Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN HASIL

PRAKTIK BELAJAR KELOMPOK


KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH ( KMB 1 )
HIPERTENSI
Di Flamboyan E Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan

DOSEN PEMBIMBING :

Ns. Siti Nuryanti, S.kep., M.pd

Disusun Oleh Kelompok 3:


Anggi Maulida NIM: P07220118066 Iqramullah NIM: P07220118086
Aulia Citra NIM: P07220118069 Najla Nuwairah NIM: P07220118095
Devita Riski Hidayah NIM: P07220118075 Nanda Yorika Kusasih NIM: P07220118096
Dhani Rizky Anjani NIM: P07220118076 Tasya Almananda Cantika NIM: P07220118105
Indah Nurul Kamilia NIM: P07220118088 Tiara Apriliawati Putri NIM: P07220118106

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALTIM
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
BALIKPAPAN
2019
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten di mana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi diklasifikasikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmhg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Smeltzer, 2001). 
Menurut Price (2005) Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah
kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah tinggi (dalam
jangka waktu lama). Penderita yang memiliki sekurang-kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diharapkan memiliki darah tinggi.
Hipertensi dari dua kata yaitu hiper yang berarti tinggi
dan tensi yang berarti tekanan darah. 
Menurut American Society of Hypertension (ASH), pengertian
hipertensi adalah suatu penjelasan atau kumpulan kardiovaskuler yang
progresif, sebagai akibat dari masalah lain yang rumit dan saling
berhubungan (Sani, 2008).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan, hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah dan bertahan pada tekanan sistolik diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg.

B. ETIOLOGI

Berdasarkan faktor pemicu , Hipertensi dapat disebabkan oleh


beberapa hal seperti umur, jenis kelamin, dan keturunan. Sementara yang
dapat dikontrol seperti kegemukan, obesitas, kurang olahraga, merokok,
serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor Lingkungan ini juga
mempengaruhi terhadap timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara
stres dengan Hipertensi, diaktifkan melalui aktivasi saraf simpatis. Saraf
simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Sekitar 20% orang dewasa yang hipertensi, lebih dari 90% orang
yang menderita hipertensi essensial (primer), dimana tidak dapat
ditentukan penyebab medisnya. Sisanya meningkatkan tekanan darah
dengan hipertensi sekunder.

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis:


1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak memiliki
penyebabnya (90% dari seluruh hipertensi). Hipertensi primer
memiliki banyak sebab, seperti; beberapa perubahan pada darah dan
pembuluh darah.
2. Hipertensi sekunder yang menyebabkan hipertensi yang disebabkan
oleh penyakit lain. Jika menyebabkannya diketahui, maka disebut
hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya
adalah hormon kelainan atau penggunaan obat tertentu (misalnya
pil KB ). 
3. Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu
tumor pada saat adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin
(adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). 

Beberapa penyebab penurunan hipertensi sekunder:


1. Penyakit Ginjal
a. Stenosis arteri renalis
b. Pielonefritis
c. Glomerulonefritis
d. Tumor-tumor ginjal
e. Penyakit ginjal polikista (Biasanya diturunkan)
f. Trauma pada ginjal (luka yang berkaitan dengan ginjal)
g. Terapi penyinaran tentang ginjal.
2. Kelainan Hormonal
a. Hiperaldosteronisme 
b.  Sindroma Cushing
c. Feokromositoma    

            
3. Obat-obatan
a. Pil KB 
b. Kortikosteroid
c. Siklosporin 
d. Eritropoietin
e.  Kokain
f.  Penyalahgunaan alkohol
g.  Kayu manis (hearts Jangka Waktu Sangat besar)          
4.  Penyebab Lainnya
a. Koartasio aorta 
b. Preeklamsi pada kehamilan 
c. Porfiria intermiten akut 
d. Keracunan timbal akut         
e. Peningkatan kecepatan denyut jantung
f. Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama
g. Peningkatan TPR yang berlangsung lama 

C. PATOFISIOLOGI
Relaksasi yang mengendalikan konstriksi dan relaksasi yang
diletakkan di tengah vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang dipindahkan ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di torak dan perut. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan
dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang melepaskan serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya norepinefrin dilakukan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti konversi dan tantangan
dapat meningkatkan respons terhadap rangsangan vasokonstriktor. dividu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,bisa terjadi.
Pada saat bersamaan sedangkan sistem mengirim darah sebagai
respon rangsang. Kelenjar adrenal juga terangsang, menjalani aktivitas
tambahan vasokonstriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memenuhi respon vasokonstriktor pembuluh
darah. asokonstriksi yang melepaskan aliran darah ke ginjal,
mengakibatnkan pelepasan rennin. Renin dipindahkan pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, saat
vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya meningkatkan sekresi aldosteron
oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan udara
oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut perlu dicetuskan untuk hipertensi.

D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Sakit kepala parah
2. Pusing
3. Penglihatan buram
4. Mual
5. Telinga berdenging
6. Kebingungan
7. Detak jantung tak teratur
8. Kelelahan
9. Nyeri dada
10. Sulit bernapas
11. Darah dalam urin
12. Sensasi berdetak di dada, leher, atau telinga

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan sebelum memulai terapi
menentukan adanya kerusakan organ dan faktor risiko lain atau
mencari penyebab hipertensi. Kalium, natrium, kreatinin, gula darah
puasa, kolesterol total, HDL, LDL     
2. Pemeriksaan EKG. EKG (pembesaran jantung, gangguan konduksi),
IVP (dapat mengatasi hipertensi, sebagai tambahan dapat dilakukan
pemerisaan lain, seperti klirens kreatinin, protein, asam urat, TSH dan
ekordiografi.       
3. Pemeriksaan ginjal. BUN / creatinin (fungsi ginjal), glukosa (DM)
kalium serum (meningkat menunjukkan aldosteron yang meningkat),
serum kalsium (meningkat dapat menyebabkan hipertensi: kolesterol
dan tri gliserit (pengetus hipertensi), pemeriksaan tiroid (sebab
vasokonstrisi) ), protein urinanalisa, gula (menunjukkan disfungsi
ginjal), asam urat (faktor penyebab hipertensi).     
4. Pemeriksaan radiologi: Foto dada dan CT scan   
G. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis
Menjalani pola hidup sehat telah banyak terbukti dapat
menurunkan tekanan darah, dan secara umum sangat menguntungkan
dalam menurunkan risiko permasalahan kardiovaskular. Pada pasien
yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa faktor risiko kardiovaskular
lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap awal,
yang harus dijalani setidaknya selama 4 – 6 bulan. Bila setelah jangka
waktu tersebut, tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang
diharapkan atau didapatkan faktor risiko kardiovaskular yang lain,
maka sangat dianjurkan untuk memulai terapi farmakologi.
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines
adalah :

a. Penurunan berat badan


Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak
asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan manfaat
yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
b. Mengurangi asupan garam
Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah.
Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam
pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan
sebagainya. Tidak jarang, diet rendah garam ini juga
bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada
pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam
tidak melebihi 2 gr/ hari
c. Olah raga
Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60
menit/ hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong
penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak memiliki
waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap
dianjurkan untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau
menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di tempat
kerjanya.
d. Mengurangi konsumsi alcohol
Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup
yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan
pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi
alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per
hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan darah. Dengan
demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol
sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek
langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok
merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit
kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti
merokok.
2. Farmakologis

Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara lain:

a. Diuretik, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone


Antagonist (Aldo Ant),
b. Beta Blocker (BB),
c. Calcium Channel Blocker atau Calcium antagonist (CCB),
d. Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI),
e. Angiotensin II Receptor Blocker atau AT receptor
antagonist/blocker (ARB), dan
f. Direct renin inhibitor (DRI).
H. KOMPLIKASI
1. Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak,
transient ischemic attack (TIA).     
2. Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard
acut (IMA).     
3. Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.     
4. Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, edema
pupil.     

I. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
b. Identitas penanggung jawab
c. Riwayat kesehatan
d. Pengkajian 11 pola gordon
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
b. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
c. Resiko perfusi serebral tidak efektif b.d hipertensi
d. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
e. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan
f. Resiko jatuh b.d riwayat jatuh

3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa 1

1.1 identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,


intensitas nyeri
1.2 identifikasi skala nyeri
1.3 Memonitor tanda tanda vital
1.4 Anjurkan pasien latihan nafas dalam
1.5 Kolaborasi pemberian obat analgetik

b. Diagnosa 2
2.1 Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2.2 Anjurkan pasien menepati kebiasaan waktu tidur
2.3 Ajarkan cara relaksasi otot seperti nonfarmakologi latihan
nafas dalam

c. Diagnosa 3
3.1 Identifikasi penyebab peningkatan tekanan intrakranial (mis.
peningkatan tekanan vena, hipertensi intrakranial idiopatik)
3.2 Monitor peningkatan tekanan darah
3.3 Monitor penurunan tingkat kesadaran
3.4 Kolaborasi pemberian sedasi dan antikonvulsan
d. Diagnosa 4
4.1 Identifikasi tanda gejala penurunan curah jantung seperti
dispnea, kelelahan, edema, peningkatan CVP
4.2 Monitor tekanan darah, saturasi oksigen
4.3 Anjurkan beraktifitas sesuai toleransi

e. Diagnosa 5
5.1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
5.2 Monitor pola dan jam tidur
5.3 Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan
aktivitas
5.4 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap

f. Diagnosa 6
6.1 Pasang akrilik dan klip resiko jatuh
6.2 Edukasi Resiko jatuh
6.3 Memasang pagar tempat tidur

DAFTAR PUSTAKA

Hello Sehat. 2019. Hipertensi di https://hellosehat.com/penyakit/hipertensi-


adalah-tekanan-darah-tinggi/ (diakses 10 November 2019)

Nurse Fadhil. 2016. Laporan Pendahuluan Hipertensi di


https://googleweblight.com/i?
u=https://nursefadhil.blogspot.com/2016/07/laporan-pendahuluan-
hipertensi.html&hl=en-ID (diakses 6 November 2019)

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia 2015. 2015. Tatalaksana


Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskuler di
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pada_peny
akit_Kardiovaskular_2015.pdf (diakses 10 November 2019)

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai