Anda di halaman 1dari 6

J. Tek. Kim. Ling.

2019, 3 (1), 47-52


p-ISSN : 2579-8537, e-ISSN : 2579-9746
www.jtkl.polinema.ac.id

Karakterisasi Biodegradable Foam dari Pati Sagu


Termodifikasi dengan Kitosan Sebagai Aditif
Nanik Hendrawati*, Ernia Novika Dewi, Sandra Santosa
Jurusan Teknik Kimia, Politeknik Negeri Malang, Jl. Soekarno-Hatta No. 9, Malang, Indonesia
*E-mail: nanik.hendrawati@polinema.ac.id

ABSTRAK
Biodegradable foam merupakan kemasan alternatif pengganti styrofoam yang menggunakan bahan baku utama
berupa pati sehingga kemasan tersebut dapat terurai secara alami. Namun, produk biodegradable foam yang
dihasilkan masih memiliki karakteristik sifat yang rendah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
penambahan konsentrasi kitosan terhadap karakteristik sifat biodegradable foam yang dihasilkan dari pati sagu
alami dan termodifikasi menggunakan metode hidrolisis asam – alkohol. Jenis asam yang digunakan pada
hidrolisis asam adalah HCl. Konsentrasi kitosan yang ditambahkan pada penelitian ini divariasikan mulai dari 0,
5, 10, 15, 20, 25, 30 % w/w dari pati. Pembuatan biodegradable foam dilakukan menggunakan metode baking
process yang dimulai dengan percampuran bahan selain pati sagu termodifikasi, dilakukannya pengadukan hingga
campuran menjadi homogen dan mengembang, dan dipanggang didalam oven dengan suhu 125ºC. Analisa pada
biodegradable foam adalah analisa daya serap air, analisa kemampuan daya urai dan uji tarik. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa modifikasi asam – alkohol pada pati sagu tidak mempengaruhi gugus fungsi. Sifat mekanis
biodegradable foam yang terbaik pada penelitian ini diperoleh menggunakan pati sagu termodifikasi HCl dan
penambahan kitosan sebesar 20% w/w yang memiliki daya serap 4,95 %, densitas sebesar 1.2 g/m3 kemampuan
degradasi sebesar 25.12 % dan kekuatan tarik sebesar 1,27 Mpa.

Kata kunci: Biodegradable Foam, Pati Sagu modifikasi asam, Kitosan, HCl

ABSTRACT
Biodegradable foam is an alternative packaging for styrofoam which uses the main raw material in the form of
starch so that the packaging can be decomposed naturally. However, the biodegradable foam products produced
still have low characteristics. This research is conducted to determine the effect of the addition of chitosan
concentration on the characteristics of biodegradable foam properties produced from natural sago and modified
sago starch using acid-alcohol hydrolysis method. The type of acid used in acid hydrolysis is HCl. The
concentrations of chitosan added in this study are varied from 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30% w / w of starch.
Biodegradable foam production is carried out by using the baking process method which begins with the mixing
of ingredients other than modified sago starch, stirring until the mixture becomes homogeneous and expands, and
baked in an oven at 125ºC. The caracterisation of biodegradable foam are water absorption analysis,
biodegradability analysis, and tensile test. The results show that modification of acid-alcohol on sago starch do
not affect the functional group. The best mechanical properties of biodegradable foam in this research are obtained
by using HCl-modified sago starch and addition of chitosan by 20% w / w which have an absorption capacity of
4.95%, density of 0.6 g / m3, degradation ability of 25.12% and tensile strength of 1.27 MPa.

Keywords: Biodegradable Foam, Acid modified Sago Starch, Chitosan, HCl

Corresponding author: Nanik Hendrawati Diterima: 07 Februari 2019


Jurusan Teknik Kimia , Politeknik Negeri Malang Disetujui: 16 April 2019
Jl. Soekarno-Hatta No.9, Malang, Indonesia © 2019 Politeknik Negeri Malang
E-mail: nanik.hendrawati@polinema.ac.id
Hendrawati, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, April 2019

