STEP 7
Secara Fisiologis fungsi hepar metabolism protein yang hasilnya berupa NH3 (ammonia) yang
nantinya di detoksifikasi oleh hepar menjadi Urea dan ekskresikan melalui urin atau keringat
jika terjadi kerusakan intrahepaticNH3 tidak dapat di ubah menjadi urea dan akan menumpuk
sifat Amonia yang toksis dapat beredar di pembuluh darahberedar sampai ke
otakensefalopatihilang kesadaran.
Derajat :
2 Letargi, konfusi
3 Stupor
4 Koma.
Catatan :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab
semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-
teriak, berhalusinasi, kadang berkhayal.
4. Somnolen (letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
NAUFAL ADI P SGD LBM 3
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap
nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan
apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon
pupil terhadap cahaya.
adakah kegagalan fungsi organ lain selain hepar yang bs menyebankan ensefalopaati ?
BAB HITAM disebabkan karena perdarahan saluran cerna atas yang bercampur dengan HCL
lambung Di Skenario terdapat tanda sirosis hepatis penyempitan/peningkatan resistensi
pemb darah intrahepatichipertensi portosistemiksalahsatu anastomosis portosistemik
adalah 1/3 distal esophagusjika terjadi hipertensi portosistemikpembesaran
pembuluhpembuluh darah pecahperdarahanbercampur dengan HCL lambungFeses
Hitam.
4. Mengapa pada pemeriksaan fisik ditemukan konjungtivitas pucat, sklera imterik, pertu tampak
membesar ,pekak alih dan pekak sisi?
Perut membesar(pekak sisi dan pekak alih) disebabkan karena asites. Liver mengalami proses
inflamasi karena infx (missal Hepatitis) aktivasi sel stella memproduksi miofibroblas berlebih
terbentuknya jaringan fibrosa disekitar hepatositpenyempitan celah disse dan sinusoid
sehingga meningkatkan resistensi pembuluh intrahepatic yang berujung hipertensi
portasistemikkompensasi tubuh meningkatkan tekanan hidrostatik intraluminal dan
berkurangnya albumin karena kerusakan liver menyebabkab tekanan onkotik menurun sehingga
cairan intraluminal menuju ke interstitial ascites di rongga peritoneum
Konjugtiva anemisHepar merupakan organ RES jika terjadi kerusakan maka perombakan
eritrosit akan terganggu menyebabkan anemia
Schuppan, Detlef, and Nezam H Afdhal. “Liver cirrhosis.” Lancet (London, England) vol. 371,9615
(2008): 838-51. doi:10.1016/S0140-6736(08)60383-9
Etiologi Lain :
1. Alkohol
2. Hepatitis Virus
3. Hepatitis karena autoimun
4. Penyakit metabolic ( hemokromatosis,Penyakit Wilson,defisiensi alfa1-antitripsin)
5. Penyakit traktus biliaris : sirosis biliaris primer,sirosis biliaris sekunder
6. Penyakit vascular ( Sindrom Budd-Chiari,gagal jantung kanan atau pericarditis konstrikrif)
Sumber : Buku Saku Gastroenterologi
Tiga proses yang memiliki peran sentral pada patogenesis sirosis yaitu kematian sel
hati, penimbunan matriks ekstraseluler dan reorganisasi vaskular. Perubahan yang
terjadi pada jaringan ikat dan matriks ekstraseluler (ECM) merupakan gambaran umum
yang terlihat pada semua bentuk sirosis. Pada jaringan hati normal ECM yang terdiri atas
kolagen interstitium (terbentuk dari serat serat kolagen tipe l, III, V dan IX) hanya
terdapat pada simpai hati, area portal dan sekeliling vena sentralis. Sel hepatosit sendiri
tidak memiliki membran basal seperti pada sel kelenjar pada umumnya namun memiliki
kerangka jaringan ikat tipis yang terdiri atas kolagen tipe IV dan beberapa jenis protein
yang mengisi ruang antar sel endotel sinusoid dan hepatosit (ruang Disse). Kondisi yang
berbeda terjadi pada sirosis hati, di mana komponen yang mengisi ruang Disse adalah
kolagen tipe I dan III serta komponen ECM yang lain. Sel stelata yang terdapat pada
perisinusoid merupakan sumber utama pembentukan jaringan kolagen yang berlebihan
pada sirosis (dulu dikenal sebagai sel Ito). Sel tersebut terletak pada ruang Disse, yang
pada keadaan normal sel tersebut berfungsi untuk penyimpanan vitamin A. Selama
proses terjadinya fibrosis, sel stelata tersebut teraktivasi dan berubah menjadi
miofibroblas. Dipercaya bahwa stimulus yang mengaktifkan sel stelata untuk
memproduksi kolagen adalah reactive oxygen species (ROS), faktor pertumbuhan dan
sitokin yang antara lain adalah tumor necrosis factor (TNF), interleukin 1 (IL-1) dan
limfotoksin. Faktor-faktor tersebut terbentuk akibat kerusakan hepatosit atau distimulasi
oleh sel Kupffer dan sel endotel sinusoid. Sel stelata yang telah teraktifkan juga
NAUFAL ADI P SGD LBM 3
menghasilkan faktor pertumbuhan, sitokin serta kemokin yang selanjutnya akan memicu
sintesis kolagen, terutama diakibatkan oleh adanya transforming growth foctor-β (TGF-
β). Fibroblas pada portal diduga juga berperan dalam terjadinya sirosis. Dalam perjalanan
penyakit hati kronik, fibrosis merupakan proses yang dinamis dan berkelanjutan, di
dalamnya melibatkan proses pembentukan (sintesis), penumpukan (deposit) dan
pengurangan (resorbsi) komponen ECM, yang terjadi akibat ketidakseimbangan antara
aktivitas enzim metaloprotease dan inhibitor metaloprotease jaringan. Dikemukakan pula
bahwa pada fibrosis fase lanjut pun apabila penyebab penyakit teratasi atau etiologi
penyakit dapat dihilangkan masih dimungkinkan terjadi perbaikan struktur hati maupun
fungsi hati (sirosis mengalami regresi). Jejas dan perubahan vaskular juga berperan
penting pada perubahan struktur jaringan hati normal menjadi sirosis. Radang dan
trombosis pada vena portal, arteri hepatik dan atau vena sentral menyebabkan perubahan
yang sifatnya berselang-seling antara area hipoperfusi dan area hiperperfusi. Pada area
hipoperfusi ditemukan atrofia parenkim hati dan pada area hiperperfusi tampak gambaran
regenerasi dan kompensasi berlebih parenkim hati. Lesi vaskular yang banyak berperan
dalam proses terjadinya gangguan fungsi hati adalah hilangnya kemampuan fenestrasi sel
endotel sinus dan terbentuknya hubungan pintas vena portal dengan vena hepatik dan
antara arteri hepatik dengan vena portal. Pada dinding sinusoid normal terdapat fenestra
sel endotel yang berfungsi memudahkan terjadinya pertukaran cairan plasma di sinusoid
dengan sitoplasma sel hati. Hilangnya kemampuan fenestrasi dan terjadinya penebalan
membran basal mengubah dinding sinusoid yang tipis menjadi lebih tebal dan tekanan
sinusoid meningkat Tekanan sinusoid yang meningkat menyebabkan aliran vaskular
menjadi lebih cepat tanpa disertai pertukaran material terlarut dalam plasma maupun
yang terlarut di sitoplasma sel hati. Keadaan tersebut terutama berdampak pada
kegagalan pertukaran protein (contoh albumin, faktor pembekuan, lipoprotein) antara
plasma dengan sel hati. Perubahan fungsional ini diperparah oleh kondisi awal yang
menyebabkan tekanan vaskular di hati menjadi abnormal dan berperan pada disfungsi
hati karena hilangnya mikrovili yang terdapat pada permukaan sel hati, berikutnya akan
terjadi pula hilangnya kemampuan transpor membran. Gangguan aliran vaskular tersebut
di atas dan hipertensi portal. Mekanisme kerusakan sel hati yang berlanjut menjadi
sirosis bervariasi dan tergantung penyebab atau etiologinya (virus, alkohol, obat obatan).
NAUFAL ADI P SGD LBM 3
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa struktur parenkim hati normal akan
berubah menjadi struktur nodular yang terbentuk oleh sel-sel hati lama yang masih
bertahan hidup dan sel-sel hati baru yang berasal dari sel punca. Struktur nodular tersebut
terbentuk oleh sel hati yang mengalami regenerasi membentuk nodulus bulat lonjong
dikelilingi oleh septa jaringan ikat.
Ringkasan : Infeksi intrahepatikInflamasikerusakan hepatosit akibat peradangan
yang berkepanjangan aktivasi Sel Stellamemproduksi miofibroblas dalam jumlah
banyakterbentuk jaringan fibrosa disekitar hepatosit dalam jumlah
banyakmenyebabkan celah disse menyempitgangguan jalur metabolisme. dan
peningkatan resistensi pembuluh intrahepatic hipertensiportosistemik
Albumin : 2,5 g/dl rendah (Nilai Normal : 3,5 – 5,0 g% SI: 35-50g/L)
Alanin Aminotransfarase (ALT)/SGPT) : 160 IU/L tinggi (Nilai normal : 10-35
IU/L) /10-50 IU/L untuk laki laki.
Aspartate aminotransferase (AST)/SGOT : 115 IU/L tinggi (Nilai normal : 10-35
IU/L) /10-50 IU/L untuk laki laki. meningkat 2-3x curiga sirosis,fatty liver
Bilirubin total : 3,5 mg/dl tinggi ( nilai normal : 0,1-1,2 mg/dl)
Bilirubin direct : 2,5 mg/dl tinggi (nilai normal : 0,1-0,3 mg/dl)
Bilirubin indirect : 1.0 mg/dl normal (nilai normal : 0,1-1,0 mg/dl)
International Normalized Ratio (INR) : 2 tinggi (nilai normal : 0,8-1,2)
HBs-Ag : positif ( hepatitis B akut (infeksi akut dan kronik))
NAUFAL ADI P SGD LBM 3
SGOT
SGPT
AFP
MIND MAP
Sirosis hepatis
Kegagalan Hepar
Hipertensi portal
mengubah ammonia
menjadi urea
Kerusakan intrahepatik
Hilang kesadaran
Bilirubin total
meningkat
ikterus