................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 84
LAMPIRAN ......................................................................................................... 85
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR TABEL
xii
INTI SARI
xiii
ABSTRACT
xiv
1BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan akan energi listrik merupakan hal yang penting bagi aktivitas
manusia di semua elemen masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sehari-
harinya. Penyaluran energi lsitrik untuk pelanggan melewati 3 komponen
utama yaitu pembangkitan, transmisi dan distribusi. Sistem distribusi adalah
salah satu bagian penyaluran energi listrik yang dekat dengan pelanggan.
Sistem distribusi menyalurkan energi listrik dari Gardu Induk (GI) atau
pemasok energi ke beban dengan menggunakan Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) 20 kV serta tegangan 380/220V pada jaringan Tegangan Rendah (JTR).
Gardu Induk Pandaen Lamper terdiri dari 3 trafo. Salah satunya trafo 3
(60 MVA) yang terdiri dari 7 penyulang operasi dan 1 cadangan. Kapastitas
trafo 3 yaitu 1732 A. Pada trafo 3 Pandean Lamper memiliki beban >1000 A
sedangkan trafo 1 dan 2 pandean lamper < 1000 A.
Setiap penyulang berdasarkan standar normalisasi kesepakatan PT.PLN
(Persero) JATENG dan DIY tidak boleh berbeban > 250 A Berdasarkan 7
penyulang operasi trafo 3, salah satunya penyulangnya yaitu PDL-09
mengalami pertumbuhan beban yang meningkat sehingga nilai arus beban
jaringan PDL-09 melebihi nilai standar normalnya > 250 A dimana nilai beban
puncaknya pada bulan maret 2018 adalah 396 A. Sehingga perlu adanya
pemecahan beban dari PDL-09 trafo 3 dengan pembuatan penyulang baru pada
trafo 1 atau 2. Hal ini dilakukan agar sesuai dengan kesepakatan sehingga usia
peralatan dapat lebih panjang, meminimalisir terjadinya banyak gangguan, dan
mempermudah dalam pelimpahan beban.
Pendistribusian tenaga listrik dalam penyulang baru ke beban atau
pelanggan tidak lepas dari gangguan. Gangguan dapat disebabkan karena
faktor internal maupun eksternal sistem seperti kawat putus, jaringan tersentuh
pohon atau hewan, dan dapat diakrenakan faktor cuaca. Oleh karena itu, pada
penyulang baru juga dibutuhkan adanya peralatan proteksi.
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dibuatnya judul Proyek Akhir rumusan
masalah yang diambil, yaitu :
1. Nilai profil beban dan panjang jaringan yang digunakan untuk menentukan
letak recloser yang tepat di penyulang Pandean Lamper 15.
2. Titik letak recloser yang tepat di penyulang baru PDL-15.
3. Setting dan sistem koordinasi proteksi penyulang baru PDL-15
berdasarkan data usulan penyulang baru serta titik letak recloser.
C. Batasan Masalah
Dalam laporan proyek akhir ini, penulis membatasi masalah agar
pembahasan tidak menyimpang dan lebih efisien dari pokok pembahasan dan
laporan yang telah dibuat, batasan – batasan masalahnya antara lain :
1. Mengusulkan penyulang baru PDL-15 Gardu Induk Pandaen Lamper
Trafo 2.
2. Menentukan penempatan titik letak peralatan proteksi recloser.
3. Wewenang kerja PT PLN (Persero) APD JATENG & DIY yaitu dari
Outgoing kubikel 20 kV hingga Recloser.
3
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang dilakukan oleh (Abdullah, Juningtyastuti, & Handoko,
2016) mengemukaan bahwa salah satu penyebab adanya gangguan dikarenakan
adanya peningkatan beban. Gangguan yang sering terjadi adalah arus hubung
singkat, jenis gangguan ini disebabkan karena lonjakan arus yang melalui
sistem dan peralatan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Ramadahan, 2014) mengemukakan
bahwa terdapat beberapa hal penyebab terjadinya gangguan kasus trip PMT
pada suatu sistem jaringan 20 kV yaitu perubahan impedansi saluran,
perubahan karakteristik beban, atau kurang tepatnya analisis arus hubung
singkat ketika melakukan setting proteksi. Penyebab tersebut dapat
mempengaruhi keandalan sistem proteksi dalam suatu sistem tenaha listrik.
Penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawan, 2017) mengemukakan
apabila lokasi recloser tidak tepat , menyebabkan kerusakan trafo tenaga pada
Gardu Induk yang disebabkan oleh lamanya waktu pemutusan. Hal ini terjadi
karena trafo menahan arus yang besar selama beberapa ratus milidetik (0,3
detik) saat terjadi gangguan di zona HS 1 yang lama kelamaan mengakibatkan
kenaikan temperature pada minyak trafo, sehingga sifat isolasi minyak trafo
berubah dan menyebabkan breakdown voltage.
2. Training
Metode ini dilakukan dengan mengunjungi GI Pandaen Lamper untuk
melihat penyulang dan trafo, mengunjungi daerah yang akan dialiri oleh
penyulang baru.
3. Workshop
Metode workshop dilakukan oleh pembimbing dan/atau teknisi yang
menjelaskan tentang materi kelistrikan baik secara teori maupun di
lapangan.
4. Wawancara
Metode wawancara dilakukan secara langsung dengan menanyakan kepada
pembimbing dan/atau teknisi untuk memperdalam pemahaman kondisi
kelistrikan di lapangan.
5. Validasi
Metode validasi ini menggunakan simulasi ETAP 12.6 dengan
menggunakan teori dan data yang didapatkan penulis kemudian hasilnya di
konsultasikan kepada pembimbing lapangan.
H. Sistematika Laporan
Sistematika penulisan laporan yang digunakan oleh penulis dalam
penyusunan laporan adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan dan manfaat proyek akhir, tinjauan pustaka, metode
pengambilan data dan sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas terakait hal proteksi distribusi secara umum pada jaringan
tegangan menengah, pengertian sistem proteksi, gangguan-gangguan yang
terjadi pada jaringan, pengertian dari masing-masing peralatan proteksi, teori
perhitungan arus hubung singkat dan persamaan penentuan setting koordinasi
relai outgoing dan recloser.
6
7
8
Pembangkit
Sistem Transmisi
Tenaga Listruk
Rel Tegangan Tinggi
PMT
Sekering
Jaringan Tegangan Menengah
Trafo Distribusi
Sistem Distribusi Pelanggan Tegangan Menengah
Tenaga Listruk Sakelar
GI
hanya terdapat satu jalur sumber utama yang menyuplai gardu distribusi,
sehingga apabila jalur utama tersebut terjadi gangguan maka seluruh gardu
distribusi akan ikut padam.
2. Sistem Open-Loop
GI
Saluran cadangan
Gardu distribusi
C. Sistem Proteksi
1. Pengertian Proteksi
Proteksi adalah pengaman lisrik pada sistem tenaga listrik yang terpasang
pada : sistem tenaga listrik, trafo tenaga, transmisi tenaga listrik, dan
generator listrik yang mana dipergunakan untuk mengamankan sistem tenaga
listrik dari gangguan dengan cara memisahkan bagian sistem tenaga listrik
yang terganggu dengan sistem tenaga listrik yang tidak terganggu (Sarimun,
2012).
Sistem proteksi adalah susunan perangkat proteksi secara lengkap yang
terdiri dari perangkat utama dan perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan
untuk melakukan fungsi tertentu berdasarkan prinsip-prinsip proteksi.
(Pandjaitan, 2012).
Sistem proteksi sangat penting peranannya dalam upaya untuk
meningkatkan pelayanan listrik ke konsumen. Dengan sistem proteksi
yang baik, maka kualitas pelayanan listrik kepada pelanggan juga lebih baik.
Sistem distribusi tenaga listrik memiliki keamanan dalam mengatasi
gangguan, sehingga saat terjadi gangguan tidak membahayakan lingkungan di
sekitar jaringan tersebut.
