Anda di halaman 1dari 6

Gangguan Ginjal Akut dan Kejadian Sepsis Pasca Sengatan Lebah

Muhamad Lutfi Rahmat1, Johan Hamik2

2
SMF Ilmu Penyakit Dalam

1
Siloam Hospitals Purwakarta

Korespondensi: Muhamad Lutfi Rahmat, Email: Muhlura@gmail.com

Abstrak

Pendahuluan: Sengatan lebah adalah kejadian yang cukup sering terjadi di negara tropis seperti
Indonesia. Toksin lebah mengandung komponen hialuronidase, phospholipase A2, melitin dan apamin
yang mengakibatkan kerusakan ginjal bahkan kematian.

Kasus : Dua orang wanita dibawa ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas. Sebelumnya pasien
dirawat di klinik selama 4 hari karena tersengat lebah. Pasien mengalami sulit buang air kecil pasca
tersengat lebah. Pasien 1 mengalami muntah dan buang air besar berwarna hitam dengan keadaan
hemodinamik pasien stabil. Pasien 2, tampak sakit berat dengan laju pernapasan cepat dan tekanan
darah rendah. Pada pemeriksaan laboratorium kedua pasien terdapat leukositosis. Pada pasien 2
terdapat hiperkalemia. Pasien 2 dirawat di ruangan intensif. Pada kedua pasien dilakukan hemodialisis.

Pembahasan: Pada kasus ini perlu penanganan cepat karena keadaan pasien buruk dan terjadi sepsis
berat karena sudah terdapat kolaps hemodinamik sehingga memerlukan vasopressor. Pasien juga
dilakukan hemodialisis untuk mengurangi gejala uremia.

Kesimpulan: AKI dapat disebabkan oleh sengatan lebah yang mengandung komponen nefrotoksik dan
sepsis. Penanganan hemodialisis yang cepat dapat meningkatkan survival rate.

Kata Kunci: sengatan lebah, gangguan ginjal akut, sepsis, hemodialisis.


Pendahuluan

Kasus 1

Seorang wanita 35 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas.
Sebelumnya pasien dirawat di klinik selama 4 hari karena tersengat lebah. Pasien
dengan saudaranya terkena sengatan lebah ketika ada pohon tumbang dan sarang
lebah jatuh, seketika itu sekelompok lebah menyerang. Pasien terkena sengatan lebah
di 4 anggota tubuh yaitu wajah, punggung, lengan dan tungkai. Setelah terkena
sengatan lebah, pasien merasa nyeri hebat dan panas pada bagian yang tersengat.
Pasien juga mengalami muntah dan buang air besar berwarna hitam setelah tersengat
lebah. Pasien sulit buang air kecil setelah 4 hari terkena sengatan lebah. Tidak ada
riwayat penyakit dan keluhan serupa sebelumnya. Pada saat sampai di IGD keadaan
hemodinamik pasien stabil. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lesi krusta sanguinis
berbentuk bulat, eritema, batas tegas, ukuran bervariasi, tepi meninggi di sekitar
wajah, punggung, lengan dan tungkai. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilihat
pada tabel 1. Pada pasien dilakukan penanganan hiponatremia NaCl 3% 500 cc habis
dalam 24 jam. Pemberian antibiotik ceftriaxone 2x1gr/iv, furosemide drip 10 mg/jam
dan pasien dilakukan Hemodialisis.

Kasus 2

Seorang wanita 24 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan sesak napas
hebat. Sesak dirasakan sejak 4 hari setelah pasien terkena sengatan lebah. Sesak
dirasakan sepanjang hari dan dirasakan terutama saat posisi berbaring. Pasien tidak
bisa buang air kecil sejak 2 hari setelah tersengat lebah. Pasien juga mengalami
muntah sebanyak lima kali dan buang air besar cair. Tidak ada riwayat penyakit dan
keluhan serupa sebelumnya. Pada saat sampai di IGD keadaan pasien tampak sakit
berat dengan laju pernapasan 32 kali per menit. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
konjunctiva anemis, auskultasi paru terdapat bunyi ronkhi di kedua lapang paru,
terdepat bengkak di seluruh ekstremitas. Pada pemeriksaan laboratorium dapat dilihat
pada tabel 1. Kemudian dilakukan penanganan hiperkalemia Ca Glukonas 10 gr
dalam D5 100 cc habis dalam 1 jam, Insulin 10 U dalam D40% 50 cc bolus lambat,
penanganan hiponatremia NaCl 3% 500 cc habis dalam 24 jam. Pemberian antibiotik
ceftriaxone 2x1gr/iv, furosemide drip 10 mg/jam dan pasien dilakukan Hemodialisis.
Pasien masuk ruang rawat intensif.

Pembahasan

Toksin lebah mengandung komponen hialuronidase, phospholipase A2, melitin


dan apamin yang mengakibatkan kerusakan ginjal dan memiliki efek menurunkan
tekanan darah.1,2 Komponen tersebut menginduksi keluarnya mediator histamin,
serotonin, bradikinin dan prostaglandin. Pada jantung dapat menyebabkan lesi
iskemik dan akut miokard infark, berkurangnya cardiac output yang mengakibatkan
turunnya aliran darah ke ginjal sehingga terjadi hipoperfusi ginjal. 3 Sistem Renin
Angiotensin Aldosteron akan teraktivasi dan meningkatnya stimulus saraf adrenergik
dengan keluarnya katekolamin. Semua faktor tersebut dapat menginduksi terjadinya
vasokonstriksi di aferen dan eferen arteriol, dan berkurangnya aliran darah glomerular
dan peritubular dapat menyebabkan iskemia dan berkembang menjadi Akut Tubular
Nekrosis (ATN).4,5 Dimana pada ATN terjadi kelainan vascular dan tubular. Pada
kelainan vaskuler terjadipeningkatan Ca2+ sitosolik pada arteriol afferent glomerolus
yangmenyebabkan sensitifitas terhadap substansi-substansi vasokonstriktor
dangangguan otoregulasi. Begitu pula terjadi peningkatan stress oksidatif yang
menyebabkan kerusakan selendotel vaskular ginjal, yang mengakibatkan peningkatan
A-II dan ET-1serta penurunan prostaglandin dan ketersediaan nitric oxide yang
berasaldari endotelial NO-sintase. Dapat terjadi peningkatan mediator inflamasi
seperti tumor nekrosis faktor daninterleukin-18, yang selanjutnya akan meningkatkan
ekspresi dariintraseluler adhesion molecule-1 dan P-selectin dari sel endotel,
sehinggapeningkatan perlekatan sel radang terutama sel netrofil.Keadaan ini
akanmenyebabkan peningkatan radikal bebas oksigen. Kesuluruhan proses diatas
secara bersama-sama menyebabkan vasokonstriksi intrarenal yangakan menyebabkan
penurunan GFR.6

Salah satu Penyebab tersering AKI intrinsik lainnya adalah sepsis, dengan dasar
patofisiologinya yaitu peradangan, apoptosis dan perubahan perfusi regional yang
dapat menyebabkan nekrosis tubular akut (NTA). Penurunan LFG pada sepsis dapat
terjadi pada keadaan tidak terjadi hipotensi,walaupun kebanyakan kasus sepsis yang
berat terjadi kolaps hemodinamik yang memerlukan vasopressor. Sementara itu,
diketahui tubular injury berhubungan secara jelas dengan AKI pada sepsis dengan
manifestasi adanya debris tubular dan cast pada urin. Efek hemodinamik pada sepsis
dapat menurunkan LFG karena terjadi vasodilatasi arterial yang tergeneralisir akibat
peningkatan regulasi sitokin yang memicu sintesis NO pada pembuluh darah. Jadi
terjadi vasodilatasi arteriol eferen yang banyak pada sepsis awal atau vasokontriksi
renal pada sepsis yang berlanjut akibat aktivasi sistem nervus simpatis, sistem renin-
angiotensus-aldosteron,vasopressin dan endothelin. Sepsis bisa memicu kerusakan
endothelial yang menghasilkan thrombosis microvascular, aktivasi reaktif oksigen
spesies serta adhesi dan migrasi leukosit yang dapat merusak sel tubular renal.7,8

Kesimpulan

Tabel 1. Pemeriksaan Laboratorium Darah

Variabel Kasus 1 Kasus 2

Haemoglobin (g/dL) 8.70 9.30

Hematocrit (%) 22.90 24.80

Erythrocyte (10^6/μL) 2.86 3.27

White Blood Cell


19.31 46.70
(10^3/μL)

Platelet Count (10^3/μL) 247.000 321.000

Ureum (mg/dL) 423.4 378.0

Creatinine (mg/dL) 22.68 24.18

Sodium (mEq/L) 131 133

Potassium (mEq/L) 5.6 7.3

Chloride (mEq/L) 98 95
Tabel 2. Toksin Hewan dan Mekanisme AKI

Gambar 1. Patofisiologi GGA yang disebabkan sengatan lebah

Sengatan Lebah

Toksin masuk ke dalam aliran darah

Efek pada otot Efek pada sel Senyawa nefrotoksik Senyawa vasoaktif

Rabdomiolisis Hemolisis Nefrotoksik direk Vasodilatasi sistemik


Peningkatan permeabilitas vaskuer

Akut Tubular Nekrosis Hipoperfusi renal/ renal iskemia

Gangguan Ginjal Akut


Daftar Pustaka

1. Mingomataj EC, Bakiri AH, Ibranji A, Sturm GJ. Unusual reactions to hymenoptera stings: what
should we keep in mind. Clin Rev Allergy Immunol. 2014;47:91-9.

2. Nandi M, Sarkar S. Acute kidney injury following multiple wasp stings. Pediatr Nephrol.
2012;27:2315-17.

3. Ferreira DB, Costa RS, De Oliveira JA, Muccillo G. An infarct-like myocardial lesion
experimentally induced in Wistar rats with Africanized bee venom. J Pathol. 1995;177:95-102.

4. Reis MA, Costa RS, Coimbra TM, Teixeira VP. Acute renal failure in experimental envenomation
with Africanized bee venom. Ren Fail. 1998;20:39-51.

5. Muñoz-Arizpe R, Velásquez-Jones L, Roremo-Navarro B, Gómez-Chico R. Insuficiencia renal


aguda por picadura de abejas africanizadas. Bol Med Hosp Infant Mex. 1992;49:388-90.

6. Sinto, R. dan Nainngolan, G. Acute Kidney Injury : PendekatanKlinis dan Tata Laksana. 2010. Maj
Kedokt Indon.Vol 60 (2).

7. Brady HR, Brenner BM. Acute renal failure. Dalam Kasper DL,Fauci AS, Longo DL, Braunwald
E, Hauser SL, Jameson JL, editor.Harrison’s principle of internal medicine. Ed 16. New
York:McGraw-Hill, Inc; 2005.p.1644-53.

8. Mehta RL, Chertow GM. Acute renal failure definitions and classification:time for change?. J Am
Soc Nephrol. 2003;14:2178-87.

Anda mungkin juga menyukai