1. PENDAHULUAN ditawarkan oleh kemasan styrofoam tidak


Penggunaan styrofoam sebagai kemasan lepas dari berbagai kekurangan. Masalah
makanan dan minuman telah menjadi gaya yang ditimbulkan dari penggunaan kemasan
hidup manusia yang serba praktis beberapa styrofoam tidak sebanding dengan manfaat
tahun terakhir. Karena plastik styrofoam yang diperoleh. Dampak penggunaan
mempunyai keunggulan praktis, ringan, serta kemasan styrofoam adalah terjadinya migrasi
mempunyai nilai ekonomis yang cukup bahan kimia yang terkandung dalam
rendah. Berbagai keunggulan yang styrofoam terhadap makanan. Selain itu
dampak styrofoam bagi lingkungan yaitu pada biodegradable foam[2]. Kitosan sangat
ketidakmampuan styrofoam terurai secara mempengaruhi daya serap air pada
alami yang apabila dilakukan pembakaran biodegradable foam, semakin tinggi kitosan
akan menghasilkan senyawa dioksin yang yang ditambahkan dalam adonan, maka akan
bersifat karsinogen. semakin baik daya serap airnya[5].
Biodegradable foam merupakan alternatif Berdasarkan uraian data penelitian
pengganti kemasan styrofoam menggunakan sebelumnya, maka pada penelitian ini akan
bahan baku utama berupa pati sehingga dipelajari pengaruh penambahan kitosan
kemasan alternatif tersebut dapat terurai pada pembuatan biodegradable foam dengan
secara alami. Namun, produk biodegradable bahan baku utama pati sagu termodifikasi.
foam yang dihasilkan masih memiliki sifat Modifikasi dilakukan dengan metode
mekanis dan ketahanan terhadap air yang hidrolisis asam klorida. Penelitian ini
rendah rendah[1]. Perbaikan karakteristik diharapkan menghasilkan biodegradable
sifat mekanik dapat dilakukan dengan foam mempunyai ketahanan air dan sifat
menggunakan pati dengan rasio amilopektin mekanis yang baik.
tinggi dibanding amilosanya. Pada penelitian
sebelumnya menyatakan bahwa “bahan baku 2. METODE PENELITIAN
pati sagu lebih rendah daya serap airnya dari 2.1 Modifikasi Pati Sagu Metode
pada pati singkong dan jagung” [2]. Hal itu di Hidrolisis Asam - alkohol
karenakan kadar amilopektin pada sagu lebih Modifikasi pati sagu menggunakan metode
tinggi dari pada jagung dan singkong. Selain hidrolisis asam - alkohol dilakukan dengan
itu upaya dalam meningkatkan sifat fisik dan mengikuti metode yang digunakan oleh
mekanis dari Biodegradable foam dapat peneliti sebelumnya [6],[7]. Sagu sebanyak
dilakukan dengan memodifikasi pati seperti 300 g (basis kering) direndam dengan 3000
yang telah dilakukan bahwa penggunaan pati ml metanol dengan penambahan 12 ml
modifikasi juga dapat memperbaiki larutan HCl 1 M dengan rentang waktu
karakteristik biodegradable foam yang perendaman selama 60 jam pada suhu 25ºC.
dihasilkan. Modifikasi asam dengan Kemudian dinetralisasi dengan larutan
menggunakan metode hidrolisis asam akan NaHCO3 1 M dan dicuci dengan larutan
mendegradasi hemiselulosa dan bagian etanol. Setelah itu dilakukan pengeringan
amorf selulosa sehingga hanya tersusun dengan suhu 40ᴼC. Setelah kering sagu
bagian selulosa nanokristalin yang memiliki digiling dan diayak dengan ukuran 40 mesh,
nilai modulus elastisitas tinggi sekitar 150 kemudian disimpan dalam desikator hingga
GPa sehingga diharapkan mampu digunakan.
meningkatkan sifat mekanik biodegradable
foam[3,4]. Salah satu bahan yang dapat 2.2 Pembuatan Biodegradable Foam
meningkatakan sifat mekanis biodegradable Kitosan ditimbang sesuai variabel penelitian.
foam adalah kitosan. Penambahan Isolat protein murni ditimbang sebanyak 29
konsentrasi kitosan dalam campuran % (w/w) dari berat pati. Kitosan yang telah
biodegradable foam akan menurunkan daya ditimbang dilarutkan dalam larutan asam
serap air dan meningkatkan nilai kuat tarik asetat. Aduk hingga larutan menjadi

48
Hendrawati, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, April 2019

homogen. Larutan kitosan, 5,56 % masukkan dalam desikator dan timbang


magnesium stearat, 2,08% karagenan, sampel sebagai berat awal [8]. Kemudian
16,67% gliserol, 29% isolat protein murni, sampel biodegradable foam dimasukkan
dan 40% polivinil alkohol (PVOH) dari berat dalam kotak yang berisi tanah dengan
pati dimasukkan dalam satu wadah kemudian ketinggian 20 cm selama 14 hari. Dalam
dilakukkan pengadukan cepat analisa ini tanah yang digunakan adalah
menggunakkan mixer selama 20 menit tanah yang diambil dari Politeknik Negeri
hingga terbentuk adonan yang homogen Malang. Setelah dilakukan pemendaman
dengan penambahan air sedikit demi sedikit. selama 14 hari, sampel dibersihkan dari sisa-
Tunggu hingga adonan mengembang. sisa tanah yang menempel dan timbang berat
Setelah itu pati sagu termodifikasi sebanyak akhir sampel. Untuk mengetahui persen
36 gram dimasukkan kedalam adonan dan kehilangan berat dapat dihitung dengan
lakukan pengadukan lambat selama 20 menit. menggunakan persamaan sebagai berikut:
Setelah semua tercampur rata tuangkan
kedalam loyang hingga memenuhi setengah (𝑊0 − 𝑊1)
loyang. Kemudian dimasukkan dalam oven 𝑤𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑙𝑜𝑠𝑠 (%) = × 100%
𝑊0
dengan suhu 125oC selama 1 jam. Setelah itu, Keterangan:
didinginkan dalam suhu ruang selama 4 hari. W0 = Berat awal (gram)
selanjutnya dilakukan analisa kuat tarik, W1 = Berat Akhir (gram)
water absorption dan biodegradibility pada
sampel. 2.5 Uji Kekuatan Tarik ( Tensile Strenght)
Sampel yang akan diuji dipotong sesuai
2.3 Uji Daya Serap Air standar ASTM D-638, 1991. Disiapkan
Analisa daya serap air mengikuti acuan beberapa lembar sampel. Pengujian
standart ABNT NBR NM ISO 535 (1999) dilakukan dengan cara kedua ujung sampel
yaitu dilakukan pemotong sampel dijepit mesin penguji, menyalakan power
biodegradable foam dengan ukuran 2,5 x 5 suhally dan set up. Mengatur jarak
cm. Sampel ditimbang sebagai berat awal maksimum, kecepatan pembebanan, dan
kemudian dicelupkan ke dalam air selama 1 range beban atau gaya. Sampel ditarik secara
menit dan dikeringkan menggunakan tisu perlahan hingga sampel putus. Dan data
untuk menghilangkan sisa air yang langsung di tampilkan ke PC. Besarnya nilai
menempel pada permukaan sampel foam. kuat tarik dapat ditentukan dengan
Sampel ditimbang kembali dan dilakukan menggunakan persamaan berikut ini:
perhitungan pertambahan berat sampel
sehingga didapatkan % daya serap airnya. 𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠
𝜎=
Persamaan % daya serap air sebagai berikut. 𝐴

𝑀𝑡 − 𝑀𝑜 Keterangan:
% 𝐷𝑎𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑝 𝑎𝑖𝑟 = × 100% σ = Kuat tarik (N/mm2)
𝑀𝑜
𝐹𝑚𝑎𝑘𝑠 = Tegangan maksimum (N)
Keterrangan: A = Luas permukaan (mm2)
Mt = berat sampel setelah perendaman
Mo= berat sampel awal 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisa Daya Serap Air
2.4 Uji Daya Urai Gambar 1. menunjukkan bahwa
Analisa uji kemampuan daya urai biodegradable foam yang menggunakan pati
dilakukan dengan memotong sampel modifikasi HCl memiliki daya serap yang
biodegradable foam masing-masing lebih rendah dibandingkan dengan
berukuran 2,5 x 5 cm, kemudian sampel di biodegradable foam yang menggunakan pati