2. Circuit Breaker/PMT
Circuit Breaker atau Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) merupakan
salah satu peralatan proteksi yang berada dalam kubikel sehingga disebut
juga sebagai PMT outgoing. PMT adalah suatu peralatan pemutus
rangkaian listrik pada suatu sistem tenaga listrik yang mampu untuk
membuka dan menutup rangkaian listrik pada semua kondisi, termasuk
arus hubung singkat. Fungsi utamanya adalah sebagai alat pembuka atau
17
triiping coil relai untuk bekerja membuka peralatan seperti recloser maupun
PMT.
Arus yang bekerja pada relai terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Arus pick-up adalah nilai arus minimum yang dapat menyebabkan relai
bekerja dan menutup kontaknya. Arus ini biasanya dikatakan sebagai arus
kerja relai.
b. Arus drop-off adalah nilai arus maximum yang dapat menyebabkan relai
berhenti bekerja sehingga kontak membuka kembali.
Berdasarkan hubungan kerja antara besar arus dan waktu kerja relai adalah :
1. Instantaneous Relai (I>>)
Setelannya tanpa waktu tunda, namun masih bekerja dalam waktu
cepat sebesar 50 s/d 80 milidetik. Jadi, jangka waktu relai mulai pick-up
sampai selesainya kerja relai sangat pendek.
Karakteristik relai ini bekerja pada arus ganguan yang terjadi di
dekat gardu induk yang merupakan arus gangguan maximum.
Kurva definite time relai dapat dilihat pada gambar diatas, dimana
waktu kerjanya, lebih lama dari waktu setelan instant dan setelan relai di
dasarkan pada setelan arus beban. Setelan waktu minimum yaitu 0,3
detik.
feeder atau relai yang terpasang si gardu hubung atau recloser, dimana
penyetelan arus dan waktu pada relai OCR dan GFR di dasarkan pada
besarnya arus gangguan hubung singkat yang disetel dari sisi hilir samapi
sisi hulu.
4. Recloser
6. Power Supply
Berupa baterai yang berfungsi untuk memberi suplai kepada relai dari
rangkaian kontrol/proteksi. Batere harus mempunyai tegangan yang cukup
untuk menghidupkan relai dan peralatan lainnya.
7. Wiring
Wiring merupakan sistem pengawatan untuk menghubungkan antara
komponen proteksi yang meliputi : relai, PMT, CT, PT dan battery sehingga
perangkat sistem proteksi tersebut dapat bekerja sesuai ketentuan. Terdapat
syarat yang harus diperhatikan dalam pengawatan misalnya, penggunaan jenis
kabel/kawat, besar penampang kabel, panjang kabel, warna kabel dan kode-
kode.
23
Keterangan :
( 2.2)
( 2.3)
( 2.4)
Keterangan :
: Impedansi transformator tenaga sisi sekunder (Ω)
: Impedansi transformator tenaga sisi primer (Ω)
: Tegangan transformator tenaga sisi sekunder (kV)
: Tegangan transformator tenaga sisi primer (kV)
( 2.5)
Keterangan :
: Nilai reaktansi trafo pada kondisi 100% (Ω)
: Tegangan sumber di sisi 20 kV (V)
: Kapasitas daya trafo yang digunakan (MVA)
26
( 2.7)
Keterangan :
: Nilai reaktansi trafo di nameplate trafo (%)
: Nilai reaktansi trafo pada kondisi 100% (Ω)
- Nilai
Reaktansi trafo urutan nol (XT0) diperoleh dengan memperhatikan
hubungan belitan pada trafo tersebut :
a. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan ∆Yn atau YNyn, dimana
kapasitas belitan delta sama besar dengan kapasitas belitan bintang,
maka XT0 = XT1.
b. Untuk trafo tenaga dengan hubungan belitan Ydyn, dimana kapasitas
delta sepertiga dari kapasitas belitan bintang (belitan yang digunakan
untuk menyalurkan daya) maka nilai XT0 = 3 XT1.
c. Untuk trafo tenaga dengan hubungan Yyn atau Zyn dan tidak
mempunyai belitan delta di dalamnya, maka untuk menghitung XT0
berkisar antara9 s.d. 14 kali XT1 .
