Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

HUBUNGAN PENDAPATAN KELUARGA PENDIDIKAN IBU


PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN KEJADIAN STUNTING
PADA BALITA DI DESA SUDIMAMPIR KECAMATAN BALONGAN
KABUPATEN INDRAMAYU
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Praktek Belajar
Lapangan (PBL) yang dibimbing oleh Rofiatun Nisa, S.KM., M.KM.

Disusun oleh kelompok 1:

Meilindawati (132010118011) Siti Rohaeni


(132010118021)
Esi Yenita (132010118001) Afifahtun Nuha
(132010118034)
Nurwandi Ratih Safitri
(132010118002) (132010118037)
Susanthi (132010118003) Vidia Wulansari
(132010118043)
Salshadilla H Neneng Safitri N (132010118051)
(132010118004)
Windu Haji Rini Lustiyani
(132010118007) (132010118026)
Jihan Octara S Neneng Noviasari
(132010118010) (132010118027)
Amni Sofiyati Tarsinih (132010118046)
(132010118012)
Sri Atun Retno Pallupy
(132010118014) (132010118024)
Nanang Eka J Tuti Supriatin (132010118042)
(132010118019)
Widiyanti
(132010118020)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS WIRALODRA
INDRAMAYU
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN
STUNTING
DESA SUDIMAMPIR KECAMATAN BALONGAN
KABUPATEN INDRAMAYU

Disetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Lapangan

Rofiatun Nisa, S.KM., M.KM. ……………


NIDN………………

Mengetahui
Dekan FKM UNWIR

H. Sutangi, S.Kp., M.Kes


NIDN. 8834810016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahya sehingga kita semua masih diberikan kesehatan hingga saat
ini, tak lupa sholawat serta salam kami haturkan kepada Nabi besar Muhhamad
Saw, kelurganya, sahabatnya serta kita semua sebagai umatnya hingga akhir
zaman.
Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktek
Belajar Lapangan dengan Stunting di Desa Sudimampir, Kecamatan Balongan
Kabupaten Indramayu.
Kami megucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu
menyelesaikan Proposal PBL ini, Ibu Rofiatun Nisa, S.KM., M.KM. selaku
pembimbing kelompok 2 dan dosen-dosen lain yang ikut membimbing kami serta
selalu memotivasi kami untuk terus belajar dan belajar.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada proposal yang
kami susun. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari berbagai pihak demi terciptanya kesempurnaan dalam proposal ini.
Akhir kata Semoga dengan disusunnya proposal ini dapat memberikan
manfaat terutama dalam menambah pengetahuan dan pemahaman terhadap materi
Stunting, khususnya bagi kelompok kami dan juga teman-teman semua.

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I : PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar belakang.................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum...............................................................................................3
1.2.2Tujuan Khusus................................................................................................3
1.3 Manfaat................................................................................................................4
1.3.1 Bagi Mahasiswa............................................................................................4
1.3.2 Bagi FKM UNWIR.......................................................................................4
1.3.3 Bagi Tempat PBL..........................................................................................4
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................5
2.3. Kesehatan Masyarakat...................................................................................11
BAB III : METODOLOGI..........................................................................................13
3.1. Gambaran Umum Tempat PBL.....................................................................13
3.2. Rincian Pelaksanaan PBL.............................................................................14
3.3. Metode Analisis.............................................................................................14
3.4. Rincian Program yang akan dilaksanakan.........................................................15
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................16
4.1 Hasil........................................................................................................................16
4.2 Pembahasan............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................28
LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................................................... 29

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa balita merupakan pondasi
penting bagi kesehatan di masa depan. Kekurangan gizi yang terjadi pada masa
tersebut dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan.
Proses tumbuh kembang yang pesat terutama terjadi pada usia 1-3 tahun (Sutomo
B, dan Anggraini DY, 2010). Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring
dengan pertambahan umur. Pertumbuhan linier yang tidak sesuai umur dapat
merefleksikan keadaan gizi kurang dalam jangka waktu yang lamaakan
mengakibatkan stunting pada anak (Rosha BC, Hardinsyah, dan Baliwati YF.
2012).

Stunting menggambarkan status gizi kurang yang bersifat kronik pada


masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan.Keadaan ini
dipresentasikan dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang
dari -2 standar deviasi (SD) berdasarkan standar pertumbuhan menurut WHO
(WHO, 2010). Secara global, pada tahun 2011 terdapat 25 % anak yang berumur
dibawah lima tahun yaitu sekitar 165 juta anak mengalami stunting(WHO:2012).

