Anda di halaman 1dari 46

PEDOMAN PRAKTIKUM

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 2

REVISED

oleh:

Dra. SRI ASTUTI, MS


Dra. ROCHMAH SUPRIATI, M.Sc.
EVELYNE RIANDINI, S.Si, M.Si
FATIMATUZZAHRA, S.Pd, M.Sc

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI BIOLOGI
2019
1/48

Peraturan Laboratorium

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

1. Tidak diijinkan memasuki ruangan dan mengikuti kegiatan praktikum menggunakan

alas kaki sendal/ selop.

2. Setiap praktikan harus menggunakan baju kerja (jas-lab).

3. Setiap pemakai laboratorium memelihara kebersihan, kerapian, dan ketertiban

pemakaian alat atau zat dalam laboratorium.

4. Tidak membuang atau membiarkan kertas atau apapun jatuh di lantai.

5. Setelah selesai memakai alat gelas, cangkir, dan sebagainya tidak dibiarkan di

tempat umum seperti dalam oven atau tempat di sisi oven ataupun di dalam tempat

cuci (washbag).

6. Untuk menjaga agar aliran air (drainage) tidak tersumbat di tempat cuci, jangan

membuang sampah kertas, tanah, atau apa saja ke tempat cuci.

Revised by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra


2/48

IDENTITAS MATA PRAKTIKUM

Nama mata praktikum : STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN 2

sks : 1 (2-1)

Semester : Genap

Pengasuh mata praktikum : Dra. Sri Astuti, M.S.


Dra. Rochmah Supriati, M.Sc
Evelyne Riandini, S.Si, M.Si
Fatimatuzzahra, S.Pd, M.Sc

Jumlah tatap muka : 30 jam

Aturan lain dalam praktikum :

1. Setiap praktikum harus memakai pakaian praktikum (jas-lab).


2. Tidak diijinkan mengikuti praktikum jika memakai sendal/ selop.
3. Tidak diijinkan mengikuti praktikum jika terlambat lebih dari 15 menit.
4. Tidak diijinkan mengikuti praktikum jika bahan praktikum tidak lengkap.
5. Kehadiran tidak boleh kurang dari 80 %.
6. Tidak ada pengulangan mata acara praktikum.
7. Kuis dilakukan pada setiap awal praktikum.

Revised by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra


3/48

BAB 1
PERSIAPAN PRAKTIKUM

Dalam praktikum ini akan dipelajari serta diamati struktur tumbuhan yang telah
diuraikan dalam kuliah. Oleh karena itu, hubungan antara praktikum dengan kuliah
sangat erat, bahkan merupakan sebagian dari padanya. Sebelum memasuki ruangan
praktikum pada hari tertentu, disamping penuntun praktikum perlu pula dipelajari teori/
uraian materi yang relevan beserta buku acuan yang berhubungan dengan kegiatan
praktikum.

A. Keperluan praktikum serta beberapa petunjuk

1. Alat-alat : a. kaca benda 6 buah


b. kaca penutup 18x18 mm = 6 buah
c. pipet
d. silet tajam
e. pinset
f. jarum bertangkai
g. lap bersih dari kain linen atau katun yang sudah sering dicuci
sehingga tidak berbulu; untuk membersihkan alat-alat.
h. tisue
2. Buku gambar praktikum, buku catatan, dan buku kuis.
3. Pensil HB atau 2B yang runcing, karet penghapus.

B. Buku praktikum (buku gambar)


Dalam buku ini dibuat gambar-gambar bagian tumbuhan yang telah diamati dan
ditulis semua jawaban pertanyaan yang ada dalam penuntun praktikum.
a. Setiap hari praktikum dicatat tanggal pelaksanaan per kegiatan, pada sebelah
kanan atas dalam kolom etiket yang memuat : (1) nama tumbuhan/ bagian
tumbuhan, (2) reagen yang digunakan, (3) perbesaran yang digunakan.
b. Pergunakan pinsil tajam. Buatlah garis-garis yang bersambungan dan segera
selesaikan gambar lengkap dengan keterangannya. Keterangan gambar diiringi
dengan garis-garis penunjuk mendatar, berurutan, dan tidak saling
memotong.
c. Menggambar, memberi label/ etiket, judul maupun menjawab pertanyaan dibuat
dengan pensil tajam sejelas dan serapi mungkin.

C. Cara membuat sediaan


Walaupun untuk beberapa kegiatan praktikum digunakan sediaan awetan, namun
sebagian besar dari sediaan yang akan diamati harus dibuat sendiri.
Langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Letakkan setetes reagen (air, anilin sulfat, atau lainnya) dengan pipet pada kaca
benda yang bersih, tidak berlemak dan tidak berdebu.
2. Buatlah sayatan dari bahan yang hendak dilihat setipis mungkin, dengan arah
penyayatan ke arah diri/ badan.
3. Dengan menggunakan pinset atau jarum, sayatan bahan dipindahkan ke atas
reagen tersebut (1).
4. Tutup dengan kaca penutup yang juga telah bersih dengan hati-hati, dengan
cara:
Satu sisi kaca penutup diletakkan pada tetesan atau menyentuh tetesan,
sehingga reagen melekat padanya. Sisi berlawanan ditahan dengan jarum
kemudian diturunkan perlahan sampai seluruh objek tertutup. Kelebihan tetesan
reagen dikeringkan dengan tisue. Usahakan jangan ada gelembung udara yang

Revised by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra


4/48

terbentuk, karena akan mengganggu pengamatan saudara.

D. Cara menggunakan dan merawat mikroskop


Selama praktikum saudara mempergunakan mikroskop listrik atau cahaya. Alat optik
ini sangat halus sehingga perlu penangan yang hati-hati.
Bagian-bagian mikroskop (lihat Gambar) :
1. Okuler terdiri atas susunan lensa, biasanya 2 buah dengan perbesaran masing-
masing 6x dan 10x
2. Objektif juga merupakan susunan lensa,biasanya 3 buah dengan perbesaran
masing-masing 4x, 10x, 45x, dan/ atau 100x. Objektif kuat lebih pendek
daripada objektif lemah. Ketiga objektif diletakkan pada revolver.
3. Revolver (penukar objektif berputar), untuk mengganti objektif cukup memutar
revolver saja sampai terasa berdetak.
4. Tubus menghubungkan okuler dengan objektif. Pada mikroskop yang digunakan
dalam praktikum ini ada 2 macam :
a. yang tidak dapat dinaik-turunkan (Mik. ‘Spencer O & A)
b. yang dapat dinaik-turunkan dengan sekrup penggerak kasar dan halus (Mik.
‘Reichert’)
5. Meja sediaan, terdapat 2 jepitan untuk memegang kaca benda, atau pemegang
yang dapat digerakkan sagital (depan-belakang) dan frontal (kiri-kanan). Pada
mikroskop ‘Spencer’ terdapat sekrup untuk menaik-turunkan meja.
6. Kondensor untuk mengumpulkan cahaya, dapat dinaik-turunkan dengan sekrup
penjedal kondensor.
7. Diafragma iris di bawah kondensor, untuk mengatur banyak cahaya yang masuk.
Di bawahnya ada cincin filter yang dapat digeser keluar-masuk.
8. Cermin, gunanya untuk mengarahkan cahaya. Dapat diputarbalikkan sehingga bisa
dipakai cermin cekung atau cermin datar. Untuk mikroskop listrik cermin ini
tidak ada, tetapi diganti dengan lampu yang mencarkan cahaya terfokus.
9. Pemegang.
10. Kaki mikroskop.

E. Memperkirakan perbesaran
Perbesaran yang kita lihat merupakan perbesaran okuler dikalikan dengan
perbesaran objektif.
Dengan menggunakan mikrometer objek, saudara dapat menentukan diameter kedua
lintang pandang mikroskop, yaitu pada susunan lensa berikut :
Objektif 10x dengan okuler 10x
45x dengan okuler 10x
Catat hasilnya dengan cermat dalam buku catatan saudara untuk dapat digunakan
selanjutnya.

Perkiraan perbesaran gambar:


Bila : a = jumlah sel yang bisa disejajarkan sepanjang lintang pandang
d = diameter lintang pandang dalam mikron, 
y = panjang sel dalam mikron, 
Maka : y = d/a
Jika panjang gambar saudara = b cm, maka perbesaran gambar saudara adalah:
b/y x 104
a. Gambarlah bagian rambut dengan satu sel yang dilihat dari luar, dan satu sel lain
dilihat dari dalam.
b. Tentukan perbesaran gambar sel saudara.

Revised by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra


1

Peraturan Laboratorium

STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN

1. Tidak diijinkan memasuki ruangan dan mengikuti kegiatan praktikum menggunakan

alas kaki sendal/ selop.

2. Setiap praktikan harus menggunakan baju kerja (jas-lab).

3. Setiap pemakai laboratorium memelihara kebersihan, kerapian, dan ketertiban

pemakaian alat atau zat dalam laboratorium.

4. Tidak membuang atau membiarkan kertas atau apapun jatuh di lantai.

5. Setelah selesai memakai alat gelas, cangkir, dan sebagainya tidak dibiarkan di

tempat umum seperti dalam oven atau tempat di sisi oven ataupun di dalam tempat

cuci (washbag).

6. Untuk menjaga agar aliran air (drainage) tidak tersumbat di tempat cuci, jangan

membuang sampah kertas, tanah, atau apa saja ke tempat cuci.


2

BAB 1
PERSIAPAN PRAKTIKUM

Dalam praktikum ini akan dipelajari serta diamati struktur tumbuhan yang telah
diuraikan dalam kuliah. Oleh karena itu, hubungan antara praktikum dengan kuliah sangat
erat, bahkan merupakan sebagian dari padanya. Sebelum memasuki ruangan praktikum
pada hari tertentu, disamping penuntun praktikum perlu pula dipelajari teori/ uraian
materi yang relevan beserta buku acuan yang berhubungan dengan kegiatan praktikum.

A. Keperluan praktikan serta beberapa petunjuk

1. Alat-alat : a. kaca benda 6 buah


b. kaca penutup 18x18 mm = 6 buah
c. pipet
d. silet tajam (baru)
e. pinset
f. jarum bertangkai kayu atau stainless
g. lap bersih dari kain linen atau katun yang sudah sering dicuci
sehingga tidak berbulu; untuk membersihkan alat-alat.
h. tisue
2. Buku gambar praktik, buku catatan, dan buku kuis.
3. Pensil HB atau 2B yang runcing, karet penghapus.

B. Buku praktikum (buku gambar)


Dalam buku ini dibuat gambar-gambar bagian tumbuhan yang telah diamati dan
ditulis semua jawaban pertanyaan yang ada dalam penuntun praktikum.
a. Setiap hari praktikum dicatat tanggal pelaksanaan per kegiatan, pada sebelah
kanan atas dalam kolom etiket yang memuat : (1) nama tumbuhan/ bagian
tumbuhan, (2) reagen yang digunakan, (3) perbesaran yang digunakan.
b. Pergunakan pinsil tajam. Buatlah garis-garis yang bersambungan dan segera
selesaikan gambar lengkap dengan keterangannya. Keterangan gambar diiringi
dengan garis-garis penunjuk mendatar, berurutan, dan tidak saling
memotong.
c. Menggambar, memberi label/ etiket, judul maupun menjawab pertanyaan dibuat
dengan pensil tajam sejelas dan serapi mungkin.

C. Cara membuat sediaan


Walaupun untuk beberapa kegiatan praktikum digunakan sediaan awetan, namun
sebagian besar dari sediaan yang akan diamati harus dibuat sendiri.
Langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Letakkan setetes reagen (air, anilin sulfat, atau lainnya) dengan pipet pada kaca
benda yang bersih, tidak berlemak dan tidak berdebu.
2. Buatlah sayatan dari bahan yang hendak dilihat setipis mungkin, dengan arah
penyayatan ke arah diri/ badan.
3. Dengan menggunakan pinset atau jarum, sayatan bahan dipindahkan ke atas
reagen tersebut (1).
3

D. Cara menggunakan dan merawat mikroskop


Selama praktikum saudara mempergunakan mikroskop listrik atau cahaya. Alat optik
ini sangat halus sehingga perlu penangan yang hati-hati.
Bagian-bagian mikroskop (lihat Gambar) :
1. Okuler terdiri atas susunan lensa, biasanya 2 buah dengan perbesaran masing-
masing 6x dan 10x
2. Objektif juga merupakan susunan lensa, biasanya 3 buah dengan perbesaran
masing-masing 4x, 10x, 45x, dan/ atau 100x. Objektif kuat lebih pendek
daripada objektif lemah. Ketiga objektif diletakkan pada revolver.
3. Revolver (penukar objektif berputar), untuk mengganti objektif cukup memutar
revolver saja sampai terasa berdetak.
4. Tubus menghubungkan okuler dengan objektif. Pada mikroskop yang digunakan
dalam praktikum ini ada 2 macam :
a. yang tidak dapat dinaik-turunkan (Mik. ‘Spencer O & A)
b. yang dapat dinaik-turunkan dengan sekrup penggerak kasar dan halus (Mik.
‘Reichert’)
5. Meja sediaan, terdapat 2 jepitan untuk memegang kaca benda, atau pemegang
yang dapat digerakkan sagital (depan-belakang) dan frontal (kiri-kanan). Pada
mikroskop ‘Spencer’ terdapat sekrup untuk menaik-turunkan meja.
6. Kondensor untuk mengumpulkan cahaya, dapat dinaik-turunkan dengan sekrup
penjedal kondensor.
7. Diafragma iris di bawah kondensor, untuk mengatur banyak cahaya yang masuk.
Di bawahnya ada cincin filter yang dapat digeser keluar-masuk.
8. Cermin, gunanya untuk mengarahkan cahaya. Dapat diputarbalikkan sehingga bisa
dipakai cermin cekung atau cermin datar. Untuk mikroskop listrik cermin ini
tidak ada, tetapi diganti dengan lampu yang memencarkan cahaya terfokus.
9. Pemegang.
10. Kaki mikroskop.

E. Memperkirakan perbesaran
Perbesaran yang kita lihat merupakan perbesaran okuler dikalikan dengan
perbesaran objektif.
Dengan menggunakan mikrometer objek, saudara dapat menentukan diameter kedua
lintang pandang mikroskop, yaitu pada susunan lensa berikut :
Objektif 10x dengan okuler 10x
45x dengan okuler 10x
Catat hasilnya dengan cermat dalam buku catatan saudara untuk dapat digunakan
selanjutnya.

CONTOH Perkiraan perbesaran gambar:


Bila : a = jumlah sel yang bisa disejajarkan sepanjang lintang pandang
d = diameter lintang pandang dalam mikron, 
y = panjang sel dalam mikron, 
Maka : y = d/a
Jika panjang gambar saudara = b cm, maka perbesaran gambar saudara adalah:
PERTEMUAN 1 dan 2
BAB 2
SEL

Sel merupakan kesatuan struktur fisiologis terkecil dari organisma dan dapat
bereproduksi. Sel tumbuhan terdiri dari protoplasma yang dikelilingi oleh dinding sel.
Biasanya dinding sel dianggap sebagai ‘bagian mati’, sedangkan protoplas ‘bagian yang hidup’
dari sel. Karena itu protoplas tidak terdapat pada sel mati, walaupun seringkali masih
terdapat sisa-sisanya dalam lumen sel.
Bentuk sel bermacam-macam. Ada yang berbentuk seperti kubus, prisma, silinder,
bulat sampai bulat telur, dan lain-lain. Panjang sel juga bervariasi, berkisar antara satuan 
(: mikron), bahkan ada yang mencapai panjang 25 cm.
Sel yang masih hidup dicirikan dengan keberadaan protoplas, yang dapat dicermati
dengan memperhatikan kekhasan organel sel tumbuhan, yaitu plastida dan vakuola. Sifat
yang sangat menonjol pada protoplas hidup adalah aliran plasma yang dapat berlangsung
dalam satu arah (rotasi) ataupun lebih dari satu arah (sirkulasi). Hal ini dapat diamati
dengan mengikuti gerak benda-benda dalam sitoplasma, seperti plastida, inti, ataupun
mitokondria.

Kegiatan 1. SEL MATI DAN SEL HIDUP

Tujuan : 1. Mengamati sel mati dan sel hidup


2. Membandingkan sel mati dan sel hidup

Bahan dan Alat:


Rambut biji kapas (Gossypium sp);
rambut buah kapuk (Ceiba petandra);
epidermis umbi lapis bawang (Allium cepa)

Pelaksanaan:
1. Ambil satu helai rambut buah kapuk dan rambut biji kapas, letakkan pada kaca
benda terpisah yang telah diberi setetes air. Tutup dengan kaca penutup dan amati
di bawah mikroskop. Amati adanya torsi pada objek tersebut. Gambar dan beri
keterangan.
2. Ambil lapisan epidermis luar yang berwarna dari umbi lapis bawang merah. Letakkan
di atas kaca benda yang telah diberi setetes air dan tutup dengan kaca penutup.
Amati dengan seksama bagian-bagian sel. Gambar dan tunjukkan dinding sel,
sitoplasma, dan inti sel.

Kegiatan 2. ALIRAN PLASMA

Tujuan: 1. Mengamati aliran protoplasma di dalam sel


2. Membedakan aliran rotasi dengan sirkulasi

Bahan dan Alat:


bunga Rhoeo discolor yang belum mekar atau baru mekar dalam air;
daun Hydrilla verticilata dalam air

Pelaksanaan:
1. Ambil rambut filamen Rhoeo discolor dengan hati-hati, agar diperoleh sel yang
hidup. Letakkan di atas kaca benda yang telah diberi setetes air dan tutup dengan
kaca penutup. Aliran plasma dapat diamati dengan mengikuti gerakan mitokondria
dalam benang plasma atau bagian plasma dekat tepi dinding. Gambarkan beberapa
sel dengan memperlihatkan gerak protoplas.
2. Ambillah sehelai daun bagian pucuk Hydrilla. Letakkan di atas kaca benda yang telah
diberi setetes air dan tutup dengan kaca penutup. Amati dengan mikroskop.
Gambarkan beberapa sel mesofil dengan memperlihatkan gerak protoplas.

Kegiatan 3. PLASTIDA
Benda-benda sitoplasma yang memiliki struktur dan fungsi khusus, seperti
fotosintesis dan penyimpan. Pengelompokannya didasarkan pada ada atau tidak pigmen di
dalam plastida tersebut. Oleh karena itu dikenal :
Kloroplas
Plastida berwarna hijau, mengandung pigmen hijau, klorofil, dan kuning atau merah,
karotenoid ; karoten dan atau xantofil. Pada tumbuhan tingkat tinggi biasanya berbentuk
lensa, sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah mempunyai bentuk bermacam-macam,
seperti spiral atau pita, bulat. Dilihat dengan mikroskop biasa, terlihat berupa butiran atau
lebih homogen.
Kromoplas
Mengandung pigmen kuning, merah, atau merah-bata dari karotenoid. Kromoplas
sering berasal dari kloroplas, atau proplastida. Kromoplas memberi warna pada berbagai
organ tumbuhan, tetapi tidak semua warna disebabkan oleh pigmen plastida, disebabkan
dalam cairan vakuola ditemukan cairan berbagai pigmen antosian dan flavon. Perkembangan
pigmen berkaitan dengan modifikasi tilakoid. Beberapa kromoplas menyimpan pigmen dalam
globula, fibril protein, atau kristaloid.
Leukoplas
Plastida yang tidak mempunyai pigmen, tetapi bisa berubah menjadi kloroplas, bila
kena sinar matahari, atau kromoplas. Pada bagian tumbuhan yang tidak kena sinar matahari
atau berada di dalam tanah, plastida ini akan membentuk pati dan disebut dengan amiloplas.
Pada tumbuhan tertentu akan membentuk tetes minyak dan dinamakan elaioplas.

Tujuan: 1. Mengamati macam-macam jenis dan bentuk plastida


2. Membedakan macam-macam plastida

Bahan dan Alat:


Umbi wortel (Daucus carota), buah tomat (Lycopersicum esculentum),
umbi kentang (Solanum tuberosum) dibiarkan kena matahari beberapa minggu,
daun dari tumbuhan: Vanilla, Hydrilla verticilata, Spyrogira;

Pelaksanaan :
1. Buatlah sayatan tipis penampang melintang bagian korteks umbi wortel atau
mesokarp tomat dalam air. Gambarkan beberapa sel dengan kromoplas bermacam
bentuk.
2. Buatlah sayatan tipis penampang permukaan (paradermal) daun vanili dalam air.
Gambarkan beberapa sel epidermis. Tunjukkan elaioplas dikelilingi butir-butir
leukoplas, inti yang dikelilingi leukoplas, kristal berbentuk kubus.
3. Buatlah sayatan melintang umbi kentang melalui bagian yang hijau dalam air.
Gambarkan sel-sel dengan beberapa butir amilum serta amiloplas pada bagian dekat
permukaan atau epidermis.
4. Siapkan sehelai daun benang Spirogyra dalam air. Perhatikan kloroplas bentuk pita.
Gambarkan beberapa sel dengan kloroplas, dan inti sel.
5. Ambillah sehelai/ selembar daun bagian pucuk Hydrilla. Letakkan di atas kaca benda
yang telah diberi setetes air dan tutup dengan kaca penutup. Perhatikan kloroplas
bentuk lensa. Gambarkan beberapa sel dengan kloroplas dan inti sel.

Pertanyaan:
1. Manakah dari bahan percobaan saudara yang mengandung kloroplas, kromoplas,
amiloplas, dan elaioplas ?
2. Apa beda elaioplas dengan amiloplas ?
3. Apakah jenis plastida yang saudara temukan pada umbi kentang dan umbi wortel?

ZAT ERGASTIK

Kegiatan 4. PATI
Selain selulosa, pati merupakan karbohidrat yang paling umum terdapat pada
tumbuhan. Oleh karena itu, merupakan zat yang paling banyak terdapat sebagai bahan
makanan cadangan dalam tempat-tempat penyimpanan, seperti umbi, rizoma, dan biji.
Perbedaan pati dengan selulosa : selulosa tersusun atas molekul -glukosa, sedangkan pati
tersusun oleh molekul -glukosa.
Hal itu mengakibatkan perbedaan, seperti :
 I 2KI memberikan warna biru pada pati, tetapi mewarnai selulosa setelah ‘dijenuhkan’
(misalnya dengan ZnCl 2) dan mungkin telah terjadi hidrolisis sebagian.

Amiloplas dapat membentuk satu butir pati atau lebih. Titik awal pembentukan pati
disebut hilum/ hilus. Kemudian dibentuk lapisan-lapisan pati (lamella) di sekelilingnya.
Lapisan ini diduga karena perbedaan kadar air pada kedua zat pembentuk, yaitu amilosa
dan amilopektin. Kelarutan amilosa dalam air lebih besar daripada amilopektin. Oleh karena
itu, terlihat lapisan-lapisan pada pengamatan pati di dalam air.
Dalam pengujian pati, pada pemberian dengan I2KI amilosa memberikan reaksi warna
biru, sedangkan amilopektin berwarna coklat (mengapa ?).
Butiran pati berdasarkan jumlah hilusnya dibedakan menjadi:
a. Monoadelf/ monad, jika satu hilus untuk setiap satu sel pati,
b. Diadelf/ diad, jika dua hilus dikelilingi lamela bersama, dan
c. Poliadelf/ poliad, butir majemuk yang terdiri lebih dari 4 butiran hilus tetapi tidak
ada lamela bersama.
Dan butiran pati berdasarkan letak hilusnya dibedakan menjadi:
a. konsentrik, jika letak hilus di tengah
b. eksentrik, jika letak hilus di tepi

Tujuan: 1. Mengamati bermacam-macam bentuk amilum


2. Membedakan amilum berdasarkan jumlah dan letak hilusnya
3. Membandingkan komponen penyusun butir pati

Bahan dan Alat :


Umbi kentang (Solanum tuberosum), tepung singkong (Manihot esculenta);
tepung beras (Oryza sativa) dan beras-ketan (Oryza sativa var. glutinosa),;
10 mL larutan I2KI (0,3 g iodin + 1,5 g KI dalam 100 mL air).

Pelaksanaan :
1. Ambil sedikit kerokan bagian dalam umbi kentang dan sedikit tepung singkong
letakkan terpisah pada kaca benda sama, yang telah diberi setetes air, lalu tutup.
Amati butiran pati yang terlihat. Bedakan keduanya. Gambarkan sebuah pati
sederhana, pati setengah majemuk, dan pati majemuk. Tunjukkan hilum dan
lamelanya.
2. Ambil sedikit tepung beras dan tepung ketan, letakkan terpisah pada kaca benda
yang sama, yang telah diberi setetes air. Perhatikan butiran pati sederhana dan
majemuk pada kedua sediaan tersebut. Gambarkan beberapa butir pati majemuk
dari keduanya dengan jelas.
3. Pada langkah (2) beri setetes I2KI. Amati perubahan warna yang terjadi dan
bandingkan.

Pertanyaan:
1. Manakah bahan dari pengamatan saudara yang merupakan amilum konsentrik, dan
yang mana eksentrik ?
2. Apakah pada ketiga objek saudara ditemukan amilum eksentrik dan konsentrik
bersamaan ?
3. Bagaimana terjadinya korosi pada pati ?
4. Sebutkan jenis amilum berdasarkan letak dan jumlah hilusnya ?
5. Apa yang menyebabkan terjadinya lapisan-lapisan (lamella) pada butir pati ?
6. Apa yang menyebabkan perbedaan reaksi yang ditimbulkan antara pati beras dengan
beras-ketan jika dibubuhi larutan I2KI ?

Kegiatan 5. ALEURON
Pada sel tumbuhan, protein merupakan zat ergastik dan berbentuk padat.
Sebelumnya, protein cadangan itu larut dalam cairan sel. Misalnya pada biji, apabila biji-biji
itu mengering, maka protein tertinggal dalam vakuola (ingat tonoplas yang semipermeabel)
dan diduga posisi molekul protein berubah, sehingga terjadilah bentuk-bentuk mirip kristal.
‘Kristal protein’ yang terdapat di dalam vakuola semacam ini disebut butir aleuron. Bentuk
kristal protein ada yang bulat (globoid) atau tidak berbentuk, amorf (kristaloid).

Tujuan: 1. Mengamati butir aleuron dalam biji


2. Membedakan butir protein globoid dan kristaloid.

Bahan dan Alat:


Biji Ricinus communis (jarak) yang tua;,
buah Zea mays (jagung), biji Cucurbita mosqata (labu parang);
Reagen Milon (9 ml HNO3 pekat + 1 g Hg; encerkan dengan air bagiannya sama)

Pelaksanaan:
1. Ambil bagian dalam biji jarak, dan sayat tipis bagian endospermnya. Letakkan di
atas kaca benda yang telah diberi setetes air. Perhatikan sel-sel yang banyak berisi
aleuron, berbentuk butiran dan kristal. Untuk membedakan butir aleuron serap air
dengan tisu dan beri setetes reagen Milon dari tepi kaca penutup secara hati-hati.
Amati perubahan yang terlihat. Gambarkan beberapa sel endosperm yang berisi
aleuron; gunakan perbesaran 100x atau 400x.
2. Lakukan seperti (1) dengan sayatan melintang dinding buah jagung atau biji labu.

Pertanyaan:
1. Manakah bahan dari pengamatan saudara yang memiliki protein globoid, dan mana
yang kristaloid ?
2. Jelaskan proses terbentuknya butir aleuron !

Kegiatan 6. KRISTAL
Dalam sel tumbuhan sering ditemukan kristal. Biasanya kristal tersebut merupakan
kristal Ca-oksalat, terbentuk dari kelebihan kalsium dalam sel yang terikat pada hasil
metabolisme asam oksalat, yang dalam kadar tinggi berbahaya bagi tumbuhan. Kristal Ca-
oksalat terdapat dalam bentuk tetragonal dan monoklinal, dapat berupa butiran halus
(kristal pasir), berupa jarum tunggal atau majemuk (raphida), prisma tunggal atau majemuk
(drus).
Selain itu juga ditemukan kristal Ca-karbonat, Ca-malat, dan silikat (stegmata).

Tujuan: 1. Membedakan bentuk kristal tunggal dan majemuk.


2. Membedakan kristal pasir, prisma, dan jarum.

Bahan dan alat :


Batang dari tumbuhan : rimbang (Solanum torvum), kembang sepatu (Hibiscus rosa-
sinensis), labu (Cucurbita mosqata), suji (Pleomele angustifolia), bayam duri
(Amaranthus spinosus);
tangkai daun : pepaya (Carica papaya), Begonia ;
daun dari : karet merah (Ficus elastica), kembang pukul empat (Mirabilis jalapa),
nenas (Ananas communis);

Pelaksanaan :
1. Buatlah sayatan tipis penampang melintang batang rimbang atau bayam duri dalam
air. Gambarkan satu sektor dari epidermis sampai dengan beberapa sel korteks yang
berisi kristal-kristal kecil halus berbentuk butiran atau prisma.
2. Buatlah sayatan tipis penampang melintang tangkai daun begonia, pepaya, labu, atau
batang kembang sepatu dalam air. Gambarkan beberapa sel korteks yang berisi
kristal prisma tunggal atau majemuk.
3. Buatlah sayatan tipis penampang melintang daun bunga pukul empat, daun nenas,
atau penampang tangensial bagian korteks batang suji dalam air. Gambarkan sel
lendir yang berisi berkas kristal jarum dengan beberapa sel di sekitarnya.
4. Buatlah sayatan tipis penampang melintang daun karet dalam air. Perhatikan sel-sel
epidermis/ hipodermis dimana salah satu mengandung sistolit. Berikan setetes asam
cuka atau asam kuat lainnya. Catat apa yang terjadi ! Mengapa ?

Pertanyaan:
1. Manakah bahan dari pengamatan saudara ditemukan kristal bentuk prisma, rafida,
mau pun drus ?
2. Apakah pada satu bahan pengamatan hanya terdiri dari satu bentuk kristal saja ?
Yang manakah itu ?

Kegiatan 7. GULA
Inulin terjadi akibat polimerisasi fruktosa sebagai sferokristal dalam akar dan
umbi.

Tujuan: 1. Mengamati bentuk kristal inulin pada umbi Dahlia


2. Melihat pengaruh perubahan suhu (pemanasan) terhadap bentuk kristal

Bahan dan alat :


Umbi Dahlia dalam alkohol 96%;
10 ml larutan thymol 15 % dalam alkohol, 10 ml H2SO4 pekat; lampu Bunsen.

Pelaksanaan :
a. Buatlah sayatan tipis bagian korteks umbi dahlia dalam air. Tambahkan setetes
larutan thymol dan asam sulfat pekat. Kristal tampak berwarna merah-ceri.
Gambarkan beberapa sel sferokristal yang menunjukkan letak kristal-kristal inulin.
Panaskan sebentar sediaan di atas api Bunsen. Catat apa yang terjadi dengan kristal
itu setelah pemanasan !

Pertanyaan:
1. Bagaimana saudara membedakan gula tebu dari gula (inulin) pada umbi Dahlia ?
2. Mengapa terjadi perubahan bentuk pada kristal inulin setelah dipanaskan ?

Kegiatan 8. DINDING SEL


Dinding sel pada tumbuhan merupakan struktur sel yang paling mencolok dilihat di
bawah mikroskop. Adanya dinding sel merupakan perbedaan utama antara sel tumbuhan dan
sel hewan.
Dalam pembentukan dinding sel adakalanya beberapa bagian dinding tidak mengalami
penebalan yang akan membentuk celah-celah. Ukuran celah dan bentuknya tergantung pada
proses pembentukan dan penebalan dinding sel. Celah pada dinding sel ada yang sederhana,
berhalaman-berpasangan, setengah berhalaman dan lain-lain.
Dinding sel mempunyai struktur fisik dengan sifat kimia yang berbeda. Diantara dua
buah sel yang berdampingan terdapat substansi antarsel. Dinding sel dibedakan menjadi 3
bagian pokok, yaitu:
1. substansi antarsel,
2. dinding primer, dan
3. dinding sekunder.
Pada sel yang baru dibentuk terdapat dinding primitif yang tipis tersusun oleh zat
pektin atau protopektin yang disebut lamela tengah. Pada jaringan berkayu, lamela tengah
ini mengandung lignin. Lignin dengan floroglusin-alkohol dan HCl akan memberi reaksi warna
merah-ungu, sedangkan dengan anilin sulfat memberi reaksi warna kuning.

Tujuan: 1. Mengamati penebalan dinding dan hubungan antarsel.


2. Membedakan bentuk sel dari penampang melintang, radial, dan tangensial.
3. Membedakan bentuk-bentuk noktah pada dinding sel.
4. Membedakan struktur dinding sel.

Bahan dan Alat :


Empulur ubi kayu, singkong (Manihot esculenta), gabus botol atau tutup botol
(Quercus), maserasi batang Pinus (awetan), endokarp kelapa (Cocos nucifera),
endokarp biji asam (Tamarindus indica);
10 ml larutan florogusin 10 % dalam alkohol 95 %, 10 ml HCl 25 %.

Pelaksanaan
1. Buatlah sayatan penampang melintang, radial, dan tangensial dari potongan gabus
botol Quercus. Gambarkan susunan sel-sel dalam setiap penampang yang tampak.
2. Siapkan sayatan melintang empulur singkong dalam air. Sel-sel parenkim berdinding
tipis dan berisi sisa-sisa protoplas yang telah mati. Terdapat kristal-kritstal kecil
yang tampak mengikuti gerak Brown. Pada dinding sel terdapat tempat-tempat yang
lebih tipis daripada tempat lain dimana terjadi hubungan antara isi sel satu dengan
yang lainnya, yaitu celah sederhana (simple pits). Gambarkan susunan sel-sel yang
berdekatan dengan perbesaran 400x perhatikan struktur dinding selnya. Tunjukkan
celah, lamel-tengah, dinding sel, dan kristal (kalau ada).
3. Gambarkan satu sel maserasi dari kayu Pinus. Tentukan sel apa ? Perhatikan
struktur dinding sel dan gambarkan sebuah noktah yang terlihat dengan
menunjukkan noktah, border.
4. Ambil kerokan tipis endokarp kelapa atau biji asam. Beri setetes floroglusin-
alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl 25 %.
Perhatikan struktur dinding sel dan gambar beberapa sel berdekatan. Tunjukkan
celah, lumen, dan dinding sel.

Pertanyaan:
1. Apa yang dimaksud dengan noktah ?
2. Jelaskan penebalan aposisi dan intersusepsi ?
3. Sebutkan macam noktah yang saudara ketahui.
Gambar 1. Plastida dan zat ergastik. A. badan pigmen dari korteks umbi Daucus; B. badan pigmen dari
perikarp Lycopersicum; C. kromoplas Capsicum; D-F. Butir pati sederhana dan majemuk Solanum tuberosum:
butir pati sederhana (D), butir pati majemuk (E), butir pati setengah majemuk (F); G. Butir pati majemuk
Oryza; H. Butir pati Pisum, I. butir pati Phaseolus; J. Butir pati Musa; K. Butir pati Ipomoea, L. Butir pati
Triticum, M. Butir pati Zea, N. Butir pati Sago; O. Kristal drus Carica papaja; P. Kristal rafida.
Q.Sfaerokristal inulin dalam sel umbi Dahlia; R. butir aleuron dalam sel endosperm Ricinus communis. (Dikutip
dari Strasburger, Paladin, and Troll; Esau)
Gambar 2. Sayatan potongan gabus botol Quercus : Gambar 3. Sel endokarp Cocos nucifera setelah
tangensial (A), radial (B), dan melintang (C); diberi floroglusinol dan HCl
8/49

PERTEMUAN 3 dan 4
BAB 3
JARINGAN

Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang dilekatkan satu dengan lainnya oleh
suatu zat ‘perekat’, terutama terdiri atas pektin. Di dalam kumpulan sel itu dapat
dibedakan kelompok sel tertentu yang berbeda struktur dan fungsinya dinamakan
jaringan. Jaringan dapat dibentuk oleh sel-sel yang relatif sederhana tersusun dari satu
macam sel : jaringan sederhana (‘simple tissue’) atau lebih dari satu macam sel :
jaringan majemuk atau jaringan kompleks (‘complex tissue’).

A. JARINGAN SEDERHANA

EPIDERMIS
Epidermis merupakan jarigan penyusun tubuh tumbuhan yang letaknya paling luar,
umumnya terdiri dari satu lapis sel. Berfungsi melindungi bagian organ sebelah dalam,
sehingga disebut juga jaringan pelindung.
Pada batang, epidermis mempunyai turunan (derivat), misalnya sel-sel silika, sel
panjang, sel pendek, sedangkan pada daun antara lain trikomata, stomata.
Bentuk trikomata ada yang berupa sisik, bintang, bercabang, atau pun berkelenjar.
Tipe stomata berdasarkan kedudukannya terhadap epidermis dibedakan atas (a)
tipe kriptopor (terletak lebih rendah/ di bawah epidermis), dan (b) tipe faneropor
(terletak sejajar atau lebih tinggi dari epidermis).
Berdasarkan susunan sel penutup terhadap sel pengiring, maka tipe stomata
dapat dibedakan atas: (a) parasitik, sumbu sel penutup sejajar dengan sumbu sel
pengiring; (b) diasitik, sumbu sel penutup tegak-lurus terhadap sel pengiring; (c)
anisositik, sel penutup dikelilingi oleh tiga sel pengiring yang mana satu selnya lebih
kecil; (d) anomositik, sel penutup dikelilingi oleh lebih dari tiga sel pengiring yang tidak
dapat dibedakan dengan sel epidermis lainnya; (e) sentris, sel penutup dikelilingi oleh
lebih dari tiga sel pengiring yang sama bentuknya dan tersusun melingkar.

Kegiatan 9. EPIDERMIS

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam bentuk epidermis


2. Membedakan sel silika, sel gabus, sel panjang, dan sel pendek.

Bahan dan Alat:


Batang muda tebu (Saccharum officinarum);

Pelaksanaan :
1. Buatlah sayatan permukaan (paradermal) dari batang tebu setipis mungkin, lalu
letakkan pada kaca benda yang telah ditetesi air. Amati di bawah mikroskop.
Tunjukkan adanya sel gabus, sel silika, sel panjang, dan sel pendek. Gambarkanlah
beberapa sel.

Kegiatan 10. TRIKOMATA

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam bentuk trikomata.


2. Membedakan trikoma sel tunggal dan sel majemuk, berkelenjar dan tidak.

Bahan dan alat:


daun : waru (Hibiscus tiliaceus), nangka (Arthocarpus heterophyllus);
durian (Durio zibethinus), tembakau (Nicotiana tabaccum)

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


9/49

Pelaksanaan Kerja:
1. Buatlah sayatan permukaan (paradermal ) epidermis daun waru atau nangka dan
letakkan di atas kaca benda yang telah diberi setetes air dan tutup. Tunjukkan sel
epidermis, sel kaki, dan sel kelenjar yang tampak. Nyatakanlah apakah sel itu mati
atau hidup ? Mengapa?
2. Ambillah rambut sisik, rambut bintang, dan rambut kelenjar dari epidermis bawah
daun durian, waru/ nangka, tembakau. Letakkan di atas kaca benda yang telah
diberi setetes air dan tutup. Gambarkan beberapa sel dan tunjukkan bagian-
bagian sel yang tampak.

Pertanyaan:
1. Sebutkan tipe trikoma pada objek yang saudara amati.
2. Sebutkan pengelompokan trikoma berdasarkan ada atau tidaknya fungsi sekresi.

Kegiatan 11. STOMATA

Tujuan: 1. Mengamati macam-macam bentuk stomata


2. Membedakan tipe stomata berdasarkan letak dan jumlah sel tetangga.

Bahan dan alat:


Daun : jagung (Zea mays),
Allamanda cathartica,
kumis kucing (Orthosiphon sp)
beringin (Ficus benjamina),
alpukat (Persea americana)
cabe (Capsicum annuum);
sakura (Nerium oleander), karet merah
(Ficus elastica), adam-hawa (Rhoeo
discolor)

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


7/49

Pelaksanaan Kerja:
1. Buatlah sayatan tipis permukaan epidermis bawah daun jagung. Letakkan pada kaca
benda yang telah diberi setetes air dan tutup. Gambarkan detail beberapa sel stoma
dengan sel tetangga. Tunjukkan sel penutup, celah, dan sel tetangga. Tentukan tipe
stomata yang tampak.
2. Lakukan seperti pada poin (1) untuk daun alpukat, alamanda, cabe, kumis kucing, dan
beringin. Tentukan masing-masing tipe stomata yang tampak.
3. Buatlah sayatan penampang melintang daun bunga sakura. Perhatikan penebalan sel
penutup di sekitar celah, dinding yang berbatasan dengan sel tetangga. Gambarkan
dengan jelas sebuah sel stomata dengan sel-sel di sekitarnya. Tunjukkan ruang
stoma, sel penutup, sel tetangga, sel mesofil. Tentukan tipe stomata berdasarkan
posisinya dengan sel epidermis, kriptopor atau faneropor.
4. Lakukan seperti pada poin (3) untuk daun karet merah dan adam-hawa.

Pertanyaan:
1. Jelaskan tipe stomata berdasarkan letaknya dengan jumlah sel tetangga ?
2. Apa tipe stomata yang saudara temukan pada pengamatan saudara ?
3.

Gambar 4. A. Epidermis batang Saccharum dengan sel gabus, sel silika, sel panjang, dan sel pendek.
B-E. Trikoma. Rambut uniseriate daun Arthocarpus (B). Rambut stelat daun Hibiscus (C). Sisik
peltatus daun Durio (D). Rambut kelenjar Coleus (E). F-J. Stoma. Daun Saccharum (F), daun
Citrullus (G), daun Sedum (H), daun Vigna (I), daun Dianthus (J)

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


8/49

PARENKIM, SKLERENKIM, KOLENKIM


Parenkim

Parenkim disebut juga jaringan dasar, karena merupakan jaringan penyusun sebagian
besar organ tumbuhan. Dinding parenkim umumnya relatif tipis dengan vakuola besar dan
protoplas hidup.
Pada tempat-tempat tertentu , dimana 3-4 sel bertemu, dinding-dinding sel tidak
berhubungan satu sama lain sehingga membentuk ruang antarsel. Berdasarkan bentuknya
sel parenkim dibedakan menjadi:
1. parenkim bintang, terbentuk dari sel parenkim bercabang seperti bintang, sehingga
diantaranya terdapat ruang antarsel besar,
2. parenkim lipatan, terbentuk karena dindingnya mengalami invaginasi , berlekuk/
melipat ke arah dalam.
3. parenkim tiang, tersusun rapat seperti pagar dengan ruang antarsel kecil-kecil, dan
4. parenkim bunga karang, susunan sel tidak teratur sehingga membentuk ruang
antarsel besar-besar.
Jaringan yang disusun oleh sel-sel parenkim antara lain empulur, korteks akar dan
batang, mesofil, endosperm, perikarpium (dinding buah), komponen sel dalam kelompok
xilem dan floem.
Parenkim merupakan tempat utama berlangsungnya aktivitas penting metabolisme,
seperti asimilasi, fotosintesis dan respirasi.

Kegiatan 12. PARENKIM

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam bentuk sel parenkim.


2. Membandingkan tempat/ posisi sel parenkim pada organ.

Bahan dan alat :


buah pisang (Musa paradisiaca);
tangkai daun eceng gondok (Eichornia crassipens) dalam air;
tangkai daun kana/ bunga tasbih (Canna hybrida);
daun pinus (Pinus merkusii);
empulur singkong (Manihot esculenta);

Pelaksanaan:
1. Buatlah sediaan kerokan ‘daging’ buah pisang yang diencerkan dalam air. Gambarkan
beberapa sel parenkim penyimpan yang telah terpisah atau termaserasi, karena
aktivitas pektinase pada proses pemasakan, dengan amiloplas di dalamnya.
Tunjukkan bagian-bagian sel tersebut.
2. Siapkan sediaan sayatan melintang tangkai daun eceng gondok dan kana dalam air.
Gambarkan beberapa sel parenkim dan tunjukkan sel-sel parenkim bentuk bintang
yang membentuk ruang antarsel dengan batas sel yang jelas, ruang antarsel,
epidermis atas dan bawah.
3. Siapkan sediaan sayatan melintang daun pinus dalam air. Gambarkan beberapa sel
mesofil dan tunjukkan adanya invaginasi dinding sel dengan batas yang jelas
membentuk parenkim lipatan.
4. Buatlah sediaan sayatan melintang empulur singkong. Perhatikan dengan perbesaran
kuat dinding sel dengan noktah sederhana. Gambarkan beberapa sel.

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


9/49

Kolenkim

Parenkim tidak banyak memberikan pengokohan bagi tumbuhan. Jaringan yang lebih
bermanfaat untuk maksud itu dinamakan jaringan mekanik/ jaringan penguat dan terdiri
dari kolenkim yang umumnya memberikan pengokohan pada bagian tumbuhan yang masih
muda dan sklerenkim pada bagian tumbuhan yang muda maupun tua.
Kolenkim terdiri dari sel-sel yang memiliki protoplas hidup dengan penebalan dinding
yang sebagian besar tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan pektin. (Pektin berperan
penting pada kemampuan serapan air). Penebalan tersebut dapat terbentuk pada dinding
tangensial : kolenkim papan atau ‘lamellar collenchym’, pada sudut sel : kolenkim sudut atau
‘angular collenchym’, pada sepanjang dinding sel : kolenkim cincin atau ‘tubular collenchym’.
Sel-sel penyusun bersifat elastis, artinya dapat meregang dan menyesuaikan diri
mengikuti pertumbuhan memanjang organ. Adakalanya sel kolenkim mengandung kloroplas (:
klorenkim), sehingga mampu menjalankan aktivitas fotosintesis.

Kegiatan 13. KOLENKIM

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam penebalan dinding.


2. Membandingkan letak dan penyebaran kolenkim pada batang beberapa
tumbuhan.

Bahan dan alat:


Batang atau tangkai daun : rimbang (Solanum torvum), seledri (Apium graviolens),
kentang (Solanum tuberosum), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis),

Pelaksanaan:
1. Siapkan sediaan sayatan melintang batang rimbang atau seledri dalam air.
Perhatikan secara cermat lapisan hipodermis dengan menggunakan pemutar mikro
pada mikroskop. Pada tempat-tempat tertentu terdapat kolenkim dengan penebalan
sudut dan atau papan. Sifat higroskopis pektin jelas tampak pada dinding sel yang
menggembung dan berkilauan. Gambarkan beberapa sel kolenkim pada posisinya di
bawah epidermis. Buatlah bagan batang dan tunjukkan dimana letak kolenkim
tersebut.
2. Lakukan seperti poin (1) untuk batang kentang, dan kembang sepatu. Tentukan
masing-masing tipe penebalan kolenkim yang tampak.

Sklerenkim

Sklerenkim tersusun dari sel-sel mati, memiliki penebalan dinding primer dan
sekunder, dan selain selulosa dan hemiselulosa biasanya mengandung lignin. Sklerenkim
dibedakan atas dua bentuk, yaitu: (1) serat/ serabut sklerenkim berupa kumparan sangat
panjang, (2) sklerida yang dapat mempunyai bermacam-macam bentuk.
Berdasarkan bentuknya sklerenkim dibedakan menjadi:
1. brakisklereid, ‘sel batu’ ~ endokarp Cocos nucifera, Malus sp
2. makrosklereid, bentuk tiang ~ testa Phaseolus
3. astrosklereid, bentuk bintang ~ batang Trochodendron
4. osteosklereid, bentuk tulang ~ batang Hakea
5. trikosklereid, panjang seperti rambut dengan cuping bercabang ~ tangkai daun
Nymphaea

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


10/49

Kegiatan 14. SKLERENKIM


Endokarp dalam anilin sulfat atau floroglusin-alkohol dan HCl pekat menampakkan
dinding sel yang mengandung lignin akan memberikan warna merah ceri. Endokarp terdiri
dari sel-sel sklereida yang tersusun rapat dan menyebabkan kerasnya jaringan tersebut.

Bahan dan alat:


Endakarp Cocos nucifera (kelapa), endokarp Malus sylvestris (apel), tangkai daun
Camelia sinensis (teh), tangkai daun Nelumbo nucifera, Nymphaea (teratai);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %; 10 mL HCl 25 %

Pelaksanaan:
1. Buatlah kerokan bagian dalam endokarp kelapa letakkan di atas kaca benda. Beri
setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan
setetes HCl 25 %. Gambarkan beberapa sel dalam susunan yang terlihat. Perhatikan
lumen yang kecil dengan saluran noktah pada dinding yang tebal. Gambarkan juga
celah yang terlihat dari permukaan dalam lumen. Tunjukkan dinding primer/
sekunder, lamela tengah, selaput noktah, lubang-dalam dari lumen.
2. Lakukan poin (1) untuk sediaan sayatan melintang dan memanjang endokarp apel dari
bagian-dalam buah.
3. Siapkan sediaan sayatan melintang tangkai daun teh dan teratai dalam floroglusin-
alkohol (seperti poin 1). Perhatikan daerah jaringan dasar atau mesofil dan
gambarkan sel-sel jaringan dasar dengan sel sklereida yang berwarna merah-ceri/
merah-ungu diantara sel-sel tersebut. Perhatikan bentuk sel sklereida tersebut.

Pertanyaan:
1. Sebutkan dua sifat sel sklerenkim !
2. Jelaskan tipe-tipe sel kolenkim berdasarkan penebalannya !
3. Sebutkan dua bentuk sel sklerenkim yang saudara amati !
4. Apa beda sel sklerenkim dengan sel parenkim ?

B. JARINGAN KOMPLEKS

JARINGAN PEMBULUH
Berkas pembuluh tersusun oleh jaringan xilem dan jaringan floem.
Sel penyusun jaringan xilem berdinding tebal dan keras karena telah mengalami
lignifikasi (penebalan sekunder dengan zat lignin), sedang penyusun jaringan floem lebih
lunak dan tipis, walaupun telah mengalami penebalan sekunder dengan penebalan dinding
dari selulosa.
Pada pertumbuhan primer, xilem merupakan diferensiasi prokambium ujung batang
dan ujung akar. Elemen pertama dari xilem primer adalah protoxilem, dan xilem yang
dibentuk kemudian disebut metaxilem. Demikian pula halnya dengan protofloem dan
metafloem.
Jaringan pembuluh terdiri dari:
1. Komponen xilem
Merupakan jaringan kompleks dengan unsur trakea atau unsur vessel terdiri dari
trakea dan trakeid, serabut xilem, dan parenkim kayu. Sifat unsur xilem
tersebut adalah mati, kecuali unsur parenkim kayu bersifat hidup.
2. Komponen floem
Merupakan jaringan kompleks yang tersusun atas unsur buluh tapis, sel pengiring/
pengantar dengan sel albumin, serabut dan sklereida, dan parenkim. Sel sekresi
kadang-kadang juga melekat pada jaringan floem ini, misalnya saluran getah pada
batang Hevea, dan sel minyak pada batang Cinnamomum.

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


11/49

Kegiatan 15. XILEM DAN FLOEM

Tujuan: 1. Membedakan komponen penyusun xilem.


2. Membedakan komponen penyusun floem.
Bahan dan alat:
Maserasi kayu pinus (Pinus merkusii; awetan), maserasi kayu jarak (Ricinus comunis;
awetan), batang jagung (Zea mays)

Pelaksanaan:
1. Siapkan sediaan awetan maserasi kayu pinus dan jarak. Bandingkan kedua komponen
xilem yang saudara amati. Gambarkan dan tunjukkan perbedaan yang terlihat.
2. Siapkan sediaan penampang melintang batang jagung. Perhatikan satu berkas
pembuluh dengan cermat. Gambar dan tunjukkan komponen floem yang tampak.

Pertanyaan:
1. Sebutkan perbedaan jaringan xilem dan floem ?
2. Pada bagian mana terdapat sel pengiring ?
3. Jaringan apa saja yang terdapat pada komponen floem ?
4. Jelaskan yang saudara ketahui dengan sel albumin. Apakah sel albumin selalu dapat
ditemukan ? Mengapa ?

Gambar 5. A-B. Parenkim: A. empulur batang, B. tipe parenkim bintang (aerenkim) Canna; parenkim lipatan daun
Pinus, C-E. Kolenkim: C. tangkai daun Apium dan Salvia, tipe angular, D. tipe lamelar, E. tipe lakunar. F-M.
Sklereid: F-H. sel batu, brakisklereid, perikarp Pyrus,(F), endokarp Malus (G), endokarp Cocos (H); I. Sklereid
tangkai daun Camelia, J. Sklereid epidermis, makrosklereid, kulit biji Phaseolus. K. sklereid kolumnar,
osteosklereid, korteks batang Hakea, L. astrosklereid Trochodendron, M, filiform sklereid mesofil Olea, N.
trikosklereid daun Nymphaea

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


12/49

Gambar 6. A-G. Tipe sel komponen xilem sekunder Quercus. A. pembuluh kayu-besar; B. pembuluh kayu-sempit;
C. trakeid; D. serat-trakeid; E. serat-libriform; F. Sel parenkim jari-jari; G. Untai parenkim-aksial. H-J. Xilem
Pinus; H. Tipe papan tapis skalariform; I. Tipe papan tapis sederhana-sempit; J. Tipe papan tapis sederhana-
besar. K. Sel trakeid; L. Sel parenkim batang.

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


PERTEMUAN 5
BAB 4
AKAR

Struktur anatomi akar sangat bervariasi, tetapi masih lebih sederhana dibandingkan
dengan struktur anatomi batang.

Struktur primer
Dalam penampang membujur melalui ujung akar menunjukkan dari distal ke arah
proksimal terdiri dari : tudung akar, daerah meristematik, dan daerah pemanjangan. Di
sebelah belakangnya masih terdapat daerah ‘pembedaan’ (diferensiasi). Pada daerah
meristematik, sel-sel membelah secara mitosis, kemudian beberapa diantara sel-sel yang
dihasilkan itu tumbuh menjadi panjang pada daerah pemanjangan.
Pada penampang melintang akar primer dijumpai 3 sistem jaringan pokok, yaitu :
1. Epidermis, lapisan paling luar. Biasanya tidak berkutikula atau pun stomata. Rambut
akar dibentuk dari sel epidermis khusus, yang berbeda ukuran dan metabolismenya
dengan sel di sekitarnya, disebut trikoblas. Sel ini membentuk tonjolan yang arahnya
tegak lurus terhadap sumbu akar dan terletak distal terhadap daerah pemanjangan.
Epidermis yang bertahan hidup pada waktu lama, biasanya mengalami penebalan kutin,
berfungsi sebagai jaringan pelindung.
Akar udara beberapa jenis tumbuhan epifit mempunyai epidermis ganda yang disebut
velamen. Jaringan ini terdiri dari beberapa lapis sel mati, dengan dinding berlignin.
Fungsinya sebagai jaringan pelindung, mencegah penguapan dari sel-sel korteks sebelah
luar.
2. Korteks, terdiri dari jaringan parenkim. Pada akar tumbuhan air korteks tersusun
sangat teratur secara radial dan konsentris, dengan ruang antarsel besar, yang terjadi
akibat rusak, hancur (lisigen) atau pemisahan (skizogen) sel-sel tertentu sehingga
terbentuk aerenkim.
Sel-sel korteks sering berisi pati, kadang terdapat sel idioblas mau pun kristal.
Pada monokotil terdapat lapisan rhizodermis atau eksodermis, yaitu lapisan sel korteks
paling luar yang dindingnya bersuberin dan akan menggantikan epidermis.
Lapisan korteks paling dalam berdiferensiasi menjadi endodermis. Bagian dinding radial
dan tangensial mengandung suberin membentuk pita Caspary yang menyebabkan dinding
tersebut tidak permeabel terhadap air.
Sel endodermis selain mengalami penebalan dinding dengan selulosa, juga mengandung
lignin pada sisi tangensial dan radial. Sel-sel yang mengalami penebalan itu adalah sel-
sel yang berhadapan langsung dengan floem, sehingga sel endodermis yang dindingnya
tidak menebal disebut sel peresap atau sel pelalu, yang terletak di hadapan
protoxilem.
3. Jaringan pembuluh/ pengangkut, bagian dalam setelah endodermis yang mengarah ke
tengah, terdiri dari unsur pembuluh (xilem dan floem) dan unsur bukan pembuluh
(parenkim dasar), disebut stele. Lapisan paling luar disebut perisikel yang biasanya
terdiri atas satu lapis sel parenkim. Perisikel ini mampu mengadakan pertumbuhan
meristematis dan membentuk akar cabang, kambium vaskuler, dan juga felogen.
Di sebelah dalam terdapat kelompok-kelompok jaringan pembuluh yang tersusun dalam
suatu lingkaran, bergantian antara kelompok xilem dan floem, dan membentuk jaringan
parenkim sebagai jaringan dasar (empulur). Apabila kelompok xilem dan floem bersatu
di tengah stele, maka tidak terdapat empulur.
Xilem akar mempunyai susunan di tengah dengan tonjolan-tonjolan berupa jari-jari ke
arah luar, dan diantaranya terdapat kelompok floem. Jumlah jari-jari xilem bervariasi,
antara lain dua (diarch), tiga (triarch), empat (tetrarch), dan banyak (poliarch).
Sel-sel vessel/ trakea (unsur pembuluh) sebelah luar selalu lebih kecil dan dewasa lebih
dahulu, yang disebut protoxilem, sedangkan yang sebelah dalam atau lebih ke tengah
lumennya lebih besar dan berkembang kemudian, disebut metaxilem. Susunan xilem
demikian disebut eksarch (exarch).
Demikian pula dengan protofloem letaknya lebih ke tepi daripada metafloem.
Protofloem akar dikotil tidak mempunyai sel pengantar atau sel pengiring, tetapi pada
metafloem terdapat sel pengantar.

Pembentukan akar cabang Tumbuh dari promeristem yang berada di bagian tepi
silinder berkas pembuluh, sehingga karena letak asal/ pemulanya dari bagian di sebelah
dalam disebut bersifat endogen.

Struktur sekunder
Akar tumbuhan monokotil jarang mengadakan pertumbuhan penebalan sekunder,
sedangkan akar kebanyakan dikotil dan gimnospermae mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan kambium vaskuler membentuk
xilem sekunder dan floem sekunder.
Kambium vaskuler berasal dari sel prokambium yang tidak berdiferensiasi, terletak
diantara xilem dan floem primer. Sel-sel perisikel yang terletak dekat protoxilem berubah
juga menjadi kambium disebut kambium interfasikuler (kambium antarberkas pembuluh)
membentuk parenkim jari-jari.
Bila pertumbuhan sekunder cukup pesat, maka epidermis, floem primer, endodermis,
dan korteks akan terlepas. Felogen yang berasal dari perisikel akan aktif mengadakan
pembelahan, ke arah dalam membentuk feloderm (disebut juga korteks sekunder) dan ke
arah luar membentuk felem (gabus) sebagai jaringan pelindung.

Kegiatan 16. ORGANISASI STRUKTUR AKAR

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun struktur akar secara melintang .


2. Membedakan komponen daerah ujung akar.

Bahan dan Alat:


Anakan umur 4 hari setelah kecambah (HSK) dari tumbuhan : jagung (Zea mays),
kacang tanah (Arachis hypogeae);
akar dari tumbuhan : bawang merah (Allium cepa; awetan), jagung (Zea mays);
10 mLfloroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl pekat;
Kaca benda, kaca penutup, gelas piala 100 ml, pipet, silet, tisue.

Pelaksanaan;
a. Buatlah sayatan melintang akar anakan kacang tanah dan jagung, letakkan dalam
phloroglusin-alkohol di atas kaca benda dan amati di bawah mikroskop. Setelah
beberapa saat (larutan menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Tunjukkan : Kelompok
sel pemula, epidermis, korteks, stele. Dengan perbesaran kuat, gambarkan sebuah
rambut akar dengan intinya dan sebuah cabang akar (jika ada) yang belum menonjol ke
luar korteks. Hitung jumlah kelompok protoxilem.
b. Gambarkan penampang memanjang akar bawang dan jagung, dan tunjukkan:
kelompok sel pemula, stele, korteks, epidermis, tudung akar, daerah meristematik,
daerah pemanjangan, daerah diferensiasi.

Kegiatan 17. AKAR DIKOTIL : PERTUMBUHAN SEKUNDER

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun akar muda dan tua.


Bahan dan Alat :
Anakan 7 HSK dari: jarak (Ricinus communis)
Akar muda dan tua dari : kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), jarak (Ricinus
communis), dan Ranunculus sp (awetan);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;
Kaca benda, kaca penutup, silet, pipet, tisue, gelas piala 100 ml.

Pelaksanaan :
a. Siapkan penampang melintang akar anakan jarak pada kaca benda. Beri setetes
floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl
25 %. Perhatikan riap tebal sekunder, sel metaxilem yang telah berdiferensiasi dengan
dinding yang belum berlignin. Tunjukkan : epidermis, korteks, endodermis dengan titik
Caspary, pembuluh tapis (protofloem), metafloem, kelompok xilem yang eksarch.
b. Siapkan pula penampang melintang akar tua dari kembang sepatu, jarak atau Ranunculus
seperti poin (1). Perhatikan dinding xilem berlignin. Tunjukkan : epidermis, korteks,
endodermis dengan titik Caspary, pembuluh tapis (protofloem), metafloem, kelompok
xilem yang eksarch.

Kegiatan 18. AKAR MONOKOTIL

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun akar muda dan tua.


2. Membedakan penyusun akar epifit.

Bahan dan Alat :


Kecambah dan anakan 7 HSK jagung (Zea mays, muda dan tua), akar Vanda (anggrek
vanda);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %; 10 mL HCl 25 %

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang akar muda dan tua jagung pada kaca benda. Beri
setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan
setetes HCl 25 %. Pada akar muda belum terlihat jelas diferensiasi selnya. Pada akar
tua tampak eksodermis, sarung sklerenkim, endodermis dengan penebalan bentuk ‘U’.
Perhatikan jumlah kelompok protoxilem pada jagung adalah banyak. Kelompok
protofloem terdapat diantara kelompok-kelompok xilem. Tunjukkan epidermis, korteks,
eksodermis, endodermis, protofloem, metafloem, protoxilem, metaxilem. Bandingkan
dan bedakan struktur akar keduanya.
b. Buatlah sayatan tipis penampang melintang akar Vanda pada kaca benda. Beri setetes
floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl
25 %. Perhatikan velamen yang terdiri dari beberapa lapis sel epidermis. Gambarkan
detail satu sektor, dan tunjukkan ketebalan lapisan velamen, eksodermis, korteks,
endodermis, sel pelalu, xilem, floem, dan empulur.

Kegiatan 19. ANOMALI AKAR

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun akar ‘umbi’ dan akar bukan umbi.
2. Membedakan komponen umbi akar dan umbi batang.

Bahan dan Alat :


Akar dan umbi batang/akar dari : ubi jalar (Ipomoea batatas), singkong (Manihot
esculenta);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;
Pelaksanaan :
a. Buatlah sayatan tipis penampang melintang akar bukan umbi dan umbi batang dari ubi
jalar pada kaca benda. Beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol
menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Perhatikan struktur pada bagian berkas
pembuluh, dimana akan terlihat pertumbuhan sekunder tidak seperti pertumbuhan
sekunder pada umumnya. Tunjukkan bagian-bagian yang terlihat pada kedua bagian akar,
dan tunjukkan perbedaannya.
b. Buatlah sayatan tipis penampang melintang akar bukan umbi dan umbi akar dari ubi kayu
pada kaca benda. Beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol
menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Perhatikan struktur pada bagian berkas
pembuluh, dimana terlihat sebaran parenkim xilem/ floem. Tunjukkan bagian-bagian
yang terlihat pada kedua bagian akar, dan tunjukkan perbedaannya.
c. Buatlah daftar beda kedua pengamatan (a) umbi batang dengan (b) umbi akar.

Pertanyaan :
1. Jelaskan arti ‘tillering’ dan kegunaannya bagi tumbuhan ?
2. Buatlah daftar perbedaan yang saudara lihat antara struktur akar dikotil dan monokotil
!
3. Mengapa letak sel peresap/ sel pelalu selalu berhadapan dengan protoxilem ?
4. Apa yang dimaksud dengan ‘eksarch’ ?
5. Apa beda eksodermis dan endodermis ?
6. Bagaimana tipe berkas pembuluh pada sediaan akar Allium cepa ? Dan bagaimana tipe
stelenya ?
7. Jelaskan 2 beda struktur anatomi akar bukan umbi dengan umbi akar ?
A

B C

Gambar 7. Penampang melintang akar muda dikotil (A), Zea mays (B), Penampang melintang akar Arachys (C).
D, penampang memanjang akar, dengan detail daerah meristematis (a)
Gambar 8. Anomali pertumbuhan sekunder akar penyimpan. A. anomali kambium sekeliling pembuluh kayu xilem
sekunder Ipomoea batatas, B. pertumbuhan normal. C, D. anomali pertumbuhan sekunder, pembentukan lapisan
kambium di sisi luar kambium semula, Beta vulgaris.
PERTEMUAN 6
BAB 5
BATANG

Struktur anatomi batang dipengaruhi oleh daun-daun yang terdapat padanya, serta
terbentuk secara eksogen.
Protoxilem berdiferensiasi dalam bagian tubuh yang belum selesai pertumbuhannya.
Pendewasaan terjadi di antara jaringan-jaringan dimana sel-sel sedang aktif memanjang.
Metaxilem biasanya terbentuk pada bagian tubuh primer yang masih ada dalam
pertumbuhan, akan tetapi pendewasaan elemennya sebagian besar terjadi setelah selesai
pemanjangan jaringan dalam bagian tersebut.
Bagi protofloem dan metafloem, berlaku keadaan yang sama seperti pada bagian-bagian
dari xilem primer.
Apabila pada pembentukan berkas pembuluh seluruh prokambium habis berdiferensiasi,
maka berkas pembuluh demikian disebut dengan berkas pembuluh tertutup. Apabila masih
terdapat sisa prokambium yang berdiferensiasi dan menjadi kambium pembuluh maka diperoleh
berkas pembuluh terbuka.
Berdasarkan susunan floem dan xilem dalam berkas pembuluh dibedakan atas :
(a) berkas pembuluh kolateral : berkas floem terbentuk dari luar ke dalam terdapat di sebelah
luar xilem yang terbentuk secara eksarch,
(b) berkas pembuluh bikolateral : selain berkas floem di sebelah luar xilem, terdapat pula
berkas floem di sebelah dalam,
(c) berkas pembuluh radial : letak kelompok protoxilem berdampingan dengan protofloem
dalam satu lingkaran (terdapat pada akar)
(d) berkas pembuluh konsentris amfikribral : xilem di kelilingi oleh floem, seperti pada
Pteridophyta,
(e) berkas pembuluh konsentris amfivasal : floem di tengah di kelilingi xilem, seperti pada
beberapa suku Liliflorae, yang mempunyai riap tebal sekunder.

Struktur primer
Pada batang, batas antara korteks dan silinder pusat tidak begitu jelas, seperti halnya
pada akar.
Jaringan-jaringan yang dapat dilihat pada batang yaitu :
(1) Epidermis terdiri dari selapis sel berbentuk empat persegi dengan dinding berkutikula.
Pada tumbuhan yang pada batangnya melakukan fotosintesis sering ditemukan stomata di
antara sel epidermisnya; batang muda ditemukan sel idioblas, bermacam rambut atau
trikomata. Beberapa tumbuhan ditemukan lapisan hipodermis yang strukturnya berbeda
dengan sel epidermis. Pada tumbuhan berkayu, epidermis kadang-kadang rusak karena
mengalami pertumbuhan sekunder, sehingga sebagai pelindung digantikan oleh jaringan yang
terbentuk di bawahnya, yaitu periderm.
(2) Korteks umumnya terdiri dari sel parenkim, akan tetapi seringkali terdapat lapisan-lapisan
kolenkim, klorenkim, atau serat-serat pada bagian subepidermal.
(3) Pembuluh primer biasanya berupa silinder atau terdiri atas berkas-berkas yang terpisah
satu sama lain.
(4) Sarung pati atau pun sarung sklerenkim terdapat di antara korteks dan bagian batang yang
mengandung jaringan pembuluh primer.
(5) Empulur merupakan bagian tengah batang, terdiri dari jaringan parenkim. Pada monokotil
korteks dan empulur tidak dapat dibedakan sehingga disebut jaringan dasar.
Pada Tracheophyta biasanya dibedakan empat pola struktur primer batang, yaitu : dikotil
basah, dikotil berkayu, gimnosperm (berkayu), dan monokotil.

Struktur sekunder (struktur batang setelah riap tebal sekunder)


Pada Gymnospermae dan tumbuhan dikotil dibentuk jaringan pembuluh tambahan yang
berasal dari kambium pembuluh, dan periderm yang berasal dari felogen. Kedua jaringan ini
disebut jaringan sekunder.
Kambium pembuluh terdiri atas pemula fusiform (‘fusiform initial’), yang membentuk
sel-sel floem dan xilem, dan pemula jari-jari empulur (‘radial initial’), yang membentuk
parenkim jari-jari empulur dalam jaringan pembuluh.
Seringkali dibedakan antara kambium fasikuler (terletak antara xilem-floem) dan
kambium interfasikuler (terletak antar-berkas pembuluh).
Pada monokotil umumnya tidak terdapat kambium pembuluh. Akan tetapi, pada beberapa
Liliaceae dan beberapa anggota suku lain terdapat jaringan meristematik di luar daerah
jaringan pembuluh primer yang menghasilkan berkas pembuluh sekunder (berkas medular) dan
parenkim. Jadi memperlihatkan perilaku berbeda dengan kambium pembuluh pada dikotil.
Felogen akan membentuk periderm dan tidak terbatas pada satu lapisan saja. Bila
terjadi beberapa lapis maka keseluruhan periderm pada tumbuhan ini disebut ritidom.

Dilatasi
Untuk mengimbangi pertumbuhan sebagai akibat aktivitas meristem lateral (kambium),
sel-sel parenkim penyusun jari-jari empulur mengadakan dilatasi, yaitu sel-selnya tumbuh
membentang ke arah tangensial atau sel-selnya bertambah banyak ke arah tangensial akibat
pembelahan radial. Pembelahan radial ini sering terbatas hanya pada bagian tengah dari jari-
jari empulur atau hanya terjadi pada bagian jari-jari empulur tertentu, sedang bagian lain
tidak.
Proses dilatasi ini selain dilakukan oleh parenkim jari-jari empulur, juga dapat terjadi
sebagai akibat aktivitas felogen.

Tujuan :
1. Membedakan struktur anatomi batang angiosperm (monokotil dan dikotil) dan
gimnosperm
2. Membedakan komponen penyusun batang.
3. Membedakan tipe-tipe stele, dilatasi, lentisel, dan anomali pada batang.

Kegiatan 20. ORGANISASI PUCUK

Bahan dan Alat :


Pucuk Coleus scutellaroides (jawer kotok);

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang membujur-median dari pucuk Coleus melalui bagian tengah.
Gambar dan tunjukkan lapisan tunika, korpus, primordium daun, prokambium, protoxilem,
protofloem, celah daun, jalan daun.

Kegiatan 21. BATANG DIKOTIL DAN GYMNOSPERMAE

Bahan dan Alat :


Kecambah dan anakan umur 7 HSK : kacang tanah (Arachis hypogaea)
Batang muda (pucuk) dan tua : kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), batang
Sambucus (awetan);
kayu Pinus (dalam penampang melintang, radial, dan tangensial; awetan), kayu Tilia
(dalam penampang melintang, radial, dan tangensial; awetan);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;
Pelaksanaan :
a. Buatlah sediaan penampang melintang dari kecambah dan anakan kacang tanah di atas kaca
benda dengan setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap),
tambahkan setetes HCl 25 %. Gambarkan satu sektor dan tunjukkan epidermis, korteks,
protofloem, protoxilem, metafloem, dan metaxilem,
b. Buat sediaan penampang melintang batang Sambucus atau kembang sepatu dan juga detail
satu sektor. Gambar dan tunjukkan pada gambar tersebut epidermis, korteks, protofloem,
protoxilem, metafloem, dan metaxilem, jari-jari empulur, dilatasi floem/ jari-jari empulur,
dan kambium interfasikuler.
c. Gambarkan juga detail penampang melintang bahan (b) melalui lentisel. Tunjukkan bagian-
bagian periderm dengan jelas.
d. Amati sediaan penampang melintang, radial, dan tangensial kayu pinus dan kayu tilia
(awetan). Gambar dan tunjukkan : trakeid musim kemarau, trakeid musim hujan, jari-jari
empulur, trakeid jari-jari empulur, saluran harsa, noktah terlindung pada kayu musim
kemarau.

Kegiatan 22. BATANG MONOKOTIL

Bahan dan Alat :


Anakan umur 14 HSK : jagung (Zea mays);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %.

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang batang jagung dalam setetes floroglusin-alkohol.
Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Gambar dan
tunjukkan : protofloem, protoxilem, metafloem, metaxilem, pembuluh tapis, sel pengantar/
sel pengiring, rongga rhexigen, sarung sklerenkim, korteks, dan epidermis.
b. Gambarkan detail satu berkas pembuluh. Tunjukkan : sarung sklerenkim, protoxilem,
protofloem, metafloem, dan metaxilem.

Kegiatan 23. ANOMALI BATANG DIKOTIL DAN MONOKOTIL, LIANA BERKAYU, LIANA
HERBA

Bahan dan Alat :


Batang dari tumbuhan : bayam (Amaranthus hybridus), anjuang (Cordyline), bougenvil
(Bougainvillea spectabilis), sirih (Piper betle), labu parang (Cucurbita mosqata), Sechium
edule (labu siam), Clematis (awetan);
10 mL Anilin blue, 10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang batang bayam dalam air. Gambarkan satu sektor dan
tunjukkan : berkas pembuluh medular, kambium. Tentukan tipe berkas pembuluh dan
stelenya.
b. Buat sediaan penampang melintang batang anjuang dalam floroglusin-alkohol atau awetan.
Biarkan alkohol menguap kemudian beri setetes HCl 25 %. Gambar dan tunjukkan : berkas
pembuluh, kambium. Tentukan tipe berkas pembuluh dan stelenya.
c. Lakukan seperti poin (b) untuk batang bougenvil. Gambar dan tunjukkan bentuk berkas
pembuluhnya dn stelenya.
d. Buat sediaan penampang melintang batang sirih dalam anilin blue. Tunjukkan : epidermis,
kolenkim, parenkim, berkas pembuluh, sarung sklerenkim, berkas pembuluh meduler, saluran
lendir.
e. Buat sediaan penampang melintang batang labu parang dalam air. Gambarkan satu sektor
dan tunjukkan : epidermis, korteks, berkas pembuluh bikolateral, rongga rhexigen, sarung
sklerenkim.
f. Buatlah sediaan penampang melintang dan membujur melalui berkas pembuluh batang muda
labu siam dalam anilin blue. Gambarkan satu sektor penampang tersebut dari komponen
pembuluh tapis, sel pengantar, dan parenkim floem. Tunjukkan pori, kalose dan lendir,
kantung lendir.
e. Gambarkan bagan penampang melintang batang Clematis dengan detail satu sektor.
Tunjukkan pada gambar tersebut epidermis, korteks, xilem primer, xilem sekunder, floem,
kambium interfasikular, periderm.

Pertanyaan :
1. Secara umum dimanakah, pada batang, dapat ditemukan klorenkim ?
2. Jaringan apa saja yang mungkin mengalami dilatasi ? Mengapa ?
3. Apakah kantung lendir juga terdapat pada keadaan hidup ? Mengapa ?
4. Apakah kalose itu dan apa fungsinya ?
5. Apakah lapisan pelindung pada tumbuhan yang tidak mengalami riap tebal sekunder ?
6. Pada bagian mana sajakah saudara dapat menemukan lentisel ?
7. Dimanakah lokasi trakeid jari-jari empulur, dan apa fungsinya ?
8. Apa beda penampang melintang, radial, dan tangensial batang pinus atau kayu suren ?
PERTEMUAN 7
BAB 6
DAUN

Struktur anatomi jaringan daun sangat mirip dengan batang.


Pada penampang melintang daun Angiospermae dapat dibedakan atas :
(a) Epidermis, sangat bervariasi, tergantung pada keberadaan rambut-rambut atau
trikomata yang terbentuk, struktur dan susunan stomata , ketebalan kutikula serta
jumlah lapisan sel yang ada padanya.
(b) Mesofil, merupakan jaringan parenkim yang menjadikan sistem di dalam daun, dengan
susunan yang sangat bervariasi. Pada beberapa Angiospermae (Zea dan Poaceae
tertentu), mesofil terdiri atas sel-sel poligonal dengan ruang antarsel kecil. Pada
kebanyakan dikotil, terdapat dua macam jaringan parenkim yaitu jaringan tiang atau
palisade dan jaringan bunga karang atau sponsa. Kloroplas terdapat di dalam mesofil.
Pada epidermis dan mesofil, juga terdapat bermacam-macam idioblas, biasanya berupa
sel kelenjar, litosis (‘lithocyst’), dan sklereida.
(c) Sistem jaringan pembuluh. Berhubungan dengan sistem pembuluh batang yang
membelok dan memisah disebut jalan daun (‘leaf trace’). Jalan daun tersebut
merupakan pemisahan dan pembelokan berkas pembuluh kolateral atau amfikribral
sehingga pada daun floem menjadi berada pada arah bawah atau abaksial. Pada
dikotil jalan daun dapat berjumlah 1, 3 atau lebih dalam tangkai daun (petiolus).
Bekas tempat pembelokan/ pemisahan berkas pembuluh batang tersusun dari sel-sel
parenkim yang disebut celah daun.

Tujuan :
1. Membedakan jaringan-jaringan penyusun daun.
2. Membedakan struktur jaringan penyusun daun monokotil, dikotil, dan
gimnospermae

Kegiatan 24. DAUN GYMNOSPERMAE

Bahan dan Alat :


Daun Pinus merkusii;
floroglusin-alkohol (floroglusinol) dan HCl pekat (25 %)

Pelaksanaan :
a. Buat sayatan melintang daun pinus dalam setetes floroglusin-alkohol. Setelah alkohol
menguap, beri setetes HCl 25 %. Gambar detail satu sektor stele dengan bagian
daun yang ada di luarnya. Tunjukkan : epidermis, stomata, beberapa sel mesofil,
saluran harsa, lapisan epithelium, endodermis, jaringan transfusi, noktah pada
jaringan transfusi, xilem, dan floem.

Kegiatan 25. DAUN DIKOTIL

Bahan dan Alat :


Daun : karet merah (Ficus elastica), daun jeruk purut (Citrus hystrix), ranting
muda bunga kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis);
floroglusin-alkohol; HCl pekat (25 %)

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang daun karet dalam air. Perhatikan pada lapisan
epidermis dan subepidermis, terlihat ada sel idioblas (litosis) yang berisi sistolit;
jumlah jaringan tiang adaksial dan abaksial. Gambar dan tunjukkan epidermis,
subepidermis, stoma, jaringan tiang, jaringan bunga karang, berkas pembuluh, xilem,
floem.
b. Buat sediaan penampang melintang daun jeruk dalam air. Perhatikan pada lapisan
epidermis dan subepidermis, terlihat ada rongga yang berisi minyak asiri, jumlah
jaringan tiang adaksial dan abaksial. Gambar dan tunjukkan epidermis, stoma,
jaringan tiang, jaringan bunga karang, berkas pembuluh, rongga reksigen.
c. Buat sediaan seri penampang melintang dari bagian di atas , pada, dan di bawah
buku ranting muda bunga kembang sepatu dalam setetes floroglusin-alkohol. Setelah
alkohol menguap, beri setetes HCl 25 %. Gambar bagan setiap bagian seri dan
tunjukkan letak atau posisi berkas pembuluh sehingga jelas mana celah daun serta
jalan daun. Tunjukkan pula hubungan antara sistem jaringan pembuluh dari tunas
dengan sistem jaringan pembuluh pada batang.

Kegiatan 26. DAUN MONOKOTIL

Bahan dan Alat :


Daun: tebu (Saccharum officinarum), jagung (Zea mays), keladi (Colocasia
esculenta)

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang daun jagung dan tebu. Tunjukkan : epidermis,
kelompok sel bentuk lensa atau sel kipas, berkas pembuluh, sarung parenkim,
penghubung sklerenkim. Bedakan susunan berkas pembuluhnya.
b. Buatlah sayatan melintang melalui ujung median daun keladi. Perhatikan hidatoda
pada ujung berkas pembuluh. Gambarkan posisi xilem dan sel-sel sekitarnya.

Pertanyaan :
1. Struktur apa sajakah yang saudara temukan pada permukaan daun ?
2. Pada bagian sisi mana letak xilem pada daun ? Mengapa ?
3. Apa fungsi hidatoda ? Adakah pori lain dalam tumbuhan yang juga dapat
mengeluarkan air ? Sebutkan .
4. Pada daun sering ditemukan adanya jaringan penguat. Mengapa ?
A B
Gambar 13. Daun dikotil Ficus elastica, (A), Citrus limon (B)

A B C

Gambar 14. A. Bagan sayatan seri penampang melintang batang Hibiscus rosa-sinensis, (A) di atas,
pada, dan di bawah buku. (B), hidatoda (C)
39/49

PERTEMUAN 8

BAB7
BUNGA

Bagian steril terdiri dari kelopak (kaliks) tersusun oleh daun kelopak atau sepal
serta mahkota (korola) atau petal. Bagian reproduktif adalah benang sari (stamen =
mikrosporofil) dan karpel (megasporofil = daun buah).

Sepal dan petal


Struktur anatomi petal dan sepal mirip dengan daun fotosintesis, tetapi lebih
sederhana. Kedua macam bagian bunga tersebut terdiri dari jaringan parenkim dasar,
sistem jaringan pembuluh yang bercabang-cabang dan epidermis. Juga terdapat sel berisi
kristal, latisifer, sel tanin, dan idioblas lainnya.
Epidermis Pada beberapa tumbuhan tertentu dinding antiklinal petal
bergelombang atau memiliki alur-alur internal. Dinding luar dapat berbentuk cembung
atau berpapil, terutama pada bagian adaksial. Stomata dan trikomata dapat ditemukan
pada bagian adaksial, baik pada petal maupun sepal.
Mesofil jarang mengalami pembedaan menjadi jaringan tiang dan bunga karang,
umumnya terdiri dari sel-sel yang isodiametris dan tersusun sedikit renggang.
Berkas pembuluh lebih sederhana; pada sepal sangat mirip dengan daun, sedangkan
pada petal mengalami reduksi dengan berkas pembuluh tidak lengkap.
Bentuk dan ukuran petal lebih bervariasi dibanding dengan sepal dan biasanya tidak
berwarna hijau karena terdapat antosianin di dalam vakuola.
Minyak asiri yang aromanya khusus pada jenis tumbuhan tertentu dihasilkan oleh
epidermis petal atau bagian lain yang khusus membentuknya yang disebut osmofor.

Benang sari (Stamen)


Stamen terdiri dari kepala sari atau antera yang terbagi menjadi kantung polen
atau mikrosporangia dan tangkai sari atau filamen yang dipersatukan dengan pembuluh
tunggal.
Jaringan dasar penyusun tangkai sari terdiri dari jaringan parenkim tanpa ruang
antarsel, kadang-kadang vakuolanya mengandung pigmen. Setiap kantung polen terdiri
dari lapisan sel sebagai dinding dan ruang sari atau lokulus, dimana mikrospora akan
dibentuk.
Tipe berkas pembuluh adalah amfikribral.

