MIKROBIOLOGI PANGAN
DISUSUN OLEH:
SUHARMAN, S.TP., M.Sc.
UNIVERSITAS PGRI
YOGYAKARTA
2022/2023
KATA PENGANTAR
Buku petunjuk praktikum mikrobiologi pangan ini disusun dalam rangka sebagai
salah satu acuan yang digunakan dalam praktikum mikrobiologi pangan. Praktikum
mikrobiologi pangan diselenggararakan untuk mendukung matakuliah mikrobiologi panga.
Dalam buku petunjuk praktikum ini akan dipraktekkan mengenai :
Peserta praktikum
Peserta yang mengikuti praktikum disebut praktikan, praktikan yang berhak dan wajib
mengikuti semua kegiatan praktikum adalah para mahasiswa yang mengikuti dan mengisi
KRS online pada matakuliah mikrobiologi pangan semester IV.
1. Praktikan harus mengikuti seluruh materi praktikum sesuai dengan ketentuan yang ada
pada buku petunjuk praktikum mikrobiologi pangan
2. Ijin berhalangan hadir harus menunjukkan surat keterangan baik sakit (dari dokter)
atau tugas dari institusi (universitas/fakultas).
3. Dalam laboratorium, praktikan tidak diperbolehkan membawa makanan, minuman,
maupun merokok dalam laboratorium.
4. Setiap memasuki laboratorium diwajibkan untuk memakai jas laboratorium, sarung
tangan ataupun alat pelindung diri lainnya.
5. Bagi mahasiswa yang terlambat hadir 15 menit tidak diperkenankan masuk mengikuti
acara praktikum saat itu dan harus mengganti sendiri dilain waktu.
6. Seluruh praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium, dan meletakkan kembali
semua peralatan atau bahan yang digunakan selama praktikum serta membuang
sampah ataupun bahan sisa pakai yang tidak digunakan kembali ke tempat yang sudah
dipersiapkan.
7. Menjaga ketenangan dan kedisiplinan selama praktikum
Alat-alat
- 20 % post/pre test
- 10 % kehadiran dan kedisiplinan
- 40 % nilai laporan praktikum
- 30 % nilai ujian akhir praktikum / responsi
Laporan
A. Latar Belakang
Kajian bidang peternakan memiliki berbagai aspek yang dapat dikaji. Salah satunya
adalah dalam bidang mikrobiologi, dimana dalam proses melakukan pekerjaannya harus
dilakukan secara aseptik. Bekerja secara aseptik adalah prinsip yang paling utama dalam
aktivitas pengamatan yang berhubungan dengan mikrobia. Kesterilan ruangan, pengguna,
alat, dan bahan-bahan mutlak dibutuhkan karena mikrobia tersebut berukuran sangat kecil,
tidak kasat mata, mudah tersebar, dapat hidup dimana saja sehingga dibutuhkan suatu
keadaan yang benar-benar steril. Hal tersebut dilakaukan guna mengurangi terjadinya
kontaminasi. Steril sendiri merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam
laboratorium mikrobiologi. Teknik-teknik tertentu diperlukan agar sterilisasi dapat
dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang
mengkontaminasi media.
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Sebagai contoh, hal-hal yang
dilakukan ketika pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik,
sesungguhnya hal tersebut telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu dengan cara
pembakaran (Hadioetomo, 1985).Artinya, pada bahan atau peralatan yang akan digunakan
harus bebas dari mikroorganisme yang tidak diingikan yang dapat merusak media atau
koloni suatu mikroorganisme yang ditumbuhkan. Setelah mengetahui dan memahami
pentingnya bekerja secara aseptik, perlu diketahui pula peralatan laboratorium dan bahan
yang merupakan unsur penting yang harus ada dalam praktek mikrobiologi. Peralatan
laboratorium dan bahan yang umum digunakan antara lain :
1) Laminar air flow (LAF)
Alat yang berfungsi sebagai ruangan untuk pengerjaan secara eseptis. Prinsip peng-
aseptisan suatu ruangan berdasarkan aliran udara keluar dengankontaminasi udara
dapat diminimalkan.
2) Mikroskop
Alat bantu yang digunakan untuk melihat benda-benda atau jasad renik
yangtidak dapat terlihat secara kasat mata.
Gambar 3. Mikroskop
3) Autoklaf
Alat yang hampir mirip dengan panci atau dandang, alat ini berfungsi untuk
sterilisasi alat dan bahan yang akan digunakan untuk pekerjaan mikrobiologi.