49
Hendrawati, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, April 2019

alami, hal ini berarti biodegradable foam dari 3.2 Analisa Biodegradability
pati modifikasi asam HCl mempunyai Gambar 2. menunjukkan bahwa sampel
ketahanan terhadap air yang jauh lebih baik biodegradable foam dengan bahan baku pati
daripada biodegradable foam yang berasal modifikasi HCl memiliki kemampuan daya
dari pati alami. Hal ini dimungkinkan karena urai 15,03% hingga 54,23%, sedangkan
pati hasil modifikasi, bagian amorfnya telah biodegradable foam yang berasal dari pati
dirusak sehingga menyisakan pati bagian alami mempunyai daya urai sebesar 18,27
kristalin yang mempunyai ketahanan hingga 58,51 %. Hal ini dikarenakan
terhadap air yang lebih baik. Penurunan daya hidrolisis asam akan mendegradasi
serap air dapat terjadi pada pati yang telah hemiselulosa dan bagian amorf selulosa
dirusak bagian amorfnya oleh hidrolisis asam sehingga hanya tersusun bagian selulosa
yang ditandai sensifitasnya cenderung nanokristalin yang memiliki nilai modulus
menurun terhadap air[6]. elastisitas tinggi sehingga mempunyai
Gambar 1. juga menunjukkan pengaruh kekuatan mekanik yang lebih baik yang
penambahan kitosan terhadap daya serap air berakibat daya urai yang lebih rendah [9].
biodegradable foam bahwa semakin tinggi Gambar 2 juga menunjukkan pengaruh
konsentrasi penambahan kitosan, maka daya penambahan kitosan terhadap daya urai
serap air biodegradable foam semakin biodegradable foam bahwa semakin tinggi
rendah. Hal ini karena kitosan dapat konsentrasi penambahan kitosan
membentuk ikatan hidrogen yang bersifat menyebabkan tingkat degradasi sampel
hidrofobik. Ikatan hidrogen pada kitosan biodegradable foam semakin rendah.
terjadi karena adanya gugus fungsi amine dan
gugus hidroksil[9]. Gugus amin (NH2-) pada 70 sampel HCl
kitosan dalam larutan asam asetat akan *pati sagu alami
terprotonasi menjadi NH3+. Selanjutnya 60
gugus NH3+ akan membentuk ikatan 50
% daya urai

hidrogen dengan OH- yang menyebabkan 40


biofoam semakin kuat dan tidak mudah
30
menyerap air [7]. Selain itu sifat kitosan yang
dapat membentuk gel ketika dilarutkan dalam 20
asam asetat menyebabkan pembentukan 10
membran atau film yang sukar ditembus oleh 0
air. 0 10 20 30
% kitosan
80 Gambar 2 Hubungan antara % daya urai
sampel HCL
70 dengan % kitosan
*pati sagu alami
% daya serap air

60
50 Hal ini dikarenakan penambahan kitosan
40 menyebabkan terbentuknya ikatan hidrogen
yang kuat antara NH3+ dari chitosan dan OH-
30
dari pati. Gugus NH2- yang terkandung pada
20 chitosan akan terprotonasi menjadi NH3+
10 dalam larutan asam asetat. Nilai dari NH3+
0 akan semakin meningkat seiring dengan
0 5 10 15 20 25 30 bertambahnya jumlah chitosan dalam
% kitosan pembentukan foam sehingga foam menjadi
Gambar 1 Hubungan atara % daya serap air lebih kuat dan tidak mudah terdegradasi oleh
dengan % kitosan mikroba.

50
Hendrawati, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, April 2019

3.3 Analisa Kuat Tarik Biodegradable terdistribusinya secara merata pada


foam biodegradable foam. Sedangkan untuk
Gambar 3. menunjukkan bahwa biodegradable yang berasal dari pati alami
biodegradable foam yang memliki kekuatan kuat tarik tertinggi dicapai pada penambahan
tarik tertinggi terjadi pada bahan baku pati kitosan 30 % sebesar 0,67 Mpa. Kitosan
termodifikasi HCl dengan kadar konsentrasi dalam pembuatan biodegradable foam ini
kitosan 15% yaitu 1,5 Mpa sedangkan pada akan berinteraksi dengan amilosa ataupun
pati alami hasil tertinggi yaitu pada amilopektin yang terdapat pada pati.
konsentrasi kitosan 25% yaitu sebesar 0,67 Interaksi yang terjadi adalah ikatan hidrogen.
MPa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa Dari interaksi yang terjadi dikatakan bahwa
biodegradable foam menggunakan pati sagu kitosan dapat meningkatkan sifat mekanik
termodifikasi HCl memiliki nilai kekuatan biodegradable foam dengan membentuk
tarik yang sedikit lebih tinggi dibandingkan ikatan hidrogen antar rantai sehingga
dengan menggunakan pati sagu alami. Hal ini biodegradable foam menjadi lebih rapat dan
dikarenakan modifikasi asam dengan kaku. Hasil keseluruhan uji tarik pati
menggunakan metode hidrolisis HCl akan termodifikasi menunjukkan kecendurungan
mendegradasi hemiselulosa dan bagian penambahan kitosan yang dapat
amorf selulosa sehingga hanya tersusun mempengaruhi sifat mekanis biodegradable
bagian selulosa nanokristalin yang memiliki foam.
nilai modulus elastisitas sehingga mampu
meningkatkan sifat mekanik biodegradable 4. KESIMPULAN
foam[3]. Berdasarkan dari hasil penelitian
biodegradable foam menunjukkan bahwa
1.6 biodegradable foam menggunakan pati sagu
1.4 termodifikasi HCl memiliki ketahanan air
Kekuatan Tarik (MPa)

sampel HCl
dan kekuatan tarik yang baik dibandingkan
1.2
dengan menggunakan pati sagu alami.
1 Pati Alami Semakin besar konsentrasi kitosan yang
0.8 ditambahkan pada biodegradable foam maka
0.6 memiliki kemampuan daya serap air yang
0.4
rendah, sukar terdegradasi, dan semakin
besar nilai kuat tariknya. Sifat mekanis
0.2
biodegradable foam yang baik pada
0 penelitian ini diperoleh dengan
5 15 25 35 menggunakan pati sagu termodifikasi HCl
% kitosan dan penambahan kitosan sebesar 20% w/w
Gambar 3. Hubungan antara kekuatan tarik yang memiliki daya serap 4,95 %, densitas
dan % kitosan sebesar 1,2 g/cm3, kemampuan degradasi
sebesar 25.12 % dan kekuatan tarik sebesar
Begitu pula penambahan kitosan mempunyai 1,27 N/mm2.
peran signifikan untuk peningkatan sifat
mekanis biodegradable foam. Gambar 3 UCAPAN TERIMA KASIH
menunjukkan nilai kuat tarik yang terus Penulis mengucapkan terima kasih kepada
meningkat hingga mencapai nilai maksimum Politeknik Negeri atas pemberian Hibah
pada konsentrasi kitosan 15% w/w sebesar Penelitian Reguler No Nomor SP DIPA –
1,5 Mpa untuk pati sagu termodifikasi 042.01.2.401004/2018 tanggal 05 Desember
Setelah itu nilai kuat tarik cenderung 2017 Politeknik Negeri Malang
mengalami penurunan seiring penambahan
kitosan disebabkan karena kitosan tidak

51
Hendrawati, dkk./ Jurnal Teknik Kimia dan Lingkungan, Vol. 3, No. 1, April 2019

DAFTAR PUSTAKA [8] N. Hendrawati, A. R. Sofiana, and I. N.


Widyantini, Pengaruh Penambahan
[1] G. M. Glenn, W. J. Orts, and G. A. R. Magnesium Stearat dan Jenis Protein
Nobes, Starch, fiber and CaCo3 effects Pada Pembuatan Biodegradable Foam
on the physical properties of foams Dengan Metode Baking Process, J.
made by a baking process, Ind. Crops Bahan Alam Terbarukan, vol. 4, no. 2,
Prod., vol. 14, no. 3, hal. 201–212, hal. 34–39, 2015.
2001.
[9] P. Dallan et al., Effects of Chitosan
[2] N. Hendrawati, Y. I. Lestari, and P. A. Solution Concentration and
Wulansari, Pengaruh Penambahan Incorporation of Chitin and Glycerol on
Kitosan Terhadap Sifat Biodegradable Dense Chitosan Membrane Properties,
Foam Berbahan Baku Pati The Effect of J. Biomed. Mater. Res. B. Ahall.
Addition of Chitosan on the Property of Biomater., vol. 81B, no. 1, hal. 394–
Biodegradable Foam Prepared from 405, 2007.
Starch, J. Rekayasa Kim. dan
Lingkung., vol. 12, no. 1, hal. 1–7,
2017.

[3] M. A. Saïd Azizi Samir, F. Alloin, M.


Paillet, and A. Dufresne, Tangling
Effect in Fibrillated Cellulose
Reinforced Nanocomposites,
Macromolecules, vol. 37, no. 11, hal.
4313–4316, 2004.

[4] Y. X. Xu, Y. Dzenis, and M. A. Hanna,


Water solubility, thermal
characteristics and biodegradability of
extruded starch acetate foams, Ind.
Crops Prod., vol. 21, no. 3, hal. 361–
368, 2005.

[5] N. Kaisangsri, O. Kerdchoechuen, and


N. Laohakunjit, Biodegradable foam
tray from cassava starch blended with
natural fiber and chitosan, Ind. Crops
Prod., vol. 37, hal. 542–546, 2012.

[6] A. Taufiqurrahman, Modifikasi asam


ampas sagu dan pengaruhnya terhadap
sifat fisik mekanik biofoam Thesis,
Institut Pertanian Bogor, 2014.

[7] Y. H. Chang, J. H. Lin, and C. L. Pan,


Type and concentration of acid on
solubility and molecular size of acid-
methanol-treated rice starches differing
in amylose content, Carbohydr. Polym.,
vol. 79, no. 3, hal. 762–768, 2010.

52

Anda mungkin juga menyukai