PENDAHULUAN
Para mahasiswa yang dimuliakan Allah Swt., pada modul 7 ini akan disajikan
bagaimana konsep pendidikan perspektif Islam. Modul ini akan mengantarkan bahan diskusi
untuk memahami prinsip pengembangan pendidikan sesuai dengan prinsip Islam. Modul ini
menjadi urgen berdasar pada relitas perkembangan pendidikan yang sedang mengalami
multi krisisis (ekonomi, sosial, politik, dan moralitas). Modul dapat menjadi alternatif
pengembangan model pendidikan yang mampu memecahkan problem kehidupan dan
mengantarkan pada bangsa yang beremajuan dan berperadaban. Harapan demikian menjadi
keniscayaan, karena secara historis pendidikan Islam pernah mampu menunjukkan hasil
yang positif yang terrekam pada masa kejayaan Islam. Harapan pada pendidikan Islam
bahkan bagi masyarakat muslim masuk pada wilayah doktrin, dimana semua masyarakat
muslim meyakini bahwa konsep pendidikan Islam yang mengakar pada sumber Alquran dan
Hadis pastilah akan lebih baik dibanding dengan konsep pendidikan lain yang didasarkan
hasil pemikiran manusia yang kebenarannya relatif.
Pemikiran pendidikan tidak pernah terhenti, sejalan dengan munculnmya kesenjangan
antara teori dan praktik. Para pemikir pendidikan barat terus mengembangkan konsep
pendidikan mengatasi tentangan global. Dunia pendidikan telah mencatat banyak banyak
tokoh pendidikan yang telah manyampaikan gagasan brilian untuk mengatasi problema
pendidikan. Pemikir-pemikir pendidikan seperti Deway dengan demokrasi penendidkannya,
Paulo Freire dengan konsep pendidikan yang membebaskan, Neil Postman dengan
menciptakan pendidikan yang bermakna secara sosial dan budaya , dan Bel Hooks dengan
pendidikan multikultural. Namun dalam realitasnya sering nampak pendidikan kita yang
mencoba menerapkan konsep di atas, justru masih belum dapat menciptakan generasi yang
humanis, peka terhadap pliralitas dan belum mengarah pada tujuan mendasar pada fungsi
pendidikan untuk membangun bangsa yang berakhlak mulia.
Mewujudkan masyarakat mulia melalui pendidikan secara logis memang dapat
mengadopsi barbagai konsep pendidikan yang telah dirumuskan para ahli pendidikan barat,
namun demikian melihat realitas yang terjadi di masyarakat,akan sangat relevan jika
memperhatikan konsep pendidikan Islam. Pemikiran pendidikan Islam perlu ditelaah,
karena pendidikan barat yang telah mendominasi dunia pendidikan menurut Muhajir (1990:
9) bertitik tolak dari ajaran yang memisahkan ilmu dari tataran hirarkhi nilai, dan hanya
menggunakan satu nilai saja yaitu obyektif netral. Dalam pengetrian bahwa sebaga upaya
mewujudkan cita-cita tersebut, pendidikan Islam diasumsikan mempunyai konsep yang
dapat digunakan sebagai wawasan pengembangan strategi pendidikan. Dengan harapan
akan mampu sebagai alternatif untuk membangun sistem pendidikan yang mampu
mengembang sumber daya manusia berkualitas yang dilandasi dengan nilai-nilai illahiyah,
insyaniyah, masyarakat, lingkungan dan berbudaya.
Mudul VII ini akan menyajikan beberapa topic penting sebagai landasan pokok
pengembangan pendidikan perspektif Islam, beberapa materi penting yang dimaksud
adalah :
1. Pengertian pendidikan Islam
2. Tujuan pendidikan Islam
3. Dasar-dasar pengembangan pendidikan Islam
4. Arah pengembangan pendidikan Islam
PETA KONSEP
KONSE
P ILMU
PENDIDIKAN
ISLAM
KEGIATAN BELAJAR 1: KONSEP PENDIDIKAN ISLAM
Para mahasiswa yang dimuliakan Allah Swt. untuk memahami konsep pendidikan Islam
dianjurkan membaca buku-buku filsafat pendidikan dan sejarah pendidikan Islamn.
Diskusikan dengan teman apa hakikat konsep pendidikan Islam yang sesuai dengan filsafat
pendidikan Islam, dan cari praktik pendidikan yang mendasarkan pada sistem pendidikan!
Para mahasiswa yang dicintai Allah Swt. bagaimana kabar pada hari ini? Alhamdulillah
semoga semangat belajar anda semakin kuat terinspirasi dari tujuan danpilar pendidikan
Islam. Pada kegiatan pembelajaran kedua ini, akan dikaji dasar-dasar filosofis yang akan
menjadi pijakan pengembangan sistem pendidikan berdasar pada konsep Islam.
Pendidikan Islam yang dikonsepkan untuk tujuan utama mengembangkan potensi
manusia, secara logis mesti harus sejalan dengan potensi manusiawi manusia secara utuh,
sesuai dengan falsafah hidup sebagai khalifah di bumi, dan sejalan dengan filsafat ilmu yang
dibenarkan Islam.
1. Konsep Manusia
Studi tentang manusia dalam konteks pendidikan Islam menempati posisi yang
amat sentral. Manusia adalah maudu’ pendidikan. Islam memiliki Alquran yang
menjadi rujukan sentral perilaku manusia. Alquran adalah hudan (Q.S. Al-Baqarah, 2:
2) menjadi sumber inspirasi sekaligus dasar berpikir bagi pengembangan pendidikan
Islam. Menurut Ainain (1980: 95) Alquran adalah kitab manusia, maka Alquran
kandungan seluruhnya untuk dan tentang manusia. Karenya Alquran di dalamnya
terdapat falsafah yang sempurna tentang manusia baik hakikat, penciptaan, dan
watak manusia.
Manusia adalah makhluk Allah Swt. yang termulia dari makhluk ciptaannya
yang lain (Q.S. Al-Isra’: 7), dan karena itu maka Allah Swt. telah menundukkan semua
apa yang ada dibumi dan langit untuk digunakan oleh manusia. Konsekwensi dari hal
ini, maka manusia dipersiapkan menjadi khalifah (Q.S. al-Baqarah: 30) yang secara
kodratnya dapat didik (Q.S. al-Baqarah: 31). Pendidikan yang dapat dikenakan pada
manusia adalah untuk mengembangkan potensinya agar dapat menanggung tugas
kekhalifahan. Tanpa dididik dengan baik manusia manjadi tidak berkembang. Hal ini
karena asal manusia dari segi pengetahuan belum mengetahui apa pun (Q.S. An-Nahl:
172), dan tanpa pengetahuan dan kemampuan berpikir yang benar manusia tidak
mungkin menjalankan tugas kekhalifahan (Ainain, 1980: 96). Manusia akan dimintai
pertanggungjawaban atas amanat kekhalifahan, dan oleh kerenanya manusia harus
mengembangkan potensi fungsionalnya.
Para pemikir pendidikan Islam mengklasifikasi substansi manusia menjadi dua
bagian. Bagian yang pertama adalah mady (badan) dan ghairu mady (akal, jiwa, dan
hati), atau manusia terdiri dari jasad dan ruh (Mursyi, 1977). Kedua unsur ini adalah
fitrah manusia yang akan dapat digunakan untuk menyempurnakan kehidupan.
Kedua unsur tersebut tidak dipahami secara terpisah, melainkan keduanya saling
menyempurnakan, keduanya adalah dua unsur yang menyatu. Inilah tabiat dasar
manusia, oleh karenanya manusia diharamkan mengesampingkan kebutuhan salah
satu unsur untuk mengutamakan unsur lain, dan tidak dibenarkan memuji salah satu
unsur secara berlebihan dan melecehken salah satu unsur lainnya (Qordowi, 1972: 76).
Manusia memiliki badan yang merupakan aspek biologis yang memiliki
kebutuhan akan kesenangan, pekerjaan, dan sahwat dan berikut perangkat kebutuhan
yang akan menyempurnakan aspek fisiknya. Namun demikian, manusia juga
memiliki unsur psikologis berupa ruh, qalb, ‘aql, dan nafs. Unsur ini berbeda dengan
unsur pertama, karena unsur ini terbentuk dari aspek yang sangat tinggi, yakni dari
Dzat Allah Swt. Ruh lebih dekat dengan kehidupan yang kekal dan tidak terlihat oleh
indra manusia (Q.S. Al-Isra: 85), sedang akal adalah merupakan kekuatan indra
manusia yang diberikan oleh Allah Swt. pada manusia sebagai dasar pertimbangan
tanggung jawab pada perbuatannya (Q.S. al-Mulk: 10). Jiwa adalah merupakan
kekuatan untuk berkehendak yang dapat mengarah pada kebaikan maupun
keburukan (mutmainnah, lawwamah, dan imarah bi as-syu’), dan hati adalah kekuatan
ruhiyah (Ainain, 1980: 99-102). Hati dapat digunakan untuk ber-tafaqquh (Q.S. Ali
Imran: 159) dan menentukan baik dan buruk perilaku, sebagaimana hadis Rasul yang
sangat popular: ”Ketahuilah bahwa dalam diri manusia ada segumpal daging, jika baik maka
akan baiklah semuanya dan jika rusak maka akan rusaklah semuanya, ketahuilah segumpal
daging itu adalah hjati”.