Ditingkat Asia pada tahun 2005-2011 Indonesia menduduki peringkat


kelima prevalensi stunting tertinggi. Menurut WHO apabila masalah stunting di
atas 20% maka merupakan masalah kesehatan masyarakat. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa anak yang pada masa balitanya mengalami stunting memiliki
tingkat kognitif rendah, prestasi belajar dan psikososial buruk (Achadi:2012).

Di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun


2013, terdapat 37,2% balita yang mengalami stunting. Diketahui dari jumlah
presentase tersebut, 19,2% anak pendek dan 18,0% sangat pendek. Prevalensi
stunting ini mengalami peningkatan dibandingkan hasil Riskesdas tahun 2010
yaitu sebesar 35,6% (Riskesdas:2013)

Menurut Dinas Kesehatan Kabupaten Indaramayu jumlah balita penderita


Stunting Masih tergolong tinggi tahun 2017. Jumlah balita di kabupaten
indaramayu 138.188 jiwa sebanyak 29,9% balita diantaranya menderita stunting.
Angka tersebut hampir dikategorikan tinggi untuk 10-20% tergolong rendah, 20-

1
30% sedang, 30-40 tinggi, dan diatas 40% sangat tinggi (Dinkes indramayu :
2017).

Anak yang mengalami severe stunting di dua tahun pertama kehidupannya


memiliki hubungan sangat kuat terhadap keterlambatan kognitif di masa kanak-
kanak nantinya dan berdampak jangka panjang terhadap mutu sumberdaya
(Brinkman et al. 2010; Martorell et al. 2010). Kejadian stunting yang berlangsung
sejak masa kanak-kanak memiliki hubungan terhadap perkembangan motorik
lambat dan tingkat intelegensi lebih rendah (Martorell et al. 2010). Penelitian lain
menunjukkan anak (9-24 bulan) yang stunting selain memiliki tingkat intelegensi
lebih rendah, juga memiliki penilaian lebih rendah pada lokomotor, koordinasi
tangan dan mata, pendengaran, berbicara, maupun kinerja jika dibandingkan
dengan anak normal (Changet al : 2010).

Kejadian stunting pada anak banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, pengetahuan ibu tentang gizi, secara
tidak langsung dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Berdasarakan latar
belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan pendidikan,
pengetahuan ibu dan pendapatan perkapita keluarga dengan stunting di Wilayah
Puskesma Jati Makmur Binjai Utara.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan pendapatan keluarga pendidikan ibu
pengetahuan ibu tentang Gizi dengan kejadian stunting pada balita di Desa
Sudimampir Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Menilai Pendapatan keluarga
b. Menilai Pendindikan ibu
c. Menilai Pengetahuan ibu tentang gizi

1.3 Manfaat
Kegiatan PBL memberikan manfaat nyata bagi semua pihak yang terlibat
didalamnya. Manfaat tersebut diantaranya adalah:
1.3.1 Bagi Tempat PBL
a. Dapat mengembangkan kemitraan antara tempat PBL dengan FKM Unwir

2
b. Masyarakat memperoleh bantuan pemikiran dan tenaga serta ilmu dalam
merencanakan dan melaksanakan pembangunan kesehatan yan diharapkan.
c. Membantu masyarakat dan pemerintah daerah untuk meningkatkan derajat
kesehatan
1.3.2 Bagi FKM UNWIR
a. Terbinanya suatu kerjasama dengan tempat PBL dalam rangka
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara akdemis dengan
pengetahuan dan pengalaman nyata di tempat PBL.
b. Memperoleh umpan balik sebagai hasil pengintregasian keilmuan
mahasiswa melalui proses pembangun fisik maupun non fisik ditengah
tengah masyarakat dan pembenahan masyarakat
c. Wilayah PBL dapat dijadikan Tridarma Perguruan Tinggi Dosen Program
Studi yaitu pelaksanaan penelitian dan pengabdian masyarakat
d. Dapat menjadi desa atau wilayah binaan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Wiralodra bagi tempat PBL

1.3.3 Bagi Mahasiswa


a. Mahasiswa, masyarakat bersama dengan instasi terkait daapat mengetahui
permasalahan- permasalahan yang terhadi diwilayah PBL
b. Mahasiswa dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan
dalam rangka mencapai derajat kesehatan yang optimal
c. Mahasiswa dapat mengetahui instruktur masyarakat beserta organisasi
organisasi yang ada
d. Mahasiswa dapat melakukan analisi situasi
e. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan berdasarkan hasil
dari data primer dan data sekunder
f. Mahasiswa dapat membuat prioritas masalah kesehatan yang berhubungan
dengan status kesehatan masyarakat
g. Mahasiswa dapat membuat pemecahan masalah dan merencanakan
program intervensi masalah yang ada.