4) Kompor Listrik
Alat yang digunakan untuk memanaskan media atau bahan lain yang akan
digunakan dalam praktek mikrobiologi.
6) Timbangan Analitik
Alat yang berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam
praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi.
9) Vortex
Alat yang berfungsi untuk menghomogenkan suspensi sampel.
berukuran kecil dan pendek, ada pula yang berukuran besar dan panjang.
secara tepat.
17) Pipet Filler atau Rubber Bulb
Alat untuk menyedot larutan yang dapat dipasang pada pangkal pipet ukur.
18) Inkubator
Alat yang berfungsi untuk menumbuhkan mikroorganisme
yangingin ditumbuhkan (untuk menginkubasi).
20) Spatula
Berupa sendok panjang dengan ujung atasnya datar, terbuat dari
stainlesssteelatau alumunium. Fungsi dari spatula antara lain :
a. Untuk mengambil bahan kimia yang berbentuk padatan
b. Dipakai untuk mengaduk larutan
23) Bunsen
Alat yang berfungsi untuk sterilisasi dengan pemanasan.
26) Erlenmeyer
Alat yang digunakan untuk meletakkan larutan atau untuk meletakkan
29) Kaca Benda dan Kaca Penutup ( Object Glass dan Cover Glass)
Kaca benda berguna untuk meletakkan objek pengamatan mikroskopik. Kaca
penutup berguna untuk menutup objek pengamatan mikroskopis yang akan
diamati.
30) Indikator Kertas pH Universal
Merupakan campuran dari bermacam-macam indikator yang dapatmenunjukkan pH
suatu larutan dari perubahan warnanya.
2) Karet
Untuk mengikat erat tutup gelas kaca agar tidak terkontaminasi. Bisa juga
digunakan untuk mengikat alumunium foil pada alat yang akan disterilisasi.
4) Alkohol 70%
Untuk sterilisasi dan kerja aseptis.
Bahan
1) Aluminium foil 4) Aquades
2) Karet dan kertas sampul coklat 5) MRSA
3) Alkohol 70% , spirtus 6) Potato Dextrose Agar (PDA)
D. Prosedur Kerja
Bekerja dengan Teknik Aseptis
a. Rapihkan meja dari alat-alat dan bahan yang masih ada di atasnya,
b. Lakukan penyemprotan sekitar meja kerja dengan alkohol 70% beberapa
kali sampai merata,
c. Semprotkan meja dan tangan dengan alkohol 70% (semprotkan ke tangan
dan usapkan ke seluruh permukaan tangan),
d. Gunakan sarung tangan (gloves) (jika tangan sudah kering dari alkohol),
e. Letakkan alat dan bahan yang diperlukan di atas meja yang sudah
disterilkan,
f. Semprotkan semua permukaan alat dengan alkohol 70%,
g. Letakkan pembakar bunsen, nyalakan dan tunggu beberapa saat,
h. Apabila tidak menggunakan gloves, sebelum memulai melakukan
pekerjaan, semprotkan kembali alkohol 70% ke tangan dan usapkan ke
seluruh permukaan tangan, dan
i. Mulailah melakukan pekerjaan.
Semprot
Semprot tangan Letakkan alat dan bahan
meja dengan yang diperlukan di atas meja
alkohol
5 6
Semprotkan semua 7
permukaan alat
dengan alkohol 70%,
Letakkan pembakar
Bunsen ,nyalakan , dan
diamkan beberapa saat.
Prosedur sterilisasi
Sterilisasi autoklaf
1. lsi autoklaf dengan air sampai dekat angsang (dasar yang berlubang- lubang tempat
me1etakkan bahan yang disterilkan).
2. Bahan-bahan yang akan disterilkan dimasukkan. Media yang disterilkan dalam Erlenmeyer
atau tabung reaksi harus ditutup rapat dengan kapas dan aluminium foil.
3. Tutup autoklaf dan kencangkan ulir penutupnya.
4. Buka kran pengeluaran uap air.
5. Stel waktu yang diinginkan untuk sterilisasi (15 menit).
6. Tekan tombol untuk menghidupkan.
7. Jika uap air sudah mulai keluar, tutuplah kran pengeluaran uap air.
8. Tekanan uap dalam autoklaf akan naik sampai 2 atm, dan suhunya akan mencapai 121°C.
9. Jika waktu sterilisasi sudah dicapai, tekanan dalam autoklaf akan turun perlahan, dan tunggu
sampai tekanan menunjukkan angka nol, atau ditunggu sampai agak dingin.