Keterangan :
: Impedansi urutan positif (Ω)
: Impedansi urutan negatif (Ω)
: Impedansi urutan nol (Ω)
impedansi kabel : Impedans jenis penghantar (Ω/km)
jarak : Panjang jaringan suatu penyulang (km)
Misal :
= = impedansi kabel (positif/negatif) × jarak
= = AAAC 240 = (0,1344 + j0,3158) Ω/km × 40 km
= = AAAC 240 = 5,376 + j12,632 Ω
28
Keterangan
: Impedans ekuivalen positif (Ω)
: Impedans ekuvalen negatif (Ω)
: Reaktansi trafo urutan positif (Ω)
: Impedansi urutan positif (Ω)
: Impedans sumber sisi sekunder 20 kV (Ω)
= ( 2.13)
Keterangan
: Arus hubung singkat 3 fasa (Ω)
: Tegangan fasa-netral (V)
: Impedansi ekuivalen positif/negatif (Ω)
: 3× (Ω) ( dianggap 0)
- Arus hubung singkat 2 fasa
√
( 2.14)
√
Atau
Karena, × √ , maka
√
( 2.15)
Keterangan
: Arus hubung singkat 3 fasa (Ω)
: Tegangan fasa-fasa (V)
: Impedans ekuivalen positif /negatif (Ω)
- Arus hubung singkat 1 fasa
( 2.16)
Keterangan
: Arus hubung singkat 1 fasa (Ω)
: Tegangan fasa-netral (V)
: Impedans ekuivalen positif /negatif (Ω)
: Impedans ekuivalen nol (Ω)
: 3× (Ω)
30
=
Keterangan
: Arus hubung singkat 3 fasa (A)
: Tegangan fasa-netral (V)
: Impedansi ekuivalen positif/negatif (Ω)
: 3× (dianggap 0 Ω)
( 2.17)
Keterangan
: Impedansi HS2 (Ω)
: Tegangan fasa-netral (V)
: Nilai setting arus HS1 berdasarkan kesepakatan (A)
= ( 2.18)
Karena , ( 2.19)
= ( 2.20)
= √ ( 2.21)
Keterangan
: Impedansi HS2 (Ω)
: Resistansi positif/negatif penyulang (Ω)
: Jarak recloser ke GI (m)
: Reaktansi sumber (Ω)
31
= ( 2.22)
( )
( 2.24)
Keterangan
: Nilai setting waktu
: Arus hubung singkat 3 fasa 0 km (A)
: 0,6 detik
: Arus gangguan di sisi primer (A)
33
( 2.25)
Keterangan
( )
( 2.26)
Keterangan
: Nilai setting waktu
: Arus hubung singkat 1 fasa 0 km (A)
: 0,5 detik
: Arus gangguan di sisi primer (A)
( 2.27)
Keterangan
: Arus minimal kabel power ( 400 A)
( 2.28)
( )
*( ) +
( 2.29)
Keterangan
: Nilai settelan waktu recloser
: Selisih dengan (s)
: Arus hubung singkat 3 fasa (A)
: Besaran arus gangguan
( 2.30)
( 2.31)
( 2.34)
( )
3. BAB III
METODE PROYEK AKHIR
Mulai
Studi Literature
YA
- Perhitungan penempatan titik recloser
- Perhtiungan setting koordinasi PMT
Outgoing dan Recloser
A
Gambar 3.1 Flowchart langkah-langkah usulan penyulang baru
36
37
Pemgumpulan data
YA
Selesai
A. Studi Literatur
Metode ini dilakukan dengan membaca buku, jurnal, artikel dan lain-lain
untuk mempelajari tentang perencanaan penyulang baru, sistem proteksi
distribusi, setting outgoing dan recloser, koordinasi dan lainnya yang
mendukung dalam pembuatan laporan.
cadangan). Untuk jarak dihitung dari panjang antar tiang yaitu 50 m, agar
data sesuai dengan data yang ada di PT.PLN penulis memastikannya
dengan meminta data panjang jaringan dari PT PLN (Persero) Area
Semarang.
