Anda di halaman 1dari 8

Rimbun, Kalanjati Deteksi neuron dan neuroglia

TEKHNIK PEWARNAAN NEURON DAN NEUROGLIA PADA SISTEM SARAF PUSAT

Rimbun, Viskasari Pintoko Kalanjati


Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga

ABSTRACT
Neurological disorders become a significant and growing problems. Both clinical and preclinical
researchers conducted experiments in human tissue and animal model. The preparation of animal’s tissue
needs the right staining methode to show the wanted cells or structures clearly. The nervous tissue contains
neurons and neuroglial cells (astrocytes, oligodendrocytes, microglia, and ependyma). The routine staining
such as Haematoxyllin and Eosin, more clearly shows the nucleus and organells within the cytoplasm of
neurons and neuroglias, but less clearly shows their specific morphology. The heavy metal impregnation
techniques, such as silver staining, gold staining, Golgi method, Cajal method, and Rio Hortega method, can
overcome this problem and clearly show the morphology of neuron and neuroglia also the neuroanatomical
connections in the brain. Other alternative stainings for nervous tissue are Nissl staining, tolluidin blue,
methylene blue and Luxol fast blue. There are also immunohystochemical staining methods, i.e. antibody
against glial fibrillary acidic protein (GFAP) for astrocyte, monoclonal antibody againts human leucocyte
antigen (HLA) for microglia, etc. Based on the variation of staining methods in the nervous tissue,
researchers must have a good plan to carefully determine which staining method should be used.
Keywords: Nervous system, histological preparation, staining method

ABSTRAK
Penyakit neurologis semakin berkembang dan menjadi masalah yang sangat penting. Penelitian preklinik
maupun klinik di bidang neurosains banyak menggunakan jaringan manusia maupun hewan coba.
Pembuatan preparat jaringan saraf membutuhkan metode pewarnaan yang tepat agar dapat menampakkan
dengan jelas sel atau struktur yang diinginkan. Pewarnaan rutin untuk neuron dan neuroglia seperti
Hematoksilin dan Eosin dapat memperlihatkan nukleus dan kumpulan organel di dalam sitoplasma, tetapi
tidak dapat menunjukkan morfologi neuron dan neuroglia dengan jelas. Pewarnaan heavy metal
impregnation techniques seperti silver staining, gold staining, Golgi method, Cajal method, dan Rio Hortega
method dapat dijadikan solusi untuk menunjukkan morfologi neuron dan neuroglia, serta hubungan antar sel
dengan sangat jelas. Beberapa alternatif pewarnaan lain untuk jaringan saraf adalah Nissl staining, tolluidin
blue, methylene blue dan Luxol fast blue. Tekhnik pewarnaan dengan metode imunohistokimia yang dapat
diterapkan antara lain antibodi anti glial fibrillary acidic protein (GFAP) untuk astrosit dan antibodi anti
human leucocyte antigen (HLA) untuk mikroglia. Peneliti harus memiliki pengetahuan dan perencanaan
yang baik dalam menentukan tekhnik pewarnaan untuk jaringan saraf yang ingin digunakan.
Kata kunci: Sistem saraf, preparat histologi, metode pewarnaan

Korespondensi: Rimbun, Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga,
Jl. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo 47 Surabaya 60131, Jawa Timur, telp. 031-5053804, fax. 031-5022075,
email: the.freshleafy@gmail.com.

