Anda di halaman 1dari 5

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9

PENGARUH PEMBERIAN AIR KELAPA DAN BUBUR PISANG PADA MEDIA MS


TERHADAP PERTUMBUHAN PLANLET ANGGREK KELINCI
(Dendrobium antennatum Lindl.) SECARA IN VITRO

Mira Humaira1), Zairin Thomy2) dan Essy Harnelly3)


1,2,3)
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Email: mirahumaira03@gmail.com

ABSTRAK
Air kelapa dan bubur pisang merupakan bahan organik yang mengandung beberapa nutrisi penting
bagi planlet untuk mempercepat pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur
pengaruh pemberian air kelapa dan buah pisang dalam kultur in vitro planlet anggrek kelinci
(Dendrobium antennatum Lindl.) terhadap tinggi planlet, jumlah daun, jumlah akar dan panjang
akar. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Sel dan Molekuler Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan dua faktor, yaitu faktor air kelapa dan bubur pisang. Media
yang digunakan adalah media Murashige dan Skoog (MS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penambahan air kelapa dan bubur pisang dalam media kultur dapat meningkatkan kecepatan
pertumbuhan planlet anggrek D. antennatum Lindl. Penambahan air kelapa dengan konsentrasi 150
mL/L menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter panjang akar dan penambahan bubur
pisang dengan konsentrasi 25 g/L menunjukkan hasil terbaik berdasarkan parameter tinggi planlet.
Kata Kunci: Dendrobium antennatum Lindl, Media Murashige dan Skoog (MS), Air Kelapa

PENDAHULUAN
endrobium merupakan salah satu genus secara kultur in vitro, sering dilakukan
anggrek yang paling populer baik di modifikasi pada media tersebut dengan
kalangan para penggemar maupun penambahan nutrisi berupa bahan organik untuk
pengusaha budidaya anggrek. Usaha budidaya mendapatkan komposisi media yang optimum.
anggrek ini banyak dilakukan karena pangsa Oleh karena itu, banyak penelitian telah
pasarnya sekitar 50% dari total pangsa pasar dilakukan dengan memberikan bahan organik
anggrek. Jadi, dapat dikatakan bahwa 1 dari 2 untuk mendapatkan formulasi media terbaik bagi
tanaman anggrek yang dijual di pasaran pertumbuhan anggrek sehingga memperoleh hasil
merupakan jenis Dendrobium (Setiawan, 2006). sesuai yang diharapkan (Widiastoety dan
Permintaan anggrek di Indonesia setiap Kartikaningrum, 2003). Menurut Rahayu et al.
tahun cenderung meningkat. Untuk memenuhi (2011), bahwa hasil penelitian penggunaan bahan
permintaan pasar yang tinggi, diperlukan suatu organik untuk petumbuhan kultur in vitro anggrek
teknik yang dapat memproduksi bibit anggrek menunjukkan hasil paling optimal pada media
secara cepat. Teknik memperbanyak suatu yang diberikan penambahan bahan organik
tanaman secara cepat dan berkualitas tinggi dapat berupa air kelapa dan pisang. Kombinasi kedua
dilakukan dengan cara kultur jaringan. Menurut bahan organik tersebut berhasil memicu
Ganborg (1991), kultur jaringan merupakan suatu pertumbuhan planlet anggrek menjadi lebih baik,
teknik untuk menumbuhkan organ, jaringan dan terutama dalam hal persentase hidup, panjang
sel tanaman. Sel yang berasal dari spesies daun, dan perakaran. Namun demikian, untuk
tanaman dikulturkan secara aseptik pada media mengetahui berapa konsentrasi yang paling
kultur yang berupa media padat atau cair. Media optimal untuk mendapatkan hasil yang optimum
kultur terdiri atas komponen utama dan dari setiap bahan organik yang ditambahkan
komponen tambahan. perlu dilakukan penelitian lanjutan. Penelitian
Media MS (Murashige dan Skoog) dan ini bertujuan untuk mengukur pengaruh
media VW (Vacin and Went) merupakan media pemberian air kelapa dan bubur pisang dalam
dasar yang sering digunakan untuk perbanyakan