- Beban riil yang digunakan
Beban riil yang menggunakan PDL-09 dilakukan dengan melihat
beban inspeksi daya kapasitas trafo distribusi sepanjang jaringan dari hulu
sampai hilir penyulang sekaligus dengan tapping PDL-09. Dari data daya
kapasitas trafo maka akan didapatkan nilai arus beban penyulang.
Menggunakan persamaan :
√ ( 3.1)
Dapat juga dilakukan dengan melihat beban section di penyulang
PDL-09. Hal ini dapat dilihat pada tabel
Tabel 3.5 Data beban per section penyulang PDL-09
Data ini digunakan untuk menghitung nilai MVAsc 150 kV, kemudian
dari MVAsc didapatkan impedansi sumber 150 kV. Dimana dari nilai
impedansi sumber 150 kV akan didapatkan Impedansi sumber 20kV.
Merk PAUWELS
Kapasitas Trafo 60 MVA
Impedansi Trafo 12,17 % = 0,811333 Ohm
Volt Primer 150 kV
Volt Sekunder 20 kV
Belitan Delta Ynyn Xo = 0,811333 Ohm
Kapasitas Delta 0 MVA
I Nominal 20 kV 1732 Amper
Ratio C.T ( 20
kV ) 2400 2
Pentanahan 20
kV 0,2 Ohm
R fault OCR 0 Ohm
Merk UNINDO
Kapasitas Trafo 60 MVA
Impedansi Trafo 12,50 % = 0,833333 Ohm
Volt Primer 150 kV
Volt Sekunder 20 kV
Belitan Delta Ynyn Xo = 0,833333 Ohm
Kapasitas Delta 0 MVA
I Nominal 20 kV 1732 Amper
Ratio C.T ( 20
kV ) 2000 2
Pentanahan 20
kV 0,2 Ohm
R fault OCR 0 Ohm
3. Data Jaringan
Penyulang PDL-15 dengan tegangan 20kV menggunakan jenis
penghantar AAAC.
Tabel 3.9 Data jaringan penyulang PDl-15
Panjang Jaringan 6,4 km
F. Perhitungan
Perhitungan bertujuan untuk mendapatkan nilai setting peralatan proteksi.
Apabila setting yang didapat benar maka simulasi software Microsoft Excel
dan ETAP 12.6 dapat berkoordinasi. Perhitungan dilakukan dengan cara :
1. Mencari hubung singkat 3 fasa, 2 fasa dan 1 fasa (Pers. 2.13 , 2.15 dan
2.16). Sebelum menghitung arus hubung singkat perlu dihitung data-data
sebagai berikut :
- Impedans Sumber (Pers. 2.4)(Tabel 3.6)
- Reaktansi Trafo (Pers. 2.7)(Tabel 3.7 dan 3.8)
- Impedans Penyulang (Pers 2.9)(Tabel 3.9)
- Impedans Ekuivalen Penyulang (Pers 2.10, 2.11)
2. Menentukan nilai zona outgoing penyulang baru PDL-15, berdasarkan
hasil kesepakatan bersama APD JATENGDIY (Tabel 2.2 dan 2.3)
3. Penentuan jarak titik recloser menggunakan persamaan 2.21 dan 2.22
4. Perhitungan setting OCR dan GFR outgoing (Pers 2.23 sampai pers 2.32)
Nilai setting OCR dan GFR terdiri dari 3 zona setting yaitu HS 2
dengan karakteristik instaneous relay ditentukan menggunakan rumus, HS
1 dengan karakteristik definite time relay (0,3 s) ditentukan menggunakan
rumus dan Time delay dengan karakteristik kurva standart inverse dengan
menghitung nilai TMS, nilai pada 3 zona setting tersebut digunakan untuk
bekerja saat terjadi gangguan dan koordinasi dengan Recloser.