Latar belakang dengan malnutrisi, nyeri yang berhubungan dengan


Saat ini penyakit neurologis semakin berkembang penyakit neurologis, Parkinson, dan cedera otak,
dan menjadi masalah yang cukup signifikan. menjadi isu yang penting dalam peningkatan
World Health Organization (WHO), pada tahun kesehatan masyarakat secara global (Dua, et al.,
2006 menempatkan kelainan neurologis sebagai 2006).
salah satu tantangan terbesar dalam bidang Berdasarkan data dari 500 artikel yang dipubli-
kesehatan masyarakat. Penyakit-penyakit seperti kasikan sejak tahun 1990 hingga 2005 yang diulas
stroke, demensia, epilepsi, nyeri kepala, infeksi kembali oleh Hirtz, et al. (2007), didapatkan
neurologis, kelainan neurologis yang berhubungan bahwa di Amerika Serikat terdapat kenaikan

33
Majalah Biomorfologi Volume 25 No. 2 Juli 2012

prevalensi pada penyakit-penyakit neurologis baik memiliki gambaran histologis yang dapat
pada anak, dewasa dan usia lanjut (Hirtz, et al., dibedakan satu sama lain (Kessel, 1998; Ross &
2007). Pada anak didapatkan prevalensi autisme Pawlina, 2011).
mencapai 5,8 per 1000 dan cerebral palsy 2,4 per Unit fungsional primer dari jaringan saraf adalah
1000. Pada dewasa didapatkan prevalensi migrain sel saraf (neuron), yang berfungsi membentuk dan
121 per 1000 dan epilepsi 7,1 per 1000. Sedangkan menyalurkan informasi berupa impuls listrik. Sel
pada usia lanjut didapatkan prevalensi penyakit penyokong (neuroglia) terletak di sekeliling
Alzheimer 67 per 1000, penyakit Parkinson 9,5 per neuron dan berjumlah lebih banyak dari neuron.
1000 dan stroke 183 per 100.000 (Hirtz, et al., Neuroglia pada sistem saraf pusat terdiri dari
2007). astrosit, oligodendrosit dan mikroglia, sedangkan
Semakin meningkatnya angka kejadian penyakit pada sistem saraf tepi terdapat sel Schwann dan sel
neurologis menyebabkan semakin meningkat pula satelit. Selain neuron dan neuroglia, pada jaringan
ketertarikan para peneliti dan ilmuwan untuk saraf juga terdapat sel-sel lain yang tidak khas,
memperdalam neurosains. Menurut Neuroscience seperti sel endotel yang menyusun dinding
Peer Review Consortium (NPRC), sejak tahun pembuluh darah (Crossman & Neary, 2010).
2008 terdapat 33 jurnal tentang neurosains yang Neuron memiliki bentuk yang sangat khas untuk
telah bergabung dalam konsorsium (Saper & mendukung fungsinya sebagai pembentuk dan
Maunsell, 2009). Penelitian-penelitian yang penyalur informasi. Bagian-bagian dari neuron
berkembang tidak hanya dari bidang kedokteran antara lain badan sel (soma atau perikaryon),
klinik seperti ilmu penyakit saraf, ilmu bedah saraf dendrit serta akson. Berdasarkan jumlah dendrit