10. Buka autoklaf hati-hati dan keluarkan bahan yang telah disterilkan tersebut. Simpan dan
pisahkan tempatnya dengan bahan-bahan yang belum disterilkan.
Alat-alat yang terbuat dari kaca, misalnya Erlenmeyer, tabung reaksi, pipet, cawan petri sebelum
dipakai perlu disterilkan dengan oven.
1. Tutuplah erat-erat erlenmeyer dan tabung reaksi dengan kapas. Pipet dikelompokkan menurut
volumenya, dan masukkan dalam wadah yang tersedia atau dibungkus dengan kertas payung
atau aluminium aluminium foil. Demikian pula untuk cawan Petri.
2. Masukkan ke dalam oven
3. Tutup oven dengan benar
4. Atur tombol pengatur suhu sesuai dengan suhu yang diinginkan (170-180oC) selama 2 jam
5. Setelah sterilisasi, tunggu sampai suhu dalam oven mendekati suhu ruang, kemudian
bukalah oven hati-hati.
6. Keluarkan alat-alat yang sudah steril dan pisahkan tempatnya dengan alat-alat lain
yang belum steril.
ACARA II.
METODE ASEPTIS
A. Metode Aseptis
Teknik aseptis sangat penting dalam pengerjaan mikrobiologi yang memerlukan ketelitian
dan keakuratan disamping kesterilan yang harus selalu dijaga agar terbebas dari kontaminan yang
dapat mencemari. Populasi mikroba di alam sekitar kita sangat besar dan komplek. Beratus-ratus
spesies berbagai mikroba biasanya menghuni bermacam-macam bagian tubuh kita, termasuk mulut,
saluran pencernaan, dan kulit. Sekali bersin terdapat beribu-ribu mikroorganisme sehingga
diperlukan teknik yang dapat meminimalisirnya seperti pengisolasian (Pelczar & Chan, 1986).
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu
metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke
tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik
ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang
hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar
tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama
pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan
makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau
penjepit yang steril (Afrianti, 2004).
Metode aseptis
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam metode aseptis adalah :
1. Jangan digunakan ose yang belum steril untuk menyentuh kultur. Ini untuk mencegah
terjadinya kontaminasi yang dibawa oleh ose.
2. Mulut tabung harus dipanasi baik pada saat ose dimasukkan atau saat dikeluarkan dari
tabung. Pemanasan pertama ditujukan untuk mencegah masuknya udara luar yang membawa
partikel debu masuk ke dalam tabung, sedang pemanasan kedua ditujukan untuk membakar
sel-sel yang jatuh atau menempel pada mulut tabung saat ose dimasukkan atau ditarik.
3. Tabung terbuka harus dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
4. Jangan menempatkan tutup pada permukaan area pekerjaan atau menyentuhnya. Tutup dijaga
agar tidak bersinggungan dengan tempat-tempat sebagai sumber kontaminan.
5. Ose yang telah digunakan harus disterilkan untuk mencegah kontaminasi meja bekerja
dengan kultur yang sedang digunakan.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan memindahkan kultur secara
aseptis.
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah Ose bermata dan ose jarum.
Bahan-bahan yang digunakan ialah Kultur bakteri, media MRSA, PCA , PDA dan Spirtus.