3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Pengertian Stunting
Stunting atau pendek merupakan salah satu indikator status gizi kronis
yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan karena malnutrisi
jangka panjang. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar
Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pendek dan sangat pendek
adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan menurut
umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan
padanan istilah stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek).
Zscore untuk kategori pendek adalah -3 SD sampai dengan <-2 SD dan
sangat pendek adalah <-3 SD (Kemenkes 2010). Kondisi stunting
menunjukkan ketidakcukupan gizi dalam jangka waktu lama (kronis),
yang dimulai sebelum kehamilan, saat kehamilan, dan kehidupan setelah
dilahirkan.Ibu hamil dengan status gizi yang tidak baik dan asupan gizi
yang tidak mencukupi dapat menyebabkan retardasi pertumbuhan pada
masa janin.Berat dan panjang lahir bayi mencerminkan adanya retardasi
pertumbuhan pada masa janin. Pertumbuhan yang terhambat tersebut
dapat terus berlanjut, apabila anak tidak mendapat asupan gizi yang
cukup(Kusharisupeni,2011). Tingkat kognitif rendah dan gangguan
pertumbuhan pada balita stunting merupakan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kehilangan produktivitas pada saat dewasa.Orang dewasa
stunting memiliki tingkat produktivitas kerja rendah serta upah kerja lebih
rendah bila dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak stunting (Hunt
2005). Pada umumnya dampak yang ditimbulkan dari stunting tidak hanya
dirasakan oleh individu yang mengalaminya tetapi juga berdampak
terhadap roda perekonomian dan pembangunan bangsa. Beberapa
penelitian menyatakan bahwa individu yang stunting berkaitan 7

5
denganpeningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya
pertumbuhan kemampuan motorik dan mental (Oktarina R,2010).
Kategori besaran prevalensi kejadian stunting yang telah ditetapkan
oleh WHO 1995 dikategorikan menjadi 4 bagian yaitu low, medium, high
dan very high prevalence. Berikut ini adalah kategori persen prevalensi
kejadian stunting (World Health Organization, 2010) :
1. 40% very high prevalence
2. 20-29% Medium prevalence
3. 30-39% high prevalence
4. >40% very high prevalence

2.1.2 Penilaian Status Gizi


Metode penilaian status gizi terdiri dari dua metode yaitu, metode
langsung dan metode tidak langsung.Penilaian status gizi secara langsung
meliputi metode antropometri, biokimia, klinik, dan biofisik.Sedangkan
metode tidak langsung adalah konsumsi makanan, statistic vital dan faktor-
faktor ekologi. Metode penilaian status gizi yang banyak digunakan yaitu
antropometri karena cara kerjanya sederhana, aman dan dapat dilakukan
dalam jumlah sampel yang besar, alat-alat antropometri yang digunakan
harganya terjangkau, mudah dibwa, dapat dipesan, dan dibuat didaerah
setempat. Antropometri dapat dibakukan, dapat menggabarkan riwayat gizi
masa lalu, dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada waktu tertentu atau
antar generasi, serta dapat digunakan pada suatu golongan yang beresiko
malnutrisi (Supariasa, 2016).
A. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthopos dan metros.Anthoropos artinya
tubuh dan metros artinya ukuran.Jadi antropometri adalah ukuran tubuh.
Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar
lengan atas, dan tebal lemak dibawah kulit. Antropometri sangat umum
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidak seimbangan
antara asupan protein dan energi.Gangguan ini biasanya 8 terlihat dari pola

6
pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh (Supariasa, 2016). Berikut
akan diuraikan berbagai ukuran tubuh tersebut: Ukuran antropometri yang
sering dipakai antara lain :