dan ilmu kesehatan jiwa, tetapi juga bidang dan akson, neuron diklasifikasikan menjadi neuron
kedokteran pre klinik yang terkait dengan multipolar, bipolar dan pseudounipolar (Ross &
neurosains dan penyakit neurologis, seperti Pawlina, 2011).
neuroanatomi, fisiologi, patologi anatomi, farma- Neuron multipolar memiliki satu akson dan dua
kologi dan imunologi. Penelitian pre klinik bidang atau lebih dendrit. Dendrit berfungsi sebagai
neurosains pada umumnya menggunakan hewan penerima impuls, badan sel sebagai pembentuk
coba sebagai obyek penelitian, dengan cara diberi impuls dan akson sebagai pembawa impuls keluar
perlakuan untuk kemudian diperiksa cairan darah dari neuron. Contoh neuron multipolar adalah
maupun organ dan jaringannya (Hicks, et al., neuron motoris yang banyak ditemukan pada
2009). kornu anterior medula spinalis, sel pyramid pada
Pemeriksaan jaringan saraf pusat dan saraf tepi korteks serebrum, sel Purkinje pada korteks
membutuhkan preparasi dan pewarnaan yang tepat serebelum serta interneuron. Neuron bipolar
agar dapat menampilkan sel atau struktur yang memiliki satu akson dan satu dendrit, banyak
diinginkan dengan jelas, contoh tekhnik terdapat pada organ sensoris khusus, contoh sel
impregnasi dari Golgi yang telah digunakan sejak pembau, sel-sel penyusun retina, dan sel ganglion
akhir abad 19 untuk mempelajari morfologi neuron nervus vestibulokokhlear. Neuron pseudounipolar
dan neuroglia, serta koneksi antara keduanya bersifat sensoris dan memiliki satu akson yang
(Ranjan & Mallick, 2012). segera terbagi menjadi dua cabang. Badan sel
neuron pseudounipolar terletak pada ganglion
Diskusi dorsalis medula spinalis, satu cabang aksonnya
Gambaran histologis sistem saraf memanjang sampai ke reseptor di perifer (kulit)
Berdasarkan anatominya sistem saraf dibagi dan cabang akson lainnya mengarah masuk ke
menjadi dua bagian, yaitu sistem saraf pusat dan kornu dorsalis medula spinalis (Ross & Pawlina,
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari 2011).
otak besar (serebrum), otak kecil (serebelum) dan Badan sel saraf mengandung satu inti sel dengan
medula spinalis, yang terletak di dalam rongga satu anak inti dan mengandung organel. Beberapa
kranium dan kanalis vertebralis, sedangkan sistem organel seperti retikulum endoplasmik kasar,
saraf tepi terdiri dari nervus cranialis, nervus ribosom, dan polisom membentuk struktur khas di
spinalis, serta ganglion, yang berfungsi menerus- dalam sitoplasma neuron yang disebut sebagai
kan impuls dari dan menuju sistem saraf pusat. badan Nissl (Nissl’s bodies). Organel lain yang
Baik sistem saraf pusat maupun sistem saraf tepi terkandung dalam badan sel saraf adalah

