Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“ANEMIA”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi


Penyakit Tidak Menular
Dosen Pengampu oleh H Sutangi S.KP.,M.Kes.

Disusun oleh :

1. Naaifah Rihadatul ‘Aisy (132010118028)


2. Nurwandi (132010118002)

UNIVERSITAS WIRALODRA INDRAMAYU


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan

Rahmat, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk

maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang

kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk

kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Indramayu, 16 Maret 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ......................................................................................................i
DAFTAR ISI .....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Pengertian Anemia................................................................................................3
B. Klasifikasi Anemia................................................................................................4
C. Epidemiologi Anemia............................................................................................5
D. Penyebab Anemia..................................................................................................10
E. Tanda Dan Gejala Anemia...................................................................................10
F. Pencegahan Anemia..............................................................................................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................................15
A. Kesimpulan ..........................................................................................................15
B. Saran.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anemia adalah suatu istilah yang menunjukkan rendahnya sel
darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal.
Anemia bukan merupakan penyakit, melainkan pencerminan keadaan
suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia
terjadi apabila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut
oksigen ke jaringan.
Anemia defisiensi besi merupakan masalah umum dan luas
dalambidang gangguan gizi di dunia. Kekurangan zat besi bukan satu-
satunyapenyebab anemia. Secara umum penyebab anemia yang terjadi di
masyarakatadalah kekurangan zat besi. Prevalensi anemia defisiensi besi
masih tergolong tinggi sekitar dua miliar atau 30% lebih dari populasi
manusia di dunia. Prevalensi ini terdiri dari anak-anak, wanita menyusui,
wanita usia subur, dan wanita hamil di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia (WHO, 2011).
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan masalah
gizi terutama anemia defisiensi besi. Wanita hamil berisiko tinggi
mengalami anemia defisiensi besi karena kebutuhan zat besi meningkat
secara signifikan selama kehamilan. Pada masa kehamilan zat besi yang
dibutuhkan oleh tubuhlebih banyak dibandingkan saat tidak hamil
menginjak triwulan kedua sampaidengan triwulan ketiga. Pada triwulan
pertama kehamilan, kebutuhan zat besilebih rendah disebabkan jumlah zat
besi yang ditransfer ke janin masih rendah (Waryana, 2010).

1
Anemia defisiensi besi menyebabkan turunnya daya tahan tubuh
dan membuat penderita rentan terhadap penyakit. Kekurangan zat besi
pada kehamilan memiliki konsekuensi negatif bagi bayi yaitu terjadi
gangguan perkembangan kognitif bayi serta meningkatkan morbiditas dan
mortalitas ibu.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang diatas penulis menarik
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu penyakit anemia ?
2. Apa saja klasifikasi dari penyakit anemia ?
3. Apa saja epidemiologi dari penyakit anemia ?
4. Apa saja penyebab dari penyakit anemia ?
5. Apa gejala dari penyakit anemia ?
6. Bagaimana pencegahan dari penyakit anemia ?
7. Bagaimana cara pengobatan dari penyakit anemia ?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini untuk mengetahui tentang penyakit
Anemia
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui pengertian dari penyakit anemia
2. Untuk mengetahui klasifikasi dari penyakit anemia
3. Untuk mengetahui epidemiologi dari penyakit anemia
4. Untuk mengetahui penyebab dari penyakit anemia
5. Untuik mengetahui gejala dari penyakit anemia
6. Untuk mengetahui pencegahan dari penyakit anemia
7. Untuk mengetahui cara pengobatan dari penyakit anemia