a. Umur
WHO telah merekomendasikan untuk menggunakan umur penuh pada
perhitungan umur balita. Umur penuh adalah sisa hari dari hasil perhitungan
tidak diambil/diperhitungkan, misalnya hasil perhitungan adalah 1 tah un 2
bulan 13 hari, maka umur balita tersebut menjadi satu tahun 2 bulan (13 hari
tidak diperhitungkan). Berikut contoh cara perhitungan umur anak secara
manual adalah (RI & WHO, 2008). Contoh 1 : Tanggal kunjungan : 05 04
2012 Tanggal lahir :19 09 2011 -14 -5 1 Maka umur anak menjadi = 12 bulan
+ 5 bulan – 1 bulan = 6 bulan Contoh 2 : Tanggal kunjungan : 19 09 2012
Tanggal lahir : 05 04 2011 14 05 1 Maka umur anak dibulatkan menjadi = 12
bulan + 5 bulan = 17 bulan Dari perhitungan diatas dapat diambil kesimpulan
yaitu jika selisih tangal adalah negatif maka dikurangi 1 bulan, dan jika
selisih tanggal adalah positif maka selisih tanggal tersebut diabaikan.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status gizi
menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat,
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat
(supariasa, 20016).
b. Panjang badan
Pengukuran panjang badan (PB) digunakan untuk anak umur 0 sampai 24
bulan yang diukur terlentang. Bila anak umur 0 sampai 24 bulan diukur
berdiri, maka hasil pengukurannya dikoreksi dengan menambah 0,7 cm.
Ukuran tinggi badan (TB) digunakan untuk anak umur diatas 24 bulan yang
diukur berdiri. Bila anak umur diatas 24 bulan diukur terlentang, maka hasil
pengukurannya dikoreksi dengan mengurangkan 0,7 cm (Kemenkes RI,
2011). Pengukuran tinggi badan anak balita diatas 24 bulan dan sudah dapat
berdiri diukur dengan alat pengukur mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1
cm. Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri atau masih berumur 0.24

7
bulan, digunakan alat pengukur panjang badan bayi lengtboard (Supariasa,
2016).
c. Indeks Antropometri
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi
adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).Klasifikasi status gizi
berdasarkan tinggi badan menurut umur adalah sangat pendek, pendek,
normal, dan tinggi (Kemenkes, 2011). Tinggi badan merupakan antropometri
yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal.Pada keadaan normal,
tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.Pertumbuhan tinggi
badan tidak seprti berat badan, relative kurang sensitive terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap
tinggi badan akan Nampak dalam waktu yang relative lama (Supariasa,
2016). 10 Tabel 1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri
PB/U atau TB/U Anak Umur 0-60 Bulan Indeks Kategori Status Gizi
Ambang Batas (ƶscore) Panjang Badan menurut Umur (PB/U)
atauTinggiBadan menurut Umur (TB/U) Sangat Pendek <-3 SD Pendek -3
SD s/d -2 SD Normal -2 sd s/d 2 SD Tinggi >2 sd Sumber : Kemenkes, 2011.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stunting


A. Pendapatan
Menurut Sulistjiningsih, variabel ekonomi yang cukup dominan dalam
mempengaruhi konsumsi pangan adalah pendapatan Perkapita keluarga
dan harga. Meningkatnya pendapatan maka akan meningkat peluang untuk
membeli pangan dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik, sebaliknya
penurunan pendapatan akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan.
Sehingga orang tua yang menghasilkan pendapan tinggi, akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder.
Keadaan ekonomi keluarga relative mudah diukur dan berpengaruh
besar pada konsumsi pangan, terutama pada golongan miskin.Hal

8
inidisebabkan karena penduduk golongan miskin menggunakan sebagian
besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan makan.Dua perubahan
ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan
maupun harga komoditas kebutuhan dasar (Sulistjiningsih, 2011).

B. Pendidikan
Tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat konsumsi pangan
seseorang dalam memilih bahan pangan demi memenuhi kebutuhan
hidupnya. Orang yang memiliki pendidikan tinggi akan cenderung
memilih bahan pangan yang lebih baik dalam kuantitas maupun kualitas
dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah (Sulistjiningsih,
2011).
C. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dari alat indera baik penglihatan
maupun pendengaran terhadap objek tertentu, sehingga seseorang
menghasilkan sesuatu yang diketahui (Notoatmodjo 2012). Pengetahuan
seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang bebeda-
beda.
secara garis besar dibagi atas 6 tingkatan pengetahuan yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan mengingat suatu materi yang telah dipelajari.atau
boleh juga dikatakan sebagai mengingat kembali (Review) sesuatu
yang spesifik, yang pernah diterima. Misalnya : tahu bahwa tomat
banyak mengandung vitamin c, jamban tempat membuang air besar,
dan lain-lain.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami merupakan kemampuan dalam menjelaskan secara
detailtentang obyek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan
suatu materi secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)

9
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan dalam menjabarkan materi ke dalam
komponen-komponen,yang berkaitan antara satu dengan yang lain.
Analisis dilihat dari penggunaan kata kerja seperti:
menggambarkan,membedakan, mengelompokkan dan lain-lain.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada.dan menghubungkan di dalam
suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat membuat
kesimpulan tentang artikel yang dibaca.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi diartikan sebagai kemampuan dalam melakukan penilaian
terhadap suatu obyek. Penilaian juga dilakukan sesuai dengan kriteria-
kriteria yang ada.

