BAB 16

PENYUSUNAN ANGGARAN
KONVENSIONAL
Kelompok Enam:
1. Daud W.I. Panggabean
2. Irawan Avriassari
3. Julius I. Saragih
4. Udi Kuncoro
 Penghargapokokan
Konvensional

Penghargapokokan
Penghargapokokan Penuh
Variabel
(Full Costing)
(Variable Costing)
 PERBEDAAN METODE FULL COSTING
DAN VARIABLE COSTING
FULL COSTING Perbedaan VARIABLE COSTING
Biaya bahan baku

Harga Pokok Produk Biaya Tenaga Kerja Langsung Variabel Harga Pokok Produk (Biaya Variabel)

Biaya Overhead Pabrik Variabel

Biaya Tenaga Kerja Langsung Tetap
Biaya Overhead Pabrik Tetap
Biaya Penjualan Tetap Biaya Periode (Biaya Tetap)
Biaya Administrasi & Umum Tetap
Biaya Tetap lainnya
Biaya Periode Biaya Penjualan Variabel

Biaya Administrasi & Umum Variabel Biaya Variabel

Biaya Variabel lainnya

Laba Kotor Jualan - Harga pokok produk terjual Margin Kontribusi Kotor

Akunting Keuangan dan Akunting Penggunaan Akunting Manajemen

Manajemen

Anggaran Tetap Anggaran Anggaran Tetap dan Anggaran Variabel

Berdasar Fungsi Organisasi Dasar Penggolongan Biaya Berdasar Sifat atau Hubungan dengan Volume
Kegiatan
“ BIAYA YANG JUMLAHNYA BERUBAH SEBANDING DENGAN
PERUBAHAN VOLUME KEGIATAN, TETAPI BIAYA VARIABLE PER
UNIT TETAP WALAUPUN VOLUME KEGIATAN BERUBAH.

BILA VOLUME KEGIATAN PRODUKSI MENINGKAT MAKA BIAYA

BAHAN BAKU JUGA MENINGKAT, DAN SEBALIKNYA, BILA
”
KEGIATAN PRODUKSI MENURUN MAKA BIAYA BAHAN BAKU
JUGA MENURUN.

~Biaya Variabel~
“ BIAYA YANG JUMLAHNYA TETAP DALAM KISARAN
VOLUME KEGIATAN TERTENTU, TETAPI BIAYA TETAP PER
UNIT BERUBAH BILA VOLUME KEGIATAN BERUBAH.

”
~Biaya Tetap~
IKHTISAR BIAYA VARIABLE DAN BIAYA TETAP

Jenis Biaya Volume Kegiatan Setahun

100 Unit 120 Unit
Per Unit Jumlah Per Unit Jumlah
Biaya Variabel Rp 200 Rp 20.000 Rp 200 Rp 24.000

Biaya Tetap Rp 2.400 Rp 240.000 Rp 2.000 Rp 240.000

Biaya Semivariabel (semivariable cost) adalah biaya yang jumlahnya
berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

Metode pemisahan biaya semivariabel, antara lain:

1. Metode Perkiraan Langsung;
2. Metode Biaya Terjaga;
3. Metode Korelasi; dan
4. Metode Titik Tertinggi dan Terendah

METODE PEMISAHAN BIAYA

SEMIVARIABEL
Metode Perkiraan Langsung (direct forecast method) digunakan apabila
perusahaan mempunyai data historis, tetapi tidak dapat dipakai untuk
masa yang akan datang atau perusahaan baru berdiri sehingga belum
mempunyai data.

1. METODE PERKIRAAN LANGSUNG

Metode Biaya Terjaga (standby cost method) adalah metode yaang
memisahkan biaya semivariabel bedasarakan biaya tetap yang terus
menerus dikeluarkan meskipun ada proses produksi maupun tidak. dalam
dunia nyata sulit diterapkan karena tidak beroperasinya pabrik selama
menjaga biaya tetap merugikan perusahaan.

2. METODE BIAYA TERJAGA

Metode Korelasi (correlation method) menitikberatkan pada data masa
lampau dengan menggunakan salah satu alat analisis statistik. Metode ini
dapat disajikan secara grafik maupun secara matematika.

