PENDAHULUAN
B Definisi
Ada bermacam-macam definisi mengenai RM. Pada intinya RM adalah sarana
yang mengandung informasi tentang penyakit dan pengobatan pasien yang
ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
1. Menurut Permenkes No. 749 a. Pasal 1.
Pasal 46 ayat (1) UU Praktik Kedokteran, yang dimaksud dalam
rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen yang berisi
identitas pasien , pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
yang telah diberikan kepada pasien.
Rekam Medis adalah berkas berisikan catatan dan dokumen tentang
identitas pesien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain
kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan.
Rekam medis mempunyai pengertian , yang sangat luas tidak hanya
sekedar pencatatan, tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu sistem
penyelenggaraan rekam medis, yang merupakan proses kegiatan mulai dari
penerimaan pasien , pencatatan data medik pasien , pelayanan medik oleh
petugas kesehatan di rumah sakit, di teruskan dengan penanganan berkas
dari pengarsipan untuk melayani permintaan / pinjaman pasien atau
keperluan lainya.(Depkes.97=6)
C. Kegunaan Rekam Medis
1. Administrative value
Dalam pengelolaan rumah sakit, jelas RM mempunyai peran penting.
Bagaimana pihak administrator , tenaga medis maupun para medis dapat
menjalankan kegiatan pelayanan bila tidak disertai berkas RM. Ini
menyangkut masalah kebijaksanaan dan tindakan penjabat yang
berwenang selama memegang jabatan dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
2. Legal value
Bila timbul tuntutan pasien terhadap dokter/rumah sakit, maka RM
merupakan bukti-bukti yang akan menjadi pegangan bagi dokter/rumah
sakit yang berisikan tentang apa, siapa, kapan dan bagaimana peristiwa
tindakan medik itu berlangsung. Dapat dibayangkan bagaimana nilai
hukum RM ini bila dokter dalam rumah sakit tetapi juga mewakili
kepentingan pasien dan keluarga.
3. Financial or Fiscal value
Biaya yang harus di tanggung pasien selama dalam perawatan berasal dari
rentetan kegiatan pelayanan medis dengan segala rupa pemeriksaan .
Lebih lanjut lagi data ini dapat dipakai sebagai perencanaan keuangan
rumah sakit untuk masa mendatang.
4. Research value
Sebagaimana dikemukakan sebelumnya dapat dikatakan semua penyakit
dan perjalanannya serta pengaruh pengobatan dan lain-lain, bersal dari
data yang diambil dari RM.
Namun data untuk riset ini hanya dapat diambil dari RM yang sudah
direncanakan untuk kepentingan ini. Oleh sebab itu kita perhatikan RM
yang
sudah ada di Rumah Sakit pendidikan isinya lebih lengkap, sebab sudah
sering dipersiapkan untuk kepentingan penelitian.
e. Education value
Ini tidak perlu di jelaskan lagi karena RM yang ini berisi data dan
informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan medis yang di
berikan kepada pasien dapat di gunakan sebagai bahan pendidikan dan
pengajaran.
f. Documentary value
Ini dimaksud sebagai semua bahan penglihatan yang dikumpulkan, ditata
dan disiapkan untuk dipakai baik bentuknya tertulis, foto, hasil ECG, EEG
dan lain-lain.
Berdasarkan pendekatan aspek kedokteran dan aspek hukum rekam medis
adalah :
1. Rekam medis menjadi bagian terpenting untuk menyelesaikan ke
dalam dengan pendekatan kedokteran tanpa intervensi aspek hukum
sepanjang penyelesaiannya menurut dua cara penjagaan kualitas
medis.
2. Rekam medis mempunyai kekuatan hukum administrasi atau hukum
disiplin tenaga kesehatan, namun demikian karena hubungan
keterkaitan antara rekam medis dengan persetujuan tindakan medis
dan rahasia kedokteran maka ada kemungkinan rekam medis menjadi
bahan untuk perkara perdata atau perkara pidana.
