Oleh:
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2022
1
NASKAH STUDI KASUS-3: Amelia kelainan pada perkembangan membra
Pada tanggal 4 Desember 1982, di Melbourne, Australia terlahir seorang bayi tanpa lengan
tangan dan kaki. Bayi tersebut kemudian diberi nama Nic Vujicic atau nama lengkapnya
Nicholas James Vujicic. Keadaan bayi tersebut dikenal dengan tetra-amelia yang tidak
memiliki ekstrimitas (membra) baik tangan maupun kaki. Keadaan yang berbeda dengan anak
pada umumnya, menjadikan Nic pada awalnya tidak semangat hidup karena kerap mendapat
perundungan, hingga dia mendapat motivasi dari kedua orang tuanya dan akhirnya menjadi
salah satu motivator terkenal dunia. (Gramedia.com).
Pertanyaan pengarah:
1. Bagaimanakah proses diferensiasi membra?
pembentukan membra dimulai dengan pembentukan tunas membra, penetuan sumbu
membra, koordinasi antar ketiga sumbu. setelah tunas membra tumbuh pada tempat
yang diinginkan, lalu akan terjadi proses diferensiasi membra meliputi, pembentukan
jari dan ruas jari, perkembangan tulang pada membra, perkembangan otot membra,
perkembangan syaraf membra, dan perkembangan pembuluh darah membra.
pembentukan jari dan ruas jari terjadi akibat peran dari BMP 2, 4, dan 7 yang
menginisiasi terjadinya apoptosis atau kematian sel terprogram (Nugrahaningsih &
Yuniastuti, 2014). proses apoptosis yang gagal akan menyebabkan kelainan, seperti
syndactyly. setelah terbentuknya jari, tahapan selanjutnya adalah pembentukan tulang.
Sama seperti pembentukan jari, tulang terbentuk akibat adanya pengaruh BMP (Bone
Morphological Protein). BMP 2 dan 7 memiliki peran utama. pembentukan otot
dimulai karena sel myogenic mengekspresikan c-met reseptor, yang distimulasi
scatter faktor (hepatic growth factor). Prekursor sel myogenic tidak memiliki cukup
informasi untuk morfogenetiknya, tetapi yang memicu munculnya prekursor adalah
jaringan disekitarnya.
2. Bagaimanakah pembentukan tunas membra dan diferensiasinya menurut sumbu
proksimal-distal, anterior-posterior, dorso-ventral?
2
penentuan sumbu proximal distal terjadi karena peranan dari AER (Apical Ectodermal
Ridge). penentuan sumbu proximal distal terjadi juga karena adanya interaksi AER
dan mesenkim tunas membra. setelah terbentuknya AER dan interaksi dengan
mesenkim tunas membra sel - sel tunas akan mengalami proliferasi. daerah yang
terbentuk oleh sel - sel mesenkim tunas membra yang sedang berproliferasi disebut
zona progres. proses proliferasi yang terjadi pada sel di zona progres dipacu oleh
FGF yang dihasilkan AER. Zona progres yang terbentuk pertama kali akan lebih
posterior dibanding zona yang baru terbentuk. Sumbu proksimal dan distal ditentukan
oleh gen hox. Model molekuler dimulainya tunas membra. FGF10 disekresi oleh
lempeng mesoderma lateral menginduksi ekspresi FGF8 pada ektoderma
kompetensinya pada batas dorsal-ventral. Batas anterior-posterior muncul pada
tingkat 16 (kemungkinan lebih awal). FGF8 yang disekresi oleh ektoderma
menginduksi proliferasi sel-sel mesenkim dan menginduksi ekspresi Shh (Sonic
hedgehog) pada region posterior tunas membra. Shh menginduksi ekspresi FGF4 pada
bagian posterior ektoderma tunas membra. FGF2 juga diproduksi oleh ektoderma
AER, walaupun belum jelas apakah ia diinduksi oleh FGF10.
Sumbu anterior-posterior diatur oleh daerah mesodermal pada sambungan antara
bagian posterior tunas membra dengan dinding tubuh →zona polarisasi aktivitas
(zone of polarizing activity =ZPA). Selanjtnya adalah penentuan sumbu dorso -
ventral. Salah satu molekul yang berperan penting dalam penentuan sumbu
dorso-ventral adalah Wnt7a. Wnt7a menginduksi gen Lmx1 pada mesenkim
dorsal yang menyebabkan spesifikasi diferensiasi ke arah dorsal. Polarisasi dorso-
ventral pada membra ditentukan juga oleh ektoderma.
3. Bagaimanakah perkembangan pembuluh darah pada perkembangan membran?
Secara umum, organ sirkulasi berkembang dari lapis mesoderm. Sirkulasi embrional
terdiri dari sirkulasi ekstraembrional (sirkulasi vitelin dan sirkulasi alantois) dan
sirkulasi intraembrional dengan jantung sebagai pusatnya. Perkembangan dan
pembentukan pembuluh darah (angiogenesis) pada perkembangan ekstraembrional
3
diawali dengan proses agregasi sel-sel mesoderm splanknis di kantong kuning telur dan
adanya pembentukan pulau-pulau darah pada alantois. Dimana pulau-pulau darah
tersebut kemudian akan berdiferensiasi, pada sel-sel bagian sentralnya membentuk
bakal sel-sel darah (hemositoblas) sedangkan sel-sel perifer memipih dan saling
berlekatan membentuk dinding pembuluh darah (sel-sel endotel). Pembuluh darah yang
terbentuk kemudian saling berhubungan membentuk jalinan pembuluh darah vitelin
pada kantong kuning telur atau pembuluh darah alantois (umbilicus) pada kantong
alantois. Pembentukan pembuluh darah intraembrional terjadi bersamaan dengan
pembentukan jantung. Kumpulan sel-sel mesoderm splanknis embrio yang awalnya
muncul di sisi lateral embrio selanjutnya menyebar ke arah kepala membentuk tali-tali
angiogenik (tali-tali kardiogenik). Tali-tali angiogenik tersebut kemudian mengalami
peronggaan sehingga terbentuk pembuluh darah atau buluh jantung. Pembuluh darah
intraembrional yang pertama kali terbentuk adalah aorta dorsalis dan lengkung-
lengkung aorta. Pembuluh darah ekstraembrional, intraembrional, serta jantung yang
pada awal pembentukan terpisah-pisah akan saling berhubungan akibat perkembangan
masing-masing pembuluh sehingga membentuk suatu sirkulasi terpadu. Pembentukan
sel-sel darah (hematopoiesis) awalnya berasal dari hemositoblas pembuluh
ekstraembrional. Sel-sel hemositoblas ini akan masuk ke tubuh embrio (pembuluh
intraembrional) ketika terjadi aliran darah saat pompa jantung berfungsi. Setelah hati
terbentuk, diduga hematopoiesis segera diambil alih fungsinya oleh hati. Pada sepertiga
akhir kebuntingan, proses hematopoiesis sepenuhnya diambil alih oleh sumsum tulang
(Sumarmin, 2016).
4. Bagaimanakah perkembangan sistem saraf pada perkembangan membra?
Sistem saraf berkembang dari jaringan embryonik yang disebut ectoderm.
Tanda pertama dari terjadinya perkembangan sistem saraf adalah terbentuknya neural
plate yang mulai dapat dilihat pada usia 16 hari perkembangan. Beberapa hari
selanjutnya terbentuklah parit/cekungan pada neural plate sehingga terbentuklah neural
groove. Pada embrio yang berumur dua minggu, di bagian medial ectoderm terjadi
sebuah lekukan yang makin lama makin dalam, sel-sel sekitar lekukan perkembangan
biak, batas tepi-tepi lekukan kiri dan kanan menutup.Pada usia 21 hari perkembangan,
neural groove berkembang menjadi neural tube. Bagian rostral (depan) dari neural tube
akan berkembang menjadi otak, sedangkan bagian belakang akan berkembang menjadi
medulla spinalis. Sedangkan sel-sel neural crest akan berkembang menjadi sistem saraf
tepi (Bates et al., 2002).
Pada ujung depan neural tube akan terbentuk 3 area otak mayor, yaitu:
prosencephalon (forebrain), mesencephalon (midbrain), dan rhombencephalon
(hindbrain). Permukaan ektoderm menjadi satu lagi sel-sel yang berkembang baik
sekitar ruangan lekukan terpisah dari permukaan dan bentuk sebuah bumbung.
Bumbung ini memanjang ke depan dan ke belakang. Di ujung depan terbentuk otak, di
bagian belakangnya terbentuk medulla spinalis. Di bagian depan terbentuk tiga
benjolan. Benjolan-benjolan ini berturut-turut dari belakang ke depan disebut
rombensefalon, mesensefalon, dan prosencephalon. Rombensefalon berkembang
menjadi melensefalon dan metensefalon. Melesenfalon kemudian membentuk medulla
oblongata dan pons. Metensefalon di bagian dorsal membentuk serebellum (otak kecil).
Prosensefalon berkembang membentuk diensefalon dan telensefalon. Telensefalon
kemudian berkembang menjadi serebelum (otak besar). Dari diensefalon dan
4
telensefalon tumbuh tonjolan yang disebut tonjolan optic, yang kemudian membentuk
saraf mata ke-II (nervus optikus). Di sisi kiri dan kanan dari bumbung saraf sebelah
belakang ada sel-sel ektodem yang memisahkan diri pada tempat-tempat tertentu yang
kemudian membentuk ganglion vertebralis atau ganglion spinal. Di sekitar sumbu
embrion, ektoderm, dan mesoderm membentuk segmen segmen. Pada bumbung saraf,
segmen-segmen ini bergabung menjadi satu membentuk medulla spinalis. Dari
mesoderm berkembang otot dan tulang. Segmentasi tulang tampak pada vertebra. Otot-
otot pada Llfirlrmnya terbentuk dari persatuan beberapa segmen otot, disebut miotom
segmen tulang disebut osteotom, segmen saraf medulla spinalis disebut mielotom.
Segmen kulit disebut dermaton dan segmen saraf disebut neurotom. Tiap neuron
mensarafi dermatom, miotom, dan osteotom yang sesuai. Di bagian servikal terdapat 8
segmen, torakal 72 segmen, lumbal 5 segmen, sakral 5 segmen, dan kogsegela 2-3
segmen. Di dalam medulla spinalis, sel-sel neuro terkumpul di bagian tengah
membentuk zat kelabu subtansian grisea, yang berbentuk seperti kupu-kupu. Di dalam
batang otak, zat kelabu juga terdapat di bagian tengah lebih dekat ke ventrikel-ventrikel.
Di dalam serebrum dan sebulum zat kelabu terdapat di permukaan membentuk korteks.
Zat putih atau subtansia alba berisi serat-serat saraf, yaitu akson (sumbu prosesus atau
juluran sel saraf yang menghantar rangsangan keluar dari pusat sel) dan dendrit dendrit
dalam subtansia alba, sebelum dan batang otak juga terdapat kumpulan-kumpulan
badan sel neuron yang juga disebut mikleus. Pada usia 7 minggu perkembangan, ketiga
area tersebut akan terpecah lagi, disebut proses encephalization (Hollyday, 1990).
5
terisolasi (Beauchamp, et. al., 2000). Pada penelitian ini, sel otot skelet yang masih
viabel diisolasi dari jaringan otot dengan pencernaan enzimatik collagenase. Dengan
teknik ini dapat diisolasi sel oto skelet (myofiber) yang utuh lengkap dengan kohort sel-
sel satelit yang berada di bawah basal lamina sehingga memungkinkan sel otot skelet
dan sel satelit mudah diamati (Yablonka-Reuveni, 2011). Pada saat dikultur, sel-sel
satelit mengalami proliferasi dan menghasilkan sel-sel yang akan menjadi myoblast lalu
berdiferensiasi dengan menghasilkan myotube yang multinuklear. Penelitian terbaru
yaitu dengan transplantasi sel otot skelet (myofiber) tunggal ke dalam otot host yang
membuktikan bahwa sel satelit telah memang disumbangkan oleh myofiber donor dan
sel satelit telah bertindak sebagai sel induk myogenic in vivo. Seel satelit ini mampu
menghasilkan myofiber baru dan sel satelit baru (Collins, et al., 2005). Oleh karena itu
sel satelit dapat disebut sebagai stem cell karena memenuhi kriteria yaitu memiliki
kemampuan untuk berdiferensiasi menjadi sel yang berbeda dan mampu
mempertahankan populasinya dengan self-renewal.
6. Anomali apa sajakah yang dapat terjadi dalam perkembangan membra?
Anomali yang dapat terjadi dalam perkembangan membra, antara lain adalah amelia,
ectromelia, acheiria atau apodia, phocomelia, hemimelia, meromelia, ektrodaktili,
polidaktili, sindaktili, brakidaktili. Amelia merupakan kelainan atau anomali yang
ditandai dengan tidak adanya seluruh ekstremitas atau membra baik tangan maupun
kaki. Ectromelia merupakan kelainan atau anomali yang ditandai dengan tidak
sempurnanya satu atau lebih ekstremitas. Acheiria atau apodia merupakan kelainan atau
anomali yang ditandai dengan tidak adanya kedua tangan atau kedua kaki. Phocomelia
merupakan kelainan atau anomali yang ditandai dengan adanya ekstremitas tetapi tidak
sempurnanya perkembangan ekstremitas pada bagian lengan dan lengan bawah, paha
dan kaki (Seligman, 1961). Hemimelia merupakan kelainan atau anomali yang ditandai
dengan tidak adanya bagian aksial sebelum atau setelah ekstremitas. Ektrodaktili
merupakan merupakan kelainan atau anomali yang ditandai dengan kurangnya jumlah
jari pada ekstremitas, sedangkan polidaktili merupakan kelainan atau anomali yang
ditandai dengan adanya tambahan jumlah jari pada ekstremitas tetapi jari tersebut tidak
berfungsi dengan karena tidak memiliki tendon. Sindaktili merupakan kelainan atau
anomali yang ditandai dengan adanya hubungan di antara jari-jari yang dapat berupa
hubungan tulang dengan tulang, kulit, dan jaringan lunak yang disebabkan karena tidak
terjadinya pemisahan jari di bagian distal sendiri metacarpophalangeal. Brakidaktili
merupakan kelainan atau anomali yang ditandai dengan pendeknya ukuran jari bila
dibandingkan dengan ukuran normal jari (Nabila et al., 2017).
7. Evaluasi apakah yang dapat digunakan untuk mengkonfirmasi argumentasi anda?
HOXD13 merupakan gen yang termasuk ke dalam homeobox transcription factors
yang berperan dalam perkembangan embrio seperti pada perkembangan membra distal.
Penelitian yang dilakukan oleh Mortlock (1997) membuktikan bahwa mutasi
homeodomain yang terjadi pada gen HOXD13 dapat menyebabkan kelainan
brakidaktili. Selain brakidaktili, penelitian yang dilakukan oleh Brison dkk. (2014) juga
membuktikan bahwa mutasi pada gen HOXD13 juga dapat menyebabkan sindaktili dan
polidaktili.
DAFTAR PUSTAKA
6
Bates, D., Taylor, G. I., & Newgreen, D. F., 2002. The pattern of neurovascular development
in the forelimb of the quail embryo. Developmental Biology, 249(2), pp. 300-320.
Beauchamp, J.R., L. Heslop, D.S. Yu, S. Tajbakhsh, R.G. Kelly, A. Wernig, M.E. Buckingham,
T.A. Partridge, and P.S. Zammit. 2000. Expression of CD34 and Myf5 defines the majority of
quiescent adult skeletal muscle satellite cells. The Journal of cell biology. 151:1221-1234.
Brison, N., Debeer, P. and Tylzanowski, P., 2014. Joining the fingers: a HOXD13 Story.
Developmental Dynamics, 243(1), pp.37-48.
Collins, C.A., I. Olsen, P.S. Zammit, L. Heslop, A. Petrie, T.A. Partridge, and J.E. Morgan
2005. Stem cell function, self-renewal, and behavioral heterogeneity of cells from the adult
muscle satellite cell niche. Cell. 122:289-301.
Mortlock, D.P., 1997. Mutations in the Hoxa-13 gene that affect mouse and human limb
development. University of Michigan.
Nabila, E., Nita, S. and Larasati, V., 2017. Faktor Risiko Sindaktili dan Polidaktili pada
Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di Instalasi Bedah RSUP Dr. Mohammad Hoesin dan
RSAD Dr. AK Gani Periode 1 Januari 2013-30 Juni 2017. Majalah Kedokteran Sriwijaya,
49(3), pp.138-147.
Tortora, G. J., & Derrickson, B. (2017). Principles of Anatomy & Physiology (15th ed.). John
Wiley & Sons.
Wiryawan, I, G. N. S., Sel Satelit. Prodi Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universtas Udayana, Bali, pp. 1-15.
Yablonka-Reuveni, Z. 2011. The skeletal muscle satellite cell: still young and fascinating at
50. The journal of histochemistry and cytochemistry : official journal of the Histochemistry
Society. 59:1041-1059.
7
Nugrahaningsih. & Yuniastuti, A. 2014. IDENTIFIKASI APOPTOSIS DENGAN METODE
TUNEL PASCA PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO DAN PENGARUHNYA
TERHADAP VOLUME TUMOR. Jurnal Sains dan Teknologi, 12(2), pp. 139 - 146.
Zammit, P.S., T.A. Partridge, and Z. Yablonka-Reuveni. 2006. The skeletal muscle satellite
cell: the stem cell that came in from the cold. The journal of histochemistry and cytochemistry
: official journal of the Histochemistry Society. 54:1177-1191.
8
LEMBAR KERJA MAHASISWA STUDI KASUS-3
SubCPMK: Menjelaskan mekanisme dan peranan gen dalam penentuan lokasi membra
[C2]
SubCPMK : Menjelaskan mekanisme dan peranan gen dalam pembentukan tunas
membra [C2]
9
SubCPMK : Menjelaskan mekanisme perkembangan membra pada sumbu prosimal-
distal [C2]
SubCPMK : Menjelaskan interaksi antara apical ectodermal ridge dan mesenkin
membra [C2]
SubCPMK : Menjelaskan mekanisme perkembangan membra pada sumbu anterior-
posterior [C2]
SubCPMK : Menjelaskan mekanisme perkembangan membra pada sumbu dorso-
ventral [C2]
SubCPMK : Menjelaskan vaskularisasi pada perkembangan membra [C2]
SubCPMK : Menjelaskan inervasi dalam perkembangan membra [C2]
SubCPMK : Menjelaskan perkembangan muskulo-skeletal dalam perkembangan
membra [C2]
CPMK-11: Menjelaskan mekanisme, peranan gen dan anomali dalam organogenesis-3
(perkembangan organ reproduksi) [P1, P2, KU1, KU6, KK3, KK4]
SubCPMK: Mengidentifikasi bentuk dan penyebab anomali pada pada perkembangan
membra [C3]
CPMK-14: Menganalisis peranan biologi perkembangan sebagai central organizing diciplin
in biology [S3, S5, P7, KU1, KU6, KK3, KK4 ,KK7]
10
2. Mahasiswa mempelajari pertanyaan-pertanyaan pengarah untuk membantu mencari
referensi yang relevan. Makasiswa dapat menggunakan referensi yang disarankan
dalam RPS maupun referensi lain yang relevan.
3. Mahasiswa berdiskusi dalam kelompok sesuai dengan ketentuan yang telah
disepakati dalam kontrak pembelajaran.
4. Mahasiswa membuat makalah/resume hasil diskusi dan dikumpulkan pada
pertemuan ke-10, lengkap dengan Nama dan NIM anggota kelompok
5. Pada pertemuan ke 11 mahasiswa mempresentasikan makalah/resume kelompok
masing-masing. Kelompok yang tidak presentasi dinilai keaktifan dan
kontribusinya dalam diskusi kelas berdasarkan pertanyaan, tanggapan dan masukan
atas resume kelompok yang dipresentasikan.
6. Mahasiswa diminta menilai kontribusi rekan sekelompok pada saat diskusi
pembahasan Topik CBL di luar kelas. Nilai kerjasama diserahkan bersama dengan
penyerahan makalah/resume CBL.
JADWAL PELAKSANAAN
11
Kegiatan: Minggu ke-1
1. Informasi kasus diberikan pada saat
kontrak pembelajaran.
2. Diskusi kelompok di luar kelas untuk Minggu ke-9-10
memecahkan kasus
3. Penyerahan Paper dan PPT hasil diskusi Minggu ke-10
DAFTAR RUJUKAN
Utama:
1. Gilbert and Barresi. 2017. Developmental Biology 11th edition. Sinauer Associate Inc.
Sunderland, USA
2. Mueler, WA., M. Hassel, and M. Grealy. 2015. Development and Reproduction in Human
and Animal Model Species. Springer, London
3. Slack, JMW. 2006. Essential Developmental Biology 2nd edition. Blackwell Publishing,
Carlton, Australia
Pendukung:
1. Development http://dev.biologists.org/
2. International Journal of Developmental Biology http://www.ijdb.ehu.es/web/
3. Developmental Dynamic http://onlinelibrary.wiley.com/journal/
4. Mechanism of Development
http://www.elsevier.com/wps/find/journaldescription.cws_home/506090/description
5. Journal of Biology ccsenet.org/journal/index.php/ijb
12
13