5. Perhitungan setting OCR dan GFR recloser (Pers 2.23 sampai pers 2.32)
Pada recloser terdapat 3 zona setting, yaitu HCL dan HCT yang
menggunakan karakteristik kerja instaneous relay dan Time delay dengan
karakteristik kerja standart inverse dengan menghitung nilai TMS.
46
G. Pengujian
Setelah mendapatkan hasil dari perhitungan, dilakukan pengujian
koordinasi peralatan proteksi yang bertujuan untuk mengetahui apakah setting
dan parameter-parameter yang didapat dari usulan penyulang baru dan
digunakan untuk penyettingan sesuai dengan keinginan penulis atau tidak.
Pengujian ini menggunakan kurva dalam software Excell dan software ETAP
12.6.
47
48
PDL-15 dan PDL-09 garis biru menunjukan usulan daerah yang akan di suplai
pada PDL-15. Sedangkan garis merah daerah yang tetap disuplai oleh PDL-09.
NO
NO
= = 1,388 A
= √
= √
=
=
√
=
√ 23,095
Daya trafo antara sisi primer (150 kV) dan sekunder (20 kV) sama sehingga
dari dapat dicari impedansi sisi 20 kV
2. Reaktans Trafo
Setelah mendapatkan nilai , dilanjutkan dengan menghitung nilai
impedans trafo. Berdasarkan Tabel 3.5 dapat dilihat reaktans trafo 2 pada
Gardu Pandean Lamper yaitu 12,5 %. Untuk mendapatkan nilai reaktansi
urutan positif, negatif dan nol diperlukan menghitung reaktans trafo dalam
keadaan 100 % ( ). Menggunakan persamaan 2.5 yaitu
- Nilai
- Nilai
58
- Nilai
Trafo 2 pada Gardu Induk Kalisari mempunyai hubungan belitan Ynyn,
berdasarkan standart dari hubungan belitan teresebut maka :
3. Impedans Penyulang
Pada tabel 4.1 PDL-15 panjang penyulangnya 6,4 km dengan asumsi jenis
penghantar yang digunakan pada penyulang PDL-15 adalah AAAC 240
untuk fasa dan AAAC 150 untuk netral (Tabel 3.9). Maka dapat
diperoleh impedans penyulang positif ( ), negatif ( ) dan nol )
menggunakan persamaan 2.9 yaitu
= = (0,1344 + j 0,3158) Ω/km × 6,4 km
= 0,860 + j 2,021 Ω
= (0,3631 + j 1,6180) Ω/km × 6,4 km
= 2.324 + j 10,355 Ω
Dari perhitungan tersebut impedansi jaringan untuk lokasi gangguan
dengan jarak panjang jaringan sebagai berikut :
- Urutan positif dan negatif
Tabel 4.4 Impedans Penyulang Urutan Positif dan Negatif
Impedans jaringan ( dan
% panjang Jarak (km)
Ω
0% 0 0 + j0
10% 0,64 0,086 + j 0,202
20% 1,28 0,172 + j 0,404
30% 1,92 0,258 + j 0,606
40% 2,56 0,344 + j 0,808
50% 3,2 0,430 + j 1,011
60% 3,84 0,516 + j 1,213
70% 4,48 0,602 + j 1,415
59
- Urutan Nol
Tabel 4.5 Impedans Penyulang Urutan Nol
Impedans jaringan ( dan
% panjang Jarak (km)
Ω
0% 0 0 + j0
10% 0,64 0,232 + j 1,036
20% 1,28 0,465 + j 2,071
30% 1,92 0,697 + j 3,107
40% 2,56 0,930 + j 4,142
50% 3,2 1,162 + j 5,178
60% 3,84 1,394 + j 6,213
70% 4,48 1,627 + j 7,249
80% 5,12 1,859 + j 8,284
90 % 5,76 2,091 + j 9,320
100 % 6,4 2,34 + j 10,355
=
=
= 0,086 + j 0,202
= Ω
Untuk 64 km (100%) yaitu :
=
=
= 0,860 Ω
Tabel 4.6 Impedans Ekuivalen positif ( ) dan negatif ( )
=
= 0,832 Ω
Atau
= [ + ]
= [ + ]
= [ + ]
= Ω
Untuk 64 km (100%) yaitu :
= [ + ]
= [ + ]
= [ + ]
= Ω
Tabel 4.7 Impedans Ekuivalen Urutan Nol ( )
Impedans jaringan
% Jarak
(
panjang (km)
3×Rn + + +
⁄√
=
=
√
= 10445 A
⁄√
=
=
√
= 3792 A
Tabel 4.8 Arus Hubung Singkat 3 fasa
% Jarak
panjang (km)
0% 0 = = 12830 A
√
10% 0,64 = = 10445 A
√
20% 1,28 = = 8778 A
√
30% 1,92 = = 7556 A
√
63
√
64
⁄√
65
√
8258 A
√
1962 A
Tabel 4.10 Arus Hubung Singkat 1fasa
% Jarak
panjang (km)
0% 0 = = 12826 A
√
10% 0,64 = = 8258 A
√
20% 1,28 = = 6088 A
√
30% 1,92 = = 4821 A
√
40% 2,56 = = 3991 A
√
50% 3,2 = = 3404 A
√
60% 3,84 = = 2968 A
√
70% 4,48 = = 2631 A
√
66
HS 2 =
HS 2 =
HS 2 =
Nilai HS 1 , yaitu :
HS 1 =
HS 1 =
HS 1 =
Berdasarkan data arus hubung singkat 3 fasa, nilai HS 2 = 8313,6 A
berada dalam jarak 1,47 km. Sedangkan nilai HS 1 = 3464 A berada dalam
jarak > 6,4 km . Untuk mencari tms menggunakan persamaan 2.24 yaitu :
68
( )
( )
- GFR outgoing
HS 2 =
HS 2 =
HS 2 =
Untuk HS 1 , yaitu :
HS 1 =
HS 1 =
HS 1 =
Berdasarkan data arus hubung singkat 1 fasa nilai HS 2 = 5715,6 A berada
dalam jarak 1,4 km. Sedangkan nilai HS 1 = 2598 A berada dalam jarak
4,5 km. Untuk mencari tms menggunakan persamaan 2.26 yaitu :
69
( )
( )
( )
( )
225
[( ) ]
*( ) +
- GFR Recloser
( )
( )
71
[( ) ]
*( ) +
3. Nilai Setting dan Waktu Kerja Outgoing dan Recloser Penyulang PDL-15
Berdasarkan perhitungan pada pembahasan di atas dapat disumpulkan
data setting Outgoing dan Recloser yaitu :
Tabel 4.12 Setting Outgoing dan Recloser
Outgoing Recloser
Ket Ket
OCR GFR OCR GFR
I setting 480 A 240 A I setting 270 A 150 A
Tms 0,16 0,2 Tms 0,06 0,1
HS 1 3464 A 2598 A HCT 2429 A 1181 A
T 0,3 s 0,3 s T 0s 0s
HS 2 8313 A 5715 A HCL 2962 A 1474 A
T 0s 0s T 0s 0s
Untuk membuktikan kehandalan setting proteksi yaitu koordinasi antara
outgoing dan recloser, maka diperlukan adanya perhitungan waktu kerja
antara outgoing dan recloser menggunakan persamaan 2.34 :
( )
= 0,4 s = 0,1 s
( ) ( )
= 0,5 s = 0,1 s
( ) ( )
Tabel 4.13 Perbandingan waktu kerja outgoing dan recloser gangguan 3 fasa
Waktu Kerja (s)
Jarak (km)
Outgoing Recloser
0 12830 A 0,1 s 0,1 s
= 0,4 s = 0,2 s
( ) ( )
= 0,6 s = 0,25 s
( ) ( )
74
Tabel 4.14 Perbandingan waktu kerja outgoing dan recloser gangguan 1 fasa
Waktu Kerja (s)
Jarak (km)
Outgoing Recloser
0 13746 A 0,1 s 0,1 s
Gambar 4.11 Zona Kurva koordinasi relai OCR PMT dan Recloser
Berdasarkan kurva koordinasi relai OCR diatas menunjukan selisih
jarak antara incoming (biru), outgoing (merah), dan recloser (kuning) yang
mana masing-masing tidak saling berhimpitan atau berpotongan. Jika, dilihat
dari bentuk grafik yang terlihat pada curva menunjukkan grading time yang
yang cukup.
perhitungan yaitu 1,4 km dari gardu induk. Maka bila terjadi gangguan
setelah recloser, recloser dapat mengamankan beban setelah outgoing dan
sebelum recloser yaitu 71 A atau 2,46 MVA. Hasil simulasi dari parameter
yang telah didapatkan yaitu
ini dapat dilihat dari kuva koordinasi ETAP gambar 4.16 Kurva koordinasi
gangguan setelah Recloser.
Gambar 4.18 Kurva Koordinasi gangguan setelah PMT Outgoing dan sebelum Recloser
Berdasarkan simulasi software Microsoft Excel dan ETAP 12.6 jarak
penempatan recloser dan nilai setting dapat berkoordinasi, hal ini ditandai
dengan bekerjanya PMT outgoing dan recloser sesuai dengan setting dan
fungsinya ketika terjadi gangguan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan dan pembahasan dalam laporan kerja praktek ini
dapat diambilkan kesmpulan, yaitu :
1. Usulan penyulang harus memperhatikan beberapa hal yaitu :
- Beban trafo GI
- Beban penyulang yang terdapat di trafo GI
Satu trafo terdapat beberapa penyulamg. Penyulang yang memiliki
beban paling tinggi dan kapasitas trafonya tinggi maka dapat diusulkan
untuk dilakukan pemecahan beban.
- Beban section dan panjang jaringan penyulang yang akan di pecah
2. Jarak titik recloser ditentukan berdasarkan data ganguuan yang pernah
terjadi dipenyulang yang akan dijadikan wilayah penyulang baru,
kemudian ditentukan pula berdasarkan nilai HS 2 dengan perhtiungan.
3. Zona kerja PMT outgoing dan recloser PDL-15 yaitu
Nilai data setting PMT Outgoing dan Recloser mengacu pada Tabel 4.12
4. Nilai setting benar jika waktu kerja recloser lebih cepat daripada outgoing.
Hal ini dapat dilihat menggunakan kurva yang ada di Software Excel
maupun ETAP 12.6
82
83
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas terdapat beberapa saran :
1. Perlu dilakukan pemecahan beban di trafo 3 PDL-09 dengan membuat
penyulang baru di trafo 2 GI Pandaen Lamper yaitu PDL-15, karena nilai
beban di trafo 3 sudah tinggi sehingga diperlukan pemerataan beban agar
proses manuver lebih mudah.
2. Untuk meminimalkan daerah padam, maka diperlukan adanya penambahan
recloser.
3. Dari data dan perhitungan yang dilakukan penulis dapat dijadikan
pertimbangan untuk melakukan pemecahan beban dan penempatan jarak
titik recloser
84
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, I., Juningtyastuti, & Handoko, S. 2016 . Evaluasi Setting Relay OCR,
GFR dan Recloser Pasca Rekonfigurasi Jaringan Distribusi Trafo 2
Gardu Induk Srondol Semarang menggunakan ETAP 12.6. Semarang:
Teknik Elektro Universitas Diponegoro.
Ir. Wahyudi Sarimun N., M. 2012. Proteksi Sistem Distribusi Tenaga Listrik.
Bekasi: Garamond.
Ir. Wahyudi Sarimun N., M. 2014. Buku Saku Pelayanan Teknik. Depok:
Garamond.
85
86