3. Diperlukan penyesuaian atau interprestasi, dari ketentuan rekam
medis karena kebutuhan hukum agar terhindar dari konflik
kepentingan antara pasien dan dokter secara seimbang.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi informasi yang
akan direkam medis terhadap kemungkinan hilangnya keterangan ataupun
memalsukan data yang ada di rekam medis atau dipergunakan oleh orang
semestinya tidak diberi izin. Rekam medis harus di beri data yang cukup
terperinci, sehingga dokter lain dapat mengetahui bagaimana pengobatan
dan perawatan kepada pasien dan konsulen dapat memberikan pendapat
yang tepat setelah dia memeriksanya atau dokter yang bersangkutan dapat
memperkirakan kembali kepada pasien yang akan datang dari prosedur
yang dilaksanakan
Personil rekam medis bertanggung jawab untuk mengevaluasi
kwalitas rekam medis itu sendiri guna menjamin konsistensi dan
kelengkapan isinya, sehubungan dengan hal ini, personil rekam medis
harus berpegang pada pedoman sebagai berikut:
1. Semua diagnosis ditulis dengan benar pada lembaran masuk dan
keluar sesuai dengan istilah termonologi yang dpergunakan, semua
diagnosa serta tindakan pembedahan yang harus dilakukan harus
dicatat. Simbol dan singkatan jangan dipergunakan.
2. Dokter yang merawat menulis tanggal dan tanda tangannya pada
sebuah catatan, serta telah menandatangani oleh dokter lain.
3. Bahwa laporan riwayat penyakit, dan pemeriksaan fisik dalam
keadaan lengkap dan berisi semua data penemuan baik yang positif
maupun negatif.
4. Catatan perkembangan, memberikan gambaran kronologis dan
analisa klinis keadaan pasien. Frekuensi catatan ditentukan oleh
keadaan pasien.
5. Hasil labolatorim dan X-ray dicatat dicantumkan tanggalnya serta
ditanda tangani oleh pemeriksa.
6. Semua tindakan pengobatan medik ataupun tindakan pembedahan
harus ditulis dicantumkan tanggal serta ditanda tangani oleh dokter.
7. Semua konsultasi yang dilaksanakan harus sesuai dengan peraturan
staf medik harus dicatat secara lengkap serta ditanda tangani. Hasil
konsultasi, mencangkup pertemuan konsulen pada pemeriksaan fisik
terhadap pasien termasuk juga pendapat dan rekomendasinya.
8. Pada kasus observasi, catatan prenatal dan persalinan dicatat secara
lengkap, mencangkup hasil test dan semua pemeriksaan pada saat
prenatal sampai masuk rumah sakit, juga harus dicatat secara
lengkap.
9. Catatan perawat dan catatan prenatal rumah sakit yang lain tentang
Observasi & pengobatan yang diberikan harus lengkap. Catatan ini
harus diberi cap dan anda tangan.
10. Resume ditulis pada saat pasien pulang. Resume harus berisi
ringkasan tantang penemuan-penemuan, dan kejadian penting
selama pasien dirawat, keadaan waktu pulang dan rencana
pengobatan selanjutnya.
11. Bila otopsi dilakukan, diagnose sementara/diagnose anatomi, dicatat
segera (Dalam waktu kurang dari 72 jam) : keterangan lengkap harus
dibuat dan digabungkan dengan rekam medis.
3. Nama baptis atau haji, pendeta ditulis di depan nama sendiri, tetapi dalam
Penyimpanan KIUP tidak diperhatikan.
Contoh:
-Haji Amir ditulis Haji Amir
-Fx. Suwandi ditulis Fx Suwandi
-Pdt. Suherman, STh ditulis Pdt Suherman, STh
4. Gelar-gelar
a. Gelar kebangsawanan tetap ditulis di depan nama
sendiri Contoh:
RA. Kartini ditulis: RA Kartini
b. Gelar Kesarjanaan ditempatkan dibelakang nama setelah tanda koma.