D. Prosedur Kerja
Memindahkan kultur dari tabung ke tabung
1. Siapkan tabung reaksi dan ose yang akan digunakan
2. Pegang ose seperti saat memegang pensil
3. Pijarkan ose diatas api spirtus sampai merah membara
4. Biarkan ose dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindah
5. Buka tutup kapas pada tabung reaksi tempat kultur yang akan dipindah dengan jari kelingking
6. Bakar mulut tabung dengan api spirtus, kemudian masukan ose dan ambil satu ose kultur yang
tumbuh ditabung
7. Bakar mulut tabung sekali lagi dan tutup dengan kapas, selanjutnya diletakan kembali pad
arak
8. Ambil tabung yang baru, buka tutupnya dan bakar mulutnya diatas api, masukan ose tempat
kultur menempel dan goreskan pada media baru
9. Bakar kembali mulut tabung, tutup dengan kapas dan letakan kembali
10. Panaskan ose setelah selesai dipakai atau sebelum diletakan kembali
11. Inkubasi tabung reaksi yang sudah diinokulasikan
Memindahkan kultur dari tabung ke cawan petri
1. Pijarkan ose diatas api spirtus sampai merah membara
2. Biarkan ose dingin sebelum menyentuh kultur yang akan dipindah
3. Bakar mulut tabung dengan api spirtus, kemudian masukan ose dan ambil satu ose kultur yang
tumbuh ditabung
4. Bakar mulut tabung sekali lagi dan tutup dengan kapas, selanjutnya diletakan kembali pada
rak
5. Buka cawan petri tempat kultur yang akan dipindah dengan tangan kiri
6. Goreskan ose pada media agar dan tutup kembali cawan petri
7. Inkubasi cawan petri pada inkubator
Memindahkan kultur cair dari tabung ke Erlenmeyer
1. Pegang tabung reaksi tempat kultur cair dengan tangan kanan dan buka tutup kapasnya
dengan menjepitnya pada jari kelingking tangan kiri secara aseptis.
2. Pegang Erlenmeyer dengan tangan kiri dan buka tutp kapasnya dengan menjepitnya pada jari
kelingking tangan kanan secara aseptis
3. Pindahkan kultur cair dari labu ke Erlenmeyer
4. Sebelum tutup kapas dimasukan panasilah terlebih dahulu mulut Erlenmeyer
5. Inkubasikan Erlenmeyer pada inkubator
ACARA III
A. Morfologi mikroorganisme
Morfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk:, ukuran dan susunan sel. Biasanya
bentuk dan ukuran mikrobia ditentukan secara genetik, dan kebanyakan bakteri mempunyai
dinding sel yang sangat kaku (rigid). Perubahan lingkungan mungkin dapat sedikit
mempengaruhi bentuk: dan ukuran sel, seperti sel bentuk: batang menjadi lebih pendek atau
lebih panjang, namun hampir tidak pernah terjadi perubahan dari bentuk: bulat menjadi bentuk:
batang atau sebaliknya. Oleh karenanya, bentuk dan ukuran mikrobia merupakan karakteristik
yang penting yang dapat digunakan untuk: identifikasi.
Sebagian besar bakteri berbentuk silinder atau bulat. Bakteri silinder dapat berbentuk:
lurus atau lengkung. Bentuk silinder lurus ini disebut rod (batang), yang bervariasi dari
panjang tipis sampai pendek tebal. Bentuk: silinder lengkung juga bervariasi dari pendek
dan sedikit lengkung menyerupai koma sampai spiral panjang. Disamping itu bakteri bentuk:
batang juga bervariasi dalam tingkat keeratannya satu sarna lain setelah pembelahan sel. Hal ini
menen- tukan apakah selnya berupa sel tunggal, berpasangan atau merupakan rantai
panjang. Bakteri bentuk bulat sering juga disebut cocci. Sel-selnya dapat tampak berpasangan
(diplococci), rantai panjang (streptococci), berbentuk: kubus (sarcinae) atau tidak beraturan
menyerupai buah anggur (staphylococcl). Susunan sel ini tidak sestabil bentuk sel karena
susunan sel tersebut dapat berubah selarna penanganan dan preparasi sampel untuk pengamatan
mikroskopis.
Diantara tumbuh-tumbuhan rendah, maka golongan ganggang (alga) dan golongan jamur
merupakan kelanjutan daripada golongan bakteri. Baik jamur yang bersahaja maupun jamur yang
tingkat tinggi, tubuhnya mempunyai ciri yang khas, yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang
yang disebut misselium atau berupa kumpulan benag-benang yang padat menjadi satu. Hanya
golongan ragi (saccharomycetes) itu tubuhnya berupa sel-sel tunggal. Ciri kedua ialah, jamur tidak
mempunyai klorofil, sehingga hidupnya terpaksa heterotrof.
Golongan jamur mencakup lebih daripada 55.000 species. Jumlah ini jauh melebihi jumlah
species bakteri. Tentang klasifikasinya belum ada kesatuan pendapat yang menyeluruh diantara para
sarjana taksonomi. Bakteri dan jamur merupakan golongan tumbuh-tumbuhan yang tubuhnya tidak
mempunyai diferensiasi, oleh karena itu disebut tumbuhan talus (thallophyta), lengkapnya
thallophyta yang tidak berklorofil.