Manusia adalah perpaduan kedua unsur jasad dan ruh, meskipun sebagian
ulama berbeda pendapat memandang akal, jiwa, hati dan ruh, yakni hanya
merupakan murodif. Kesatuan unsur di atas menggambarkan secara tegas, bahwa
manusia adalah makhluk yang sempurna/kamilah wa syamilah.
Pandangan Alquran terhadap manusia bukan hanya memperhatikan potensi
batin, sebagaimana tegambar pada diagram di atas, melainkan Alquran juga sangat
memperhatikan betapa besar pengaruh lingkungan dan pendidikan, Pada surat Al-
Baqarah: 31 jelas ditegaskan bahwa Allah Swt. mengajarkan nama-nama, yang dengan
kata lain manusia adalah juga mahluk yang dapat dikenai pendidikan. Dan pada hadis
yang sangat populer dijelaskan: Semua anak Adam dilahirkan dalam kondisi fitrah,
maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak menjadi Yahudi atau Nasrani.
Dan yang paling spesifik Alquran telah menjawab misteri ilmuan psikolog yang
mencari-cari kekuatan tranpersonal dengan menunjukan potensi ruh yang ada dalam
diri manusia.
Pendidikan Islam yang benar harus memperhatikan kedua unsur pembentuk
tabiat manusia, untuk satu tujuan yakni tercapainya kesempurnaan manusia.
Pendidikan Islam sebagaimana yang digariskan pada ajaran Islam harus menjaga
perkembangan aspek jasad dan ruh. Pendidikan Islam hendaknya melihat manusia
secara utuh/nazrah syumuliyah takamuliyah.
Para mahasiswa yang dirahmati Allah Swt., bagaimana keadaan hari ini, semoga
semua senantiasa dalam bimbingan dan lindungan Allah Swt. Pada Kegiatan Belajar 3 ini
akan para mahasiswa berdiskusi untuk memahamai berbagai alternatif pola pengembangan
pendidikan Islam yang sudah dipraktikkan di berbagai dunia Islam. Dengan harapan setelah
berdiskusi dan tukar pengalaman dari fakta-fakta lapangan terkai sistem pendidikan Islam,
akan dapat merumskan alternatif pola pendidikan Islam yang sarat dengan tuntutan
perubahan zaman.
1. Konservatif- Tradisional
Pendekatan yang dipakai kelompok ini yaitu apologetik. Pemikiran pendidikannya
berusaha mempertahankan tradisi lama tanpa ada perubahan. Pemikir ini menolak secara
bulat segala revolusi pemikiran. Secara umum gerakan ini dipelopori ulama sufi, yang
mempunyai semboyan “memelihara yang lama yang baik”. Dengan semboyan ini mereka
selalu menggagungkan kejayaan masa lalunya.
Pemikiran ini kali pertama muncul pada pemerintahan Turki Usmani, mereka
menentang reformasi dan menyatakan bahwa meniru barat adalah menghianati Islam. Untuk
menolak reformasi mereka berlari dan berlindung dibawah bendera “syariat”, sebagai alat
ampuh membuat orang tunduk dan diam.
Di antara model pembaruan pendidikannya yang mengukuhkan pemikiran ini adalah
Universitas Deoband India, yang berhaluan konservatif. Universitas ini porses dan
kurikulumnya mempertahankan pemikiran tradisionalis, dan terus menerus menentang dan
mengkritik westernisasi. Universitas Al-Azhar di Mesir pada awalnya juga sangat
memegangi prinsip tradisionalis, bahkan ketika Muh. Abduh dalam pembaruannya telah
mengintegrasikan filasafat dan ilmu pengetahuan moderen, ternyata sangat sulit diterima
mayoritas pimpinan al-Azhar dan sepeninggal beliaupun kemudian pernah kembali pada
model universitas yang anti westernisasi (Nizar, 2007: 245).
2. Pendekatan Modernis-Reformis
Pendekatan pemikiran ini adalah lebih adaptif rasional dalam mengaplikasikan
Islam dalam kehidupan yang penuh perubahan dan dinamis. Yang menjadi tolok ukur
reformasinya adalah usaha mereka dalam menciptakan ikatan-ikatan positif pemikiran
Qurani dengan pemikiran moderen. Menurut John O. Volt, penedekatan modernis
reformis, memiliki tiga tema utama pemikiran, yaiotu: Kembali kepada Alquran dan
Hadis. Perlunya ijtihad dalam pemecahan persoalan kaum muslimin, dan penguatan
kembali keotensititasan dan keuniukan Alquran. Tokoh Pemikir modernis reformis pada
masa modern di Mesir adalah Al-Afghani, Muh. Abduh, dan Rasid Ridla. Pemikir
pendidikan di India adala Ahmad Khan dan Ameer Ali.