Contoh:
-Hernowo Sastrosudomo, SH
-Suhendriyati, SE
-Sawitri, Dra
c. Pangkat apabila diperlukan ditulis di belakang nama
Contoh
-Mayor Suyono ditulis: Suyono,(mayor)
04 17 86
5. Kode Warna
Penyimpanan berkas rekam medis seringkali terjadi kesalahan letak. Hal ini
terjadi karena banyaknya berkas rekam medis yang harus diambil dan disimpan
setiap hari. Untuk mengatasi hal tersebut, maka pada sistem penjajaran TDF atau
MDF, dapat diberi kode warna sesuai dengan 2 angka kelompok yang digunakan
patokan penyimpanan (TDF 2 angka kelompok akhir). Kode warna yang
dimaksud adalah setiap angka diberi tanda warna tertentu yaitu:
3. Jens-jenis guide :
a) Guide pertama (main guide)
b) Guide ke-dua (sub-guide)
c) Guide ke-tiga sub-sub guide
A. Pasien baru
1. Menyiapkan form rekam medis rawat jalan
2. Mendaftar pasien dengan menyalin identitas pasien dari KTP,SIM, atau
identitas lainnya
3. Memberikan kartu berobat kepada pasien
4. Memasukan data pasien ke computer sesuai klinik yang dikehendaki
5. Mencetak karcis dan membuat form rawat jalan kemudian diserahkan ke
klinik yang dikehendaki
6. Mempersilahkan keluarga pasien atau keluarga untuk menunggu diklinik
yang dikehendaki
4. Keminta
Merupakan derivat dari phenicyclidine, larut dalam air, jernih,
tidak berwarna, pH 3,5 – 5,5. Termasuk dalam golongan non –
barbiturat yang menimbulkan anestesia dengan cepat dan efek
analgesik yang dalam. Selain itu juga menghasilkan keadaan yang
disebut sebagai dissosiative anestesia.
Induksi anestesi diberikan dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB
intravena, dengan dosis pemeliharaan adalah 0,5 mg/kgBB. Efek
analgesik dan kehilangan kesadaran setelah 30 detik pemberian
intra vena dan setelah 5 – 8 menit pemberian intramuskuler.
Ketamin hampir seluruhnya dimetabolisme dalam tubuh,
sangat sedikit yang diekskresikan (lewat urin) tanpa mengalami
perubahan. Metabolisme utama terjadi di hepar. Ketamin
mempunyai kelarutan yang tinggi dalam lemak, dan kecepatan
metabolisme tergantung pada aliran darah ginjal. Norketamin
merupakan metabolit dari ketamin yang masih bersifat aktif.
Ketamin menyebabkan peningkatan tekanan darah tergantung
dari dosis yang diberikan. Selain itu juga meningkatkan isi
semenit jantung (cardiac output), laju jantung, curah jantung,
tekanan darah arteri paru, kebutuhan oksigen jantung karena
rangsangan langsung SSP sehingga tonus simpatis meningkat dan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah tepi. Ketamin tidak
menyebabkan pelepasan histamin. Induksi anestesi dengan
ketamin juga dapat meningkatkan tekanan cairan serebrospinal
dan tekanan intraokuler.
Depresi pernafasan minimal, dan akan meningkat bila dosis
yang diberikan cukup besar. Tonus otot akan meningkat selama
induksi anestesi, pada wanita hamil akan meningkatkan tonus
uterus. Refleks laring dan faring biasanya tetap terjaga.
Pemulihan terjadi secara lambat dan bertahap, seringkali
disertai dengan mimpi buruk yang tidak menyenangkan, diikuti
adanya suara dan gerakan yang tak terkoordinir. Penyulit tersebut
dapat dicegah dengan memberikan benzodiazepin sebagai
premedikasi atau saat penderita mulai bangun
5. Midazolam
Midazolam merupakan benzodiazepin agonis yang mempunyai
sifat ansiolitik, sedatif, antikonvulsif dan amnesia anterograde.
Obat ini banyak digunakan perioperatif, pH 3,5 dengan potensi
1,5 – 2 kali diazepam, larut dalam air dan dapat dicampur dengan
larutan infus dan stabil secara fisik maupun kimiawi untuk 24 jam
pada suhu kamar.
Midazolam bekerja pada reseptor benzodiazepin yang spesifik
yang terkonsentrasi pada korteks serebri, hipokampus dan
serebelum. Obat ini sebagian besar terikat pada protein plasma
(95%) dan sisanya dalam bentuk fraksi bebas.