326
Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Bubur Pisang pada Media MS... 327

kultur in vitro planlet anggrek kelinci (D. planlet D. antennatum Lindl. (0,710 > F0,05).
antennatum). Kombinasi perlakuan antara faktor air kelapa
dan faktor bubur pisang juga tidak memberikan
METODE PENELITIAN pengaruh terhadap tinggi planlet D. antennatum
Penelitian dilakukan di Laboratorium Lindl. pada media MS (0,572 > F0,05). Oleh
Biologi Sel dan Molekuler Jurusan Biologi, karena faktor bubur pisang memberi pengaruh,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Uji lanjut Tukey dengan taraf 5% kemudian
Alam, Universitas Syiah Kuala dari bulan Juni dilakukan untuk mengetahui dampak dari
sampai Desember 2014. Rancangan yang
perlakuan satu dengan lainnya terhadap tinggi
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
planlet D. antennatum Lindl. Hasil uji lanjut
(RAL) yang disusun secara faktorial dengan dua
Tukey dapat dilihat pada Tabel 1.
faktor masing-masing terdiri dari :
Faktor I: (konsentrasi air kelapa dengan 4 taraf Tabel 1.Hasil Uji Tukey Rata-Rata Tinggi
perlakuan) yaitu : A0 = 0 ml/L, A1 = 100 ml/L, Planlet Anggrek D. antennatum pada
A2 = 150 ml/L, A3 = 200 ml/L Beberapa Konsentrasi Bubur Pisang
Rata-rata tinggi planlet
Faktor II: (konsentrasi pisang dengan 4 taraf No Perlakuan
(cm) ± Standar Deviasi
perlakuan) yaitu: B0 = 0 g/L, B1 = 25 g/L, B2 = 1 B0 (0 g/L) 1,502 ± 0,493a
50 g/L, B3 = 75 g/L 2 B1 (25 g/L) 2,786± 1,384b
3 B2 (50 g/L) 2,198 ± 0,911ab
Kedua faktor tersebut didapatkan 4 B3 (75 g/L) 2,122 ± 0,955ab
kombinasi perlakuan sebanyak 4x4=16 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang
perlakuan dan dilakukan 3 kali pengulangan berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji
lanjut BNT (Tukey) taraf 5%.
untuk setiap kombinasi perlakuan guna
Berdasarkan hasil Uji Lanjut Tukey, dapat
mendapatkan hasil yang lebih teliti. Dengan
diketahui bahwa pada beberapa konsentrasi
demikian, didapatkan jumlah unit percobaan
bubur pisang, penambahan bubur pisang pada
seluruhnya adalah sebanyak 48 unit percobaan.
konsentrasi 25 g/L merupakan konsentrasi yang
Parameter yang diamati ialah tinggi
paling optimal dalam meningkatkan
planlet (diukur mulai dari pangkal batang
metabolisme planlet sehingga mempercepat
sampai pangkal tunas), jumlah daun (dihitung
pembelahan sel. Hartman et al. (1990)
dari banyaknya helai daun yang terdapat pada
menyatakan bahwa bahan organik yang
tiap-tiap planlet), panjang akar (diukur dari
digunakan dalam kultur jaringan harus
pangkal akar yang berbatasan dengan batang
ditambahkan dengan konsentrasi yang lebih
sampai ujung akar), dan jumlah akar (dihitung
tepat agar memberikan pengaruh yang baik bagi
dari banyaknya total akar yang terdapat pada
pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
tiap-tiap planlet). Pengukuran peubah dilakukan
dikultur. Oleh karena itu, pengetahuan
pada awal sebelum perlakuan dan akhir
konsentrasi optimal suatu nutrisi sangat
perlakuan. Perlakuan dilakukan selama tiga
diperlukan dalam teknik kultur jaringan.
bulan. Pengolahan data dilakukan dengan
analisis varian, jika terdapat pengaruh perlakuan Jumlah Daun
maka dilanjutkan dengan uji Tukey taraf 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
adanya pengaruh yang nyata faktor bubur
HASIL DAN PEMBAHASAN pisang terhadap jumlah daun D. antennatum
Tinggi Planlet Lindl. pada media MS secara in vitro (0,004 <
Hasil uji ANAVA menunjukkan adanya F0,05). Berbeda halnya dengan faktor air kelapa
pengaruh yang nyata faktor bubur pisang yang tidak memberikan pengaruh terhadap
terhadap tinggi planlet D. antennatum Lindl. jumlah daun (0,427 > F0,05). Kombinasi
pada media MS secara in vitro (0,038 < F0,05). perlakuan antara faktor air kelapa dan faktor
Berbeda halnya dengan faktor air kelapa yang bubur pisang juga tidak memberikan pengaruh
tidak memberikan pengaruh terhadap tinggi terhadap jumlah daun D. antennatum Lindl.
pada media MS (0,081 > F0,05). Oleh karena
328 Mira Humaira, dkk.

faktor bubur pisang memberi pengaruh, uji perlakuan satu dengan lainnya terhadap tinggi
lanjut Tukey dengan taraf 5% kemudian planlet D. antennatum Lindl. Hasil Uji Lanjut
dilakukan untuk mengetahui dampak dari Tukey tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil Uji Tukey Rata-Rata Jumlah Daun Anggrek D. antennatum Lindl. Pada
Beberapa Konsentrasi Bubur Pisang
Rata-rata jumlah daun
No Perlakuan Konsentrasi
± Standar Deviasi
1 B0 (0 g/L) 3,393 ± 0,726b
2 Pisang B1 (25 g/L) 2,746 ± 0,478ab
3 B2 (50 g/L) 2,438 ± 0,777a
4 B3 (75 g/L) 2,653 ± 0,638a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji
lanjut BNT (Tukey) taraf 5%

Berdasarkan hasil Uji Lanjut Tukey, sesuai dengan pernyatan Untari dan
menunjukkan bahwa rata-rata jumlah daun Puspitaningtyas (2006) bahwa kondisi fisiologis
berbeda nyata antara perlakuan B0 (0 g/L) dengan tumbuhan akan memberikan respon yang
perlakuan B2 (50 g/L) namun tidak berbeda nyata berbeda-beda terhadap perlakuan yang diberikan.
dengan perlakuan B1 (25 g/L). Secara teoritis, Daun adalah salah satu organ terpenting terutama
bahan organik yang dibutuhkan suatu tanaman untuk fotosintesis agar tanaman dapat
berbeda-beda tergantung pada jenis dan kuantitas menghasilkan makanan dan mengalami
bahan organik tersebut. Hasil penelitian yang pertumbuhan optimum. Semakin bertambah
diperoleh menunjukkan bahwa pada media kultur, jumlah daun, ukuran panjang serta lebar daun
tidak memperlihatkan pengaruh terhadap maka semakin besar pengaruhnya terhadap
pertumbuhan jumlah daun. Hal ini dapat dilihat pertumbuhan tanaman (Sylvia, 2009).
dari berbedanya jumlah daun pada perlakuan
yang diberi bubur pisang dengan kontrol, dimana Jumlah Akar
pada perlakuan kontrol planlet memiliki jumlah Hasil uji ANAVA menunjukkan tidak
daun yang lebih banyak. Perbedaan hasil tersebut adanya pengaruh faktor air kelapa terhadap
menyatakan bahwa adanya pengaruh konsentrasi jumlah akar (0,213 > F0,05). Sama halnya dengan
yang optimal terhadap penambahan jumlah daun, faktor bubur pisang, tidak memberikan pengaruh
diduga konsentrasi yang diberikan belum sesuai yang nyata terhadap jumlah akar D. antennatum
untuk meningkatkan jumlah daun. Selain itu, Lindl. pada media MS secara in vitro (0,263 <
diduga konsentrasi kandungan vitamin dan zat F0,05). Kombinasi perlakuan antara faktor air
pengatur tumbuh dalam media-media tersebut kelapa dan faktor bubur pisang juga tidak
belum pada level yang tepat untuk merangsang memberikan pengaruh terhadap jumlah akar D.
pertumbuhan daun secara optimal. antennatum Lindl. pada media MS (0,670>F0,05).
Faktor internal dari planlet yang Berdasarkan hasil ANAVA yang diperoleh maka
digunakan turut berkontribusi dalam tidak dilakukan uji lanjut Tukey dengan taraf 5%
memberikan dampak terhadap planlet tersebut, terhadap parameter tersebut.

Tabel 3. Hasil Uji Tukey Rata-Rata Jumlah Akar Anggrek D. antennatum Lindl. Pada
Beberapa Konsentrasi air Kelapa dan Bubur Pisang
Rata-rata jumlah akar
No Perlakuan Konsentrasi
± Standar Deviasi
1 A0 (0 mL/L) 3,750 ±1,764
2 A1 (100 mL/L) 3,750 ±1,215
Air Kelapa
3 A2 (150 mL/L) 2,666 ±1,370
4 A3 (200 mL/L) 3,833 ±1,642
5 B0 (0 g/L) 4,166 ± 1,642
6 B1 (25 g/L) 3,583 ± 1,564
Pisang
7 B2 (50 g/L) 3,333 ± 1,723
8 B3 (75 g/L) 2,916 ± 1,083
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji lanjut
BNT (Tukey) taraf 5%.
Pengaruh Pemberian Air Kelapa dan Bubur Pisang pada Media MS... 329

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa digunakan memiliki kondisi fisiologis yang
perlakuan A3 (200 mL/L) dan B0 (0 g/L) berbeda-beda. Hambatan yang terjadi secara
merupakan perlakuan yang memberikan fisiologis membuat unit-unit percobaan pada
pengaruh yang relatif lebih baik terhadap perlakuan yang sama tidak mampu memberikan
parameter jumlah akar dibandingkan dengan respon perakaran yang seragam. Gunawan
pengaruh yang diberikan oleh perlakuan A2 (1992) berpendapat bahwa penggunaan bahan
(150 mL/L) dan B3 (50 g/L). Hal ini diduga organik sebagai bahan tambahan media kultur
karena kandungan zat pengatur tumbuh dan berbeda pengaruhnya pada tanaman yang
kandungan nutrisi yang ada dalam media berbeda pula.
tersebut mampu meningkatkan aktivitas
metabolisme dalam jaringan tanaman yang Panjang Akar
dikultur. Pada prinsipnya, akar terbentuk akibat Hasil analisis data pada uji ANAVA
dari pembelahan dan diferensiasi sel yang menunjukkan bahwa adanya pengaruh faktor air
dirangsang oleh hormon serta diinduksi oleh kelapa terhadap panjang akar (0,045 < F0,05).
vitamin, khususnya tiamin (vitamin B1). Faktor bubur pisang juga memberikan pengaruh
Wetherell (1982) mengungkapkan bahwa nyata terhadap panjang akar D. antennatum
penambahan tiamin dalam media kultur dapat Lindl. pada media MS secara in vitro (0,002 <
mempertinggi pertumbuhan akar tanaman yang F0,05). Kombinasi perlakuan antara faktor air
dikutur. Arditti (1992) menyatakan bahwa kelapa dan faktor bubur pisang juga
tiamin merupakan vitamin esensial bagi berpengaruh terhadap panjang akar D.
tanaman kultur yang berfungsi merangsang antennatum Lindl. pada media MS (0,018 <
pertumbuhan dan perkembangan serta F0,05). Uji lanjut Tukey dengan taraf 5%
meningkatkan pembelahan sel pada meristem kemudian dilakukan untuk mengetahui dampak
akar anggrek. Namun dalam penelitian ini dari perlakuan satu dengan lainnya terhadap
vitamin-vitamin tersebut belum memberikan tinggi planlet D. antennatum Lindl. Hasil uji
pengaruh yang nyata terhadap jumlah akar lanjut Tukey dapat dilihat pada Tabel 4.
karena konsentrasinya yang belum sesuai. Hal
ini juga terjadi karena planlet-planlet yang

Tabel 4. Hasil Uji Tukey Rata-Rata Panjang Akar Anggrek D. antennatum Lindl. pada Berbagai
Konsentrasi Air Kelapa dan Bubur Pisang
Rata-rata jumlah daun
No Perlakuan Konsentrasi
± Standar Deviasi
1 A0 (0 mL/L) 0,517 ± 0,237ab
2 A1 (100 mL/L) 0,473 ± 0,227ab
Air Kelapa
3 A2 (150 mL/L) 0,579 ± 0,274b
4 A3 (200 mL/L) 0,371 ± 0,163a
5 B0 (0g/L) 0,673 ± 0,218b
6 B1 (25 g/L) 0,442 ± 0,254a
Pisang
7 B2 (50 g/L) 0,392 ± 0,155a
8 B3 (75 g/L) 0,433 ± 0,212a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan nyata pada uji
lanjut BNT (Tukey) taraf 5%.

Berdasarkan Tabel 4 rata-rata panjang akar pisang). Sedangkan penambahan air kelapa
dapat dilihat bahwa penambahan bubur pisang menunjukkan pengaruh yang relative lebih baik
menunjukkan pengaruh yang relatif lebih baik terhadap panjang akar pada perlakuan A2 (150
terhadap panjang akar pada perlakuan B0 (0 g/L mL/L air kelapa) yaitu 0,579 cm dibandingkan
bubur pisang) yaitu 0,673 cm dibandingkan dengan perlakuan A0 (0 mL/L air kelapa), A1
dengan perlakuan B1 (25 g/L bubur pisang), B2 (100 mL/L air kelapa), dan A3 (200 mL/L air
(50 g/L bubur pisang) dan B3 (75 g/L bubur kelapa). Hal ini menunjukkan bahwa
330 Mira Humaira, dkk.