34
Rimbun, Kalanjati Deteksi neuron dan neuroglia

mitokondria, aparatus golgi, lisosom, mikro- plate dengan neurotransmiter asetilkolin (Mescher,
tubulus, mikrofilamen dan vesikel transport. 2010).
Bagian dari badan sel yang akan membentuk akson Neuroglia pada sistem saraf pusat dinamakan juga
(axon hillock) tidak mengandung organel central neuroglia, terdiri dari astrosit, oligo-
(Mescher, 2010). dendrosit, mikroglia, dan sel ependim. Sel
Dendrit dan akson merupakan juluran utama yang neuroglia pada otak mamalia berjumlah 10 kali
terdapat pada neuron. Dendrit mempunyai fungsi lipat dibanding neuron. Neuroglia berperan
utama untuk menerima impuls dari luar dan menyediakan lingkungan mikro yang kondusif
membawa impuls ke dalam badan sel. Diameter bagi aktivitas neuron. Juluran-juluran dari kedua
dendrit lebih besar daripada akson dan tidak sel, baik neuron maupun neuroglia, membentuk
bermyelin. Dalam sitoplasma yang menyusun suatu jaringan serabut yang mengisi celah antar
dendrit terdapat organel-organel penyusun neuron (interneurone space), jaringan ini
sitoplasma badan sel, kecuali aparatus golgi. dinamakan neuropil (Mescher, 2010).
Dendrit memiliki percabangan yang ekstensif, Astrosit merupakan makroglia yang berasal dari
yaitu dendritic trees (pohon dendrit) yang neuroektoderm, berbentuk seperti bintang dengan
berfungsi untuk memperluas permukaan peneri- sitoplasma yang menjulur dan bercabang-cabang,
maan impuls (Kessel 1998; Ross & Pawlina, 2011; yaitu astrocyte (end) feet (Kessel, 1998). Ujung
Young & Heath, 2000). dari juluran-juluran tersebut berakhir pada
Akson merupakan struktur yang berfungsi berbagai struktur, antara lain pada badan sel
menyampaikan impuls ke luar dari sel saraf neuron, dendrit, sinaps, dinding pembuluh darah
menuju sel saraf yang lain maupun organ efektor dan lapisan dalam dari piamater. Astrocyte feet
dengan cara membentuk sinaps yang diperantarai yang berakhir pada dinding kapiler pembuluh
dengan zat kimia yaitu neurotransmiter. Akson darah dinamakan perivascular feet. Sitoplasma
bermula dari axon hillock, yang berfungsi sebagai astrosit mengandung retikulum endoplasmik kasar,
pintu gerbang penjalaran impuls. Sitoplasma axon poliribosom, mikrotubulus dan intermediet
hillock tidak mengandung badan Nissl, tetapi filamen. Terdapat dua jenis astrosit, yaitu astrosit
mengandung mikrotubulus, mikrofilamen, mito- protoplasmik yang banyak terdapat pada
kondria dan vesikel transport yang ikut menyusun substansia grisea dan astrosit fibrous yang banyak
akson. Akson bisa sangat panjang, contoh akson terdapat pada substansia alba (Kessel, 1998).
dari sel kornu anterior medula spinalis, maupun Oligodendrosit berukuran lebih kecil daripada
bisa pendek, contoh akson dari interneuron di astrosit dan mempunyai juluran yang lebih pendek
dalam medula spinalis. Pada sistem saraf pusat, dan sedikit. Oligodendrosit yang terletak di sekitar
akson terletak di dalam daerah substansia alba, badan sel neuron (pada substansia grisea)
sedangkan pada sistem saraf perifer, akson adalah dinamakan perineuronal satellite cells, sedangkan
penyusun utama dari sabut saraf perifer (Kessel yang terletak di sekitar sabut saraf yang bermyelin
1998; Ross & Pawlina, 2011; Young & Heath, (substansia alba) dan berjumlah lebih banyak,
2000). Akson dapat bermyelin (myelinated) dinamakan interfascicular oligodendrocytes.
maupun tidak bermyelin (unmyelinated). Selubung Sitoplasma oligodendrosit mengandung mito-
myelin dibentuk oleh neuroglia, yaitu oligo- kondria, retikulum endoplasmik kasar, poliri-
dendrosit pada sistem saraf pusat, dan sel Schwann bosom, aparatus golgi, mikrotubulus serta filamen
pada sistem saraf tepi. Pada akson yang bermyelin (Ross & Pawlina, 2011).
(gambar 1), selubung myelin bersifat isolator Mikroglia berbentuk pipih serta mempunyai
sehingga memungkinkan penjalaran impuls loncat juluran angular yang panjang dan bercabang.
(saltatory conduction), dimana impuls akan Mikroglia berperan dalam proses fagositik dan
meloncat pada bagian akson yang tidak terdapat dengan distribusi yang relatif sama pada
diselubungi myelin, yang dinamakan nodus substansia grisea maupun substansia alba. Sel
Ranvier atau node of Ranvier (Crossman & Neary, ependim merupakan sel neuroglia yang melapisi
2010; Ross & Pawlina, 2011). Akhiran akson pada dinding ventrikel-ventrikel otak dan canalis
sabut otot bergaris membentuk sinaps, yang sentralis pada medula spinalis. Sel ependim
dinamakan neuromuscular junction atau motor end berbentuk seperti epitel kuboid atau kolumnar
rendah, memiliki silia atau mikrovili pada