Dosis yang diperlukan untuk induksi bervariasi sekitar 0,3
mg/kgBB. Dosis yang lebih rendah (0,05 – 0,1 mg/kgBB) akan
menyebabkan rasa mengantuk dan amnesia. Efek puncak pada
SSP didapat setelah 2 – 3 menit pemberian intravena. Setelah
pemberian intramuskuler efek pertama 5 menit dengan efek
maksimum dalam 20 – 30 menit. Pemberian rektal peak plasma
dicapai dalam 16 menit. Obat ini diabsorbsi cukup cepat,
tergantung aliran darah pada tempat suntikan. Absorbsi lebih
cepat di deltoid atau vastus lateralis daripada gluteus maksimus.
Eliminasi obat ini tergantung pada biotransformasi hepatik yang
mengubahnya menjadi alfa-hidroksimetil midazolam.
Midazolam menyebabkan depresi ringan tahanan vaskuler
sistemik dan curah jantung. Laju jantung biasanya tidak berubah.
Perubahan hemodinamik yang berat dapat terjadi bila dosis yang
diberikan terlalu besar atau bersama dengan obat narkotik.
Pemberian obat ini juga menyebabkan depresi ringan pada
volume tidal, laju nafas dan sensitivitas terhadap CO2. Hal ini
makin nyata bila digunakan bersama dengan opioid dan pada
pasien dengan penyakit jalan nafas obstruktif kronis. Pada pasien
yang sehat midazolam tidak menyebabkan bronkokonstriksi.
6. Diazepam
Termasuk golongan benzodiazepin yang berkhasiat sebagai
transquilizer. Suntikan akan menberikan rasa seperti terbakar,
untuk mengurangi dapat diencerkan dengan NaCl atau Dekstrosa
5%. Pada dosis rendah akan timbul sedasi, sedang dosis besar
bersifat hipnotik.
Dosis untuk induksi antara 0,2 – 1 mg/kgBB. Induksi sampai
tidur biasanya perlu dosis yang besar. Diazepam jangan dicampur
dengan obat-obatan lain dan harus disuntikkan dalam vena besar
untuk menghindari tromboflebitis.
Efek pada SSP bervariasi terhadap individu, mempunyai efek
pelemas otot ringan dan menimbulkan amnesia anterograd.
Pengaruh terhadap kontraksi maupun denyut jantung minimal
sekali, kecuali dosis yang digunakan terlalu besar. Hipotensi
kadang-kadang terjadi akibat reflek relaksasi pembuluh darah
perifer. Depresi ringan pernafasan dapat timbul, dan akan lebih
berat jika dikombinasikan dengan opioid. Hiccup, batuk-batuk dan
disritmia jarang terjadi, sehingga obat ini menguntungkan untuk
pasien usia tua, penyakit jantung resiko tinggi dan pasien resiko
tinggi lainnya.
7. Fentanil
Merupakan opioid agonis poten, turunan dari fenilpiperidin.
Sebagai analgesik, fentanil 75 sampai 125 kali lebih poten
dibanding morfin atau 750 sampai 1250 kali lebih kuat dibanding
petidin.
Dosis yang diberikan bervariasi. Dosis 1 – 2 mg/kgBB
intravena biasanya digunakan untuk efek analgesia pada teknik
anestesia balans. Dosis 2 – 10 mg/kgBB intravena digunakan
untuk mencegah atau mengurangi gejolak kardiovaskuler akibat
laringoskopi dan intubasi ET serta perubahan tiba-tiba dari
stimulasi bedah. Dosis besar 50 – 150 mg/kgBB intravena
digunakan sebagai obat tunggal untuk menimbulkan surgical
anesthesia.
Pada pemberian dosis tunggal intravena, mula kerja 30 detik
dan mencapai puncak dalam waktu 5 menit dan menurun setelah
20 menit. Mudah melewati sawar darah otak. Metabolisme terjadi
di hepar dengan cara dealkilasi, hidroksilasi dan hidrolisa amida
menjadi metabolit tak aktif meliputi norfentanil dan
desproprionilnorfentanil. Ekskresi melalui empedu dan urin,
berada dalam feses dan urin dalam bentuk metabolit lebih dari 72
jam setelah pemberian dan kurang dari 8% dalam bentuk asli.
Waktu paruh eliminasi 185 – 219 menit.
Fentanil menyebabkan ketergantungan fisik, euforia, analgesia
yang kuat, perlambatan EKG, miosis, mual dan muntah yang
tergantung pada dosis. Efek terhadap kardiovaskuler minimal
meskipun laju jantung dapat menurun yang merupakan efek vagal.
Fentanil mendepresi ventilasi dan menyebabkan kekakuan otot
rangka khususnya otot thorak, abdomen dan ekstremitas. Tekanan
intra bilier meningkat dan mempunyai aksi kolinergik kuat.
Fentanil tidak menyebabkan pelepasan histamin.
Fentanil menimbulkan aktivitas kejang pada EEG pada
dosis 20 – 80 mg/kgBB (kucing), 200 – 400 mg/kgBB (tikus) dan
> 1.250 mg/kgBB (anjing). Tetapi pada manusia dosis £ 150
mg/kgBB tidak menimbulkan aktivitas kejang pada EEG.
4. Data Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap Pasiwen Umum (RL 2.1),
Data Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap Pasien Obstetri (RL 2.2)
dan Data Individual Morbiditas Pasien Rawat Inap Pasien Perinatal (RL
2.3).
Data ini dapat diperoleh dari isian dokter yang menangani pasien setiap periode
pengambilan sampel yang ditulis pada kolom sebelah kiri dan kolom sebelah
kanan diisi oleh petugas Rekam Medik berdasarkan isian dokter yang merawat
pada kolom sebelah kiri. Periodenya hanya untuk pasien pulang pada tanggal 1-
10 setiap bulan Februari, Mei, Agustus, dan Nopember. Untuk selanjutnya bila
memerlukan data tentang RL 2.1, 2., dan 2.3, dapat dibuatklan rekapitulasinya,
misalnya dengan dibuatkan data yang bedasarkan penyakit yang diderita pasien,
sehingga dari periode tanggal 1-10 tersebut dapat diketahui penyakit mana yang
lebih banyak diderita pasien.
5. Data Dasar Rumah Sakit (RL 3)
Yaitu data mengenai jumlah TT yang tersedia dirumah sakit dan fasilitas yang
ada di unit rawat jalan/ poliklinik yang menyediakan pelayanan dokter
spesialis/sub spesialis untuk menangani pasien. Dapat disajikan data tentang
perkembangan tempat tidur dirumah sakit atau bias juga tentang data pelayanan
spesialis atau subspesialis apa yang ada dirumah sakit tersebut.
6. Untuk Data RL 4 (mengenai Data Ketenagaan Rumah Sakit),
disajikan tentang jumlah semua tenaga yang bertugas dirumah sakit, baik
tenaga dokter, perawat maupun petugas lainnya. Dengan data ini bias disajikan
tentang berapa tenaga dokter, perawat atau yang lainnya, misalnya : Penyajian
data tentang tenaga kesehatan yang ada disebuah rumah sakit, bisa diambil
data dari RL 4 tentang tenaga kesehatan saja, kemudian dipilah menjadi
beberapa bagian atau diklasifikasikan berdasarkan tanaga medis, keperawatan,
farmasi, dan lain-lain seperti yang ada di RL 4 halaman 1 s/d 4. Dapat pula
dibandingkan dengan RL yang lainnya. Misalnya tenaga perawat dibandingkan
dengan jumlah pasien yang dirawat setiap hari. Untuk Data RL 4a (Data
Individual ketenagaan) dibuatkan untuk kepentingan Departemen Kesehatan
sendiri tentang data individual ketenagaan khususnya pada rumah sakit
vertikal.
7. RL 5 merupakan data tentang data peralatan medic rumah sakit.
Laporan ini berisi jumlah, umur, kapasitas, kondisi dan izin operasional serta
kalibrasi peralatan yang ada dirumah sakit. Dengan format RL 5 ini, rasanya
sudah cukup untuk menilai suatu alat lain atau tidak untuk dipergunakan.
8. Pada Rl 6 (Data Infeksi Nosokomial Rumah Sakit) dapat disajikan tentang
infeksi noaokomial yang ungkin terjadi selama masa perawatan yang berasal
dari ruang perawatan rumah sakit. Dari laporan harian dapat dibuatkan laporan
secara bulanan. Dari data tersebut dapat diolah seberapa tinggi/banyaknya
infeksi yang terjadi. Caranya dengan mengklasifikasikan masing-masing
infeksi yang terjadi selama perawatn di rumah sakit dan mengurutkan infeksi
nosokomial mana yang paling sering terjadi.