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Anemia
Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya
haemoglobin yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh.
Apabila oksigen dalam tubuh berkurang maka orang tersebut akan menjadi
lemah, lesu dan tidak bergairah. Indikasinya penyakit ini bisa diketahui
dengan memeriksa kelopak mata bawah bagian dalam, ujung kuku, tangan
dan kaki, jari-jari tangan dan mukosa mulut.Menurut WHO (1997)
seseorang dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin pada laki-laki dewasa
< 13 g/dl, pada anak umur 12-13 dan wanita dewasa tidak hamil < 12 g/dl,
pada umur 6 bulan sampai 5 tahun dan wanita hamil < 11 g/dl. Pada anak
umur 5-11 tahun dinyatakan anemia bila kadar hemoglobin < 11.5 g/dl.
Anemia dalam kehamilan paling sering dijumpai adalah anemia
akibat kekurangan zat besi (Fe). Kekurangan ini dapat disebabkan karena
kurang intake unsur zat besi ke dalam tubuh melalui makanan, karena
gangguan absorbsi, gangguan penggunaan atau terlalu banyak zat besi
yang keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. Keperluan zat besi
akan bertambah dalam kehamilan, terutama dalam trimester II hal ini
disebabkan meningkatnya kebutuhan janin yang dikandung oleh ibu.
Anemia gizi adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb),
hematokrit, dan sel darah merah lebih rendah dari nilai normal, sebagai
akibat dari defisiensi salah satu atau beberapa unsur makanan yang
esensial. Anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, asam folat,
dan/atau vitamin B12.

3
B. Klasifikasi Anemia
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
Anemia jenis ini berbentuk normositik dan hipokromik di sebabkan
oleh kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diet, malabsorpsi,
kehilangan darah yang banyak (persalinan yang lalu, haid, dll)
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
Anemia ini berbentuk makrositik, penyebabnya adalah kekurangan
asam folik dan kekurangan vitamin B12 tetapi jarang terjadi.
3. Anemia anemia hipoblastik (8,0%)
Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan
pemeriksaan :
a) Darah tepi lengkap
b) Pemeriksaan fungsi sterna
c) Pemeriksaan retikulosit, dll
4. Anemia hemolitik (0,7%)
Anemia jenis ini di sebabkan penghancuran/pemecahan sel darah nerah
yang lebih cepat dari pembuatannya.
Anemia jenis ini di sebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang,
membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk itu di perlukan
pemeriksaan :
a) Darah tepi lengkap
b) Pemeriksaan fungsi sterna
c) Pemeriksaan retikulosit, dll.

4
C. Epidemiologi anemia
Distribusi dan Frekuensi
a) Menurut Orang
Wanita yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35
tahun merupakan usia yang mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil.
Karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil
maupun janinnya, berisiko mengalami pendarahan dan dapat
menyebabkan ibu mengalami anemia.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008,
prevalensi anemia pada tahun 1999-2005 di dunia masih tinggi dimana
prevalensi pada balita 47,4%, anak usia sekolah 25,4%, wanita tidak
hamil 30,2%, wanita hamil 41,8%, pada lansia 23,9% dan terendah
pada laki-laki 12,7%.
b) Menurut Tempat
Anemia defisiensi zat besi lebih cenderung berlangsung di
Negara sedang berkembang ketimbang Negara yang sudah maju.
Prevalensi anemia ibu hamil pada tahun 2005 di beberapa Negara
terbelakang sangat tinggi seperti di Kongo adalah 67,30%, di Nigeria
65,51% dan di Eithopia 62,68%. Prevalensi ini mulai berkurang di
Negara berkembang seperti di India 44,33% dan Indonesia 44,33%.
Sedangkan di Negara maju prevalensi anemia pada ibu hamil sangat
rendah yaitu 11,46% di Prancis dan 5,7% di United States.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan PT Merck Tbk di
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Sumatera Utara prevalensi anemia cukup
tinggi. Di Jawa Timur dengan melibatkan 5.959 peserta tes darah di
tiga kota, Kediri, Jombang, dan Mojokerto, didapat 33% di antaranya
anemia. Di Jawa Barat dengan peserta tes darah sebanyak 7.439 di tiga
kota, Garut, Tasikmalaya, dan Cirebon, 41% di antaranya anemia.
Sedangkan di Sumatera Utara dengan peserta tes darah sebanyak 9.377
orang di tiga kota, Medan, Pematang Siantar, dan Kisaran, didapati
33% di antaranya anemia.

5
Beberapa penelitian yang di Provinsi Sulawesi Utara menemukan
bahwa prevalensi anemia pada anak panti asuhan usia sekolah dasar
sebesar 62,8% (Matondang, 2004), serta penelitian di bolaang
mengondow pada salah satu desa tertinggal pada anak sekolah dasar
yaitu sebesar 18,33% didaerah penghasil sayur dan 28,33% yang
bukan didaerah penghasil sayur (Purba, 1995)
c) Menurut Waktu
Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I
kehamilan adalah 20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III
sebesar 70%.4 Hal ini disebabkan karena pada trimester pertama
kehamilan, zat besi yang dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi
menstruasi dan pertumbuhan janin masih lambat. Menginjak trimester
kedua hingga ketiga, volume darah dalam tubuh wanita akan
meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat besi untuk
memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus mengangkut
oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan, perlu
tambahan besi 300 – 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat
melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau
dua kali lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.
Berdasarkan hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
pada tahun 1986 proporsi ibu hamil yang menderita anemia adalah
73,3% menurun pada tahun 1992 menjadi 63,5%, pada tahun 1995
menurun menjadi 50,9%, tahun 2001 menurun lagi menjadi 40,1%.
Hasil Riskesdas 2007 proporsi ibu hamil yang anemia adalah 24,5% .
Hal ini menunjukkan keberhasilan program pemerintah dalam hal
penanggulangan anemia pada ibu hamil.
d) Determinan
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil
adalah:

6
1) Usia
Umur ideal untuk kehamilan yang risikonya rendah adalah pada
kelompok umur 20-35 tahun. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2010, perempuan yang mengalami kehamilan
pada usia berisiko tinggi (35 tahun ke atas) 4,6% tidak pernah
memeriksakan kehamilan, dan yang berusia < 20 tahun 5,1%
memeriksakan kehamilan pada dukun. Kehamilan pada remaja putri
sangat berisiko terhadap dirinya karena pertumbuhan linier (tinggi
badan) pada umumnya baru selasai pada usia 16-18 tahun, dan
dilanjutkan dengan pematangan rongga panggul beberapa tahun setelah
pertumbuhan linier selesai.
2) Umur kehamilan
Kebutuhan akan berbagai zat gizi termasuk zat besi pada
trimester I meningkat secara minimal. Setelah itu sepanjang trimester
II dan III, kebutuhan akan terus membesar sampai pada akhir
kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk
pemekaran jaringan ibu, yaitu penambahan volume darah,
pertumbuhan uterus dan payudara.
Menurut Doloksaribu (2006) persentase responden yang
menderita anemia tertinggi dijumpai pada umur kehamilan triwulan II
(50%) dan triwulan ke III (37,50%). Hal ini disebabkan karena
kebutuhan zat besi pada triwulan II dan III meningkat dengan pesat
untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu.
3) Jarak kelahiran
Jarak kelahiran dapat menyebabkan hasil kehamilan yang kurang baik.
Jarak dua kehamilan yang terlalu pendek akan mempengaruhi daya
tahan dan gizi ibu yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil
produksi. Menurut Depkes RI (2004) jumlah kelahiran yang baik agar
terwujudnya keluarga sejahtera dan sehat adalah berjumlah 2 anak saja
dengan jarak kelahiran sama dengan atau lebih dari 3 tahun.6 Menurut
penelitian yang dilakukan oleh Hendro di medan (2006) ibu hamil

