Anda di halaman 1dari 35

PEDOMAN PRAKTIKUM

ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN

(ANFISTUM)

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
2021
Pertemuan 1
BAB 1
PERSIAPAN PRAKTIKUM
Dalam praktikum ini akan dipelajari serta diamati struktur tumbuhan yang telah
diuraikan dalam kuliah. Oleh karena itu, hubungan antara praktikum dengan kuliah
sangat erat, bahkan merupakan sebagian dari padanya. Sebelum memasuki ruangan
praktikum pada hari tertentu, disamping penuntun praktikum perlu pula dipelajari teori/
uraian materi yang relevan beserta buku acuan yang berhubungan dengan kegiatan
praktikum.

A. Keperluan praktikum serta beberapa petunjuk


1. Alat-alat : a. kaca benda 6 buah
b. kaca penutup 18x18 mm = 6 buah
c. pipet
d. silet tajam
e. pinset
f. jarum bertangkai
g. lap bersih dari kain linen atau katun yang sudah sering dicuci
sehingga tidak berbulu; untuk membersihkan alat-alat.
h. tisue
2. Buku gambar praktikum, buku catatan, dan buku kuis.
3. Pensil HB atau 2B yang runcing, karet penghapus.

B. Buku praktikum (buku gambar)


Dalam buku ini dibuat gambar-gambar bagian tumbuhan yang telah diamati dan
ditulis semua jawaban pertanyaan yang ada dalam penuntun praktikum.
a. Setiap hari praktikum dicatat tanggal pelaksanaan per kegiatan, pada sebelah
kanan atas dalam kolom etiket yang memuat : (1) nama tumbuhan/ bagian
tumbuhan, (2) reagen yang digunakan, (3) perbesaran yang digunakan.
b. Pergunakan pinsil tajam. Buatlah garis-garis yang bersambungan dan segera
selesaikan gambar lengkap dengan keterangannya. Keterangan gambar diiringi
dengan garis-garis penunjuk mendatar, berurutan, dan tidak saling
memotong.
c. Menggambar, memberi label/ etiket, judul maupun menjawab pertanyaan dibuat
dengan pensil tajam sejelas dan serapi mungkin.

C. Cara membuat sediaan


Walaupun untuk beberapa kegiatan praktikum digunakan sediaan awetan, namun
sebagian besar dari sediaan yang akan diamati harus dibuat sendiri.
Langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :
1. Letakkan setetes reagen (air, anilin sulfat, atau lainnya) dengan pipet pada kaca
benda yang bersih, tidak berlemak dan tidak berdebu.
2. Buatlah sayatan dari bahan yang hendak dilihat setipis mungkin, dengan arah
penyayatan ke arah diri/ badan.
3. Dengan menggunakan pinset atau jarum, sayatan bahan dipindahkan ke atas
reagen tersebut (1).
4. Tutup dengan kaca penutup yang juga telah bersih dengan hati-hati, dengan
cara:
Satu sisi kaca penutup diletakkan pada tetesan atau menyentuh tetesan,
sehingga reagen melekat padanya. Sisi berlawanan ditahan dengan jarum
kemudian diturunkan perlahan sampai seluruh objek tertutup. Kelebihan tetesan
reagen dikeringkan dengan tisue. Usahakan jangan ada gelembung udara yang
terbentuk, karena akan mengganggu pengamatan saudara.

D. Cara menggunakan dan merawat mikroskop


Selama praktikum saudara mempergunakan mikroskop listrik atau cahaya. Alat optik
ini sangat halus sehingga perlu penangan yang hati-hati.
Bagian-bagian mikroskop (lihat Gambar) :
1. Okuler terdiri atas susunan lensa, biasanya 2 buah dengan perbesaran masing-
masing 6x dan 10x
2. Objektif juga merupakan susunan lensa,biasanya 3 buah dengan perbesaran
masing-masing 4x, 10x, 45x, dan/ atau 100x. Objektif kuat lebih pendek
daripada objektif lemah. Ketiga objektif diletakkan pada revolver.
3. Revolver (penukar objektif berputar), untuk mengganti objektif cukup memutar
revolver saja sampai terasa berdetak.
4. Tubus menghubungkan okuler dengan objektif. Pada mikroskop yang digunakan
dalam praktikum ini ada 2 macam :
a. yang tidak dapat dinaik-turunkan (Mik. ‘Spencer O & A)
b. yang dapat dinaik-turunkan dengan sekrup penggerak kasar dan halus (Mik.
‘Reichert’)
5. Meja sediaan, terdapat 2 jepitan untuk memegang kaca benda, atau pemegang
yang dapat digerakkan sagital (depan-belakang) dan frontal (kiri-kanan). Pada
mikroskop ‘Spencer’ terdapat sekrup untuk menaik-turunkan meja.
6. Kondensor untuk mengumpulkan cahaya, dapat dinaik-turunkan dengan sekrup
penjedal kondensor.
7. Diafragma iris di bawah kondensor, untuk mengatur banyak cahaya yang masuk.
Di bawahnya ada cincin filter yang dapat digeser keluar-masuk.
8. Cermin, gunanya untuk mengarahkan cahaya. Dapat diputarbalikkan sehingga bisa
dipakai cermin cekung atau cermin datar. Untuk mikroskop listrik cermin ini
tidak ada, tetapi diganti dengan lampu yang mencarkan cahaya terfokus.
9. Pemegang.
10. Kaki mikroskop.

E. Memperkirakan perbesaran
Perbesaran yang kita lihat merupakan perbesaran okuler dikalikan dengan
perbesaran objektif.
Dengan menggunakan mikrometer objek, saudara dapat menentukan diameter kedua
lintang pandang mikroskop, yaitu pada susunan lensa berikut :
Objektif 10x dengan okuler 10x
45x dengan okuler 10x
Catat hasilnya dengan cermat dalam buku catatan saudara untuk dapat digunakan
selanjutnya.

Perkiraan perbesaran gambar:


Bila : a = jumlah sel yang bisa disejajarkan sepanjang lintang pandang
d = diameter lintang pandang dalam mikron, 
y = panjang sel dalam mikron, 
Maka : y = d/a
Jika panjang gambar saudara = b cm, maka perbesaran gambar saudara adalah:
b/y x 104
a. Gambarlah bagian rambut dengan satu sel yang dilihat dari luar, dan satu sel lain
dilihat dari dalam.
b. Tentukan perbesaran gambar sel saudara
Pertemuan 2

BAB 2
SEL
Sel merupakan kesatuan struktur fisiologis terkecil dari organisma dan dapat
bereproduksi. Sel tumbuhan terdiri dari protoplasma yang dikelilingi oleh dinding sel.
Biasanya dinding sel dianggap sebagai ‘bagian mati’, sedangkan protoplas ‘bagian yang hidup’
dari sel. Karena itu protoplas tidak terdapat pada sel mati, walaupun seringkali masih
terdapat sisa-sisanya dalam lumen sel.
Bentuk sel bermacam-macam. Ada yang berbentuk seperti kubus, prisma, silinder,
bulat sampai bulat telur, dan lain-lain. Panjang sel juga bervariasi, berkisar antara satuan
(: mikron), bahkan ada yang mencapai panjang 25 cm.
Sel yang masih hidup dicirikan dengan keberadaan protoplas, yang dapat dicermati
dengan memperhatikan kekhasan organel sel tumbuhan, yaitu plastida dan vakuola. Sifat yang
sangat menonjol pada protoplas hidup adalah aliran plasma yang dapat berlangsung dalam satu
arah (rotasi) ataupun lebih dari satu arah (sirkulasi). Hal ini dapat diamati dengan mengikuti
gerak benda-benda dalam sitoplasma, seperti plastida, inti, ataupun mitokondria.

Kegiatan 1. SEL MATI DAN SEL HIDUP

Tujuan : 1. Mengamati sel mati dan sel hidup


2. Membandingkan sel mati dan sel hidup

Bahan dan Alat:


Rambut biji kapas (Gossypium sp);
rambut buah kapuk (Ceiba petandra);
epidermis umbi lapis bawang (Allium cepa)

Pelaksanaan:
1. Ambil satu helai rambut buah kapuk dan rambut biji kapas, letakkan pada kaca
benda terpisah yang telah diberi setetes air. Tutup dengan kaca penutup dan amati
di bawah mikroskop. Amati adanya torsi pada objek tersebut. Gambar dan beri
keterangan.
2. Ambil lapisan epidermis luar yang berwarna dari umbi lapis bawang merah. Letakkan
di atas kaca benda yang telah diberi setetes air dan tutup dengan kaca penutup.
Amati dengan seksama bagian-bagian sel. Gambar dan tunjukkan dinding sel,
sitoplasma, dan inti sel.

Kegiatan 2. ALIRAN PLASMA

Tujuan: 1. Mengamati aliran protoplasma di dalam sel


2. Membedakan aliran rotasi dengan sirkulasi

Bahan dan Alat:


bunga Rhoeo discolor yang belum mekar atau baru mekar dalam air;
daun Hydrilla verticilata dalam air

Pelaksanaan:
1. Ambil rambut filamen Rhoeo discolor dengan hati-hati, agar diperoleh sel yang
hidup. Letakkan di atas kaca benda yang telah diberi setetes air dan tutup dengan
kaca penutup. Aliran plasma dapat diamati dengan mengikuti gerakan mitokondria dalam
benang plasma atau bagian plasma dekat tepi dinding. Gambarkan beberapa sel dengan
memperlihatkan gerak protoplas.
2. Ambillah sehelai daun bagian pucuk Hydrilla. Letakkan di atas kaca benda yantelah
diberi setetes air dan tutup dengan kaca penutup. Amati dengan mikroskop.
Gambarkan beberapa sel mesofil dengan memperlihatkan gerak protoplas.
Pertemuan 3

BAB 3
JARINGAN

Tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang dilekatkan satu dengan lainnya oleh
suatu zat ‘perekat’, terutama terdiri atas pektin. Di dalam kumpulan sel itu dapat
dibedakan kelompok sel tertentu yang berbeda struktur dan fungsinya dinamakan
jaringan. Jaringan dapat dibentuk oleh sel-sel yang relatif sederhana tersusun dari
satU macam sel : jaringan sederhana (‘simple tissUe’) atau lebih dari satu macam sel :
jaringan majemuk atau jaringan kompleks (‘complex tissUe’).

A. JARINGAN SEDERHANA

EPIDERMIS
Epidermis merupakan jarigan penyusun tubuh tumbuhan yang letaknya
paling luar, umumnya terdiri dari satu lapis sel. Berfungsi melindungi bagian
organ sebelah dalam, sehingga disebut juga jaringan pelindung.
Pada batang, epidermis mempunyai turunan (derivat), misalnya sel-sel
silika, sel panjang, sel pendek, sedangkan pada daun antara lain trikomata,
stomata.
Bentuk trikomata ada yang berupa sisik, bintang, bercabang, atau pun
berkelenjar. Tipe stomata berdasarkan kedudukannya terhadap epidermis
dibedakan atas (a)
tipe kriptopor (terletak lebih rendah/ di bawah epidermis), dan (b) tipe faneropor
(terletak sejajar atau lebih tinggi dari epidermis).
Berdasarkan susunan sel penutup terhadap sel pengiring, maka tipe stomata
dapat dibedakan atas: (a) parasitik, sumbu sel penutup sejajar dengan sumbu sel
pengiring; (b) diasitik, sumbu sel penutup tegak-lurus terhadap sel pengiring; (c)
anisositik, sel penutup dikelilingi oleh tiga sel pengiring yang mana satu selnya lebih
kecil; (d) anomositik, sel penutup dikelilingi oleh lebih dari tiga sel pengiring yang tidak
dapat dibedakan dengan sel epidermis lainnya; (e) sentris, sel penutup dikelilingi oleh
lebih dari tiga sel pengiring yang sama bentuknya dan tersusun melingkar.

Kegiatan 1. EPIDERMIS

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam bentuk epidermis


2. Membedakan sel silika, sel gabus, sel panjang, dan sel pendek.
Bahan dan Alat:
Batang muda tebu (SaccharUm officinarUm);

Pelaksanaan :
1. Buatlah sayatan permukaan (paradermal) dari batang tebu setipis
mungkin, lalu letakkan pada kaca benda yang telah ditetesi air. Amati di bawah
mikroskop. Tunjukkan adanya sel gabus, sel silika, sel panjang, dan sel pendek.
Gambarkanlah beberapa sel.

Kegiatan 2: Trikomata
Tujuan: 1. Membedakan macam-macam bentuk trikomata.
2. Membedakan trikoma sel tunggal dan sel majemuk, berkelenjar dan tidak.

Bahan dan alat:


daun : waru (HibiscUs tiliaceUs), nangka (ArthocarpUs
heterophyllUs); durian (DUrio ZibethinUs), tembakau (Nicotiana
tabaccUm)

Pelaksanaan Kerja:
1. Buatlah sayatan permukaan (paradermal ) epidermis daun waru atau
nangka dan letakkan di atas kaca benda yang telah diberi setetes air dan
tutup. Tunjukkan sel epidermis, sel kaki, dan sel kelenjar yang tampak.
Nyatakanlah apakah sel itu mati atau hidup ? Mengapa?
2. Ambillah rambut sisik, rambut bintang, dan rambut kelenjar dari epidermis
bawah daun durian, waru/ nangka, tembakau. Letakkan di atas kaca benda
yang telah diberi setetes air dan tutup. Gambarkan beberapa sel dan
tunjukkan bagian- bagian sel yang tampak.

Pertanyaan:
1. Sebutkan tipe trikoma pada objek yang saudara amati.
2. Sebutkan pengelompokan trikoma berdasarkan ada atau tidaknya fungsi sekresi.

Kegiatan 3. STOMATA

Tujuan: 1. Mengamati macam-macam bentuk stomata


2. Membedakan tipe stomata berdasarkan letak dan jumlah sel tetangga.

Bahan dan alat:


Daun : jagung (Zea mays),
Allamanda cathartica,
beringin (FicUs benjamina),
alpukat (Persea americana)
adam-hawa (Rhoeo discolor)

Pelaksanaan Kerja:
1. Buatlah sayatan tipis permukaan epidermis bawah daun jagung. Letakkan
pada kaca benda yang telah diberi setetes air dan tutup. Gambarkan detail
beberapa sel stoma dengan sel tetangga. Tunjukkan sel penutup, celah, dan
sel tetangga. Tentukan tipe stomata yang tampak.
2. Lakukan seperti pada poin (1) untuk daun alpukat, alamanda, cabe, kumis kucing, dan
beringin. Tentukan masing-masing tipe stomata yang tampak.
3. Buatlah sayatan penampang melintang daun bunga sakura. Perhatikan
penebalan sel penutup di sekitar celah, dinding yang berbatasan dengan sel
tetangga. Gambarkan dengan jelas sebuah sel stomata dengan sel-sel di
sekitarnya. Tunjukkan ruang stoma, sel penutup, sel tetangga, sel mesofil.
Tentukan tipe stomata berdasarkan posisinya dengan sel epidermis,
kriptopor atau faneropor.
4. Lakukan seperti pada poin (3) untuk daun karet merah dan adam-hawa.

Pertanyaan:
1. Jelaskan tipe stomata berdasarkan letaknya dengan jumlah sel tetangga ?
2. Apa tipe stomata yang saudara temukan pada pengamatan
saudara ? 3.
Gambar 4. A. Epidermis batang SaccharUm dengan sel gabus, sel silika, sel panjang,
dan sel pendek. B-E. Trikoma. Rambut uniseriate daun ArthocarpUs (B). Rambut
stelat daun HibiscUs (C). Sisik peltatus daun DUrio (D). Rambut kelenjar ColeUs (E).
F-J. Stoma. Daun SaccharUm (F), daun CitrUllUs (G), daun SedUm (H), daun Vigna
(I), daun DianthUs (J)

Pertemuan 4

PARENKIM, SKLERENKIM, KOLENKIM


Parenkim

Parenkim disebut juga jaringan dasar, karena merupakan jaringan penyusun


sebagian besar organ tumbuhan. Dinding parenkim umumnya relatif tipis dengan
vakuola besar dan protoplas hidup.
Pada tempat-tempat tertentu , dimana 3-4 sel bertemu, dinding-dinding sel
tidak berhubungan satu sama lain sehingga membentuk ruang antarsel.
Berdasarkan bentuknya sel parenkim dibedakan menjadi:
1. parenkim bintang, terbentuk dari sel parenkim bercabang seperti bintang,
sehingga diantaranya terdapat ruang antarsel besar,
2. parenkim lipatan, terbentuk karena dindingnya mengalami invaginasi ,
berlekuk/ melipat ke arah dalam.
3. parenkim tiang, tersusun rapat seperti pagar dengan ruang antarsel kecil-kecil, dan
4. parenkim bunga karang, susunan sel tidak teratur sehingga
membentuk ruang antarsel besar-besar.
Jaringan yang disusun oleh sel-sel parenkim antara lain empulur, korteks
akar dan batang, mesofil, endosperm, perikarpium (dinding buah), komponen sel
dalam kelompok xilem dan floem.
Parenkim merupakan tempat utama berlangsungnya aktivitas penting
metabolisme, seperti asimilasi, fotosintesis dan respirasi.

Kegiatan 4. PARENKIM

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam bentuk sel parenkim.


2. Membandingkan tempat/ posisi sel parenkim pada organ.

Bahan dan alat :


buah pisang (MUsa paradisiaca);
tangkai daun eceng gondok (Eichornia crassipens)
dalam air; tangkai daun kana/ bunga tasbih (Canna
hybrida);
daun pinus (PinUs merkUsii);
empulur singkong (Manihot escUlenta);

Pelaksanaan:
1. Buatlah sediaan kerokan ‘daging’ buah pisang yang diencerkan dalam air.
Gambarkan beberapa sel parenkim penyimpan yang telah terpisah atau
termaserasi, karena aktivitas pektinase pada proses pemasakan, dengan
amiloplas di dalamnya. Tunjukkan bagian-bagian sel tersebut.
2. Siapkan sediaan sayatan melintang tangkai daun eceng gondok dan kana
dalam air. Gambarkan beberapa sel parenkim dan tunjukkan sel-sel
parenkim bentuk bintang yang membentuk ruang antarsel dengan batas sel
yang jelas, ruang antarsel, epidermis atas dan bawah.
3. Siapkan sediaan sayatan melintang daun pinus dalam air. Gambarkan
beberapa sel mesofil dan tunjukkan adanya invaginasi dinding sel dengan
batas yang jelas membentuk parenkim lipatan.
4. Buatlah sediaan sayatan melintang empulur singkong. Perhatikan dengan
perbesaran kuat dinding sel dengan noktah sederhana. Gambarkan beberapa sel.

Kolenkim

Parenkim tidak banyak memberikan pengokohan bagi tumbuhan. Jaringan


yang lebih bermanfaat untuk maksud itu dinamakan jaringan mekanik/ jaringan
penguat dan terdiri dari kolenkim yang umumnya memberikan pengokohan pada
bagian tumbuhan yang masih muda dan sklerenkim pada bagian tumbuhan yang muda
maupun tua.
Kolenkim terdiri dari sel-sel yang memiliki protoplas hidup dengan penebalan
dinding yang sebagian besar tersusun dari selulosa, hemiselulosa, dan pektin. (Pektin
berperan penting pada kemampuan serapan air). Penebalan tersebut dapat
terbentuk pada dinding tangensial : kolenkim papan atau ‘lamellar collenchym’, pada
sudut sel : kolenkim sudut atau ‘angUlar collenchym’, pada sepanjang dinding sel :
kolenkim cincin atau ‘tUbUlar collenchym’.
Sel-sel penyusun bersifat elastis, artinya dapat meregang dan menyesuaikan diri
mengikuti pertumbuhan memanjang organ. Adakalanya sel kolenkim mengandung kloroplas
(: klorenkim), sehingga mampu menjalankan aktivitas fotosintesis.

Kegiatan 5. KOLENKIM

Tujuan: 1. Membedakan macam-macam penebalan dinding.


2. Membandingkan letak dan penyebaran kolenkim pada batang beberapa
tumbuhan.

Bahan dan alat:


Batang atau tangkai daun : rimbang (SolanUm torvUm),
, kentang (SolanUm tUberosUm), kembang sepatu (HibiscUs rosa-
sinensis),

Pelaksanaan:
1. Siapkan sediaan sayatan melintang batang rimbang atau seledri dalam air.
Perhatikan secara cermat lapisan hipodermis dengan menggunakan pemutar mikro
pada mikroskop. Pada tempat-tempat tertentu terdapat kolenkim dengan
penebalan sudut dan atau papan. Sifat higroskopis pektin jelas tampak pada
dinding sel yang menggembung dan berkilauan. Gambarkan beberapa sel kolenkim
pada posisinya di bawah epidermis. Buatlah bagan batang dan tunjukkan dimana
letak kolenkim tersebut.
2. Lakukan seperti poin (1) untuk batang kentang, dan kembang sepatu.
Tentukan masing-masing tipe penebalan kolenkim yang tampak.

Sklerenkim

Sklerenkim tersusun dari sel-sel mati, memiliki penebalan dinding primer


dan sekunder, dan selain selulosa dan hemiselulosa biasanya mengandung lignin.
Sklerenkim dibedakan atas dua bentuk, yaitu: (1) serat/ serabut sklerenkim berupa
kumparan sangat panjang, (2) sklerida yang dapat mempunyai bermacam- macam
bentuk.
Berdasarkan bentuknya sklerenkim dibedakan menjadi:
1. brakisklereid, ‘sel batu’ ~ endokarp Cocos nUcifera,
2. makrosklereid, bentuk tiang ~ testa PhaseolUs
3. astrosklereid, bentuk bintang ~ batang Trochodendro
4. osteosklereid, bentuk tulang ~ batang Hakea
5. trikosklereid, panjang seperti rambut dengan cuping bercabang ~ tangkai daun
Nymphaea

Kegiatan 6. SKLERENKIM
Endokarp dalam anilin sulfat atau floroglusin-alkohol dan HCl pekat
menampakkan dinding sel yang mengandung lignin akan memberikan warna merah ceri.
Endokarp terdiri dari sel-sel sklereida yang tersusun rapat dan menyebabkan
kerasnya jaringan tersebut.

Bahan dan alat:


Endakarp Cocos nUcifera (kelapa), endokarp MalUs sylvestris (apel), tangkai daun
Camelia sinensis (teh), tangkai daun NelUmbo nUcifera, Nymphaea
(teratai); 10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %; 10 mL HCl 25 %

Pelaksanaan:
1. Buatlah kerokan bagian dalam endokarp kelapa letakkan di atas kaca benda.
Beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap),
tambahkan setetes HCl 25 %. Gambarkan beberapa sel dalam susunan yang
terlihat. Perhatikan lumen yang kecil dengan saluran noktah pada dinding
yang tebal. Gambarkan juga celah yang terlihat dari permukaan dalam lumen.
Tunjukkan dinding primer/ sekunder, lamela tengah, selaput noktah, lubang-
dalam dari lumen.
2. Lakukan poin (1) untuk sediaan sayatan melintang dan memanjang endokarp
apel dari bagian-dalam buah.
3. Siapkan sediaan sayatan melintang tangkai daun teh dan teratai dalam
floroglusin- alkohol (seperti poin 1). Perhatikan daerah jaringan dasar atau
mesofil dan gambarkan sel-sel jaringan dasar dengan sel sklereida yang
berwarna merah-ceri/ merah-ungu diantara sel-sel tersebut. Perhatikan
bentuk sel sklereida tersebut.
Pertanyaan:
1. Sebutkan dua sifat sel sklerenkim !
2. Jelaskan tipe-tipe sel kolenkim berdasarkan penebalannya !
3. Sebutkan dua bentuk sel sklerenkim yang saudara amati !
4. Apa beda sel sklerenkim dengan sel parenkim ?
Pertemuan 5
B. JARINGAN KOMPLEKS
JARINGAN PEMBULUH
Berkas pembuluh tersusun oleh jaringan xilem dan jaringan floem.
Sel penyusun jaringan xilem berdinding tebal dan keras karena telah
mengalami lignifikasi (penebalan sekunder dengan zat lignin), sedang penyusun
jaringan floem lebih lunak dan tipis, walaupun telah mengalami penebalan sekunder
dengan penebalan dinding dari selulosa.
Pada pertumbuhan primer, xilem merupakan diferensiasi prokambium ujung
batang dan ujung akar. Elemen pertama dari xilem primer adalah protoxilem, dan
xilem yang dibentuk kemudian disebut metaxilem. Demikian pula halnya dengan
protofloem dan metafloem.
Jaringan pembuluh terdiri dari:
1. Komponen xilem
Merupakan jaringan kompleks dengan unsur trakea atau unsur vessel
terdiri dari trakea dan trakeid, serabut xilem, dan parenkim kayu

Sifat unsur xilem tersebut adalah mati, kecuali unsur parenkim kayu
bersifat hidup.
2. Komponen floem
Merupakan jaringan kompleks yang tersusun atas unsur buluh tapis, sel
pengiring/ pengantar dengan sel albumin, serabut dan sklereida, dan parenkim.
Sel sekresi kadang-kadang juga melekat pada jaringan floem ini, misalnya saluran
getah pada batang Hevea, dan sel minyak pada batang CinnamomUm.

Kegiatan 7. XILEM DAN FLOEM

Tujuan: 1. Membedakan komponen penyusun xilem.


2. Membedakan komponen penyusun
floem. Bahan dan alat:
Maserasi kayu pinus (PinUs merkUsii; awetan), maserasi kayu jarak (RicinUs comUnis;
awetan), batang jagung (Zea mays)

Pelaksanaan:
1. Siapkan sediaan awetan maserasi kayu pinus dan jarak. Bandingkan kedua
komponen xilem yang saudara amati. Gambarkan dan tunjukkan perbedaan
yang terlihat.
2. Siapkan sediaan penampang melintang batang jagung. Perhatikan satu
berkas pembuluh dengan cermat. Gambar dan tunjukkan komponen
floem yang tampak.

Pertanyaan:
1. Sebutkan perbedaan jaringan xilem dan floem ?
2. Pada bagian mana terdapat sel pengiring ?
3. Jaringan apa saja yang terdapat pada komponen floem ?
4. Jelaskan yang saudara ketahui dengan sel albumin. Apakah sel albumin
selalu dapat ditemukan ? Mengapa ?
Gambar 5. A-B. Parenkim: A. empulur batang, B. tipe parenkim bintang (aerenkim)
Canna; parenkim lipatan daun PinUS, C-E. Kolenkim: C. tangkai daun APIUm dan Salvia,
tipe angular, D. tipe lamelar, E. tipe lakunar. F-M. Sklereid: F-H. sel batu,
brakisklereid, perikarp PYRUS,(F), endokarp MalUS (G), endokarp Cocos (H); I.
Sklereid tangkai daun Camelia, J. Sklereid epidermis, makrosklereid, kulit biji
PhaseolUS. K. sklereid kolUMnar, osteosklereid, korteks batang Hakea, L.
astrosklereid Trochodendron, M, filiform sklereid mesofil Olea, N. trikosklereid
daun Nymphaea
Pertemuan 6

BAB 4
AKAR

Struktur anatomi akar sangat bervariasi, tetapi masih lebih sederhana dibandingkan
dengan struktur anatomi batang.

Struktur primer
Dalam penampang membUJUr melalui ujung akar menunjukkan dari distal ke arah
proksimal terdiri dari : tudung akar, daerah meristematik, dan daerah pemanjangan. Di
sebelah belakangnya masih terdapat daerah ‘pembedaan’ (diferensiasi). Pada daerah
meristematik, sel-sel membelah secara mitosis, kemudian beberapa diantara sel-sel yang
dihasilkan itu tumbuh menjadi panjang pada daerah pemanjangan.
Pada penampang melintang akar primer dijumpai 3 sistem jaringan pokok, yaitu :
1. Epidermis, lapisan paling luar. Biasanya tidak berkutikula atau pun stomata. Rambut
akar dibentuk dari sel epidermis khusus, yang berbeda ukuran dan metabolismenya
dengan sel di sekitarnya, disebut trikoblas. Sel ini membentuk tonjolan yang arahnya
tegak lurus terhadap sumbu akar dan terletak distal terhadap daerah pemanjangan.
Epidermis yang bertahan hidup pada waktu lama, biasanya mengalami penebalan kutin,
berfungsi sebagai jaringan pelindung.
Akar udara beberapa jenis tumbuhan epifit mempunyai epidermis ganda yang disebut
velamen. Jaringan ini terdiri dari beberapa lapis sel mati, dengan dinding berlignin.
Fungsinya sebagai jaringan pelindung, mencegah penguapan dari sel-sel korteks sebelah
luar.
2. Korteks, terdiri dari jaringan parenkim. Pada akar tumbuhan air korteks tersusun
sangat teratur secara radial dan konsentris, dengan ruang antarsel besar, yang terjadi
akibat rusak, hancur (lisigen) atau pemisahan (skiZOgen) sel-sel tertentu sehingga
terbentuk aerenkim.
Sel-sel korteks sering berisi pati, kadang terdapat sel idioblas mau pun kristal.
Pada monokotil terdapat lapisan rhizodermis atau eksodermis, yaitu lapisan sel korteks
paling luar yang dindingnya bersuberin dan akan menggantikan epidermis.
Lapisan korteks paling dalam berdiferensiasi menjadi endodermis. Bagian dinding radial
dan tangensial mengandung suberin membentuk pita Caspary yang menyebabkan dinding
tersebut tidak permeabel terhadap air.
Sel endodermis selain mengalami penebalan dinding dengan selulosa, juga mengandung
lignin pada sisi tangensial dan radial. Sel-sel yang mengalami penebalan itu adalah sel-
sel yang berhadapan langsung dengan floem, sehingga sel endodermis yang dindingnya
tidak menebal disebut sel peresap atau sel pelalu, yang terletak di hadapan
protoxilem.
3. Jaringan pembuluh/ pengangkut, bagian dalam setelah endodermis yang mengarah ke
tengah, terdiri dari unsur pembuluh (xilem dan floem) dan unsur bukan pembuluh
(parenkim dasar), disebut stele. Lapisan paling luar disebut perisikel yang biasanya
terdiri atas satu lapis sel parenkim. Perisikel ini mampu mengadakan pertumbuhan
meristematis dan membentuk akar cabang, kambium vaskuler, dan juga felogen.
Di sebelah dalam terdapat kelompok-kelompok jaringan pembuluh yang tersusun dalam
suatu lingkaran, bergantian antara kelompok xilem dan floem, dan membentuk jaringan
parenkim sebagai jaringan dasar (empUlUr). Apabila kelompok xilem dan floem bersatu
di tengah stele, maka tidak terdapat empulur.
Xilem akar mempunyai susunan di tengah dengan tonjolan-tonjolan berupa jari-jari ke
arah luar, dan diantaranya terdapat kelompok floem. Jumlah jari-jari xilem bervariasi,
antara lain dua (diarch), tiga (triarch), empat (tetrarch), dan banyak (poliarch).

Rewrited by Sri Astuti;, 2006


Sel-sel vessel/ trakea (unsur pembuluh) sebelah luar selalu lebih kecil dan dewasa lebih
dahulu, yang disebut protoxilem, sedangkan yang sebelah dalam atau lebih ke tengah
lumennya lebih besar dan berkembang kemudian, disebut metaxilem. Susunan xilem
demikian disebut eksarch (exarch).
Demikian pula dengan protofloem letaknya lebih ke tepi daripada metafloem.
Protofloem akar dikotil tidak mempunyai sel pengantar atau sel pengiring, tetapi pada
metafloem terdapat sel pengantar.

Pembentukan akar cabang Tumbuh dari promeristem yang berada di bagian tepi
silinder berkas pembuluh, sehingga karena letak asal/ pemulanya dari bagian di sebelah
dalam disebut bersifat endogen.

Struktur sekunder
Akar tumbuhan monokotil jarang mengadakan pertumbuhan penebalan sekunder,
sedangkan akar kebanyakan dikotil dan gimnospermae mengadakan pertumbuhan menebal
sekunder. Hal ini terjadi karena adanya perkembangan kambium vaskuler membentuk
xilem sekunder dan floem sekunder.
Kambium vaskuler berasal dari sel prokambium yang tidak berdiferensiasi, terletak
diantara xilem dan floem primer. Sel-sel perisikel yang terletak dekat protoxilem berubah
juga menjadi kambium disebut kambium interfasikuler (kambiUm antarberkas pembUlUh)
membentuk parenkim jari-jari.
Bila pertumbuhan sekunder cukup pesat, maka epidermis, floem primer, endodermis,
dan korteks akan terlepas. Felogen yang berasal dari perisikel akan aktif mengadakan
pembelahan, ke arah dalam membentuk feloderm (disebut juga korteks sekunder) dan ke
arah luar membentuk felem (gabus) sebagai jaringan pelindung.

Kegiatan 8. AKAR DIKOTIL : PERTUMBUHAN SEKUNDER

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun akar muda dan tua.

Bahan dan Alat :


Akar muda dan tua dari : kembang sepatu (HibiscUs rosa-sinensis), jarak (RicinUs
commUnis), dan RanUncUlUs sp (awetan);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;
Kaca benda, kaca penutup, silet, pipet, tisue, gelas piala 100 ml.

Pelaksanaan :
a. Siapkan penampang melintang akar anakan jarak pada kaca benda. Beri setetes
floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl
25 %. Perhatikan riap tebal sekunder, sel metaxilem yang telah berdiferensiasi dengan
dinding yang belum berlignin. Tunjukkan : epidermis, korteks, endodermis dengan titik
Caspary, pembuluh tapis (protofloem), metafloem, kelompok xilem yang eksarch.
b. Siapkan pula penampang melintang akar tua dari kembang sepatu, jarak atau RanUncUlUs
seperti poin (1). Perhatikan dinding xilem berlignin. Tunjukkan : epidermis, korteks,
endodermis dengan titik Caspary, pembuluh tapis (protofloem), metafloem, kelompok
xilem yang eksarch.

Kegiatan 9. AKAR MONOKOTIL

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun akar muda dan tua.


2. Membedakan penyusun akar epifit.

Bahan dan Alat :


Kecambah dan anakan 7 HSK jagung (Zea mays, muda dan tua), akar Vanda (anggrek
vanda);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %; 10 mL HCl 25 %

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang akar muda dan tua jagung pada kaca benda. Beri
setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan
setetes HCl 25 %. Pada akar muda belum terlihat jelas diferensiasi selnya. Pada akar
tua tampak eksodermis, sarung sklerenkim, endodermis dengan penebalan bentuk ‘U’.
Perhatikan jumlah kelompok protoxilem pada jagung adalah banyak. Kelompok
protofloem terdapat diantara kelompok-kelompok xilem. Tunjukkan epidermis, korteks,
eksodermis, endodermis, protofloem, metafloem, protoxilem, metaxilem. Bandingkan
dan bedakan struktur akar keduanya.
b. Buatlah sayatan tipis penampang melintang akar Vanda pada kaca benda. Beri setetes
floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl
25 %. Perhatikan velamen yang terdiri dari beberapa lapis sel epidermis. Gambarkan
detail satu sektor, dan tunjukkan ketebalan lapisan velamen, eksodermis, korteks,
endodermis, sel pelalU, xilem, floem, dan empulur.

Kegiatan 10. ANOMALI AKAR

Tujuan : 1. Membedakan komponen penyusun akar ‘umbi’ dan akar bukan umbi.
2. Membedakan komponen umbi akar dan umbi batang.

Bahan dan Alat :


Akar dan umbi batang/akar dari : ubi jalar (Ipomoea batatas), singkong (Manihot
escUlenta);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;

Pelaksanaan :
a. Buatlah sayatan tipis penampang melintang akar bukan umbi dan umbi batang dari ubi
jalar pada kaca benda. Beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol
menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Perhatikan struktur pada bagian berkas
pembuluh, dimana akan terlihat pertumbuhan sekunder tidak seperti pertumbuhan
sekunder pada umumnya. Tunjukkan bagian-bagian yang terlihat pada kedua bagian akar,
dan tunjukkan perbedaannya.
b. Buatlah sayatan tipis penampang melintang akar bukan umbi dan umbi akar dari ubi kayu
pada kaca benda. Beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol
menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Perhatikan struktur pada bagian berkas
pembuluh, dimana terlihat sebaran parenkim xilem/ floem. Tunjukkan bagian-bagian
yang terlihat pada kedua bagian akar, dan tunjukkan perbedaannya.
c. Buatlah daftar beda kedua pengamatan (a) umbi batang dengan (b) umbi akar.

