Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM 1

STERILISASI DAN ALAT-ALAT PRAKTIKUM


MIKROBIOLOGI

Oleh :

1. Putri Yulianti (23060190015)


2. Rika Feronika (23060190018)
3. Rohmatul Maula (23060190028)
4. Fitri Dwi Masruroh (23060190041)

Jurusan / Kelas : Tadris IPA


Kelompok :4

Nama Dosen : Rini Verary Shanthi, M.Si

LABORATORIUM IPA
FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEJURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2022
A. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat mengetahui macam-macam alat laboratorium
2. Mahasiswa dapat menjelaskan bagian-bagian, fungsi, dan cara kerja
alat laboratorium

B. Waktu dan Tempat


Mata kuliah : Praktikum Mikrobiologi Terapan
Kegiatan : Sterilisasi dan alat-alat praktikum mikrobiologi
Hari, tanggal : Selasa, 8 Maret 2022
Pukul : 12.30 – 14.10
Tempat : Laboratorium Tadris IPA IAIN Salatiga

C. Dasar Teori

Sterilisasi didefinisikan sebagai upaya untuk membunuh


mikroorganisme termasuk dalam bentuk spora. Desinfeksi merupakan
proses untuk merusak organisme yang bersifat patogen, namun tidak dapat
mengeliminasi dalam bentuk spora (Tille, 2017). Sebelum melakukan
praktikum mengenai peralatan yang ingin kita gunakan harus disterilkan
dahulu. Sterilisasi atau suci hama yaitu proses membunuh segala bentuk
kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-alat atau
lingkungan tertentu. Dalam bidang bakteriologi kata sterilisasi sering
dipakai untuk menggambarkan langkah yang diambil agar mencapai tujuan
yakni meniadakan atau membunuh semua bentuk kehidupan
mikroorganisme (Darmadi, 2008).

Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat dan


bahan-bahan dari segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba,
sehingga pada saat sterilisasi nanti alat-alat tidak terkontaminasi dengan
pihak luar. Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi
sangat perlu mengenal teknik sterilisasi karena merupakan dasar-dasar
kerja dalam laboratoriummikrobiologi. Steril merupakan syarat mutlak
keberhasilan kerja dalam lab mikrobiologi. Sterilisasi merupakan suatu
usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan-bahan dari segala macam
bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehinggadalam sterilisasi nanti alat-
alat tidak terkontaminasi dengan pihak luar. Oleh karena itu, bagi seorang
pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi
karena merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratoriummikrobiologi.
Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam labmikrobiologi.
Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agarsterilisasi dapat
dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganismelain yang
mengkontaminasi media.

Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada


suhu 211 derajat C selama beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan
adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora bakteri elostridium
bolulinum yang berbahaya. Metodesterilisasi yang paling umum dilakukan
adalah menggunakan kaleng atau kemasantetra pack (Riadi.1990).

Teori pengenalan alat-alat laboratorium bertujuan untuk membuat


praktikan mengetahui fungsi atau kegunaan alat-alat laboratorium, oleh
karena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat akan dijelaskan dengan tujuan
agar praktikan dapat memahami secara jelas kegunaan alat-alat
laboratorium yang akan dipakai. Pada dasarnya setiap alat memiliki nama
yang menunjukkan kegunaan alat tersebut, prinsip kerja atau prosesyang
berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa kegunaan alat dapat dikenali
berdasarkannamanya. Penamaan alat-alat yang berfungsi mengukur
biasanya diakhiri dengan kata meterseperti thermometer, hygrometer,
spektrofotometer, dll. Alat-alat pengukur yang disertai dengan informasi
tertulis, biasanya diberi tambahan “graph” seperti thermograph, barograph
(Moningka, 2008).

Dari uraian tersebut, tersirat bahwa nama pada setiap alat


menggambarkan mengenai kegunaan alat dan atau menggambarkan
prinsip kerja pada alat yang bersangkutan. Dalam penggunaannya ada alat-
alat yang bersifat umum dan ada pula yang khusus. Peralatan umum
biasanya digunakan untuk suatu kegiatan reparasi, sedangkan peralatan
khusus lebih banyak digunakan untuk suatu pengukuran atau penentuan
(Moningka, 2008).

Penggunaan beberapa alat gelas dengan tepat penting untuk diketahui


agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dalam
penggunaan alat-alat ini dapatmempengaruhi hasil yang akan diperoleh.
Oleh karena itu harus diberikan pelatihan tentang penggunaan alat-alat
tersebut. Penggunaan beberapa alat gelas dengan tepat penting untuk
diketahui agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik. Kesalahan
dalam penggunaan alat-alat ini dapatmempengaruhi hasil yang akan
diperoleh. Oleh karena itu harus diberikan pelatihan tentang penggunaan
alat-alat tersebut.Penggunaan alat-alat gelas tersebut haruslah sesuai
dengan fungsinya agar pekerjaantersebut dapat berjalan dengan baik dan
tepat. Apabila terjadi suatu kesalahan atau kekeliruandalam
penggunaannya akan mempengaruhi hasil yang diperoleh. Ada beberapa
macam alatgelas yang dipakai di laboratorium, antara lain: gelas piala
(beker gelas), erlenmeyer, gelasukur, botol, pipet, corong, tabung reaksi,
gelas objek dan gelas penutup, cawan petri dan kamar hitung.