Putik (Karpel/ Pistilum)


Bagian tengah stilus ada yang padat dan ada yang membentuk saluran. Stilus pada
Angiosperm umumnya padat. Stigma dewasa menyediakan kondisi untuk perkecambahan
butir polen; ditutupi oleh bahan sekret (‘stigma basah’) atau tidak (‘stigma kering’). Pada
stigma basah, sel epidermis memanjang berupa papil, berambut pendek, atau berambut
panjang bercabang.
Jaringan stigma berhubungan dengan ovulum dalam ruang ovari oleh jaringan
transmisi sepanjang epidermis-dalam stilus, yang membantu jalan tabung polen dan
sebagai sumber nutrien.

Bakal buah (ovarium)


Pada saat bunga mekar sempurna (antesis), maka diferensiasi histologis dari
dinding ovarium tersusun atas jaringan parenkim dengan berkas pembuluh; pada beberapa
takson terdapat lapisan sklerenkim, kristal, dan tanin. Epidermis luar berkutikula dan
dapat memiliki stomata. Ovarium mengalami diferensiasi histologis terutama pada saat
berkembang menjadi buah.

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


40/49

Tujuan :
1. Mengamati dan mempelajari struktur dasar dari bunga dan bagian-bagiannya.
2. Mengamati struktur umum kantong embrio.
3. Mengamati tahapan-tahapan perkembangan dalam kantong embrio.

Bahan :
Bunga: kumtum lili (Lilium sp; awetan), mawar (Rosa sp) atau
Kuntum kembang sepatu (Hibiscus rosa- tahi ayam (Tagetes ).
sinensis),
cengkeh (Eugenia aromatica) ;

Pelaksanaan :
Kegiatan 27. STRUKTUR UMUM BUNGA
a. Gambarkan penampang melintang kuntum bunga Lilium secara utuh melalui ovarium
dan bagian-bagian bunga secara terpisah. Perhatikanlah bagian sepal, petal, ovarium
dengan ovulum. Tunjukkan jaringan epidermis, ‘mesofil’, berkas pembuluh, trikomata,
stomata, plasenta, funikulus, dan kantong embrio.
b. Gambarkan penampang melintang stamen bunga Lilium dan kembang sepatu secara
utuh melalui berkas pembuluh. Tunjukkan jaringan epidermis, endotesium, stomium,
tapetum, dan mikrospora.
c. Buat sediaan penampang memanjang bunga kembang sepatu melalui stigma. Gambar
dan tunjukkan jaringan epidermis dengan papila, stomata, berkas pembuluh, dan
eksudat stigmatik.
d. Buat sediaan penampang melintang dan memanjang bunga kembang sepatu melalui
stilus. Gambar dan tunjukkan stilus tertutup atau berongga, jaringan epidermis,
jaringan dasar, berkas pembuluh, dan jaringan transmisi.
e. Buat sediaan penampang melintang bunga cengkeh melalui tabung bunga (hipanthium)
bagian atas. Tunjukkan jaringan epidermis, stomata, kelenjar minyak, berkas
pembuluh, jaringan parenkim, lokulus, aerenkim.
f. Buat sediaan penampang melintang sepal dan petal kembang sepatu. Tunjukkan
epidermis, stomata, trikomata, ‘mesofil’, berkas pembuluh.
g. Buat sediaan penampang melintang sepal dan petal bunga mawar atau tahi ayam.
Perhatikan bentuk epidermisnya. Tunjukkan epidermis, stomata, trikomata, ‘mesofil’,
berkas pembuluh.

Kegiatan 28. KANTONG EMBRIO


a. Gambarkan penampang membujur ovarium Lilium, dan Hibiscus rosa-sinensis.
Tunjukkan jaringan penyusun mikropil, integumen, nuselus. Perhatikan tahapan-
tahapan perkembangan dalam kantong embrio. Tentukan apakah kantong embrio
berinti-2, berinti-4, berinti-8, dan/ atau bersel-7.
b. Gambarkan penampang membujur ovarium Hibiscus rosa-sinensis. Perhatikan posisi
dari perkembangan megaspora. Tentukan tipe perkembangannya.

Kegiatan 29. KANTONG POLEN


a. Gambarkan penampang melintang stamen Lilium dan Hibiscus rosa-sinensis.
Perhatikan tahapan perkembangan antera dan mikrospora. Tunjukkan epidermis,
endothesium, tapetum, mikrosporosit, dan tahapan pembelahan mikrospora : 2-sel, 4-
sel, sel generatif atau sel vegetatif.
b. Gambarkan secara utuh penampang melintang stamen Hibiscus rosa-sinensis.
Bedakan dengan Lilium. Perhatikan bentuk polennya.

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


43/49

Gambar 16 Penampang melintang petal Rosa (A).

Gambar 17 Penampang melintang stamen Lilium (A), dan pistilum Lilium (B)

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


44/49

PERTEMUAN 8
BAB 8
BUAH

Dinding buah juga disebut perikarp yang berarti dinding ovarium telah masak,
dapat juga mencakup jaringan bukan karpel. Dinding buah mungkin mengalami diferensiasi
menjadi jaringan-jaringan yang seringkali dapat dibedakan menjadi dua atau tiga lapisan,
yaitu lapisan paling luar (eksokarp atau epikarp), lapisan tengah (mesokarp), dan lapisan
paling dalam (endokarp). Istilah ini tidak menunjukkan ontogenik dari lapisan-lapisan
tersebut.
Tipe utama buah yang dapat dibedakan menurut histologi dinding buah adalah buah
kering bersklerenkim dan buah berdaging (sukulen) berparenkim.

Tujuan :
1. Memahami struktur dasar histologi penyusun dinding buah.
2. Membedakan struktur dinding buah kering dan buah berdaging.

Bahan dan Alat:


Buah : adas manis (Foeniculum vulgare) rendam dalam air,
jagung (Zea mays; awetan);
cabe (Capsicum annuum),
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, HCl 25 %.

Pelaksanaan :
Kegiatan 30. BUAH KERING
a. Buatlah sediaan penampang melintang buah adas manis dalam air, dan amati. Kemudian
serap air dengan kertas tisue dan beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah alkohol
menguap beri setetes HCl 25 % (Hati-hati jangan sampai terhirup atau kena
tangan !). Gambar dan tunjukkan epidermis, jaringan parenkim, sklerenkim, rongga
vitae, berkas pembuluh, endosperm, dan embrio.
b. Gambarkan penampang membujur buah jagung. Perhatikan struktur histologi
perikarpnya. Dapatkah saudara membedakan perikarp dan testa, mengapa ?

Kegiatan 31. BUAH BERDAGING


a. Buatlah sayatan tipis penampang melintang buah cabe dalam air. Gambar dan
tunjukkan epidermis, parenkim dengan kloroplas atau kromoplas, sel raksasa,
parenkim atau sklerenkim, berkas pembuluh, ovarium, dan ovulum.

Pertanyaan
1. Dapatkan saudara membedakan jaringan pada buah kering atas diferensiasi
perikarpnya ? Jelaskan !
2. Bedakan secara histologi jaringan pada buah cabe yang termasuk epikarp, mesokarp,
dan endokarp !
3. Jelaskan perbedaan prinsip buah kering dan buah berdaging dari hasil pengamatan
saudara!

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


45/49

A B

Gambar 18. Buah kering. Merikarp Foeniculum vulgare (A). Kariopsis Zea mays (B)

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


46/49

PERTEMUAN 8
BAB 9
EMBRIO DAN ENDOSPERM

Pada awal perkembangan biji, embrio monokotil dan dikotil pada dasarnya adalah
sama, dimulai dengan tahap proembrio 2-sel, bentuk linier, 8-sel, bentuk globular atau
16-sel sampai dengan 32-sel. Perbedaan mulai terlihat setelah tahap 32-sel, dimana
pada monokotil pertumbuhan hanya terjadi pada salah satu sisi sedangkan pada dikotil
terjadi pada kedua sisi sehingga akan membentuk hati/ jantung pada tahap 64-sel
(masih ada beda pendapat).
Pada beberapa macam biji cadangan makanan terdapat di luar embrio, yakni dalam
endosperm atau dalam perisperm. Endosperm berasal dari pembelahan sel yang
merupakan penyatuan inti kutub (polar) dengan spermatozoid. Perisperm berasal dari
jaringan nuselus. Akan tetapi, pada banyak dikotil kedua jaringan tersebut tidak
bertahan lama, dimana seluruhnya atau hampir seluruhnya terserap oleh embrio yang
berkembang sebelum biji menjadi dorman. Dengan demikian, cadangan makanan tersimpan
dalam tubuh embrio terutama dalam keping biji atau kotiledon.

Tujuan
1. Membedakan struktur histologi embrio atau kotiledon, dan endosperm.
2. Membedakan struktur histologi biji monokotil dan dikotil.
3. Memahami tahapan perkembangan embrio.

Bahan dan Alat :


Biji dari tanaman:
jagung (Zea mays; awetan),
gandum (Triticum sp;awetan);
jarak (Ricinus communis),
labu parang (Cucurbita mosqata), kacang buncis (Phaseolus vulgaris),
kacang ercis (Pisum sativum), kacang kedele (Glycine max);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, HCl 25 %.

Pelaksanaan :
Kegiatan 32. BIJI MONOKOTIL
a. Gambarkan penampang membujur dari biji jagung. Tunjukkan testa, perikarpium,
endosperm, kotiledon (skutelum), koleoptil, plumula, radikula, dan koleoriza.
b. Gambarkan penampang membujur dari gandum. Bedakan dengan jagung.

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


47/49

Kegiatan 33. BIJI DIKOTIL


a. Buat sediaan penampang melintang dari biji jarak dalam air. Gambar dan tunjukkan
testa dengan lapisan aleuronnya, integumen luar dan dalam, nuselus, endosperm, dan
embrio.
b. Buat sediaan penampang membujur dari biji jarak dalam air. Gambar dan tunjukkan
kantung embrio (kalau masih ada). Tunjukkan bagian-bagiannya seperti pada (a).
c. Buat sediaan penampang melintang biji labu di dalam setetes floroglusin-alkohol.
Setelah alkohol menguap beri setetes HCl 25 %. Perhatikan lapisan-lapisan yang
menyusun testa. Gambar dan tunjukkan lapisan epidermis, hipodermis, sklerenkim,
parenkim, klorenkim, nuselus dan endosperm, serta kotiledon.
d. Buat sediaan penampang melintang biji kedele, kacang buncis, atau kacang ercis di
dalam air. Gambar dan perhatikan adanya lapisan tiang. Bandingkan dengan biji labu.
Diskusikan.

Kegiatan 34. EMBRIO Capsella bursa-pastoris

Bahan : embrio Capsella bursa-pastoris (awetan)

Pelaksanaan :
a. Gambarkan penampang melintang embrio Capsella bursa-pastoris dari beberapa
tahap perkembangan embrio yang dapat saudara lihat. Tunjukkan suspensor, sel
basal, sel apikal, plumula, radikula, kotiledon.
b. Gambarkan bagan tahapan perkembangan embrio yang dapat saudara amati ?

Pertanyaan :
1. Mengapa kantong embrio pada biji jarak kadang-kadang tidak terlihat ?
2. Bedakan embrio jagung dan gandum ? Apa artinya ?
3. Apa beda biji jarak dengan biji kedele/ buncis/ ercis ? Jelaskan !
4. Dapatkah saudara membedakan testa dengan perikarpium pada biji jagung?
Mengapa?
5. Jelaskan fungsi sel basal suspensor bagi perkembangan embrio ?

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019


48/49

Gambar 19. Biji dikotil. Testa dan bagian embrio Cucurbita (atas, A) dan Glycine (bawah, B).

Gambar 20. Embrio Capsela bursa-pastoris , sayatan memanjang ovulum. A, lapisan apikal (a) ~ bakal embrio
dan suspensor, (b) ~ vakuola jelas. B dan C, embrio globular dengan protoderm dan prokambium. D, awal
embrio bentuk –hati. E, tahapan kotiledon.

Rewrited by Sri Astuti, Rochmah Supriati, Evelyne Riandini, Fatimatuzzahra ; 2019

Anda mungkin juga menyukai