B. Tujuan
Mikroskop
Bakteri (Lactobacillus, Streptococcus)
Jamur (Rhizopus)
Yeast (Saccharomices)
D. Prosedur kerja
E. PENGAMATAN
Tujuan dari pengenceran yaitu memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang terdapat
pada suspensi atau larutan sampel. Penentuan besarnya atau banyaknya tingkat pengenceran
bergantung pada perkiraan jumlah mikroba yang terdapat pada sampel. Digunakan perbandingan 1 :
9 untuk sampel dan pengenceran pertama dan selanjutnya, sehingga pengenceran berikutnya
mengandung 1/10 sel mikroorganisme dari pengenceran sebelumnya.
- Goresan “T”
Pada metode goresan T, media pada cawan petri dibagi menjadi 3 daerah, ujung jarum ose
digoreskan pada daerah 1 secara zig-zag. Kemudian panaskan jarum ose dan tunggu dingin
dan lanjutkan goresan pada daerah 2, kemudian cawan diputar untuk memperoleh goresan
yang sempurna. Lakukan hal yang sama pada daerah 3.
- Goresan kuadran
Metode ini hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi
menjadi empat. Daerah 1 merupakan daerah awal sehingga masih mengandung banyak sel
mikroba. Goresan kedua dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga
jumlahnya lebih sedikit, dan begitu seterusnya hingga daerah 4 yang akhirnya terpisah-pisah
menjadi koloni tunggal.
Gambar . Streak plate method dengan
goresan sinambung
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui teknik isolasi dan enumerasi
mikroorganisme pada sampel bahan pangan
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah kawat ose, tabung reaksi, pipet, bola hisap,
pembakar bunsen, mikro pipet, botol semprot alkohol, cawan petri, autoklaf.
Bahan-bahan yang digunakan ialah sampel makanan, aquades, alcohol 70%,
NaCl 0,85%, media MRSA dan PCA.
D. Prosedur Kerja
PENGECATAN GRAM
A. Pengecetan Gram
Pewarnaan gram atau metode gram adalah suatu metode empiris untuk
membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar, yaitu gram positif dan
gram negative, berdasarkan sifat kimia dan fisik dinding sel bakteri. Metode
tersebut diberi nama berdasarkan penemunya ilmuwan Denmark, Hans Christian
Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik tersebut pada tahun 1884 untuk
membedakan antara Pneumococcus dan bakteri Klebsiella pneumonia (Karmana
2008).
Bakteri garam positif adalah bakteri yang mempertahankan zat warna metil
ungu atau Kristal ungu sewaktu proses pewarnaan gram. Bakteri jenis tersebut akan
berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop, sedangkan bakteri gram negative
akan berwarna merah muda atau merah. Perbedaan klasifikasi antara kedua jenis
bakteri tersebut terutama didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel bakteri
(Karmana 2008).
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak mampu mempertahankan zat
warna metil ungu atau kristal ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram
positif akan mempertahankan warna ungu gelap setelah dicuci dengan alcohol,
sementara bakteri gram negatif tidak. Pada uji pewarnaan gram, suatu pewarna
penimbal (counterstain) ditambahkan setelah metil ungu atau Kristal ungu, yang
membuat semua bakteri gram negative menjadi berwarna merah atau merah muda.
Pengujian tersebut berguna untuk mengklasifikasikan kedua tipe bakteri tersebut
berdasarkan perbedaan struktur dinding sel mereka (Karmana 2008).
Metode pewarnaan spora berfungsi untuk mempermudah pengamatan agar
peneliti atau pengamat mampu melihat spora, membedakan dengan sel vegetatif
ataupun mengamati bentuknya. Endospora tidak mudah diwarnai dengan zat
pewarna pada umumnya. Hal tersebut yang menjadi dasar dari metode pengecatan
endospora dengan larutan hijau malasit. Metode Shaeffor, foton endospora diwarnai
pertama dengan larutan hijau malasit. Pengecatan tersebut sifatnya kuat karena
dapat berpenetrasi ke dalam endospora dengan perlakuan larutan hijau malasit.
Teknik tersebut akan menghasilkan warna hijau pada endospora dan merah pada
sel vegetatif (James 2002).
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengklasifikasikan antara bakteri gram
positif dan negatif berdasarkan pewarnaan gram serta mengamati morfologinya di
bawah mikroskop.
C. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan ialah kawat ose, tabung eppendorf, spirtus, kaca preparat,
kaca penutup dan mikroskop.
Bahan-bahan yang digunakan ialah kultur bakteri L.bulgaricus, dan E.coli, aquades,
alcohol 70%, kristal violet atau kristal ungu, kalium iodida (KI), alkohol 96%,
safranin, dan minyak imersi.
D. Prosedur
1. Pewarnaan Gram
a) Bersihkan gelas benda dan gelas penutup dengan alkohol sampai bebas
lemak dan debu. Beri label pada ujung gelas benda dengan nama atau inisial
bakteri yang akan dicat. Di bawah gelas benda digambarkan bulatan
berdiameter 1 cm dengan spidol. Gunakan daerah ini sebagai daerah untuk
pengecatan mikrobia. Balikkan gelas benda sehingga gambar bulatan ada di
baliknya.
b) Letakkan 1 tetes aquades pada permukaan gelas benda di dalam daerah yang
sudah digambar. Ambil sedikit biakan bakteri dengan ose bermata secara
aseptis dan campur dengan aquades yang ada pada gelas benda. Ratakan
suspensi ini pada seluruh bulatan area. Lakukan hal yang sama untuk bakteri
yang lain. Bila bakteri berasal dari kultur cairan, pindahkan beberapa ose ke
dalam gelas benda tanpa dicampur dengan aquades. Ratakan selnya pada
seluruh permukaan bulatan.
c) Kering anginkan (dengan kipas angin) hingga membentuk noda.
d) Lakukan fiksasi dengan cara ,melewatkan gelas benda pada nyala api
beberapa kali. Jangan biarkan gelas benda langsung kena nyala api sehingga
menjadi terlalu panas. Untuk mengetes suhu fiksasi, tempelkan gelas benda
pada pergelangan tangan selama 1-2 detik. Fiksasi yang baik adalah apabilaterasa
hangat, bukan terasa panas.
e) Bubuhkan cat utama violet kristal 2-3 tetes, diamkan selama 1 menit.
f) Cuci dengan air mengalir, kemudian kering anginkan (dengan kipas angin).
g) Tetesi dengan beberapa tetes larutan iodin, biarkan selama 1 menit.
h) Cuci sisa iodin dengan air mengalir dan kering anginkan.
i) Miringkan gelas benda, cuci dengan larutan etanol dengan cara meneteskan etanol pada
permukaan noda bakteri sampai etanol bekas cucian tidak berwarna, selama 30 detik.
j) Cuci dengan air mengalir secara singkat, kemudian kering anginkan.
k) Bubuhkan beberapa tetes cat penutup safranin dan diamkan selama 2 menit.
l) Cuci secara cepat dengan air mengalir dan kering anginkan. Tutup permukaan dengan
gelas penutup.
m) Amati preparat dengan mikroskop perbesaran kuat (dengan minyak imersi). Sel akan
berwarna merah muda/pink (Gram negatif) atau biru ungu (Gram positif). Catat hasil
pengecatan Gram (+ atau -), ukuran relatif bakteri dan ciri-ciri yang lain (dalam bentuk
berikatan, berkelompok dsb) untuk setiap preparat. Gambar beberapa sel yang mewakili
dan tuliskan perbesaran yangbaik.
ACARA VI
A. METODE MPN
Kualitas air yang dapat menunjang kehidupan manusia ditentukan oleh kualitas lingkungan.
Keberadaan mikroorganisme dalam lingkungan perairan menyebabkan air tersebut tidak layak
digunakan sebagai air konsumsi maupun untuk kebutuhan sehari-hari. Menurut World Health
Organization (WHO) dan American Public Health Association (APHA) kualitas air ditentukan
oleh kehadiran dan jumlah bakteri didalamnya. Terdapat beberapa jenis bakteri terutama bakteri
Escherichia coli dan Coliform. Keberadaan Escherichia coli dan Coliform dapat di uji dengan
metode Most Probable Number (MPN). Tabel tersebut dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah
bakteri Coliform di dalam 100 ml sampel air yang positif terhadap uji penduga (presumptive
test), uji penegas (confirmative test) dan uji pelengkap (complete test).
Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 51 tahun 2004 Tentang Baku
Mutu Air Laut, persyaratan air bersih dapat di tinjau dari parameter fisika, kimia, parameter
biologi dan parameter radioaktivitas yang terdapat di dalam air. Persyaratan mikrobiologis untuk air
bersih yaitu tidak mengandung bakteri patogen dan para Sitik yang mengganggu kesehatan. Standar
baku untuk Escherichia coli 200 MPN per 100mL, Sedangkan standar baku mutu air laut untuk
biota laut berdasarkan parameter mikrobiologi untuk bakteri patogen 0 MPN per100ml. Untuk
menguji kualitas air yang digunakan, dapat ditentukan berdasarkan perhitungan indeks Most Probable
Number (MPN). MPN adalah metode untuk mendeteksi dan menghitung jumlah bakteri coliform
dan colifecal. Dengan demikian dapat diperoleh indeks berdasarkan tabel MPN untuk menyatakan
perkiraan jumlah coliform pada sampel. Ciri-ciri dari bakteri coliform ini adalah merupakan gram
negatif, tidak memiliki spora, mampu memfermentasi laktosa menjadi gas dan asam pada suhu 35-
37p (Novel et al., 2010).
Coliform adalah kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator untuk menentukan
kualitas atau mutu dari lingkungan air, tanah, atau bahan makanan. Kelompok dari bakteri
coliform ini adalah Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Klebsiella dan Citrobacter fruendii.
Cara penyebarannya melalui makanan maupun air yang terkontaminasi secaralangsung (melalui
tangan) dan tidak langsung (melalui air) oleh tinja selama pengolahan (Pratiwi, 2017). Colifecal
merupakan kelompok bakteri yang spesifik terhadap tinja yaitu bakteri Escherichia coli. E. coli adalah
bakteri yang ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Air yang terkontaminasi
oleh bakteri E coli apabila diminum dapat menyebabkan penyakit diare. Dalam metode MPN
untuk air minum ada dua tahap pemeriksaan yaitu :
a. Tes Pendahuluan (Presumtive Test) Pemeriksaan pada tes pendahuluan dengan
menginokulasi pada media Lactose Broth dilihat ada tidaknya pembentukan gas dalam tabung durham
setelah di inkubasi selama 24 – 48 jam pada suhu 35oC – 37oC. Bila terdapat pembentukan gas tabung
durham maka tes air minum menurut KepMenKes RI No.: 907/MenKes/SK/VII/2002. bila setelah 48
jam tidak terbentuk gas, hasil dinyatakan negatif dan tidak perlu melakukan penegasan.
b. Tes Penegasan (Confirmatif Tes) Pemeriksaan pada tes penegasan dengan penanaman pada
media Brillian Green Lactosa Bile Broth, dilihat ada tidaknya pembentukan gas dalam tabung durham
setelah diinkubasi selama 48 jam. Bila terbentuk gas dalam tabung durham maka tes dinyatakan
positif.
B. Tujuan
Metode MPN digunakan sebagai uji kualitas air berdasarkan keberadaan dan jumlah ambang
mikroorganisme pathogen yang terdapat didalamnya
C. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat laboratorium mikrobiologi, seperti lemari pengeram (inkubator), autoklav, rak
dan tabung reaksi, beker glass, pipet hisap, pipet ukur, pinset, cawan petri, lidi kapas
steril, lampu spiritus, ose, serta peralatan lain yang digunakan di laboratorium
mikrobiologi
2. Bahan
Lactose Broth Single Strength (LBSS), Lactose Broth Triple Strength (LBTS), Brilliant Green
Lactose Bile Broth (BGLB), Eosin Metilen Blue (EMB), Media gula-gula (Glukosa, Laktosa,
Manitol, Maltosa, Sukrosa), Agar Sulfur Indole Motility (SIM), Agar Simmons Citrate (SC).
C. Prosedur Kerja
Sampel minuman diambil masing-masing 100 ml. Setelah sampel siap, lakukan uji pertama
Most Probable Number (MPN) presumptive test.
Apabila presumptive test positif, lakukan uji berikutnya yaitu MPN confirm test. Apabila
presumptive test negatif, pengujian sampel selesai.
Bila confirm test positif lanjutkan pada uji MPN complete test, apabila menunjukkan hasil
yang positif, terakhir dilakukan uji biokimia atau uji gula-gula.
Bila semua pengujian sudah menunjukkan hasil, dilakukan pengumpulan hasil dan
melakukan interpretasi hitung angka MPN dengan rumus penghitungan MPN.
PENGAMATAN
DAFTAR PUSTAKA