35
Majalah Biomorfologi Volume 25 No. 2 Juli 2012

permukaan apikalnya, namun tidak mempunyai sel Purkinje pada korteks serebelum (gambar 5c)
basal membran. Sel ependim yang melapisi yang keduanya bersifat multipolar (Geneser, 2007;
pleksus khoroideus dinamakan choroid plexus Kessel, 1998; Mescher, 2010; Young & Heath,
epithelium (Ross & Pawlina, 2011). 2000). Tekhnik pewarnaan lain menggabungkan
Pewarnaan rutin dan spesifik untuk sistem antara gold staining dengan hematoksilin (gambar
saraf pusat 6), yang dapat memperlihatkan sitoskeleton dari
Morfologi neuron yang berukuran besar, dendrit dan akson, serta terlihat juga neuropil yang
kompleks, dapat mempunyai akson yang sangat mengisi ruang antar neuron (Mescher, 2010).
panjang, serta adanya interkoneksi antar neuron, Pewarnaan neuron dengan menggunakan Nissl
menyebabkan luasnya perkembangan metode method akan memperlihatkan dengan jelas butiran-
pewarnaan pada bidang neurohistologi (Geneser, butiran biru gelap dalam sitoplasma neuron, yaitu
2007). badan Nissl, yang mengandung banyak rRNA
Pewarnaan rutin seperti Hematoksilin dan Eosin (gambar 7) (Mescher, 2010). Pewarnaan lain yang
(H&E) dapat memperlihatkan inti, sitoplasma dan sering juga digunakan untuk neuron adalah
kandungan sitoplasma dari neuron. Inti neuron tolluidin blue (gambar 8a) dan Luxol fast blue
akan bersifat open faced type dengan nukleolus (gambar 8b) (Ross & Pawlina, 2011; Young &
yang terlihat jelas. Sitoplasma neuron yang banyak Heath, 2000).
mengandung ribosomal ribonucleic acid (rRNA) Astrosit protoplasmik mempunyai juluran yang
akan bersifat basofilik (menarik basa, dalam hal ini lebih banyak, lebih bercabang, namun pendek,
hematoksilin), sehingga akan tampak berwarna sedangkan astrosit fibrous mempunyai juluran
biru. Badan Nissl yang merupakan kumpulan dari yang lebih sedikit, jarang bercabang, namun
ribosom juga akan tampak sebagai kumpulan panjang dan banyak sudut (Marin et al., 2007).
granul berwarna biru. Dendrit dan akson tidak Pewarnaan spesifik untuk astrosit dapat
tampak jelas dengan pewarnaan rutin (gambar 2) menggunakan silver stain (gambar 9a, 9b), Cajal
(Mescher, 2010). Pewarnaan H&E hanya dapat Method (gambar 10a, 10b), dan Rio Hortega
memperlihatkan inti dari neuroglia. Inti astrosit Method (gambar 11), dimana pada gambar 11
berbentuk bulat, bersifat open faced type dengan tampak perivascular feet dari astrosit (Mescher,
sebuah nukleolus, dan inti oligodendrosit ber- 2010). Pada astrosit baik astrosit protoplasmik
bentuk bulat, bersifat dense chromatin type dengan maupun astrosit fibrous, terdapat filamen
nukleolus yang tidak tampak (gambar 3), intermediet yang tersusun atas glial fibrillary
sedangkan inti mikroglia berbentuk lonjong atau acidic protein (GFAP) (Ross & Pawlina, 2011).
pipih (gambar 4) (Ross & Pawlina, 2011; Young & Antibodi terhadap GFAP dapat digunakan untuk
Heath, 2000). mewarnai astrosit dengan tekhnik imunohistokimia
Pewarnaan spesifik untuk sistem saraf adalah (gambar 12). Morfologi oligodendrosit dan
heavy metal impregnation techniques, antara lain mikroglia juga akan tampak jelas dengan
silver and gold method. Pioner dalam tekhnik pewarnaan menggunakan logam berat (gambar
pewarnaan impregnasi logam berat adalah Cajal 13a, 13b). Dengan menggunakan tekhnik
dan Golgi (Young & Heath, 2000). Penemuan imunohistokimia, mikroglia dapat diwarnai
tekhnik impregnasi terhadap neuron ini merupakan menggunakan antibodi monoklonal anti HLA
suatu pondasi dan memberikan kontribusi yang (human leucocyte antigen). HLA banyak ditemu-
sangat penting bagi perkembangan neurosain kan pada sel yang berperan dalam sistem imun,
modern, karena dapat memperlihatkan morfologi termasuk mikroglia (gambar 14) (Geneser, 2007;
dari neuron secara keseluruhan (Carlos & Borrell, Kessel, 1998; Mescher, 2010). Untuk mewarnai sel
2007). Pewarnaan ini juga dapat memperlihatkan ependim yang terdapat pada kanalis sentralis
morfologi dendrit, akson dan percabangannya medula spinalis maupun pada permukaan pleksus
untuk yang pertama kalinya (Bentivoglio, et al., khoroideus, cukup dengan menggunakan pe-
2010). Sejumlah sinaps antara akson dengan badan warnaan H&E (gambar 15a), Mallory Azzan
sel saraf terlihat dalam bentuk terminal boutons (gambar 15b), tolluidin blue (gambar 16a, 16b),
yang kecil (gambar 5a). Pewarnaan Golgi Cox atau methylene blue (gambar 17) (Geneser, 2007;
dapat memperlihatkan secara jelas morfologi sel Kessel, 1998; Mescher, 2010; Ross & Pawlina,
piramid pada korteks serebrum (gambar 5b) dan 2011).