konsentrasi bubur pisang sebanyak 0 g/L dan air ujung akar, selanjutnya diikuti oleh proses
kelapa sebanyak 150 mL/L (tabel 4.4) pemanjangan dan pembesaran sel dan tiamin
merupakan konsentrasi yang paling optimal merupakan vitamin yang berperan dalam
dalam meningkatkan metabolisme planlet pertumbuhan akar.
sehingga mempercepat pembelahan sel pada
meristem akar. KESIMPULAN
Adanya pengaruh bubur pisang dan air Pemberian air kelapa, bubur pisang dan
kelapa dalam penelitian ini diduga karena kombinasi antara keduanya berpengaruh nyata
mengandung beberapa macam vitamin seperti terhadap tinggi planlet, jumlah daun, dan
vitamin C, riboflavin, niacin dan terutama panjang akar, akan tetapi semua perlakuan tidak
kandungan tiamin serta berada pada konsentrasi memberi pengaruh yang nyata terhadap jumlah
yang sesuai sehingga mampu mendorong akar. Konsentrasi 25 g/L bubur pisang
pembentukan akar yang maksimal pada planlet
merupakan konsentrasi bubur pisang yang
yang dikultur. Arditti (1992) mengemukakan
berpengaruh nyata terhadap tinggi planlet D.
bahwa tiamin (vitamin B1) dapat merangsang
antennatum Lindl., sementara itu perlakuan
pertumbuhan dan perkembangan akar anggrek.
tunggal air kelapa dan kombinasi antara
Hal ini juga diperkuat oleh Salisbury dan Ross
keduanya tidak berpengaruh nyata. Perlakuan
(1995) yang menyatakan bahwa tiamin
merupakan vitamin yang berfungsi untuk bubur pisang sebanyak 0 g/L dan air kelapa
mempercepat pembelahan sel pada meristem sebanyak 150 mL/L merupakan konsentrasi air
akar. Gardner et al. (1991) juga menambahkan kelapa, bubur pisang dan kombinasi antara
bahwa pertambahan panjang akar disebabkan keduanya yang berpengaruh nyata terhadap
terjadinya proses pembelahan sel pada meristem panjang akar D. antennatum Lindl.

DAFTAR PUSTAKA
Arditti, J. 1992. Orchid Biology. John Willey Salisbury, F. B. dan Ross, C. W. 1995. Fisiologi
and Sons, Inc. NeW York. Tumbuhan. ITB, Bandung.
Ganborg, O. L. 1991. Kalus dan Kultur Sel. p. Setiawan, H. 2006. Usaha Pembesaran
1-13. Dalam Wetter L. R. dan F. Anggrek. Penebar Swadaya, Jakarta.
Constable (eds.). Metode Kultur Jaringan Sylvia, I. 2009. Pengaruh IBA dan NAA Terhadap
Tanaman. Terjemahan dari Plant Tissue Stek Aglonema Var. Donna carmen dengan
Culture Method, oleh Dr. Mathilda B. dan Perendaman. Skripsi. IPB, Bogor.
Widianto. ITB Press, Bogor. Untari, R. dan Puspitaningtyas, D. 2006.
Gardner, F. P., Pearce, R. B. and Mitchell, R. L. Pengaruh Bahan Organik dan NAA
1991. Physiology of Crop Plants. The Terhadap Pertumbuhan Anggrek Hitam
Iowa State University Press. (Coelogyne pandurata Lindl.) dalam
Gunawan, L. W. 1992. Teknik Kultur Jaringan. Kultur In Vitro. Jurnal Biodiversitas 7(3):
Pusat Antar Universitas. IPB, Bogor. 344-348.
Hartman, H. T., Kester, D. E., and Davis, F. T. Wetherell, D. F. 1982. Pengantar Propagasi
1990. Plant Propagation: Principles and Tanaman Secara In Vitro. IKIP
Practices. Prentice-Hall International Inc. Semarang Press. Semarang.
Englewood Clifts, New Jersey. Widiastoety, D. dan Kartikaningrum 2003.
Rahayu, E., Handini, E., Mursidawati,S, dan Pemanfaatan Ekstrak Ragi dalam Kultur
Isnaini, Y. 2011. Penggunaan Bahan In Vitro Planlet Media Anggrek : Jurnal
Organik untuk Pembesaran Kultur In- Hortikultura 13(2): 82-86.
Vitro Anggrek (Phalaenopsis fuscata).
Berk. Penel. Hayati 7(A): 133-137.

Anda mungkin juga menyukai