7
yang jarak kelahiran anaknya < 2 tahun sebagian besar menderita
anemia. Seorang wanita yang melahirkan berturut-turut dalam jangka
waktu pendek tidak sempat memulihkan kesehatannya serta harus
membagi perhatian kepada kedua anak dalam waktu yang sama.
4) Konsumsi tablet Fe
Kepatuhan ibu hamil mengkonsumsi zat besi dengan cara yang benar
akan memnuhi kebutuhan zat besi dalam tubuh yang bisa
meningkatkan kualitas kehamilan. Banyak hal yang membuat ibu
hamil tidak patuh mengkonsumsi zat besi yang terdapat dalam tablet
tambah darah yang diprogramkan pemerintah. Salah satunya adalah
gangguan pencernaan dapat berupa mual dan muntah.Sehingga hal ini
perlu mendapat perhatian khusus terutama dari pemberian pelayanan
kesehatan misalnya bidan dan dokter. Jumlah tablet zat besi yang
dikonsumsi ibu hamil adalah minimal 90 tablet dan dianjurkan kepada
ibu hamil untuk mengkonsumsi tablet tambah darah dengan dosis satu
kali sehari selama masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan
5) Penghasilan
Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan
seseorang adalah status ekonomi, dalam hal ini adalah daya beli
keluarga. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara
lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga dan harga
bahan makanan itu sendiri. Keluarga dengan pendapaan terbatas
kemungkinan besar kurang dapat memenuhi kebutuhan makanannya,
terutama memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya.
Sementara dari hasil penelitian Hendro (2006) menyatakan
bahwa keluarga yang pendapatnya di atas UMR dapat memenuhi
kebutuhan gizi keluarganya terutama ibu hamil sehingga diasumsikan
dapat mencegah terjadinya anemia sedangkan keluarga dengan
pendapatan di bawah UMR dapat diasumsikan belum memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya termasuk gizi ibu hamil.

8
6) Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap perubahan
sikap dan perilaku untuk hidup sehat. Tingkat pendidikan yang lebih
tinggi akan memudahkan seseorang untuk menyerap informasi-
informasi dan mengimplementasikannya dalam perilakudan gaya
hidup seharihari, khusunya tingkat pendidikan wanita sangat
mempengaruhi kesehatannya.
Dari hasil penelitian Hendro (2006), menyatakan ada hubungan
yang signifikan antara pendidikan dengan status anemia, karena
dengan tingkat pendidikan ibu yang rendah diasumsikan
pengetahuannya tentang gizi rendah, sehingga berpeluang untuk
terjadinya anemia sebaliknya jika ibu hamil berpendidikan tinggi maka
kemungkinan besar pengetahuannya tentang gizi juga tinggi, sehingga
diasumsikan kecil peluang terjadinya anemia.
7) Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan terhadap
ibu hamil oleh petugas kesehatan untuk memelihara kehamilannya
yang dilaksanakan sesuai standar pelayanan antenatal yang ditetapkan
dalam standar pelayanan kebidanan.Tujuan pelayanan antenatal adalah
mengantarkan ibu hamil agar dapat bersalin dengan sehat dan
memperoleh bayi yang sehat, mendeteksi dan mengantisipasi dini
kelainan kehamilan dan deteksi serta antisipasi dini kelainan janin.
Pelayanan antenatal meliputi lima hal yang dikenal dengan istilah
5T yaitu timbang berat badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus
uteri, nilai status imunisasi TT dan pemberian tablet tambah darah.3
Konsumsi zat besi sangat diperlukan oleh Ibu hamil yang ditujukan
untuk mencegah ibu dan janin dari anemia, dan faktor risiko lainnya.
Diharapkan ibu hamil dapat mengonsumsi tablet Fe lebih dari 90 tablet
selama kehamilan. Berdasarkan laporan Riskesdas (2010) 80,7% ibu
hamil tablet/membeli tablet Fe, dengan jumlah hari minum 0-30 hari
(36,3%), 90 hari atau lebih (18%), 60-89 hari (8,3%), dan 31-59 hari

9
(2,8%). Dijumpai 38% ibu hamil di Sumatera Utara dan 3,6% di DI
Yogyakarta yang tidak pernah minum tablet Fe.
K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil ke fasilitas pelayanan
kesehatan untuk mendapat pelayanan antenatal yang dilakukan pada
trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan ante natal minimal 4 kali yaitu 1
kali pada trimester pertama kehamilan, 1 kali pada trimester kedua dan
2 kali pada trimester ketiga.