36
Rimbun, Kalanjati Deteksi neuron dan neuroglia

Simpulan Mescher, A.L., 2010. Junqueira's Basic Histology:


Tekhnik pewarnaan yang dapat digunakan untuk a text and atlas. Edisi ke-12. USA:
sistem saraf, baik neuron maupun neuroglia, sangat McGraw-Hill Companies.
bervariasi. Peneliti harus mengetahui dan me- Ranjan, A. & Mallick, B.N., 2012. Differential
rencanakan sejak awal agar tidak terjadi kesalahan staining of glia and neurons by modified
dalam pemilihan tekhnik pewarnaan, yang dapat Golgi-Cox method. J Neuroscience
mengakibatkan kesulitan dalam pembacaan Methods, hal.1-11.
preparat. Pewarnaan rutin seperti H&E lebih Ross, M.H. & Pawlina, W., 2011. Histology a text
memperlihatkan inti dan organel dalam sitoplasma, and atlas. Edisi ke-6. Philadelphia:
tetapi kurang dapat memperlihatkan morfologi dari Lippincott Williams & Wilkins, hal.352-
neuron maupun neuroglia. Sebaliknya, pewarnaan 390.
heavy metal impregnation techniques seperti silver Saper, C.B. & Maunsell, J.H.R., 2009. The
staining, gold staining, Golgi method, Cajal Neuroscience Peer Review Consortium. J
method, dan Rio Hortega method, dapat memper- Brain Research, 1272, hal.1-2.
lihatkan morfologi neuron dan neuroglia dengan Dua, T. et al., 2006. Public health principles and
sangat jelas. Pewarnaan alternatif lain yang dapat neurological disorders. In: World Health
digunakan untuk neuron adalah Nissl staining, Organization. Neurological disorders:
tolluidin blue, methylene blue dan Luxol fast blue. public health challenges. Geneva: WHO
Tekhnik pewarnaan menggunakan metode imuno- Press. Ch.1.
histokimia antara lain antibodi anti GFAP untuk Young, B. & Heath, J.W., 2000. Wheather’s
astrosit dan antibodi anti HLA untuk mikroglia. functional histology. Edisi ke-4. London:
Churchil Livingstone Elsevier, hal.116-
Daftar pustaka 142.
Bentivoglio, M. et al., 2010. Camillo Golgi and
modern neuroscience. J Brain Research
Reviews, 66, hal.1-4.
Carlos, J.A.D. & Borrell, J., 2007. A historical
reflection of the contributions of Cajal and
Golgi to the foundation of neuroscience. J
Brain Research Reviews, 55, hal.8-16.
Crossman, A.R. & Neary, D., 2010. Neuro-
anatomy: an illustrated color text. Edisi
ke-4. London: Churchil Livingstone
Elsevier, hal.1-32.
Geneser, F., 2007. Atlas berwarna histologi. Di-
terjemahkan oleh J. Tambayong. Batam:
Binarupa Aksara, hal.56-65.
Hirtz, D. et al., 2007. How common are the
“common” neurologic disorders? Neuro-
logy, 68(5), hal.326-37.
Hicks, A. Schallert, T. & Jolkkonen, J., 2009. Cell-
based therapies and functional outcome in
experimental stroke. J Cell Stem Cell 5,
hal.139-140.
Kessel, R.G., 1998. Basic medical histology. New
York: Oxford University Press, hal.249-
275.
Marin, V.G. Lopez, P.G. & Freire, M., 2007.
Cajal’s contributions to glia research. J
Trends in Neuroscience, 30(9), hal.379-
487.

37
Majalah Biomorfologi Volume 25 No. 2 Juli 2012

Gambar 4. Mikroglia (tanda panah) dengan


pewarnaan H&E (Ross & Pawlina, 2011).

Gambar 1. Diagram skematik sel saraf (Ross dan


Pawlina, 2011).

(a)

Gambar 2. Pewarnaan neuron dengan H&E. N:


neuron; G: neuroglia; Np: neuropil (Mescher,
2010).

(b)

Gambar 3. Pewarnaan jaringan saraf pusat dengan


H&E. N: neuron; A: astrosit; O: oligodendrosit
(dimodifikasi dari Young & Heath, 2000). (c)

Gambar 5. Pewarnaan Gold and Golgi Cox, (a)


neuron. B: terminal boutons, (b) sel piramid (c) sel
Purkinje (Young & Heath, 2000; Geneser, 2007).

38
Rimbun, Kalanjati Deteksi neuron dan neuroglia

(a) (b) .

Gambar 9. Pewarnaan silver method (a) astrosit


Gambar 6. Pewarnaan Gold dan Hematoksilin dari protoplasmik (b) astrosit fibrous (Kessel, 1998).
jaringan saraf pusat; N: neuron; G:sel glia; Np:
neuropil (Mescher, 2010).

(a) (b)

Gambar 10a, 10b. Pewarnaan Cajal Method pada


astrosit (Geneser, 2007; Young & Heath, 2000).

Gambar 7. Pewarnaan neuron dengan Nissl method


(Young & Heath, 2000).

Gambar 11. Pewarnaan Rio Hortega silver pada


astrosit (Mescher, 2010).

(a) (b)

Gambar 8. Pewarnaan neuron. (a) Pewarnaan


tolluidin blue (b) Pewarnaan Luxol fast blue. Cap:
kapiler; GC: sel granul; PC: sel piramid; NN: inti
neuroglia (Ross & Pawlina, 2011).
Gambar 12. Pewarnaan imunohistokimia terhadap
astrosit dengan antibodi anti GFAP (Ross &
Pawlina, 2011).

39
Majalah Biomorfologi Volume 25 No. 2 Juli 2012

(a) (b)

Gambar 13. Pewarnaan menggunakan logam berat


(a) oligodendrosit (b) mikroglia (Kessel, 1998; (a) (b)
Geneser, 2007).
Gambar 16a, 16b. Pewarnaan tolluidin blue pada
sel ependim yang melapisi canalis sentralis medula
spinalis (Ross & Pawlina, 2011).

Gambar 14. Pewarnaan mikroglia dengan tehnik


imunohistokimia menggunakan antibodi anti HLA
(Mescher, 2010).

Gambar 17. Pewarnaan methylene blue pada sel


ependim yang melapisi pleksus khoroideus
(Geneser, 2007).

(a) (b)

Gambar 15. Pewarnaan pada sel ependim yang


melapisi canalis sentralis medula spinalis (a)
pewarnaan H&E (Mescher, 2010); (b) pewarnaan
Mallory Azzan (MA) (Kessel, 1998).

40

Anda mungkin juga menyukai