Pertanyaan :
1. Jelaskan arti ‘tillering’ dan kegunaannya bagi tumbuhan ?
2. Buatlah daftar perbedaan yang saudara lihat antara struktur akar dikotil dan monokotil
!
3. Mengapa letak sel peresap/ sel pelalu selalu berhadapan dengan protoxilem ?
4. Apa yang dimaksud dengan ‘eksarch’ ?
5. Apa beda eksodermis dan endodermis ?
6. Bagaimana tipe berkas pembuluh pada sediaan akar AlliUm cepa ? Dan bagaimana tipe
stelenya ?
7. Jelaskan 2 beda struktur anatomi akar bukan umbi dengan umbi akar ?
A

B C

Gambar 7. Penampang melintang akar muda dikotil (A), Zea mays (B), Penampang melintang akar Arachys (C).
D, penampang memanjang akar, dengan detail daerah meristematis (a)
Pertemuan 7

BAB 5
BATANG

Struktur anatomi batang dipengaruhi oleh daun-daun yang terdapat padanya, serta
terbentuk secara eksogen.
Protoxilem berdiferensiasi dalam bagian tubuh yang belum selesai pertumbuhannya.
Pendewasaan terjadi di antara jaringan-jaringan dimana sel-sel sedang aktif memanjang.
Metaxilem biasanya terbentuk pada bagian tubuh primer yang masih ada dalam
pertumbuhan, akan tetapi pendewasaan elemennya sebagian besar terjadi setelah selesai
pemanjangan jaringan dalam bagian tersebut.
Bagi protofloem dan metafloem, berlaku keadaan yang sama seperti pada bagian-bagian
dari xilem primer.
Apabila pada pembentukan berkas pembuluh seluruh prokambium habis berdiferensiasi,
maka berkas pembuluh demikian disebut dengan berkas pembUlUh tertUtUp. Apabila masih
terdapat sisa prokambium yang berdiferensiasi dan menjadi kambium pembuluh maka diperoleh
berkas pembUlUh terbUka.
Berdasarkan susunan floem dan xilem dalam berkas pembuluh dibedakan atas :
(a) berkas pembuluh kolateral : berkas floem terbentuk dari luar ke dalam terdapat di sebelah
luar xilem yang terbentuk secara eksarch,
(b) berkas pembuluh bikolateral : selain berkas floem di sebelah luar xilem, terdapat pula
berkas floem di sebelah dalam,
(c) berkas pembuluh radial : letak kelompok protoxilem berdampingan dengan protofloem
dalam satu lingkaran (terdapat pada akar)
(d) berkas pembuluh konsentris amfikribral : xilem di kelilingi oleh floem, seperti pada
Pteridophyta,
(e) berkas pembuluh konsentris amfivasal : floem di tengah di kelilingi xilem, seperti pada
beberapa suku Liliflorae, yang mempunyai riap tebal sekunder.

Struktur primer
Pada batang, batas antara korteks dan silinder pusat tidak begitu jelas, seperti halnya
pada akar.
Jaringan-jaringan yang dapat dilihat pada batang yaitu :
(1) Epidermis terdiri dari selapis sel berbentuk empat persegi dengan dinding berkutikula.
Pada tumbuhan yang pada batangnya melakukan fotosintesis sering ditemukan stomata di
antara sel epidermisnya; batang muda ditemukan sel idioblas, bermacam rambut atau
trikomata. Beberapa tumbuhan ditemukan lapisan hipodermis yang strukturnya berbeda
dengan sel epidermis. Pada tumbuhan berkayu, epidermis kadang-kadang rusak karena
mengalami pertumbuhan sekunder, sehingga sebagai pelindung digantikan oleh jaringan yang
terbentuk di bawahnya, yaitu periderm.
(2) Korteks umumnya terdiri dari sel parenkim, akan tetapi seringkali terdapat lapisan-lapisan
kolenkim, klorenkim, atau serat-serat pada bagian sUbepidermal.
(3) Pembuluh primer biasanya berupa silinder atau terdiri atas berkas-berkas yang terpisah
satu sama lain.
(4) Sarung pati atau pun sarung sklerenkim terdapat di antara korteks dan bagian batang yang
mengandung jaringan pembuluh primer.
(5) Empulur merupakan bagian tengah batang, terdiri dari jaringan parenkim. Pada monokotil
korteks dan empulur tidak dapat dibedakan sehingga disebut jaringan dasar.
Pada Tracheophyta biasanya dibedakan empat pola struktur primer batang, yaitu : dikotil
basah, dikotil berkayu, gimnosperm (berkayu), dan monokotil.

Struktur sekunder (struktur batang setelah riap tebal sekunder)


Pada Gymnospermae dan tumbuhan dikotil dibentuk jaringan pembuluh tambahan
yang berasal dari kambium pembuluh, dan periderm yang berasal dari felogen. Kedua
jaringan ini disebut jaringan sekunder.
Kambium pembuluh terdiri atas pemula fusiform (‘fUsiform initial’), yang
membentuk
sel-sel floem dan xilem, dan pemula jari-jari empulur (‘radial initial’), yang
membentuk parenkim jari-jari empulur dalam jaringan pembuluh.
Seringkali dibedakan antara kambium fasikuler (terletak antara xilem-floem) dan
kambium interfasikuler (terletak antar-berkas pembuluh).
Pada monokotil umumnya tidak terdapat kambium pembuluh. Akan tetapi, pada
beberapa Liliaceae dan beberapa anggota suku lain terdapat jaringan meristematik di
luar daerah jaringan pembuluh primer yang menghasilkan berkas pembuluh sekunder
(berkas meDUlar) dan parenkim. Jadi memperlihatkan perilaku berbeda dengan kambium
pembuluh pada dikotil.
Felogen akan membentuk periderm dan tidak terbatas pada satu lapisan
saja. Bila terjadi beberapa lapis maka keseluruhan periderm pada tumbuhan ini
disebut ritidom.

Dilatasi
Untuk mengimbangi pertumbuhan sebagai akibat aktivitas meristem lateral
(kambium), sel-sel parenkim penyusun jari-jari empulur mengadakan dilatasi, yaitu sel-
selnya tumbuh membentang ke arah tangensial atau sel-selnya bertambah banyak ke
arah tangensial akibat pembelahan radial. Pembelahan radial ini sering terbatas hanya
pada bagian tengah dari jari- jari empulur atau hanya terjadi pada bagian jari-jari
empulur tertentu, sedang bagian lain tidak.
Proses dilatasi ini selain dilakukan oleh parenkim jari-jari empulur, juga dapat
terjadi sebagai akibat aktivitas felogen.

Tujuan :
1. Membedakan struktur anatomi batang angiosperm (monokotil dan
dikotil) dan gimnosperm
2. Membedakan komponen penyusun batang.
3. Membedakan tipe-tipe stele, dilatasi, lentisel, dan anomali pada batang.

Kegiatan 11. BATANG DIKOTIL DAN GYMNOSPERMAE

Bahan dan Alat :


Kecambah dan anakan umur 7 HSK : kacang tanah (Arachis hypogaea)
Batang muda (pucuk) dan tua : kembang sepatu (HibiscUs rosa-sinensis), batang
SambUcUs (awetan);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %;

Pelaksanaan :
a. Buatlah sediaan penampang melintangdari kecambah dan anakan kacang tanah
di atas kaca benda dengan setetes floroglusin-alkohol. Setelah beberapa saat
(alkohol menguap), tambahkan setetes HCl 25 %. Gambarkan satu sektor dan
tunjukkan epidermis, korteks, protofloem, protoxilem, metafloem, dan
metaxilem,
b. Buat sediaan penampang melintang batang SambUcUs atau kembang sepatu dan
juga detail satu sektor. Gambar dan tunjukkan pada gambar tersebut
epidermis, korteks, protofloem, protoxilem, metafloem, dan metaxilem, jari-
jari empulur, dilatasi floem/ jari-jari empulur, dan kambium interfasikuler.
c. Gambarkan juga detail penampang melintang bahan (b) melalui lentisel.
Tunjukkan bagian- bagian periderm dengan jelas.
d. Amati sediaan penampang melintang, radial, dan tangensial kayu pinus dan
kayu tilia (awetan). Gambar dan tunjukkan : trakeid musim kemarau, trakeid
musim hujan, jari-jari empulur, trakeid jari-jari empulur, saluran harsa,
noktah terlindung pada kayu musim kemarau.

Kegiatan 12. BATANG MONOKOTIL dan ANGIOSPERMAE

Bahan dan Alat :


Anakan umur 14 HSK : jagung (Zea mays);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, 10 mL HCl 25 %.

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang batang jagung dalam setetes floroglusin-
alkohol. Setelah beberapa saat (alkohol menguap), tambahkan setetes HCl 25
%. Gambar dan tunjukkan : protofloem, protoxilem, metafloem, metaxilem,
pembuluh tapis, selpengantar/ sel pengiring, rongga rhexigen, sarung
sklerenkim, korteks, dan epidermis.
b. Gambarkan detail satu berkas pembuluh. Tunjukkan : sarung sklerenkim,
protoxilem, protofloem, metafloem, dan metaxilem.

Pertanyaan :
1. Secara umum dimanakah, pada batang, dapat ditemukan klorenkim ?
2. Jaringan apa saja yang mungkin mengalami dilatasi ? Mengapa ?
3. Apakah kantung lendir juga terdapat pada keadaan hidup ? Mengapa ?
4. Apakah kalose itu dan apa fungsinya ?
5. Apakah lapisan pelindung pada tumbuhan yang tidak mengalami riap tebal
sekunder ?
6. Pada bagian mana sajakah saudara dapat menemukan lentisel ?
7. Dimanakah lokasi trakeid jari-jari empulur, dan apa fungsinya ?
Apa beda penampang melintanG
Pertemuan 8
BAB 6
DAUN
Struktur anatomi jaringan daun sangat mirip dengan batang.
Pada penampang melintang daun Angiospermae dapat dibedakan atas :
(a) Epidermis, sangat bervariasi, tergantung pada keberadaan rambut-rambut atau
trikomata yang terbentuk, struktur dan susunan stomata , ketebalan kUtikUla serta
jumlah lapisan sel yang ada padanya.
(b) Mesofil, merupakan jaringan parenkim yang menjadikan sistem di dalam daun, dengan
susunan yang sangat bervariasi. Pada beberapa Angiospermae (Zea dan Poaceae
tertentu), mesofil terdiri atas sel-sel poligonal dengan ruang antarsel kecil. Pada
kebanyakan dikotil, terdapat dua macam jaringan parenkim yaitu jaringan tiang atau
palisade dan jaringan bunga karang atau sponsa. Kloroplas terdapat di dalam mesofil.
Pada epidermis dan mesofil, juga terdapat bermacam-macam idioblas, biasanya berupa
sel kelenjar, litosis (‘lithocyst’), dan sklereida.
(c) Sistem jaringan pembuluh. Berhubungan dengan sistem pembuluh batang yang
membelok dan memisah disebut jalan daun (‘leaf trace’). Jalan daun tersebut
merupakan pemisahan dan pembelokan berkas pembuluh kolateral atau amfikribral
sehingga pada daun floem menjadi berada pada arah bawah atau abaksial. Pada
dikotil jalan daun dapat berjumlah 1, 3 atau lebih dalam tangkai daun (petiolUs).
Bekas tempat pembelokan/ pemisahan berkas pembuluh batang tersusun dari sel-sel
parenkim yang disebut celah daun.

Tujuan :
1. Membedakan jaringan-jaringan penyusun daun.
2. Membedakan struktur jaringan penyusun daun monokotil, dikotil, dan
gimnospermae

Kegiatan 13. DAUN GYMNOSPERMAE

Bahan dan Alat :


Daun PinUs merkUsii;
floroglusin-alkohol (floroglusinol) dan HCl pekat (25 %)

Pelaksanaan :
a. Buat sayatan melintang daun pinus dalam setetes floroglusin-alkohol. Setelah alkohol
menguap, beri setetes HCl 25 %. Gambar detail satu sektor stele dengan bagian
daun yang ada di luarnya. Tunjukkan : epidermis, stomata, beberapa sel mesofil,
saluran harsa, lapisan epithelium, endodermis, jaringan transfusi, noktah pada
jaringan transfusi, xilem, dan floem.

Kegiatan 14. DAUN DIKOTIL

Bahan dan Alat :


Daun : karet merah (FicUs elastica), daun jeruk purut (CitrUs hystrix), ranting
muda bunga kembang sepatu (HibiscUs rosa-sinensis);
floroglusin-alkohol; HCl pekat (25 %)

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang daun karet dalam air. Perhatikan pada lapisan
epidermis dan subepidermis, terlihat ada sel idioblas (litosis) yang berisi sistolit;
jumlah jaringan tiang adaksial dan abaksial. Gambar dan tunjukkan epidermis,
subepidermis, stoma, jaringan tiang, jaringan bunga karang, berkas pembuluh, xilem,
floem.
b. Buat sediaan penampang melintang daun jeruk dalam air. Perhatikan pada lapisan
epidermis dan subepidermis, terlihat ada rongga yang berisi minyak asiri, jumlah
jaringan tiang adaksial dan abaksial. Gambar dan tunjukkan epidermis, stoma,
jaringan tiang, jaringan bunga karang, berkas pembuluh, rongga reksigen.
c. Buat sediaan seri penampang melintang dari bagian di atas , pada, dan di bawah
buku ranting muda bunga kembang sepatu dalam setetes floroglusin-alkohol. Setelah
alkohol menguap, beri setetes HCl 25 %. Gambar bagan setiap bagian seri dan
tunjukkan letak atau posisi berkas pembuluh sehingga jelas mana celah daun serta
jalan daun. Tunjukkan pula hubungan antara sistem jaringan pembuluh dari tunas
dengan sistem jaringan pembuluh pada batang.

Kegiatan 15. DAUN MONOKOTIL

Bahan dan Alat :


Daun: tebu (SaccharUm officinarUm), jagung (Zea mays), keladi (Colocasia
escUlenta)

Pelaksanaan :
a. Buat sediaan penampang melintang daun jagung dan tebu. Tunjukkan : epidermis,
kelompok sel bentuk lensa atau sel kipas, berkas pembuluh, sarung parenkim,
penghubung sklerenkim. Bedakan susunan berkas pembuluhnya.
b. Buatlah sayatan melintang melalui ujung median daun keladi. Perhatikan hidatoda
pada ujung berkas pembuluh. Gambarkan posisi xilem dan sel-sel sekitarnya.

Pertanyaan :
1. Struktur apa sajakah yang saudara temukan pada permukaan daun ?
2. Pada bagian sisi mana letak xilem pada daun ? Mengapa ?
3. Apa fungsi hidatoda ? Adakah pori lain dalam tumbuhan yang juga dapat
mengeluarkan air ? Sebutkan .
4. Pada daun sering ditemukan adanya jaringan penguat. Mengapa ?
A B
Gambar 13. Daun dikotil FicUS elastica, (A), CitRUS limon (B)

A B C

Gambar 14. A. Bagan sayatan seri penampang melintang batang HibiscUS rosa-sinensis, (A) di atas,
pada, dan di bawah buku. (B), hidatoda (C)
Pertemuan 9

BAB 6
BUNGA, BUAH DAN BIJI

A. BUNGA
Bagian steril terdiri dari kelopak (kaliks) tersusun oleh daun kelopak atau sepal
serta mahkota (korola) atau petal. Bagian reproduktif adalah benang sari (stamen =
mikrosporofil) dan karpel (megasporofil = daun buah).

Sepal dan petal


Struktur anatomi petal dan sepal mirip dengan daun fotosintesis, tetapi lebih
sederhana. Kedua macam bagian bunga tersebut terdiri dari jaringan parenkim dasar,
sistem jaringan pembuluh yang bercabang-cabang dan epidermis. Juga terdapat sel berisi
kristal, latisifer, sel tanin, dan idioblas lainnya.
Epidermis Pada beberapa tumbuhan tertentu dinding antiklinal petal
bergelombang atau memiliki alur-alur internal. Dinding luar dapat berbentuk cembung
atau berpapil, terutama pada bagian adaksial. Stomata dan trikomata dapat ditemukan
pada bagian adaksial, baik pada petal maupun sepal.
Mesofil jarang mengalami pembedaan menjadi jaringan tiang dan bunga karang,
umumnya terdiri dari sel-sel yang isodiametris dan tersusun sedikit renggang.
Berkas pembuluh lebih sederhana; pada sepal sangat mirip dengan daun, sedangkan
pada petal mengalami reduksi dengan berkas pembuluh tidak lengkap.
Bentuk dan ukuran petal lebih bervariasi dibanding dengan sepal dan biasanya tidak
berwarna hijau karena terdapat antosianin di dalam vakuola.
Minyak asiri yang aromanya khusus pada jenis tumbuhan tertentu dihasilkan oleh
epidermis petal atau bagian lain yang khusus membentuknya yang disebut osmofor.

Benang sari (Stamen)


Stamen terdiri dari kepala sari atau antera yang terbagi menjadi kantung polen
atau mikrosporangia dan tangkai sari atau filamen yang dipersatukan dengan pembuluh
tunggal.
Jaringan dasar penyusun tangkai sari terdiri dari jaringan parenkim tanpa ruang
antarsel, kadang-kadang vakuolanya mengandung pigmen. Setiap kantung polen terdiri
dari lapisan sel sebagai dinding dan ruang sari atau lokUlUs, dimana mikrospora akan
dibentuk.
Tipe berkas pembuluh adalah amfikribral.

Putik (Karpel/ Pistilum)


Bagian tengah stilus ada yang padat dan ada yang membentuk saluran. Stilus pada
Angiosperm umumnya padat. Stigma dewasa menyediakan kondisi untuk perkecambahan
butir polen; ditutupi oleh bahan sekret (‘stigma basah’) atau tidak (‘stigma kering’). Pada
stigma basah, sel epidermis memanjang berupa papil, berambut pendek, atau berambut
panjang bercabang.
Jaringan stigma berhubungan dengan ovulum dalam ruang ovari oleh jaringan
transmisi sepanjang epidermis-dalam stilus, yang membantu jalan tabung polen dan
sebagai sumber nutrien.
Bakal bUah (ovariUm)
Pada saat bunga mekar sempurna (antesis), maka diferensiasi histologis dari
dinding ovarium tersusun atas jaringan parenkim dengan berkas pembuluh; pada beberapa
takson terdapat lapisan sklerenkim, kristal, dan tanin. Epidermis luar berkutikula dan
dapat memiliki stomata. Ovarium mengalami diferensiasi histologis terutama pada saat
berkembang menjadi buah.
Tujuan :
1. Mengamati dan mempelajari struktur dasar dari bunga dan bagian-bagiannya.
2. Mengamati struktur umum kantong embrio.
3. Mengamati tahapan-tahapan perkembangan dalam kantong embrio.
Bahan :
Bunga: kumtum lili (LiliUm sp; awetan), mawar (Rosa sp) atau
Kuntum kembang sepatu (HibiscUs rosa- tahi ayam (Tagetes ).
sinensis),
cengkeh (EUgenia aromatica) ;

Pelaksanaan :
Kegiatan 16. STRUKTUR UMUM BUNGA
a. Gambarkan penampang melintang kuntum bunga LiliUm secara utuh melalui ovarium
dan bagian-bagian bunga secara terpisah. Perhatikanlah bagian sepal, petal, ovarium
dengan ovulum. Tunjukkan jaringan epidermis, ‘mesofil’, berkas pembuluh, trikomata,
stomata, plasenta, funikulus, dan kantong embrio.
b. Gambarkan penampang melintang stamen bunga LiliUm dan kembang sepatu secara
utuh melalui berkas pembuluh. Tunjukkan jaringan epidermis, endotesium, stomium,
tapetum, dan mikrospora.
c. Buat sediaan penampang memanjang bunga kembang sepatu melalui stigma. Gambar
dan tunjukkan jaringan epidermis dengan papila, stomata, berkas pembuluh, dan
eksudat stigmatik.
d. Buat sediaan penampang melintang dan memanjang bunga kembang sepatu melalui
stilus. Gambar dan tunjukkan stilus tertutup atau berongga, jaringan epidermis,
jaringan dasar, berkas pembuluh, dan jaringan transmisi.
e. Buat sediaan penampang melintang bunga cengkeh melalui tabung bunga (hipanthiUm)
bagian atas. Tunjukkan jaringan epidermis, stomata, kelenjar minyak, berkas
pembuluh, jaringan parenkim, lokulus, aerenkim.
f. Buat sediaan penampang melintang sepal dan petal kembang sepatu. Tunjukkan
epidermis, stomata, trikomata, ‘mesofil’, berkas pembuluh.
g. Buat sediaan penampang melintang sepal dan petal bunga mawar atau tahi ayam.
Perhatikan bentuk epidermisnya. Tunjukkan epidermis, stomata, trikomata, ‘mesofil’,
berkas pembuluh.
Gambar 16 Penampang melintang petal Rosa (A).

Gambar 17 Penampang melintang stamen LilIUM (A), dan pistilum LilIUM (B)

Pertemuan 10

B. BUAH
Dinding buah juga disebut perikarp yang berarti dinding ovarium telah masak,
dapat juga mencakup jaringan bukan karpel. Dinding buah mungkin mengalami diferensiasi
menjadi jaringan-jaringan yang seringkali dapat dibedakan menjadi dua atau tiga lapisan,
yaitu lapisan paling luar (eksokarp atau epikarp), lapisan tengah (mesokarp), dan lapisan
paling dalam (endokarp). Istilah ini tidak menunjukkan ontogenik dari lapisan-lapisan
tersebut.
Tipe utama buah yang dapat dibedakan menurut histologi dinding buah adalah buah
kering bersklerenkim dan buah berdaging (sUkUlen) berparenkim.

Tujuan :
1. Memahami struktur dasar histologi penyusun dinding buah.
2. Membedakan struktur dinding buah kering dan buah berdaging.

Bahan dan Alat:


Buah : adas manis (FoenicUlUm vUlgare) rendam dalam air,
jagung (Zea mays; awetan);
cabe (CapsicUm annUUm),
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, HCl 25 %.

Pelaksanaan :
Kegiatan 17. BUAH KERING
a. Buatlah sediaan penampang melintang buah adas manis dalam air, dan amati. Kemudian
serap air dengan kertas tisue dan beri setetes floroglusin-alkohol. Setelah alkohol
menguap beri setetes HCl 25 % (Hati-hati jangan sampai terhirup atau kena
tangan !). Gambar dan tunjukkan epidermis, jaringan parenkim, sklerenkim, rongga
vitae, berkas pembuluh, endosperm, dan embrio.
b. Gambarkan penampang membujur buah jagung. Perhatikan struktur histologi
perikarpnya. Dapatkah saudara membedakan perikarp dan testa, mengapa ?

Kegiatan 18. BUAH BERDAGING


a. Buatlah sayatan tipis penampang melintang buah cabe dalam air. Gambar dan
tunjukkan epidermis, parenkim dengan kloroplas atau kromoplas, sel raksasa,
parenkim atau sklerenkim, berkas pembuluh, ovarium, dan ovulum.

Pertanyaan
1. Dapatkan saudara membedakan jaringan pada buah kering atas diferensiasi
perikarpnya ? Jelaskan !
2. Bedakan secara histologi jaringan pada buah cabe yang termasuk epikarp, mesokarp,
dan endokarp !
3. Jelaskan perbedaan prinsip buah kering dan buah berdaging dari hasil pengamatan
saudara!
A B

Gambar 18. Buah kering. Merikarp FoenicULUM vULgare (A). Kariopsis Zea mays (B)

Pertemuan 11

C. BIJI
Pada awal perkembangan biji, embrio monokotil dan dikotil pada dasarnya adalah
sama, dimulai dengan tahap proembrio 2-sel, bentuk linier, 8-sel, bentuk globUlar atau
16-sel sampai dengan 32-sel. Perbedaan mulai terlihat setelah tahap 32-sel, dimana
pada monokotil pertumbuhan hanya terjadi pada salah satu sisi sedangkan pada dikotil
terjadi pada kedua sisi sehingga akan membentuk hati/ jantUng pada tahap 64-sel
(masih ada beda pendapat).
Pada beberapa macam biji cadangan makanan terdapat di luar embrio, yakni dalam
endosperm atau dalam perisperm. Endosperm berasal dari pembelahan sel yang
merupakan penyatuan inti kutub (polar) dengan spermatozoid. Perisperm berasal dari
jaringan nuselus. Akan tetapi, pada banyak dikotil kedua jaringan tersebut tidak
bertahan lama, dimana seluruhnya atau hampir seluruhnya terserap oleh embrio yang
berkembang sebelum biji menjadi dorman. Dengan demikian, cadangan makanan tersimpan
dalam tubuh embrio terutama dalam keping biji atau kotiledon.

Tujuan
1. Membedakan struktur histologi embrio atau kotiledon, dan endosperm.
2. Membedakan struktur histologi biji monokotil dan dikotil.
3. Memahami tahapan perkembangan embrio.

Bahan dan Alat :


Biji dari tanaman:
jagung (Zea mays; awetan),
gandum (TriticUm sp;awetan);
jarak (RicinUs commUnis),
labu parang (CUcUrbita mosqata), kacang buncis (PhaseolUs vUlgaris),
kacang ercis (PisUm sativUm), kacang kedele (Glycine max);
10 mL floroglusin dalam alkohol 95 %, HCl 25 %.

Pelaksanaan :
Kegiatan 19. BIJI MONOKOTIL
a. Gambarkan penampang membujur dari biji jagung. Tunjukkan testa, perikarpium,
endosperm, kotiledon (skutelum), koleoptil, plumula, radikula, dan koleoriza.
b. Gambarkan penampang membujur dari gandum. Bedakan dengan jagung.
47/49

Kegiatan 20. BIJI DIKOTIL


a. Buat sediaan penampang melintang dari biji jarak dalam air. Gambar
dan tunjukkan testa dengan lapisan aleuronnya, integumen luar dan
dalam, nuselus, endosperm, dan embrio.
b. Buat sediaan penampang membujur dari biji jarak dalam air. Gambar
dan tunjukkan kantung embrio (kalau masih ada). Tunjukkan bagian-
bagiannya seperti pada (a).
c. Buat sediaan penampang melintang biji labu di dalam setetes
floroglusin-alkohol.
Setelah alkohol menguap beri setetes HCl 25 %. Perhatikan lapisan-
lapisan yang
menyusun testa. Gambar dan tunjukkan lapisan epidermis,
hipodermis, sklerenkim, parenkim, klorenkim, nuselus dan
endosperm, serta kotiledon.
d. Buat sediaan penampang melintang biji kedele, kacang buncis, atau
kacang ercis di dalam air. Gambar dan perhatikan adanya lapisan tiang.
Bandingkan dengan biji labu. Diskusikan.
Pertanyaan :
1. Mengapa kantong embrio pada biji jarak kadang-kadang tidak terlihat ?
2. Bedakan embrio jagung dan gandum ? Apa artinya ?
3. Apa beda biji jarak dengan biji kedele/ buncis/ ercis ? Jelaskan !
4. Dapatkah saudara membedakan testa dengan perikarpium pada biji
jagung?
Mengapa?
5. Jelaskan fungsi sel basal suspensor bagi perkembangan embrio ?

Gambar 19. Biji dikotil. Testa dan bagian embrio CUCURBita (atas, A) dan Glycine (bawah, B).

Gambar 20. Embrio Capsela bURSa-pastoris , sayatan memanjang ovulum. A, lapisan apikal (a)
~ bakal embrio dan suspensor, (b) ~ vakuola jelas. B dan C, embrio globular dengan
protoderm dan prokambium. D, awal embrio bentuk – hati. E, tahapan kotiledon.
49/49

Pertemuan 12

BAB 7
TUMBUH DAN BERKEMBANG
Air, oksigen, cahaya, dan suhu merupakan kondisi lingkungan yang sangat

berpengaruh pada pertumbuhan setiap tahap perkembangan tanaman. Untuk melihat


kepentingan pengaruh kondisi pertumbuhan ini maka percobaan tentang pentingnya faktor
lingkungan dilakukan pada perkecambahan karena pada saat ini air, cahaya, oksigen, dan
suhu sebagai faktor penting untuk menunjang pertumbuhan.

Percobaan 21. AIR DAN PERKECAMBAHAN

Tujuan: Mengamati kepentingan air dalam proses perkecambahan.


Bahan dan Alat:
40 biji tanaman terpilih: 2 buah cawan tumbuh; sprayer;
- rendam semalam; pasir steril atau media tumbuh lainnya.

Cara Kerja:
1. Letakkan 20 biji yang telah direndam pada cawan yang telah diisi media tumbuh dan
jangan berikan air selama percobaan ini dilakukan.
2. Pada cawan lainnya yang juga telah berisi media tumbuh letakkan 20 biji yang lain dan
basahi kembali dengan sedikit air. Gunakan sprayer.
3. Biarkan kedua perlakuan ini selama beberapa hari sampai dua daun pertama terbuka
sempurna. Amati dan bandingkan, buat dalam tabel dan diskusikan.

Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud dengan biji berkecambah ?
2. Mengapa biji kering tidak berkecambah ?
3. Berapa kadar air minimal bagi biji untuk berkecambah? Jelaskan.
4. Apa fungsi media tumbuh dalam percobaan saudara?
5. Dari mana sumber makanan untuk pertumbuhan/ perkecambahan?
6. Bagaimana kepentingan air dalam proses perkecambahan?

Percobaan 22. KEPENTINGAN UDARA BAGI PERKECAMBAHAN

Tujuan: Mengamati peran oksigen dalam perkecambahan.


Bahan dan Alat:
40 biji tanaman, rendam semalam; kertas merang;
air mendidih yang telah didinginkan; 2 buah botol bertutup.

4. Tempatkan kedua perlakuan ini pada tempat hangat dan amati selama 14 hari.
Cara kerja:
1. Lapisi kedua botol dengan kertas merang sebanyak 2 lapis.
2. Isi botol (I) yang bertutup dengan air mendidih yang telah didinginkan
sampai kertas terendam dan masukkan 20 biji dan segera tutup kembali
dengan kuat (air mendidih yang telah dingin ini mengandung oksigen sedikit
sekali, keadaan ini dianggap sebagai anaerob).
3. Pada botol (II) yang tak bertutup berikan beberapa tetes air biasa
sampai kertas cukup basah dan letakkan 20 biji lainnya.
4. Tempatkan kedua perlakuan ini pada tempat hangat dan amati selama 14 hari.
5. Buat tabel perkecambahan dan diskusikan.

Pertanyaan :
1. Apakah udara diperlukan untuk proses perkecambahan ? Jelaskan.
2. Bagaimana jika saudara menggunakan air mendidih yang telah dingin kemudian diaduk-
aduk?
3. Apakah semua biji dapat berkecambah? Mengapa?
4. Bagaimanakah menentukan biji yang sehat/ baik?

Percobaan 23. PENGARUH SUHU TERHADAP PERKECAMBAHAN

Tujuan: Membandingkan perkecambahan pada suhu berbeda.


Bahan dan Alat:
60 biji tanaman, rendam semalam, pasir steril atau media tumbuh lain;
Oven suhu 60 0C dan refrigerator 3 cawan tumbuh
1. Isi masing-masing baki tersebut dengan media tumbuh setinggi 10 mm dan letakkan 20
biji dan basahkan dengan air.
2. Tempatkan cawan pada suhu yang berbeda;
a. pada suhu kamar (26-30 oC),
b. ruang dingin atau pada refrigerator (4 oC),
c. pada oven 60 C
3. Biarkan ketiga perlakuan selama 14 hari dan catat berapa biji yang tumbuh
(persentase).
4. Buat tabel dan diskusikan hubungan antara perkecambahan dan suhu.

Pertanyaan :
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap perkecambahan! Jelaskan.
2. Mengapa biji harus diberi air lebih dahulu sebelum berkecambah?
3. Apakah semua biji dapat berkecambah? Mengapa?
NAMA ………………………………………….. TANGGAL ……….
KELOMPOK ………………………….. LAPORAN: Percobaan 9 - 11
PERTUMBUHAN

Perlakuan Jumlah biji tumbuh hari ke


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

Air
Kering
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Basah
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Udara
Tertutup
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Terbuka
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Suhu, 0C
4
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

26-30
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

60
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _

Diketahui:
Asisten,

(.....................)
Pertemuan 13

BAB 8
HORMON PERTUMBUHAN
Hormon bekerja dalam konsentrasi yang sangat kecil dan pada tanaman di
kelompokkan menjadi lima kelompok besar yang terdiri dari auksin, sitokinin , giberelin,
asam absisat (ABA) dan etilen. Adanya hormon atau zat pengatur tumbuh ini ternyata
tidak selalu memacu pertumbuhan tetapi dapat juga bersifat menghambat seperti ABA
dan etilen. Zat pengatur tumbuh atau hormon tanaman untuk memacu pertumbuhan
dapat berinteraksi sesamanya misalnya auksin dan sitokinin atau antara auksin dan
gibberelin.
Dalam percobaan untuk melihat efek hormon selain menggunakan hormon yang
alami juga dapat digunakan hormon sintetik. Termasuk auksin sintetik adalah 2,4- D, NAA
atau IBA. Sedangkan yang termasuk sitokinin sintetik adalah kinetin, BA atau BAP.
Apikal dominansi adalah penghambatan tunas samping (aksilar) oleh pertumbuhan
ujung pucuk. Pada tanaman herba seperti PiSUm sativUM dan HeliantHUS annUUs apikal
dominansi ini sangat kuat dan menekan tunas samping sehingga terlihat bahwa pucuk
berkembang tegak lurus dalam satu sumbu (monopodial) sedangkan pada tanaman SolANUM
tUBeroSUm dan LycopersicUM eSCULentUM tidak begitu kuat sehingga ditemukan pucuk
bercabang dan ini berarti apikal dominansi ini partial.

Percobaan 24. ETILEN

Tujuan : Membandingkan proses pematangan buah.


Bahan dan Alat :
3 sisir pisang kepok atau pisang jantan yang tua tetapi kulit masih berwarna hijau dan
keras (dari tandan yang sama);
3 lembar daun pisang kering atau kulit pisang tua;
plastik kap. 10 kg, pisau; tali rafia.

Cara kerja :
1. Gantunglah 1 sisir pisang dengan tali rafia di dalam ruangan (suhu kamar).
2. Satu sisir pisang yang lain dimasukkan ke dalam plastik dan diikat kuat dengan tali
rafia sehingga udara dalam plastik tidak dapat keluar.
3. Selanjutnya disimpan ke dalam lemari dan dibiarkan pada suhu kamar.
4. Satu sisir pisang yang tersisa dimasukkan ke dalam plastik seperti point no. 2, tetapi
ditambahkan dengan kulit pisang atau daun pisang.
5. Dengan menggunakan tabel kematangan pisang amati pada hari ke 3 (setelah 2 hari
pemeraman) dan masukkan pada lembar data.
Pertemuan 14

BAB 9
FOTOSINTESIS
Tujuan :
Menentukan aktivitas fotosintesis dengan mengukur oksigen yang dihasilkan.
Percobaan 25. Mengukur laju fotosintesis
Bahan dan Alat :

1000 mL larutan NaHCO3 0,5 %,


12 tangkai pucuk Hydrilla verticillata; 6 buah tabung reaksi 15 mm,
4 buah gelas kimia 500 mL,
pipet, pipet ukur berskala 2 mL, spidol, 4 kertas minyak/ plastik warna: merah, biru, kuning,
hijau

LANGKAH KERJA:

1. Pilih 2 tangkai H. verticilata masukkan ke dalam tabung reaksi dengan ujung batang
searah tabung, kemudian isi dengan larutan NaHCO3 sampai penuh.
2. Tutup dengan ibu jari dan masukkan ke dalam gelas kimia, yang telah berisi larutan
NaHCO3 secukupnya, dalam posisi terbalik (mulut tabung pada dasar gelas kimia). Jika
ada gelembung udara pada tabung ulangi kembali.
3. Letakkan pada tempat cahaya dengan dibungkus kertas berbeda warna atau tempat
berbeda selama 2 jam:
a. cahaya matahari langsung
b. di dalam ruangan
c. di tempat gelap.
4. Dinding tabung reaksi diketuk-ketuk dengan ujung jari setiap 30 menit, agar
gelembung udara yang melekat pada tanaman terlepas.
5. Setelah 2 jam, dinding tabung reaksi, batas antara ruang udara dengan cairan
NaHCO3, ditandai dengan spidol. Jangan sampai ada gelembung udara yang masuk.
6. Angkat tabung reaksi, kemudian masukkan air dengan pipet sampai batas yang
telah ditandai. Ukur volume air dengan menggunakan pipet ukur.

Pertanyaan:
1. Apa fungsi larutan NaHCO3 dalam percobaan saudara?
2. Mengapa dinding tabung harus diketuk-ketuk?
3. Bagaimana jika posisi tanaman dimasukkan terbalik?
Pertemuan 15

BAB 10
GERAK TANAMAN

Salah satu aktivitas dari tanaman adalah gerak. Gerak tanaman itu antara
lain pembelokan dahan dan akar, melipatnya daun, perpindahan tanaman tingkat
rendah.

Tropisme
Merupakan gerak sebagian tanaman ke arah rangsangan. Rangsangan dapat
berupa cahaya, air ataupun gaya tarik bumi.
Nasti
Gerak tanaman yang tidak menurut arah rangsangan, pada beberapa
keadaan dapat disebabkan oleh perubahan mendadak dari turgor sel dari bagian
dasar daun yang dikenal sebagai pulvinus. Perubahan turgor sel pulvinus juga dapat
menyebabkan pembukaan dan penutupan daun atau gerak tidur bagi tanaman
tertentu seperti pada tanaman Mimosa sp.

Percobaan 26. SEISMONASTI DAN NIKTINASTI

Tujuan: Untuk mengetahui gerak yang disebabkan adanya goncangan


dan juga gerak tidur karena perubahan turgor .

Bahan dan Alat:


Tanaman Mimosa , stopwatch, korek api.

Cara kerja:
1. Pilihlah tanaman Mimosa yang ada di lapangan. Lakukan beberapa kejutan
seperti menyentuh, mengguncang, atau membakar salah satu ujung
tangkai anak-daun.
2. Amati reaksi daun menutup dan tunggu hingga daun membuka lagi. Catat waktu
sampai seluruh daun menutup dan waktu yang diperlukan untuk daun membuka
kembali secara penuh. Gambarkan arah gerak daun menutup dan membuka.

Anda mungkin juga menyukai