D. Alat dan Bahan

1. Mikroskop 6. Cawan petri


2. Tabung reaksi 7. Gelas ukur
3. Mikropipet 8. Plat tetes
4. Sentrifugator 9. Laminar air flow
5. Labu erlenmeyer 10. Autoklaf

E. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat-alat laboratorium di atas meja laboratorium
2. Mengamati bagian-bagian beserta fungsi dari alat-alat laboratorium
3. Mengamati cara kerja dari alat-alat laboratorium
4. Mencatat data-data yang diperoleh mengenai alat-alat laboratorium
5. Membersihkan dan menyimpan alat-alat laboratorium dengan baik
dan benar agar terhindar dari kerusakan

F. Pembahasan
1. Mikroskop

Gambar di atas merupakan salah satu dari alat praktikum,yakni


Mikroskop. Berikut ulasan bagian mikroskop dan fungsinya yang
harus diketahui oleh seorang praktikan agar dapat menggunakan alat
laboratorium ini dengan benar. Berikut bagian-bagian dari
mikroskop:
a. Lensa okuler: Lensa okuler merupakan bagian optik mikroskop
yang berada dekat dengan observer atau mata pengamat yang
berfungsi untuk membentuk bayangan yang bersifat maya,
tegak, diperbesar, sehingga bayangan tersebut dapat dilihat
langsung oleh observer.
b. Lensa objektif: Lensa objektif merupakan bagian-bagian
mikroskop yang berada dekat dengan objek yang sedang
diamati. Lensa ini berfungsi membentuk bayangan pertama
yang bersifat nyata, terbalik, dan diperbesar.
c. Tabung mikroskop: Tabung mikroskop (tubus) merupakan
bagian non-optik mikroskop yang berfungsi untuk mengatur
fokus, dan sebagai bagian penghubung antara lensa okuler
dengan lensa objektif.
d. Makrometer: Makrometer (pemutar kasar) yang terletak di
bagian lengan mikroskop dan berfungsi untuk menaikkan atau
menurunkan tabung mikroskop atau tubus dengan cepat.
e. Mikrometer: Mikrometer (pemutar halus) dengan ukuran yang
lebih kecil dari makrometer dan berfungsi untuk menaikkan
atau menurunkan tabung mikroskop atau tubus dengan lambat.
f. Revolver: Revolver (pemutar lensa) yang berfungsi mengatur
pembesaran lensa objektif untuk mempermudah pengaturan
nilai pengamatan dari mikroskop tersebut. Revolver sebagai
tuas penyangga dalam mengoperasikan bagian ini cukup
dengan memutar ke kanan atau ke kiri.
g. Reflektor: Reflektor (cermin pengatur) yang berfungsi
memantulkan cahaya dari cermin ke objek pengamatan.
Reflektor sendiri terbagi dalam dua jenis cermin. Saat kondisi
cahaya yang dibutuhkan terpenuhi maka menggunakan
reflektor cermin datar. Sementara reflektor cermin cekung
digunakan saat kondisi cahaya yang dibutuhkan kurang
maksimal.
h. Diafragma: Diafragma (pengatur cahaya) adalah bagian
mikroskop yang berada di bagian meja preparat. Diafragma
berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk, sehingga
observer bisa memfokuskan dan menentukan jumlah cahaya ke
dalam objek pengamatan.
i. Kondensor: Kondensor berfungsi mengumpulkan cahaya yang
dipantulkan oleh cermin kemudian memfokuskan cahaya
tersebut sebagai penerangan pada objek yang sedang diamati.
Cara penggunaan bagian ini cukup diputar ke kanan, kiri, naik,
atau turun sesuai kebutuhan observer.
j. Meja mikroskop: Mikroskop (meja kerja) yang berfungsi
sebagai alas dan tempat untuk meletakkan objek pengamatan.
Sesuai fungsinya, meja kerja dilengkapi penjepit objek yang
berfungsi memegang objek pengamatan agar tidak mudah
bergeser selama proses pengamatan
k. Penjepit kaca: Penjepit kaca (klip). Fungsi utama bagian ini
adalah sebagai pelapis objek pengamatan agar preparat tidak
bergeser dan mudah digerakkan oleh observer saat pengamatan
sedang berlangsung.
l. Lengan mikroskop: Lengan mikroskop berfungsi sebagai
pegangan ketika mikroskop akan dipindahkan atau dibawa
menuju ke tempat lain.
m. Kaki mikroskop: Bagian kaki yang berfungsi sebagai
penyangga atau penopang mikroskop, ketika meletakkan alat
laboratorium ini pada bidang yang terbilang tidak datar, bagian
ini membuat posisi mikroskop tetap stabil tanpa khawatir akan
terjatuh atau terbalik posisinya.
n. Sendi inklinasi: Sendi inklinasi (pengatur sudut) berfungsi
mengatur derajat kemiringan atau sudut tegak mikroskop yang
diperlukan observer untuk mengamati objek pengamatan.

Cara menggunakan mikroskop :

1) Letakkan mikroskop di atas meja dengan memegang lengan


mikroskop, sehingga mikroskop berada persis di hadapan
pemakai.
2) Putar revolver sehingga lensa objektif dengan pembesaran
lemah berada pada posisi satu poros dengan lensa okuler yang
ditandai bunyi klik pada revolver.
3) Mengatur cermin dan diafragma untuk melihat kekuatan cahaya
masuk, hingga dari lensa okuler tampak terang berbentuk bulat.
4) Tempatkan preparat pada meja benda tepat pada lubang preparat
dan jepit dengan penjepit objek/benda.
5) Aturlah fokus untuk memperjelas gambar objek dengan cara
memutar pemutar kasar, sambil dilihat dari lensa okuler. Untuk
mempertajam putarlah pemutar halus.
6) Apabila bayangan objek sudah ditemukan, maka untuk
memperbesar gantilah lensa objektif dengan ukuran dari 10x,
40x, atau 100x, dengan cara meutar revolver hingga bunyi klik.
7) Setelah selesai menggunakan, bersihkan mikroskop dan simpan
pada tempatnya kembali.

2. Tabung Reaksi

Tabung reaksi adalah alat laboratorium yang terbuat dari kacang


bening berbentuk huruf U. Ukuran dari tabung reaksi sekira
seukuran jari tangan orang dewasa. Biasanya tabung reaksi
digunakan oleh para
peneliti dalam
laboratorium untuk
melihat bagaimana
analisa proses reaksi
kimia. Kemampuan
dari tabung reaksi ini
tahan panas. Sehingga proses reaksi kimia dengan suhu tinggi dapat
tetap dilakukan secara lancar. Reaksi kimia yang memakai tabung ini
berbentuk reaksi oksidasi. Beberapa fungsi tabung reaksi ini
mencakup:
a. Menjadi wadah untuk menampung berbagai reaksi kimia
dalam skala medium.
b. Menjadi wadah untuk melakukan percobaan reaksi kimia
dalam skala kecil.
c. Tabung reaksi juga bisa menjadi wadah perkembangbiakan
mikroorganisme dalam media cair.
d. Alat ini dapat digunakan untuk pengujian kualitatif.
e. Menjadi tempat untuk mencampur, menampung, dan
memanaskan bahan kimia dalam volume yang lebih kecil.
Penggunaan tabung reaksi: Penggunaan tabung reaksi sebenarnya
cukup mudah. Cara penggunaannya dengan mengisi air ke dalam
sebuah gelas beker. Kemudian diletakkan terbalik. Air yang ada di
dalamnya berguna untuk menangkap ga. Untuk menjaga keamanan
proses penelitian, tabung reaksi yang digunakan biasanya disimpan
di dalam rak khusus, tang, dan klem.

3. Mikropipet

Mikropipet merupakan peralatan mikrobiologi yang berfungsi


untuk memindahkan cairan yang bervolume kecil, biasanya kurang
dari 1000 μl. Mikropipet memiliki ukuran yang beragam. Ada
mikropipet yang dapat diatur volume pengambilannya (adjustable
volume pipette) antara 1μl sampai 20 μl, atau mikropipet yang tidak
bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed
volume pipette) misalnya mikropipet 5 μl. Dalam penggunaannya,
mikropipet memerlukan tip (Yunilas dan Eri, 2017).

Mikropipet disterilkan dengan sterilisasi kering. Sterilisasi


kering dikenal juga sterilisasi yang dilakukan dengan radiasi udara
panas yang biasanya membutuhkan alat laboratorium khusus yaitu
Laboratorium Oven. Sterilisasi dengan cara seperti ini biasanya
membutuhkan waktu pemanasan tertentu sekitar beberapa jam.
Menggunakan metode udara panas dari oven laboratorium untuk
sterilisasi, memerlukan suhu 140 °C selama 1 - 4 jam.

Berikut prosedur sterilisasi kering:

1.) Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam).


2.) Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan
penggosok cuci.
3.) Dibilas pada air kran sebanyak 21x, dan bilasan terakhir
mengunakan aquades.
4.) Dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50 °C
sampai kering.
5.) Dikeluarkan dari oven dan kemudian satu per satu alat
dibungkus dengan alumunium voil.
6.) Dimasukkan kedalam oven untuk disterilkan dengan suhu 125
°C selama 3 jam.

4. Sentrifugator

Centrifuge dalam mikrobiologi digunakan untuk mengendapkan


atau memekatkan sel mikroorganisme sehingga dapat dipisahkan
antara medium (supernatan) dan selnya yang mengendap (natan).
Sebaiknya dipilih tabung centrifuge yang memiliki tutup berulir.
Centrifuge dengan swing-out head (tabung centrifugeyang dapat
berayun) lebih aman dibandingkan dengan angle head (dudukan
tabung miring) karena menekan terbentuknya aerosol jika
menggunakan tabung yang tidak
bertutup (Hafsan, 2014).

Dalam bentuk yang sangat


sederhana sentrifuge terdiri atas
sebuah rotor dengan lubang-
lubang untuk meletakkan cairan
wadah / tabung yang berisi cairan
dan sebuah motor atau alat lain
yang dapat memutar rotor pada
kecepatan yang dikehendaki. Semua bagian lain yang terdapat pada
sentrifus modern saat ini hanyalah perlengkapan yang dimaksudkan
untuk melakukan berbagai fungsi yang berguna dan
mempertahankan kondisi lingkungan saat rotor tersebut bekerja.
Komponen utama pada proses sentrifugasi ialah instrumen
sentrifuge, rotor, dan tabung (wadah sampel). Sedangkan bagian
yang sifatnya asesoris umumnya bergantung mengikuti aplikasi yang
akan dilakukan pada proses tersebut. Instrumen sentrifuge, adalah
bagian yang menjadi alat penggerak proses sentrifugasi karena
didalamnya memiliki motor yang mampu berputar dan memiliki
pengaturan kecepatan perputaran. Centrifuge laboratorium yang
digunakan untuk pemisahan skala kecil. Volume cairan ditangani
oleh perangkat berada dalam kisaran 1 – 5.000 ml. Bahan yang akan
disentrifugasi didistribusikan dalam jumlah yang sesuai tabung
centrifuge yang pada gilirannya melekat secara simetris dalam blok
berputar disebut rotor.

Adapun bagian dari komponen alat sentrifuge terdiri dari sebagai


berikut

a. Motor : kecepatan motor yang tinggi akan menghasilkan gaya


sentrifugal yang tinggi
b. Speed control : untuk mengatur ecepatan motor agar sesuai
dengan kebutuhan. Tanpa speed control, motor akan berputar
dengan kecepatan maksimum
c. Timer : berfungsi untuk mengatur lamanya alat bekerja
d. Break system : pengereman motor diperlukan agar putaran
motor dapat dengan segera dihentikan (Gopala, 2016).

Cara membersihkan Centrifuge yaitu sebagai berikut.

1.) Buka penutup centrifuge dan buka Rotor secara perlahan dan
hati-hati, kemudian bersihkan bagian luar dan dalam centrifuge
dengan menggunakan pembersih khusus (Cleaning Solution /
Neutral Detergent).
2.) Pastikan semua sudut dan bagian tersempit terjangkau oleh
anda, untuk menghilangkan kotoran yang menumpuk pada satu
titik tertentu yang cukup sulit dijangkau, bersihkan juga rotor
yang sudah dilepas.
3.) Dalam kondisi tertentu seperti penumpukan garam (kristal) atau
ada bercak sampel yang sulit hilang, jangan ragu untuk
membersihkannya dengan sabun dan sikat lembut.
4.) Penumpukan garam atau kristal pada rotor atau pada permukaan
logam di centrifuge dapat menyebabkan karat dan tentunya
mengurangi masa pakai komponen tersebut. Setelah dicuci,
kemudian bilas dengan aquades, setelah itu dikeringkan. Kalau
centrifuge yang anda gunakan rutin dipakai untuk bahan bahan
yang infeksius, maka perlu diberikan desinfektan, tepatnya
setelah dikeringkan, kemudian seluruh bagian centrifuge diseka
dengan menggunakan Alkohol 70%. Caranya dengan
menyiapkan kain lembut yang kering, setelah itu tuang sedikit
alkohol 70% sampai kain agak lembab, dan usapkan ke seluruh
permukaan centrifuge, rotor, dll.
5.) Tahap terakhir yaitu lubrikasi, kita perlu menambahkan kembali
cairan atau gel pelumas pada tempat tempat yang rentan
bergesekan.
6.) Setelah semua sudah terlumaskan dengan baik,pasang kembali
komponen-komponen tersebut ke tempatnya, pastikan semua
baut atau pengunci sudah terpasang dengan benar dan kencang.

5. Labu Erlenmeyer

Labu erlenmeyer berfungsi


untuk menampung larutan atau
cairan. Labu Erlenmeyer dapat
digunakan untuk meracik dan
menghomogenkan bahan-
bahan komposisi media,
menampung akuades,
membuat pelarut, kultivasi
mikroorganisme dalam kultur cair, dll. Mulut labu yang kecil tapi
dengan bagian bawah yang melebar memberikan keuntungan
tersendiri saat bekerja secara aseptis atau ketika mengkultur
mikroorganisme yang membutuhkan aerasi (Hafsan, 2014).

Labu erlenmeyer disterilkan dengan sterilisasi basah. Metode


sterilisasi basah atau panas basah adalah pemanasan menggunakan
air atau uap air. Uap air adalah media penyalur panas yang terbaik
dan terkuat daya penetrasinya. Panas basah mematikan mikroba
melalui proses koagulasi, denaturasi enzim dan protein protoplasma
mikroba, sedangkan untuk mematikan spora diperlukan panas basah
selama 15 menit pada suhu 121 °C (Hadioetomo, 1985).

Sterilisasi basah menggunakan autoklaf. Sterilisasi menggunakan


autoklaf dilakukan pada botol kultur, kertas tissue dan alat-alat yang
terbuat dari plastik. Berikut prosedur sterilisasi basah:

1.) Alat-alat direndam dengan tipol selama 1 hari (24 jam).


2.) Setelah 24 jam alat-alat tersebut digosok menggunakan
penggosok cuci.
3.) Dibilas pada air kran sebanyak 21 kali, dan bilasan terakhir
mengunakan aquades.
4.) Dimasukkan ke dalam oven untuk dikeringkan pada suhu 50
°C sampai kering.
5.) Dikeluarkan dari oven dan kemudian satu per satu alat
dibungkus dengan alumunium voil.
6.) Dimasukkan kedalam autoklaf untuk disterilkan dengan suhu
121 °C pada tekanan 1 atm selama 15 menit.
7.) Dikeluarkan dari autoklaf dan dimasukkan kembali ke oven
untuk dikeringkan dengan suhu 50 °C sampai kering.
6. Cawan Petri

Cawan petri yaitu wadah yang menyerupai mangkuk dengan


dasar rata. Cawan ini digunakan sebagai wadah penyimpanan dan
pembuatan kultur media. Fungsi-Fungsi dari cawan petri ini yaitu
sebagai tempat pertumbuhan mikrobasecara kuantitatif dan sebagai
tempat pengujian sample. Prinsip kerjanya yaitu, medium diletakkan
di dalam cawan petri kemudian ditutup dengan menggunakan
penutup cawan. Cultur chamber digunakan untuk menumbuhkan
bakteri dan biasa digunakanh untuk melakukan sterilisasi. Cawan
petri/ petridish digunakan sebagai tempat memotong-motong eksplan
yang akan ditanam kedalam botol kultur. sebelum dipakai, cawan
petri harus disterilkan dengan cara dibungkus memakai koran, lalu
dimasukkan kedalam autoclave dan disterilkan selama satu jam.
Pembungkus cawan petri yang telah disterilisasi jangan dibuka diluar
enkas supaya tidak terkontaminasi. Penutup cawan petri jangan
dibuka jika tidak perlu dan usahakan membuka cawan petri
dilakukan secepat mungkin.

Prinsip
Kerja cawan
petri selalu
berpasangan,
yang ukurannya
agak kecil
sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya. Prinsip
kerjanya yaitu medium dapat dituangkan ke cawan bagian bawah
dan cawan bagian atas sebagai penutup.

Cara menggunakan cawan petri:

1) Sebelum digunakan, penting untuk memastikan cawan petri


dalam kondisi bersih dan bebas dari spesi lainnya yang dapat
mengganggu perkembangan mikroorganisme.
2) Setelah cawan petri dalam kondisi bersih dan steril, selanjutnya
kita masukkan media. Misalkan akan mengamati pertumbuhan
bakteri, maka media agar kita isikan ke dalam cawan petri.
3) Media agar ini mengandung nutrisi, garam, indikator, dan
antiobiotik untuk membantu mikroorganisme tumbuh dan
berkembang. Langkah selanjutnya adalah menyimpan cawan
petri ke dalam refrigrafor.
4) Kemudian, kita ambil sampel dari mikroorganisme yang akan
diamati dan ditempatkan secara perlahan ke dalam media kultur.

Hal yang perlu diperhatikan adalah ketika meletakkan, tidak


menekan terlalu kuat karena akan menyebabkan pecahnya media
kultur. Setelah tahap meletakkan mikroorganisme selesai, maka
cawan petri selanjutnya ditutup dan ditempatkan pada suhu sekitar
37ºC selama beberapa hari dan dibiarkan tumbuh. Beberapa hari
kemudian, sampel yang ada dalam cawan petri akan tumbuh dan siap
digunakan untuk penelitian.

7. Gelas Ukur
Gelas
ukur
adalah
tabung
yang
dilengkapi
dengan
bibir tuang dan kaki yang berbentuk heksagonal, memiliki skala dan
berfungsi untuk mengukur volume larutan yang akan digunakan.
Ukuran gelas ini bermacam-macam, mulai dari volume 25 ml sampai
dengan volume 250 mL. Prinsip kerjanya yaitu sebagai wadah
penyimpanan benda cair dengan jumlah besar dan berskala.

Prinsip kerja dari gelas ukur adalah mengukur larutan kimia


secara tidak teliti (tidak memerlukan ketelitian yang tinggi) dan tidak
masuk dalam perhitungan. Sebagai alat ukur, menjadikan gelas ukur
tidak boleh dipanaskan, hal ini karena ketika gelas ukur dipanaskan
akan mengakibatkan ketelitian dari gelas ukur menurun. Jadi hidari
memanaskan larutan atau carian dengan gelas ukur.
Fungsi gelas ukur:

a. Fungsi gelas ukur adalah untuk sebagai alat ukur volume


larutan atau cairan kimia yang tidak memerlukan ketelitian
yang tinggi.
b. Mengukur larutran atau raegen yang bertujuan untuk analisis
kualitatif, atau untuk pembuatan larutan standard skunder pada
proses tritasi.
c. Gelas ukur juga dapat digunakan untuk merendam pipet dalam
asam pencuci
d. Gelas ukur yang dilengkapi dengan tutup asah, maka gelas
ukur tersebut juga bisa digunakan untuk melarutkan zat sampai
volume tertentu.

Cara menggunakan gelas ukur:

1) Menyiapkan larutan yang ingin diukur volumenya, serta jangan


lupa juga pilih gelas ukur dengan ukuran yang sesaui.
2) Tungkan larutan tersebut ke dalam gelas ukur. Ingat bahwa
cara membaca skala peda gelas ukur bergantung dengan jenis
larutan yang ingin diukur volumenya. Jika larutan tak
berwarna maka perhatikanlah batas meniskus cekung bagian
bawah, dan jika larutan raksa maka perhatikanlah batas
meniskus cembung.
3) Setelah volume larutan sesuai dengan keinginan, serta
meniskus laruatan telah sesuai dengan skala gelas ukur, maka
langkah selanjutnya, perlu menuangkan larutan tersebut ke
dalam wadah lain yang sudah disiapkan.

Cara merawat gelas ukur:

a. Membersihkan gelas ukur setelah dipakai sesegera mungkin.


Untuk memcucinya dapat menggunakan ditergen yang
memang dirancang khusus untuk membersihkan perlatan
laboratorium. Kemudian dibilas dengan air suling dan bukan
air keran. Jika diperlukan, di akhir bilasan gelas ukur dengan
air deionisasi. Kemudian keringkan peralatan gelas ukur.

Cara mengeringkan peralatan laboratorium gelas:

a. Peralatan laboratorium gelas tidak disarankan untuk


dikeringkan menggunakan tissue atau dengan tekanan udara,
seperti menggunakan alat hairdryer. Mengeringkan dengan tisu
atau dengan alat tekanan udara, malah justru dapat
menimbulkan kotoran yang dapat mencemari larutan.
b. Setalah selesai dicuci, Anda bisa membiarkan saja gelas ukur
tersebut kering dengan sendirinya. Tapi jika Anda memang
harus menggunakan sesegera mungkin peralatan gelas ukur,
maka Anda bisa membilas gelas ukur sebanyak 2-3 kali
dengan asetot. Asetot akan cepat menghilangkan air dan air
pun akan cepat menguap.

8. Plat Tetes

Plat tetes adalah peralatan


laboratorium yang berbahan
keramik ataupun porselen
dengan lubang yang berfungsi
sebagai tempat untuk
meneteskan cairan kimia.
Bentuknya menyerupai
lempengan atau cekungan
seperti mangkok, namun
dengan ukuran yang kecil ini, plat tetes memiliki fungsi yang cukup
penting. Plat tetes berfungsi untuk mereaksikan suatu zat dengan
jumlah yang kecil. Biasanya di dalam pengujian kimia alat ini
digunakan sebagai tempat mereaksikan sampel dengan indikator zat
warna. Plat tetes juga berfungsi sebagai wadah untuk menguji pH
larutan asam maupun basa. Namun diantara kedua fungsi di atas,
ternyata plat ini memiliki banyak sekali fungsi seperti:

a. Observasi perilaku zat pada keadaan tertentu.


b. Analisis kualitatif untuk menentukan faktor terhadap suatu
sampel apakah terlarut atau hancur.
c. Menentukan polaritas zat atau sampel.
d. Menentukan kelarutan zat atau sampel.
e. Mengamati pembentukan endapan dan perubahan warna.
f. Memudahkan pengamatan saat merekasikan suatu zat.

Cara menggunakan plat tetes laboratoorium: cara menggunakan plat


tetes sangatlah mudah. Caranya yaitu letakan kertas lakmus
berwarna yang telah dipotong menjadi bagian yang kecil. Kemudian,
teteskan larutan yang ingin diperiksa sifat asam-basanya. Saat sudah
selesai menggunakan plat tetes untuk pemeriksaan suatu zat, kita
wajib membersihkannya dengan cara dicuci menggunakan air dan
juga sabun agar bisa menghilangkan zat yang menempel.

9. Laminar Air Flow

Laminar air flow merupakan sebuah alat laboratorium yang


digunakan untuk mengalirkan udara bersih secara terus-menerus.
Secara umum, alat ini dapat menyediakan ruang kerja steril yang
bebas dari kontaminan atau virus lain. Hal ini dilakukan agar
wilayah kerja terbebas dari debu, kotoran, spora dan partikel lainnya
yang tidak diharapkan. Alat ini sangat berperan penting dalam proses
inokulasi. Inokulasi merupakan proses penanaman atau pemindahan
bakteri ke media yang lebih spesifik dengan ketelitian tinggi.
Laminar air flow tidak hanya menyediakan tempat atau meja kerja
yang steril, bebas dari fungi, mikroba, bakteri, atau debu lainnya
yang dapat menyebabkan kontaminasi. Melainkan dengan
menggunakan laminar air flow diharapkan laboran atau pengguna
bisa merasa aman dari paparan bakteri atau mikro organisme yang
mungkin saja berbahaya dan bisa merusak bahan yang akan
digunakan pada pengujian. Hal ini berfungsi untuk meningkatkan
keberhasilan suatu
eksperimen atau
pengujian yang
dilakukan di dalam
laboratorium, yang
dimaksudkan agar proses
inokulasi tidak tercampur
dengan mikroba lain
yang tidak diinginkan. 

Bagian-Bagian Laminar Air Flow :

1. Panel Operasi
2. Ruang Kerja
3. Lampu UV
4. Lampu LED
5. Blower
6. Pre Filter
7. HEPA(High-Efficiency Particulate Air) Filter
8. ULPA (Ultra-Low Particulate Air) Filter

Prinsip kerja: Dimulai dengan udara yang masuk dengan cara


dihisap, udara akan melewati sebuah saringan yang dinamakan
dengan pre filter. Pre filter biasanya memiliki ukuran berkisar di 5
micro meter, sehingga debu dan kotoran tidak bisa melewati
saringan ini. Udara masuk ini memang sudah melewati filter, namun
tidak cukup baik. Maka dari itu dibantu dengan blower dihembuskan
kembali melewati HEPA Filter. Jika dirasa perlu lebih steril lagi,
maka bisa dilewatkan ke ULPA Filter.
Cara Kerja:

1.) Mengetahui dan memahami SOP atau petunjuk keselamatan


penggunaan laminar air flow.
2.) Lakukan pengecekan setidaknya untuk fungsi blower, lampu
uv dan lampu led sebelum menggunakan.
3.) Tidak diperbolehkan menggunakan laminar air flow dalam
keadaan rusak.
4.) Sebelum penggunaan laminar air flow diwajibkan untuk
melakukan persiapan dengan membersihkan laminar air flow
dengan alkohol dan menyalakan lampu uv serta blower selama
kurang lebih 30 menit.
5.) Kaca atau akrilik harus selalu pada posisi yang benar, terutama
ketika sudah mulai bekerja.
6.) Siapkan dan masukan alat dan bahan secukupnya pada meja
kerja laminar air flow, dengan terlebih dahulu dilakukan
sterillisasi.
7.) Hindari penggunaan bunsen di dalam laminar air flow, karena
memungkinan merusak filter dengan suhu panas yang
dipaparkan.
8.) Hindari bekerja secara berkelompok pada laminar air flow
yang sama, terlebih jika banyak orang hilir mudik melintas di
depan laminar air flow.
9.) Bersihkan laminar air flow setelah digunakan dan pastikan
meninggalkan dalam keadaan bersih.
10.) Matikan lampu uv, led dan blower setelah selesai digunakan.

Perawatan Sederhana Laminar Air Flow :

a. Keadaan pre filter harus selalu diperhatikan. Jika terlihat debu


atau kotoran yang menempel segera dicuci, keringkan, lalu
pasang kembali.
b. Rutin membersihkan HEPA filter menggunakan angin
compressor yang bertekanan tinggi
c. Ketika digunakan, buka kaca penutup bagian atas agar lampu
UV dapat terefesiensi dengan baik.

Perawatan Menengah Laminar Air Flow :

a. Bersihkan laminar air flow menggunakan kain basah. Perlu


diperhatikan, bagian HEPA filter tidak boleh terkena air sedikit
pun supaya bisa berfungsi dengan baik.
b. Selama proses perawatan, nyalakan kipas LAF selama 1 jam
dengan kecepatan yang maksimal.
c. Bagian dalam sebaiknya dibersihkan menggunakan alkohol
atau desinfektan.
d. Lampu UV harus tetap menyala walaupun kipas tidak
berfungsi.
e. Untuk mencegah terjadinya kontaminasi, sebaiknya Laminar
Air Flow di bersihkan lagi menggunakan alkohol atau cairan
desinfektan.

Perawatan Khusus Laminar Air Flow : 

a. Rutin memberikan pelumas seperti minyak pada kipas LAF


supaya berputar dengan lancar. Minyak yang digunakan
biasanya minyak pelumas untuk mesin jahit.
b. Jika pre-filter sudah tidak layak digunakan atau rusak, bisa
diganti dengan grass fibre filter. Bila tidak ada, dapat diganti
dengan dilter biasa atau kapas aquarium.
c. Untuk perawatan yang lebih baik, HEPA filter dibersihkan tiap
6 bulan sekali dan diganti tiap 24 bulan dari awal penggunaan.
d. Penggantian filter pada Laminar Air Flow harus diperhatikan
agar semua lubang dapat tertutup dengan silicon rubber.
Hindari benda tajam dari HEPA filter karena akan
mengakibatkan kerusakan dan robek pada lapisan filter
sehingga banyak udara yang masuk ke dalam. Udara tersebut
akan memancing kotoran lain yang masuk sehingga dapat
menyebabkan kontaminasi.

10. Autoklaf

Autoclave terdiri dari 2 kata, yakni : “auto” berasal


dari bahasa Yunani yang berarti diri, dan “clavis” dari bahasa
latin yang berarti kunci. Auto-clavis mungkin bisa diartikan secara
sederhana mengunci diri, alat pengunci diri, atau ruang kedap yang
terkunci dan tertutup rapat.  Autoclave atau autoklaf adalah sebuah
alat laboratorium yang digunakan untuk mensterilkan alat-alat
laboratorium setelah digunakan.  Autoklaf atau autoclave adalah
sebuah mesin steam yang digunakan untuk mensterilkan peralatan
laboratorium. Mesin steam ini tentunya menggunakan uap untuk
melakukan sterilisasi agar virus, bakteri, jamur, dan organisme
lainnya dapat mati. Autoklaf juga digunakan untuk sterilisasi alat
laboratorium seperti mikropipet. 

Fungsi Autoclave secara umum adalah untuk sterilisasi, adapun


apa saja objek yang disterilisasi terdapat beberapa jenis, seperti :

a. Peralatan medis (kedokteran)

b. Peralatan laboratorium (research)

c. Media cair dan padat

Sterilisasi menggunakan autoclave  memanfaatkan suhu panas


pada air yang diubah menjadi uap air. Beberapa alat laboratorium
memungkinkan proses sterilisasi menggunakan autoklaf, namun
beberapa alat lainnya membutuhkan proses sterilisasi menggunakan
metode yang berbeda, misal ultrasonic cleaner.
Dalam bidang mikrobiologi, fungsi autoclave juga memegang
peranan penting. Sebagai contoh dalam proses pembiakan mikroba
dibutuhkan media, baik media cair, media semi padat maupun media
padat. Tidak hanya sterilisasi di awal sebelum penggunaan, setelah
pengamatan mikroba baiknya dilakukan sterilisasi juga sebelum
media tersebut dibuang sebagai limbah.