Kekurangan gizi pada masa balita berakibat pada penurunan


kualitas sumber daya, manusia. Masa balita ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangan yang cepat disertai dengan perubahan
dalam kebutuhan gizi.Selama periode ini, balita tergantung
sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya.
Pengetahuan gizi ibu sangat penting menentukan komposisi menu
makanan sehat yang diberikan pada (Notodoadmojo, 2012).

10
BAB III
METODOLOGI
3.1 Gambaran Umum Tempat PBL
Desa Sudimampir Terletak diwilayah kecamatan Balongan Kabupaten
Indramayu. Desa Sudimampir berbatasan langsung dengan desa tugu lor
kecamatan sliyeg dibagian selatan, desa tinumpuk di bagian timur, desa
longok di bagian barat dan sudimampir lor di bagian utara, desa ini
merupakan desa terakhir di kecamatan balongan yang berbatasan langsung
dengan kecamatan sliyeg dan juntinyuat.
Secara geografis, Desa Sudimampir adalah wilayah dataran yang
mempunyai luas 4 ha dan terdiri dari persawahan, tambak, tanah darat serta
pemukiman. Dengan jumlah penduduk sebesar ±4000 jiwa. Sebagian besar
penduduk desa Sudimampir bermata pencaharian sebagai besar Petani.

3.2 Rincian Pelaksanaan PBL


Jadwal Pelaksanaan Praktek Belajar Lapangan (PBL) Desa Sudimampir
Tahun 2020.
No. Jenis Kegiatan Tanggal
1 Persiapan ( Pembekalan Kampus ) 2-7 Maret 2020
2 Penyerahan di Desa 9 Maret 2020
3 Pengambilan Data 9 Maret-14 April 2020
4 Pembuatan Laporan PBL 15-25 April 2020
5 Presentasi Laporan PBL 27-30 April 2020

11
3.3 Metode Analisis
3.3.1. Observasi
Pengamatan (observasi) yaitu peneliti melihat secara langsung
aktivitas yang dilakukan di tempat dan bidang kerja masing-masing.
3.3.2. Pemilihan Alat Pengumpulan Data
Studi Lapangan, yaitu penelitian yang dilakukan penulis untuk
mengumpulkan data dengan jalan terjun langsung ke obyek penelitian
untuk memperoleh data yang diperlukan. Sedangkan tekniknya adalah
sebagai berikut :
a. Interview (wawancara) : Dilakukan secara langsung kepada
masyarakat desa sudimampir berkaitan dengan Hubungan
Pendapatan Keluarga, Pendidikan Ibu, Pengetahuan Ibu, Tentang
Gizi Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Di Kecamatan
Balongan.
b. Penyebaran Kuesioner : Pengumpulan data ini dilakukan dengan
cara bertanya kepada masyarakat desa Sudimampir yang
berkaitan dengan Hubungan Pendapatan Keluarga, Pendidikan
Ibu, Pengetahuan Ibu, Tentang Gizi Dengan Kejadian Stunting
Pada Balita Di Kecamatan Balongan yang tertulis pada
questioner.
c. Pengambilan Data.
kegiatan ini merupakan tatanan akhir dari kegiatan PBL
dilapangan, dimana mahasiswa diharapkan memperoleh data atau
informasi dari masyarakat dengan menggunakan instrument yang
sudah disiapkan.
d. Analisis Situasi.
Situasi di Desa Sudimampir saat penelitian berlangsung,
mencakup kebiasaan dan mata pencaharian mereka.
e. Melakukan Intervensi.

12
Sesuai masalah yang di temukan dilapangan nantinya.
f. Melakukan Evaluasi.
Evaluasi disini adalah faktor pendukung dan faktor
penghambat dalam melakukan kegiatan seperti:
1. Faktor Pendukung.
a. Pembagian tugas kelompok berjalan dengan baik.
b. Dana tercukupi.
c. Mahasiswa berperan aktif sesuai dengan tugasnya.
2. Faktor Penghambat.
a. Cuaca tidak mendukung dan hujan.
b. Jalan terjal dan banyak lubang.
c. Kurangnya persiapan peralatan yang akan digunakan.
d. Masyarakat desa panyingkiran kidul sibuk panen sehingga
jarang yang berada dirumah.
e. Waktu pelaksanaan sore hari.

13
BAB IV
PENUTUP

Demikian proposal kegiatan Praktek Belajar Lapangan 2020 kesehatan


masyarakat ini kami sampaikan, semoga rencana kegiatan ini terpapar
dengan jelas dan terdapat manfaat didalamnya. Kami selaku
Mahasiswa PBL mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada
kekeliruan dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih.

14

Anda mungkin juga menyukai