RANGKUMAN
Semua usaha-usaha pemikiran didalam pemikiran pendidikan Islam senantiasa
menimbulkan pro dan kontra. Pro-kontra ini telah nampak jelas pada pemikiran pendidikan
di masing-masing negrara atau bahkan pada tingkat lebih luas antar negara. Pemikiran M.
Abduh tidak seluruhnya diterima kaum ortodoksi, dan juga ditentang oleh Ahmad Khan dan
Maududi. Demikian pula Maududi pendapatnya sangat berbeda dengan Ahmad Khan
bahkan sangat berbeda dengan Mustafa Kemal. Pro-kontra akan terus berlanjut samapai
zaman sekarang, sejalan dengan latar belakang pemikiran, dan tantangan yang dihadapi para
tokoh pemikir pendidikan.
Banyak yang bisa diambil pelajaran untuk refleksi dari pemikiran Islam:
1) Perlunya pemikiran baru untuk mengembangkan pendidikan keagamaan yang dapat
menanamkan keimanan kokoh dan akhlak mulia.
2) Pengembangan kurikulum terpadu, baik dalam muatan mata pelajaran maupun dalam
proses pendekatan pembelajaran.
3) Pengembangan sains yang sarat dengan keilmiaahan dan menyajikan kearifan profetik.
4) Penataan sistem pendidikan integratid, untuk mengikis kelemahan sistem pendidikan
dikotomik.
DAFTAR PUSTAKA
Achwan, Roihan. 1991. Prinsip-Prinsip Pendidikan Versi Mursi. Jurnal Pendidikan Islam.
Yogyakarta: Fak. Tarbiyah IAIN Suinan Kalijaga, Vol. I.
Ainain, Ali Khalil Abu. 1980. Falsafah at-Tarbiyah al-Islamiyah fi Alquran al- Karim. Beirut: Dar
Fikr al-Arabi.
Ali, A Mukti. 1998. Alam Pikiran Islam Moderen di India Dan Pakistan. Jakarta: Mizan.
Azra, Azzumardi. 1999. Pendidikan Islam Tardisi dan Modernisasi Menuju Indonesia Baru.
Jakarta: Warna Ilmu.
Hidayat, Wiji. 2011. Review Strategi Pendidikan Islam Karya Hujair Ah.Sankay. www.
geogle.com. didownload 25 Juni 2011.
Hoodbhoy, Pervaz. 1992. Ihtiar Menegakkan Rasionalitas Antara Sains dan Ortodoxi Islam.
Jakarta: Mizan.
Langgulung, Hasan. 1989. Manusia dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka al-Husna.
Muhajir, Noeng. 1990. Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Makalah seminar, UMY, Desember
1990.
Mursy, Muhammad Munir. 1977. Al-Tarbiyah al Islamiyah Ushuluha wa Tatawwuruha fi Bilad al-
Arabiyah. Kairo: Alam al Kutub.
Najar, Fahmi. 2011. Al-Harbu An-Nafsiyah Adlwaun Islamiyatun. Riyad: Dar al-Fadlilah, t.th,
didownload dari www.waqfea.com. 3 oktober 2011.
Nasution, Harun. 1987. Muhammad Abduh dan Teologi Rasional Mu’tazilah. Jakarta: UI Press.
Nizar, Syamsu. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Qordlowi, Yusuf. 1972. Al-Iman wa al–Hayah. Makkah: Maktabah Wahbah.
Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Alquran. Jakarta: Mizan.
Suparlan dan Gianto. 2010. Pasikologi dan Kepribadian Perspektif Alquran. Makalah kuliah, 2010.
Sutrisno. 2011. Pembaharuan dan Pengembangan Pendidikan Islam. Yogyakarta: Fadilatama.
Suwaid, Muhammad Nur bin Abdu al-Hafid. 1990. Manhaj At-Tarbiyah Al-Nabawiyah Littifli.
Makkah: Dar Ath-Thayibah.
Tim Dosen PAI Universitas Negeri Malang. 2009. Aktualisasi Pendidikan Islam. Malang: Hilal
Pustaka.
Yuzar, 2017. Para Tokoh Pembaharuan dan Pembaharuan di Mesir, WordPres.com.
GLOSARIUM