D. Penyebab anemia
Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia adalah sebagai berikut:
1. Kurang gizi/malnutrisi.
2. Kurang zat besi dalam zat makanan.
3. Malabsorpsi.
4. Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid.
5. Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi (Fe)


dan perdarahan akut dan tidak jarang keduanya saling berintekrasi.
Kurangnya zat besi dalam tubuh orang dewasa maupun anak-anak dapat
disebabkan oleh beberapa factor. Penyebab utamanya adalah karena faktor
nutrisi yaitu kurangnya asupan zat besi dan rendahnya.

E. Tanda dan gejala anemia


1. Periksa perubahan warna kulit. Meskipun memiliki warna kulit yang
cenderung gelap, gejala anemia masih mudah untuk dikenali dengan
melihat perubahan warna kulit wajah atau bibir kulit yang terlihat
pucat seperti orang yang sedang sakit meski tubuh dalam keadaan
sehat.
2. Seseorang yang memiliki anemia, cenderung lebih sering mengalami
rasa lelah dan memiliki perasaan yang sensitif (mudah tersinggung).

10
3. Terkadang beberapa diantaranya ada yang mengalami sakit kepala
hingga kehilangan nafsu makan.
4. Terkadang suka sembelit yang terjadi dalam waktu yang cukup lama
atau terus-menerus hingga kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini juga
yang menjadi gejala dari sembelit.
5. Sulit berkonsentrasi merupakan salah satu gejala anemia yang cukup
menganggu. Kesulitan dalam berkonsentrasi dapat memengaruhi
kinerja dan pekerjaan.
6. Penurunan nafsu makan, namun terkadang tiba-tiba memiliki nafsu
makan yang berlebih hingga menimbulkan suatu gangguan dalam
sistem metabolisme tubuh.
7. Anemia juga dapat mempengaruhi psikologis seperti susana hati dan
emosi yang mudah mengalami stress atau depresi. Karena anemia
dapat memberi pengaruh yang cukup kuat terhadap emosi dan mood.
8. Mengalami sesak nafas. Hal in disebabkan oleh jumlah sel darah
merah yang berkurang. Sel darah merah merupakan bagian yang
sangat penting bagi sistem pernafasan. Sesak nafas umumnya dialami
pada mereka yang menderia anemia sedang hingga berat.
9. Beberapa diantaranya ada yang mengalami kedinginan pada salah satu
anggota tubuh yang sering dirasakan yang disebabkan oleh aliran
darah yang tidak lancar akibat anemia. Bagian tubuh yang sering
merasakan kedingian adalah telapak tangan/kaki.
10. Sering merasa cepat lelah dan pusing. Gejala ini umumnya dirasakan
saat bangun dari tidur atau saat hendak berdiri karena terlalu lama
duduk dan pusing jika berdiri terlalu lama.

Umumnya mereka yang mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk


dikenali dan dilihat secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri
apakah terserang sakit anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek
warna kulit pada kantung mata bagian dalam bawah. Jika terdapat warna
kurang merah berarti anda dapat dikatakan mengalami anemia.

11
F. Pencegahan anemia
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan
kejadian suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi. Promosi
kesehatan, pendidikan kesehatan dan perlindungan kesehatan adalah
tiga aspek utama di dalam pencegahan primer. Dalam hal ini
pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia.
Tujuan pencegahan ini untuk mencegah atau menunda terjadinya kasus
baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau mencegah
berkembangnya faktor risiko. Pencegahan primer meliputi:
a) Edukasi (Penyuluhan)
Petugas kesehatan dapat berperan sebagai edukator seperti
memberikan nutrition education berupa dorongan agar ibu hamil
mengkonsumsi bahan makanan yang tinggi Fe dan konsumsi tablet
besi atau tablet tambah darah minimal selama 90 hari. Edukasi tidak
hanya diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil.
Penanggulangannya, dimulai jauh sebelum peristiwa melahirkan.
Selain itu, petugas kesehatan juga dapat berperan sebagai konselor atau
sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah
anemia pada kehamilan
Suplementasi Fe adalah salah satu strategi untuk meningkatkan
intake Fe yang berhasil hanya jika individu mematuhi aturan
konsumsinya.Banyak faktor yang mendukung rendahnya tingkat
kepatuhan tersebut, salah satunya adalah efek samping yang tidak
nyaman dari mengkonsumsi Fe adalah melaluipendidikan tentang
pentingnya suplementasi Fe dan efek samping akibat minum Fe.
b) Suplementasi Fe (Tablet Besi)
Anemia defisiensi besi dicegah dengan memelihara keseimbangan
antara asupan Fe dan kehilangan Fe.Jumlah Fe yang dibutuhkan untuk
memelihara keseimbangan ini bervariasi antara satu wanita dengan

12
yang lainnya tergantung pada riwayat reproduksi.Jika kebutuhan Fe
tidak cukup terpenuhi dari diet makanan, dapat ditambah dengan
suplemen Fe terutama bagi wanita hamil dan masa nifas.24 Suplemen
besi dosis rendah (30mg/hari) sudah mulai diberikan sejak kunjungan
pertama ibu hamil.
c) Fortifikasi Makanan dengan Zat Besi
Fortifikasi makanan yang banyak dikonsumsi dan yang diproses secara
terpusat merupakan inti pengawasan anemia di berbagai Negara.
Fortifikasi makanan merupakan cara terampuh dalam pencegahan
defisiensi besi. Produk makanan fortifikasi yang lazim adalah tepung
gandum serta roti makanan yang terbuat dari jagung dan bubur jagung
serta beberapa produk susu.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan
dan deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di
dalam populasi.Pencegahan sekunder bertujuan untuk menghentikan
perkembangan penyakit menuju suatu perkembangan kearah kerusakan
atau ketidakmampuan.Dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami
gejalagejala anemia atau tahap pathogenesis yaitu mulai pada fase
asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan diantaranya adalah :
a) Skrining diperlukan untuk mengidentifikasi kelompok wanita
yang harus diobati dalam mengurangi morbiditas anemia. Bagi wanita
hamil harus dilakukan skrining pada kunjungan I dan rutin pada setiap
trimester. Skrining dilakukan dengan pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk
mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak, jika anemia, apakah ibu
hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu, juga
dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti
tekanan darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal

13
tersebut. Sehingga, tenaga kesehatan dapat memberikan tindakan yang
sesuai dengan hasil tersebut. Jika anemia berat ( Hb< 9 g/dl) dan Hct
<27%) harus dirujuk kepada dokter ahli yang berpengalaman untuk
mendapat pertolongan medis.
b) Pemberian terapi dan Tablet Fe Jika ibu hamil terkena anemia,
maka dapat ditangani dengan memberikan terapi oral dan parenteral
berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu hamil ke rumah sakit untuk
diberikan transfusi (jika anemia berat).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan terhadap segala
ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat penyakit,
cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan
kerusakan. Dalam hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu
hamil yang mengalami anemia yang cukup parah dilakukan untuk
mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih buruk untuk
memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau
mencegah terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi
penyakit, mencegah serangan ulang dan memperpanjang hidup.
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu :
a) memeriksa ulang secara teratur kadar hemoglobin
b) mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak
adekuat pada ibu hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama
kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan yang adekuat setelah
persalinan.

14
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
1. Anemia merupakan kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit)
dalam tubuh seseorang. Anemia dapat terjadi karena kurangnya
haemoglobin yang berarti juga minimnya oksigen ke seluruh tubuh.
2. Klasifikasi anemia yaitu Anemia Defisiensi Besi, Anemia hipoplastik,
Anemia Megaloblastik dan Anemia Hemolitik
3. Penyebab anemia yaitu Kurang gizi/malnutrisi, Kurang zat besi dalam
zat makanan, Malabsorpsi, Kehilangan darah yang banyak: persalinan
yang lalu, haid, dan Penyakit kronik: TBC, paru, cacing usus, malaria,
dan lainlain. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan
olehdefisiensi besi (Fe) dan perdarahan akut dan tidak jarang
keduanyasaling berintekrasi.
4. Epidemiologi Anemia yaitu berdasarkan distribusi dan frekuensi yang
dilihat menurut Orang dimana wanita yang berumur kurang dari 20
tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan usia yang mempunyai risiko
yang tinggi untuk hamil, menurut tempat, anemia defisiensi zat besi
lebih cenderung berlangsung di Negara sedang berkembang ketimbang
Negara yang sudah maju, menurut Waktu, besarnya angka kejadian
anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah 20%, trimester II
sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%.4. Berdasarkan determinan,
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya anemia pada ibu hamil
adalah usia, umur kehamilan, jarak kelahiran, konsumsi tablet Fe,
penghasilan, pendidikan dan pelayanan antenatal.
5. Gejala dan tanda pada orang anemia, umumnya mereka yang
mengalami sakit anemia, mudah sekali untuk dikenali dan dilihat
secara fisik oleh mata. Untuk mengetahui sendiri apakah terserang
sakit anemia atau tidak adalah dengan cara mengecek warna kulit pada
kantung mata bagian dalam bawah. Jika terdapat warna kurang merah
berarti anda dapat dikatakan mengalami anemia.

15
6. Pencegahan anemia dibagi atas tiga pencegahan yaitu pencegahan
primer, penceganhan sekunder dan pencegahan tersier. Pencegahan
primer meliputi segala kegiatan yang dapat menghentikan kejadian
suatu penyakit atau gangguan sebelum hal itu terjadi, dalam hal ini
pencegahan primer ditujukan kepada ibu hamil yang belum anemia.
Pencegahan sekunder lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan
dan deteksi untuk menenmukan status patogenik setiap individu di
dalam populasi, dalam hal ini pencegahan sekunder merupakan
pencegahan yang dilakukan pada ibu hamil yang sudah mengalami
gejala-gejala anemia dan pencegahan tersier mencakup pembatasan
terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat
penyakit, cedera atau ketidakmampuan sudah terjadi dan menimbulkan
kerusakan, dalam hal ini pencegahan tersier ditujukan kepada ibu
hamil yang mengalami anemia yang cukup parah.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari pembahasan, maka dapat
disarankan agar mahasiswa dapat memahami dengan baik tentang anemia
Disarankan untuk memahami tentang pengertian, penyebab, gejala, cara
penanganan dan pencegahan anemia sehingga angka kejadian anemia
dapat menurun.

16
DAFTAR PUSTAKA

Barasi M.E., 2007. At a Glance: Ilmu Gizi. Jakarta: Erlangga


Depkes RI, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta. pp:
1067.www.DepkesRI.com
Hadi H., 2001. Meningkatkan Kepatuhan Minum Tablet Besi Ibu Hamil:
Pentingnya Peranan Suami. Berita Kedokteran Masyarakat XVII (2): 51-
62.
Indreswari M. , Hardinsyah, & Damanik M.R. , 2008. Hubungan antaraIntensitas
Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,dan Konsumsi
Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan selama Kehamilan. Jurnal Gizi dan
Pangan. 3(1): 12-21.
Purwaningsih M. , Akhmadi N. , & Wenny A., 2006. Analisis Faktor
yangMempengaruhi Ketidakpatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi
Tablet Besi. Jurnal Ilmu Keperawatan. 1 (2): 72-81.
Purba.RB. 1995. Konsumsi sayuran dan anemia gizi anak sekolah dasar didaerah
penghasil dan bukan penghasil sayuran dikecamatan tomohon kabupaten
minahasa provisi Sulawesi utara tahun 1995. Skripsi tidak diterbitkan.
Makasar FKM UNHAS.
Waryana, 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Rihanga.
WHO. 2011. Nutrition: Iron Deficiency Anaemia. www.who. Int .

17

Anda mungkin juga menyukai