3. METODE KORELASI
Metode Titik Tertinggi dan Terendah (high and low point method)
merupakan metode untuk memisahkan biaya semivariabel menjadi biaya
variabel dan biaya tetap dengan cara mencari selisih antara tingkat biaya
dan satuan tertinggi dengan tingkat biaya dan satuan terendah

4. METODE TITIK TERTINGGI DAN

TERENDAH
Penyusunan anggaran biaya produksi pada perusahaan industri
(manufaktur) dapat menggunakan metode penghargapokokan penuh dan
metode penghargapokokan variabel dalam hal menentukan harga produk
per unit.

Dalam menentukan unit ekuivalen produk dapat menggunakan:

1. Metode masuk pertama keluar pertama-MPKP (first-in first-out-FIFO)
2. Metode Rata-rata

METODE UNIT EKUIVALEN PRODUK

Langkah untuk meyusun anggaran biaya produksi dalam metode harga
pokok proses melalui tiga tahap seperti dalam gambar berikut:

LANGKAH PENYUSUNAN ANGGARAN

PRODUKSI
1. METODE MASUK PERTAMA KELUAR PERTAMA
A. METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH
B. METODE PENGHARGAPOKOKAN VARIABEL
Ilustrasi Penysunan anggaran konvensional:
Diketahui Data PT Iqra

Keterangan Triwulan
PP PV
BBB 2 kg@Rp500 1000 1000
BTKL 0,25kg@Rp4.400 1100 1100
BOP V 0,25jam@Rp5.520 1380 1380
BOP T 0,25jam@Rp2.480 620 0
4100 3480

PENYUSUNAN ANGGARAN
KONVENSIONAL
Data Tambahan:
a. BOPT : Rp6.200.000
b. Biaya Usaha Tetap tiap Triwulan : Rp800.000
c. Biaya Usaha Variable/unit : Rp50
d. Harga Jual/Unit produk jadi : Rp5.530
e. Kapasitas normal tiap Triwulan : 2.500 unit atau 625 Jam Kerja
f. Neraca per 31 Des 2015 : Kas : 2.000.000; Bangunan Pabrik : 50.000.000; Bangunan
dan Alat Usaha : 30.000.000; Modal Saham : 82.000.000
g. Produk dijual secara tunai 50%, kredit 50% dalam jangka 3 bln
h. Persediaan bahan baku tiap akhir triwulan Rp200.000
i. Biaya tenaga kerja, bahan lainnya dan biaya lainnya dibayar tunai

ILUSTRASI
Jualan 11.060.000 12.166.000 12.719.000 13.825.000
50% Kredit 5.530.000 6.083.000 6.359.500 6.912.500
50% dari Piutang 5.530.000 6.083.000 6.359.500
50% Tunai 5.530.000 6.083.000 6.359.500 6.912.500
Kas Masuk 5.530.000 11.613.000 12.442.500 13.272.000

ANGGARAN JUALAN
Triwulan I : 2.000 unit x Rp5.530 = Rp11.060.000
Triwulan II : 2.200 unit x Rp5.530 = Rp12.166.000
Triwulan II : 2.300 unit x Rp5.530 = Rp12.719.000
Triwulan III : 2.500 unit x Rp5.530 = Rp13.825.000

Total Rp49.770.000

ANGGARAN JUALAN
 PP PV
Sediaan Harga Sediaan Harga
Produk jadi Pokok Total Produk jadi Pokok Total
Akhir Standar Akhir Standar
I 200 4.100 820.000 200 3.480 696.000
II 100 4.100 410.000 100 3.480 348.000
III 200 4.100 820.000 200 3.480 696.000
IV 100 4.100 410.000 100 3.480 348.000

ANGGARAN SEDIAAN PRODUK JADI

AKHIR
Keterangan I II III IV Setahun
Bayar Utang Usaha - 2.410.000 2.110.000 2.405.000
Beli (Utang) 2.410.000 2.110.000 2.405.000 2.390.000 9.315.000
Sediaan Bahan Baku Awal - 200.000 200.000 200.000
Bahan Baku siap dipakai 2.410.000 2.310.000 2.605.000 2.590.000 9.315.000
Sediaan Bahan Baku Akhir 200.000 200.000 200.000 200.000 200.000
Biaya Bahan Baku 2.210.000 2.110.000 2.405.000 2.390.000 9.115.000

ANGGARAN BAHAN BAKU

I: 2.200+(10x100%)-0 x 2kg = 4.420kg
II: 2.100+(20x100%)-(10x100%) x 2kg = 4.220kg
III: 2.400+(25x100%)-(20x100%) x 2kg = 4.810kg
IV: 2.400+(15x100%)-(25x100%) x 2kg = 4.780kg

I: 4.420kg x Rp 500 = Rp2.210.000

II: 4.220kg x Rp 500 = Rp2.110.000
III: 4.810kg x Rp 500 = Rp2.405.000
IV: 4.780kg x Rp 500 = Rp2.390.000
Total: 18.230kgx Rp 500 = Rp9.115.000
TW Jam Per Unit Total
I 551,250 4.400 2.425.500
II 526,250 4.400 2.315.500
III 600,625 4.400 2.642.750
IV 598,750 4.400 2.634.500
TOTAL 2.276,875 4.400 10.018.250

ANGGARAN BIAYA TENAGA KERJA

LANGSUNG
I: 2.200+(10x100%)-0 x 0.25 = 551,250 Jam
II: 2.100+(20x100%)-(10x100%) x 0.25 = 526,250 Jam
III: 2.400+(25x100%)-(20x100%) x 0.25 = 600,625 Jam
IV: 2.400+(15x100%)-(25x100%) x 0.25 = 598,750 Jam
Total =2.276,875 Jam
TW Jam Per Unit Total
I 551,250 5.520 3.042.900
II 526,250 5.520 2.904.900
III 600,625 5.520 3.315.450
IV 598,750 5.520 3.305.100
TOTAL 2.276,875 5.520 12.568.350

ANGGARAN BOP VARIABLE

TW Jam Per Unit Total
I 551,250 2.480 1.367.100
II 526,250 2.480 1.305.100
III 600,625 2.480 1.489.550
IV 598,750 2.480 1.484.900
TOTAL 2.276,875 2.480 5.646.650

ANGGARAN BOP TETAP

ANGGARAN PERSEDIAAN PRODUK
DALAM PROSES
TW BOP Tetap Anggaran BOP Tetap Total
I 1.550.000 1.367.100 182.900
II 1.550.000 1.305.100 244.900
III 1.550.000 1.489.550 60.450
IV 1.550.000 1.484.900 65.100
TOTAL 6.200.000 5.646.650 553.350

ANGGARAN BOP TETAP LEBIH (KURANG)

TW JUALAN Biaya Usaha
Total
Variable Per Unit
I 2.000 50 100.000
II 2.200 50 110.000
III 2.300 50 115.000
IV 2.500 50 125.000
TOTAL 9.000 50 450.000

ANGGARAN BEBAN USAHA VARIABLE

TABEL 16-28
ANGGARAN LABA RUGI METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH
MENGGUNAKAN BOP TETAP LEBIH (KURANG)

BOP jumlahnya
berubah (tidak
tetap)
TABEL 16-29
ANGGARAN LABA RUGI METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH TANPA
MENGGUNAKAN BOP TETAP LEBIH (KURANG)
TABEL 16-30
ANGGARAN LABA RUGI METODE PENGHARGAPOKOKAN VARIABLE (BENTUK
PENDEK)
PT Iqra
Anggaran Laba Rugi
Tiap Triwulan Selama Tahun 2016
Kapasitas 2.000 Unit – 2.500 Unit
(dalam Rp)
Keterangan Per Triwulan Tahun 2016
Unit I II III IV (9.000 Unit)
(2.000 unit) (2.200 unit) (2.300 unit) (2.500 unit)
1. Jualan 5.530 11.060.000 12.166.000 12.719.000 13.825.000 49.770.000
2. Biaya 3.530 7.060.000 7.766.000 8.119.000 8.825.000 31.770.000
Variabel
3. Margin 2.050 4.000.000 4.400.000 4.600.000 5.000.000 18.000.000
Kontribusi
4. Biaya Tetap 2.350.000 2.350.000 2.350.000 2.350.000 9.400.000
5. Laba 1.650.000 2.050.000 2.250.000 2.650.000 31.701.600
Biaya variable per unit = Harga pokok per unit + Biaya variable per unit
= Rp 3.480 + Rp 50 = Rp 3.530

Biaya tetap = Biaya Overhead Pabrik Tetap + Beban Usaha Tetap

= Rp 1.550.000 + Rp 800.000 = Rp 2.350.000
TABEL 16-31
ANGGARAN LABA RUGI METODE PENGHARGAPOKOKAN VARIABLE (BENTUK
PANJANG)
TABEL 16-32
PERBEDAAN LABA

Metode Triwulan Tahun 2016

I II III IV
PP ( Tabel Rp 1.777.100 Rp 1.991.100 Rp 2.313.550 Rp 2.584.900 Rp 8.666.650
16.29)
PV (Tabel Rp 1.650.000 Rp 2.050.000 Rp 2.250.000 Rp 2.650.000 Rp 8.600.000
16.31)
Perbedaan Rp 127.100 Rp 58.900 Rp 63.550 Rp 65.100 Rp 66.650
Laba
TABEL 16-33
PERBEDAAN SEDIAAN
TABEL 16-34
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH BELUM DISESUAIKAN

Jumlahnya
berfluktuasi
(tidak tetap)
MENGAPA
???
(KLIK Gan..)

PERHITUNGAN
???
(KLIK Gan..)
LANGKAH PERTAMA
Menyesuaikan produk selesai ditransfer ke gudang (produk jadi) untuk BOPT (biaya overhead pabrik
tetap) tiap triwulan sebagai berikut.
I 2.500 = 2.495+ (10 x 50%) PDP : produk dalam proses
II 2.500 = 2.495+ (20 x 50%) - (10 x 50%)
III 2.500 = 2.497,5 + (25 x 50%) - (20 x 50%)
IV 2.500 = 2.505+ (15 x 50%) - (25 x 50%)

Kapasitas Unit ekuivalen Unit ekuivalen

sediaan PDP
Normal sediaan PDP awal
akhir

Produk jadi (produk selesai ditransfer ke

Triwulan
gudang) disesuaikan
LANGKAH KEDUA
Menghitung harga pokok produk jadi masuk produksi periode ini untuk unsur biaya
overhead pabrik tetap (BOPT) tiap triwulan sebagai berikut.

Setahun = 9.992,5 x Rp 620 = Rp 6.195.350

I (2.495 - 0) x Rp 620 = Rp 1.546.900
II (2.495 - 10) x Rp 620 = Rp 1.540.700
III (2.497,5 - 20) x Rp 620 = Rp 1.536.050
IV (2.505 - 25) x Rp 620 = Rp 1.537.600

Tarif BOPT per Harga pokok produk jadi masuk produksi

unit produk periode ini untuk unsur BOPT

Sediaan produk dalam proses

Triwulan
awal dalam unit

Produk jadi (produk selesai ditransfer ke gudang) disesuaikan

LANGKAH KETIGA
Menghitung harga pokok produk jadi yang masuk produksi periode ini dengan metode
penghargapokokan variable, yaitu meliputi BBB Rp 1.000 + BTKL Rp 1.100 + BOPV Rp
1.380 = Rp 3.480, sebagai berikut.

I (2.200 unit - 0) x Rp 3.480 = Rp 7.656.000

II (2.100 unit - 10 unit) x Rp 3.480 = Rp 7.273.200

III (2.400 unit - 20 unit) x Rp 3.480 = Rp 8.282.400
IV (2.400 unit - 25 unit) x Rp 3.480 = Rp 8.265.000
Setahun 9.100 x Rp 3.480 = Rp 31.668.000
LANGKAH KEEMPAT
Membuat rekapitulasi atau menggabungkan hasil perhitungan langkah kedua dengan langkah
ketiga tiap triwulan sebagai berikut.

I Rp 1.546.900 + Rp 7.656.000 = Rp 9.202.900

II Rp 1.540.700 + Rp 7.273.200 = Rp 8.813.900

III Rp 1.536.050 + Rp 8.282.400 = Rp 9.818.450
IV Rp 1.537.600 + Rp 8.265.000 = Rp 9.802.600
Setahun Rp 31.668.000 + Rp 6.195.350 = Rp 37.863.350

Hasil perhitungan pada langkah keempat merupakan harga pokok produk jadi masuk produksi
periode ini yang telah disesuaikan dan tampak pada anggaran biaya produksi metode
penghargapokokan penuh telah disesuaikan pada Tabel 16-35.
TABEL 16-35
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH TELAH
DISESUAIKAN
TABEL 16-36
ANGGARAN BIAYA PRODUKSI METODE PENGHARGAPOKOKAN VARIABEL

PERHITUNGAN
(Klik Gan..)

PERHITUNGAN
(Klik Gan..)
Anggaran Anggaran
Operasional Keuangan

• Tabel 16-17 sampai • Tabel 16-37 sampai

Tabel 16-36 Tabel 16-40
TABEL 16-37
ANGGARAN KAS METODE LANGSUNG
TABEL 16-38
ANGGARAN NERACA METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH
TABEL 16-39
ANGGARAN BANGUNAN DAN ALAT
TABEL 16-40
ANGGARAN NERACA METODE PENGHARGAPOKOKAN VARIABEL
TABEL 16-41
SELISIH SEDIAAN ANTARA METODE PENGHARGAPOKOKAN PENUH DENGAN
PENGHARGAPOKOKAN VARIABEL
TABEL 16-42
PERBANDINGAN ANGGARAN LABA RUGI AKUNTING TRADISIONAL DENGAN
BAHAN TERPAKAI
ANALISIS SELISIH

Antara anggaran dengan kenyataannya hampir selalu terjadi selisih.

Dalam realisasinya yang kita kehendaki selisih tersebut merupakan
selisih yang favorable bukan unfavorable. Selisih tersebut dapat
disebabkan oleh volume (unit) yang tidak sesuai dengan anggaran,
tetapi dapat juga karena harga/tarif per unit yang tidak sama dengan
anggaran.
SELISIH VOLUME JUALAN

 Contoh : PT Iqra pada tahun 2016 triwulan I menyusun laporan

realisasi anggaran laba rugi (metode penghargapokokan variabel)
yang dibuat ringkas seperti Tabel 16-43
Selisih volume jualan
Rp 2.050 x (2.000 unit- 2.100 unit)
Rp 205.000 (L)
SELISIH HARGA POKOK STANDAR
Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih biaya bahan baku terdiri atas model satu selisih dan model dua selisih. Berikut rumus model
satu selisih:
SBBB = (HSt x KSt) – (HS x KS)

Model dua selisih dengan rumus sebagai berikut:

SHBB = (HSt – HS) x KS
SKBB = (KSt – KS) x HSt

SBBB = Selisih Biaya Bahan Baku

SHBB = Selisih Harga Bahan Baku
SKBB = Selisih Kuantitas Bahan Baku
HSt = Harga Standar
HS = Harga Sesungguhnya
KSt = Kuantitas Standar
KS = Kuantitas Sesungguhnya
Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selisih biaya tenaga kerja langsung terdiri atas model satu selisih dan dua
selisih. Berikut rumus model satu selisih:
SBTKL = (TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)
Sedangkan model dua selisih dengan rumus sebagai berikut:
STU = (TUSt – TUS) x JKS
SEU = (JKSt – JKS) x TUST

SBTKL = Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

STU = Selisih Tarif Upah
SEU = Selisih Efisiensi Upah
TUSt = Tarif Upah Standar
TUS = Tarif Upah Sesungguhnya
JKSt = Jam Kerja Standar
JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
Selisih Biaya Overhead Pabrik

Selisih biaya overhead pabrik terdiri atas metode penghargapokokan variabel dan metode penghargapokokan
penuh.
Metode penghargapokokan variabel mencakup model satu selisih dan model dua selisih. Berikut rumus model
satu selisih:
SBOPV = BOPVS – BOPVSt
Sedangkan metode dua selisih dengan rumus sebagai berikut:
SP = BOPVS – BOPVAJS
SEBOPV = (JKSt – JKS) x TBOPV

SBOPV = Selisih Biaya Overhead Pabrik

BOPVS = Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya
BOPVSt = Biaya Overhead Pabrik Variabel Standar
SP = Selisih Pengeluaran
BOPVAJS = BOPV dianggarkan pada jam sesungguhnya dicapai
SEBOPV = Selisih Efisiensi Biaya Overhead Variabel
JKSt = Jam Kerja Standar
JKS = Jam Kerja Sesungguhnya
TBOPV = Tarif Biaya Overhead Pabrik Variabel
Selisih biaya overhead pabrik (SBOP) metode
penghargapokokan penuh terdiri atas model satu selisih,
model dua selisih, model tiga selisih dan model empat
selisih.

Berikut adalah rumus metode satu selisih:

SBOP = BOPS – BOPSt
Model dua selisih dengan rumus sebagai berikut:
Selisih terkendali = BOPVS – BOPVSt
BOPVSt = JKSt x TBOPV

Selisih Volume = (JKN – JKSt) x TBOPT

Model tiga selisih dengan rumus sebagai berikut:
Selisih pengeluaran = BOPVS – BOPVAJS
Selisih kapasitas = (JKN – JKS) x TBOPT
SEBOP = (JKSt – JKS) x TBOP

Sedangkan pada model empat selisih memiliki formulasi

sebagai berikut:
SEBOPV = (JKSt – JKS) x TBOPV
SEBOPT = (JKSt – JKS) x TBOPT
ILUSTRASI ANALISIS SELISIH HARGA POKOK
STANDAR
Berikut ilustrasi PT Iqra pada tahun 2016 triwulan I:

Produk jadi 2.200 unit

Sediaan produk jadi awal 0 +
Produk siap dijual 2.200 unit
Sediaan produk jadi akhir 200 unit -
Produk terjual 2.000 unit

Tidak terdapat sediaan produk dalam proses awal, tetapi terdapat sediaan produk
dalam proses akhir sebanyak 10 unit dengan tingkat penyelesaian BBB 100%, BTKL
50%, BOP 50% atau biaya konversi (BK) 50%.
Harga jual produk per unit Rp 5.530
Harga pokok standar per unit terdiri atas:
BBB 2kg @ Rp500 = Rp1.000
BTKL 0,25 jam @ Rp4.400 = Rp1.100
BOP variabel 0,25 jam @ Rp5.520 = Rp1.380 +
Metode Penghargapokokan variabel = Rp3.480
BOP tetap 0,25 jam @ Rp2.480 = Rp 620 -
Metode penghargapokokan penuh = Rp4.100

Kapasitas normal setriwulan 2.500 unit atau 625 jam. Perhitungan unit
ekuivalen menggunakan MPKP. Biaya usaha variabel per unit Rp50.
Bahan baku yang dipakai sesungguhnya 4.500 kg @ Rp450 = Rp2.025.000
Biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya 510 jam @ 4.500 = Rp
2.295.000
Biaya overhead pabrik sesungguhnya terdiri atas:
Variabel Rp 3.100.000
Tetap Rp 1.550.000
Sehingga berjumlah Rp 4.650.000

BBB = 2.200 unit + (10 unit x 100%)= 2.210 unit

BTKL = 2.200 unit + (10 unit x 50%) = 2.205 unit
BOP= 2.200 unit + (10 unit x 50%) = 2.205 unit
KSt = 2.210 unit x 2 kg = 4.420 kg
JKSt BTKL dan BOP = 2.205 unit x 0,25 jam = 551,25 jam
Selisih Biaya Bahan Baku
Model satu selisih
SBBB = BBBS – BBBSt
= (HSt x KSt) – (HS x KS)
= (4.420 kg x Rp500)- (4.500 kg x Rp450)
= Rp185.000
Model dua selisih
SHBB = (HSt-HS) x KS
= (Rp500- Rp450) x 4.500 kg = Rp225.000
SKBB = (KSt – KS) x HSt
= (4.420 kg – 4.500 kg) Rp500 = Rp40.000
SBBB = Rp225.000 – Rp40.000 = Rp185.000 (L)

Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

Model satu selisih
SBTKL = BTKLS – BTKLSt
= (TUSt x JKSt) – (TUS x JKS)
= (551,25 jam x Rp4.400) – (510 jam x Rp4.500)
= Rp130.500 (L)
Model dua selisih
STU = (TUSt – TUS) x JKS
= (Rp4.400 – Rp4.500) x 510 jam = Rp51.000 (R)
SEU = (JKSt – JKS) x TUSt
= (551,25 jam – 510 jam) x Rp4.400 = Rp 181.500 (L)
SBTKL = Rp130.500 (L)
Selisih Biaya Overhead Pabrik Metode Penghargapokokan Variabel
Model satu selisih
BOPVS = Rp3.100.000
BOPVSt (551,25 x Rp5.520) = Rp3.042.900
SBOPV = Rp57.100 (R)

Model dua selisih

BOPVS = Rp3.100.000
BOPVAJS (510 jam x Rp5.520) = Rp2.815.200
SP = Rp284.800 (R)

SEBOPV (551,25 jam – 510 jam

x Rp5.520 = Rp227.700 (L)
SBOPV = Rp57.100 (R)
TERIMAKASIH