Jika diambil jenis kasus yang sangat sederhana, autoklaf itu


seperti panci kukus nasi di dapur. Digunakan untuk mengukus  atau
memanaskan nasi. Perbedaannya, pada panci kukus nasi
menggunakan api sebagai energi panas, sedangkan
pada autoclave laboratorium menggunakan energi listrik, yakni
mengubah energi listrik menjadi energi panas. Energi panas
disalurkan ke air, air menjadi mendidih dan menghasilkan uap air,
uap air berkumpul dan meningkatkan tekanan. Udara terdorong
keluar dan suhu terus meningkat dan dikontrol sesuai
kebutuhan. Panas dari uap air yang mendidih dan tekanan tinggi
akan dikontrol pada rentan waktu tertentu sehingga bisa membunuh
mikroba pada suhu 100 hingga 134°C

Berikut ini adalah langkah-langkah yang harus diikuti saat


menjalankan autoklaf, yaitu:

1.) Masukan air dengan jumlah volume yang sesuai dengan


kebutuhan, jika terdapat indikator penunjuk pada bak
penampung air, itu bisa dijadikan patokan yang ideal, karena
setiap jenisnya membutuhkan supply air yang berbeda-beda.

2.) Jika jenis autoklaf yang anda miliki sudah termasuk jenis yang
canggih sehingga indikator hanya akan terlihat ketika ada supply
listrik(sudah terhubung), anda dipastikan harus menghubungkan
listrik dan menyalakan tombol power terlebih dahulu.

3.) Tempatkan media cair, atau media padat atau peralatan


laboratorium yang  akan disterilisasi pada autoklaf. Pastikan
anda menyusunnya dengan rapi, jika terdapat rak untuk
menyusunnya serapi mungkin, gunakan.

4.) Tutup autoclave dengan baik dan rapat, kemudian cek kembali
safety clamp sebelum melakukan proses sterilisasi. Jika safety
clamp pada alat ini berupa mur-baud putar, maka pastikan
tertutup rapat.

5.) Setting waktu dan suhu pada alat ini sesuai dengan kebutuhan,
kemudian tekan tombol start. Pada jenis autoclave otomatis,
anda akan memerlukan proses memilih cycle untuk menentukan
cycle mana yang paling tepat
untuk produk yang akan anda
sterilisasi.

6.) Setelah proses steriliasi berakhir


dan suhu menjadi dingin, anda
baru bisa memindahkan produk
keluar dari autoclave.

7.) Kosongkan autoclave dari


produk yang telah disterilisasi setiap kali sudah digunakan. Jika
tidak digunakan dalam waktu yang cukup lama disarankan
untuk mengkosongkan air pada bak penampung, memutus
hubungan autoklaf dengan sumber listrik.

Bagian-Bagian Autoclave

1. Kabel Power
2. Power Button
3. Main Body
4. Heating Element
5. Gas Pressure Meter
6. Temperature Sensor Indicator
7. Panel Operasional
8. Rak Autoclave
9. Safety Clamp
10. Over Pressure Plug
11. Inlet dan Outlet
12. Vacuum generator
13. Wastewater cooler

G. Kesimpulan

Sebelum melakukan kegiatan praktikum mengenai peralatan yang


ingin digunakan harus disterilkan terlebih dahulu dan praktikan harus
dapat memahami serta mempelajari mengenai alat-alat laboratorium yang
akan digunakan. Sterilisasi atau suci hama yaitu proses membunuh segala
bentuk kehidupan mikroorganisme yang ada dalam sampel/contoh, alat-
alat atau lingkungan tertentu.Teori pengenalan alat-alat laboratorium
bertujuan untuk membuat praktikan mengetahui fungsi atau kegunaan alat-
alat laboratorium, oleh karena itu, fungsi daripada tiap-tiap alat akan
dijelaskan dengan tujuan agar praktikan dapat memahami secara jelas
kegunaan alat-alat laboratorium yang akan dipakai.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2012. Pengenalan Alat Mikrobiologi. Jakarta: Erlangga

Baradero, M., Dayrit, M.W., dan Siswadi, Y. 2009. Prinsip dan Praktik
Keperawatan Perioperatif Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya.Salemba


Medika. Jakarta.

Gopala, Janwarsa. 2016. Pengaruh Kecepatan Sentrifugasi Terhadap Hasil


Pemeriksaan Sedimen Urin Pagi Metode Konvensional. Skripsi.
Semarang : Universitas Muhammadiyah.

Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B. 2006. Buku Ajar Keperawatan


Perioperatif Kedokteran EGC. Jakarta.

Hadioetomo, R. S. 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Jakarta : PT.


Gramedia.

Hafsan. 2014. Mikrobiologi Analitik. Makassar : Alauddin University Press.

Imamkhasani. 1998. Penuntun Dasar Dasar Kimia. Jakarata: Lepdikbud

Moningka.2008.Kimia Universitas Edisi Kelima. Erlangga, Jakarta.

Purnomo, B. 2011. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Pertanian UNIB.


Bengkulu

Ramli.2002 .Analisis Kimia Kualitatif . Erlangga, Jakarta.

Riadi.1990. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif : Choosing Effective


LaboratoryTests. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Sudarmadji. 2000. Penuntun Dasar Dasar Kimia. Jakarta: Lepdikbud

Tille, P. M. (2017). Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. In Basic Medical


Microbiology (fourteenth, p. 45). St. Louis Missouri: Elsevier.

Walton. 2005. Kamus Istilah Kimia Analitik Indonesia. Bandung: Ganeca


Yunilas dan Eri Yusni. 2017. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Akuatik.
Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai